Bersabar, menahan semua emosi
Hanya itu yang bisa dilakukan. Sakit rasanya ketika orang yang kau percayai menusukmu dari belakang. Dia telah berkhianat. Namun, dibalik semua itu tersimpan rasa syukur karena dengan begitulah sebuah hikmah yang sangat dalam dapat diambil, dijadikan sebagai pelajaran hidup yang berharga.
Sepi yang mewarnai keseharianku. Sejak saat itu banyak perubahan yang terjadi. Sifat dingin dan pendiam telah menyelimuti diriku. Sampai datang suatu hari dimana seseorang kembali membuatku percaya kepada orang lain. Ia telah membawaku ke dunia mistis dan misteri. Dan dari sinilah semua petualangan dimulai.
"Gue Opelia Shaletta Ashana ga akan pernah berhenti sebelum gue mendapatkan apa yang gue mau."
Pagi yang sangat cerah, membuat senyuman mengembang di wajah. Berharap hari ini menyenangkan dan semua urusan berjalan dengan lancar.
Saat memasuki gerbang, seorang gadis menarik napas sedalam dalamnya lalu menghembuskan nya secara perlahan. Melangkahkan kaki kanan seraya membaca lafadz basmalah dalam hati. Ia terus berjalan menyusuri koridor untuk pergi ke kelas X-A.
"Assalamualaikum," ujar gadis itu lalu menuju meja paling depan dekat jendela. Penghuni kelas tersebut melirik lalu menjawab salam.
"Hei Sha! apa kabar lo hari ini?"
Ya, gadis itu adalah Shaletta. Orang populer
di sekolah ini.
"Udah lama lo datang ta?" tanya Shaletta pada perempuan yang menyapanya.
"Belum kok, palingan baru 10 menit yang lewat," jawab Sinta dan gadis tersebut hanya ber"oh"ia saja.
Bel pun berbunyi, guru masuk kedalam kelas masing masing sambil membawa buku paket dan kertas kertas.
Hari ini kelas X-A belajar PKN, sungguh pelajaran yang membosankan bagi sebagian siswa.
Saking ngantuk nya, mereka tertidur mendengar penjelasan guru. Karena asik bercerita dengan salah seorang muridnya, guru PPKN itu tidak tahu kalau muridnya yang lain telah tertidur nyenyak.
"Baiklah Ananda, kerjakan tugas halaman 48 ya!" perintah bu Lina kemudian keluar dan pergi ke kelas lain.
Namun, tidak disangka siswa kelas X-A yang tadinya tertidur pulas langsung jantungan mendengar teriakan bu Rita, guru MTK yang terkenal akan kegalakannya dikalangan warga sekolah.
"Apa yang kalian lakukan ha?! apa kalian pikir ini rumah kalian bisa tidur enak-enakan?" teriak guru matematika.
Penghuni kelas tersebut langsung duduk
dengan rapi. Untung saja guru MTK itu membawa anaknya yang berusia 3 tahun, jadi suasana kelas menjadi tidak terlalu mencekam. Agar kemarahan Rita tidak bersambung, Shaletta mengumpulkan tugas yang dibuatnya semalam.
"Maaf bu, ini tugas yang ibu beri semalam,"
ucap Shaletta.
"Ouh ya, yang lain bagaimana?" tanya guru galak tersebut.
Para siswa/i maju ke depan meletakkan PR mereka. Semuanya dapat bernapas lega karena tidak ada satupun yang lupa mengerjakan tugas. Jadi tidak ada lagi kata untuk kemarahan bu Rita.
***
Teng teng teng
"Huft, untung aja udah istirahat," ucap Sinta menghela napas yang sempat terhenti selama bu Rita mengajar.
"Serius loh, gue aja tadi jantungan saat Bu Rita teriak," kata Reno yang sedang berdiri
di depan Ila.
"Lo nya aja sih pake acara tidur segala. Emang lo nggak ingat kalau kita hari ini ada pelajaran MTK?"
"Heh emang lo pikir gue aja yang tidur? yang lain juga tidur keles," kawab Reno tak terima disalahkan.
"Semua orang juga tahu kalau pelajaran PKN itu membosankan. Palingan yang dibahas Peraturan, Undang Undang, Pancasila, Nusantara."
Shaletta menengahi mereka berdua yang ribut hanya karena hal sepele.
"Dari pada kalian pada ribut, mending ikut gue ke kantin!"
"Ouh ya, teman lo mana Ren?" tanya gadis tersebut namun ternyata orang yang ditanyainya telah datang secara tiba-tiba.
"Hmmm, ternyata udah pada nyariin gue nih ya?" terdengar suara cowok dengan nada tengil dari pintu yang membuat Sinta memutar bola matanya dengan malas.
"Rindu ya kalian ama gue?"
Sinta melotot. Nih anak baru datang udah kepedean aja.
"Idih narsis, siapa juga yang rindu ama lo?"
"Yang nanya ama lo siapa? gue aja nanya ama Liasha kali," ujar Adam seenak jidat mempersingkat nama orang.
"Dah, kalian bisa nggak mengisi hari tanpa pertengkaran?" kali ini Reo yang bersuara.
"Yok ke kantin! takutnya nanti kita malah keburu masuk."
***
"Kalian mesan apa? biar gue yang pesanin," tawaran Adam membuat Sinta dan Reno melongo. Apa Adam demam ya?
"Lo nggak papa kan? apa lo sakit?" tanya Sinta.
"Tumben," cicitnya.
"Isss, apo seh? dah cepat apa yang ingin kalian pesan?"
"Kalau kami terserah lo aja yang penting free."
Pinta Reno seenak hatinya aja.
"Heh pakai uang lo! enak aja minta traktirin. Uang gue dah tinggal sedikit," ujar cowok itu menggebu-gebu sambil melotot pada manusia yang ada dihadapannya saat ini.
"Sabar bro! nggak usah ngengas!"
"Udahlah! gue mo pergi ha."
"Tunggu Dam!" teriak Sinta.
Mereka berdua pergi dan kini tinggal lah Shaletta dan Reno.
Saat Shaletta memandang penghuni kantin, tiba-tiba ia melakukan eyes contact dengan seseorang yang rasanya familiar.
Ketika akan melihatnya kembali sosok itu menghilang dari tempat tersebut.
gadis itu berpikir kemana ia pergi.
***
"Semangkuk bakso hangat telah datang," ujar Adam meletakkan mangkuk dihadapan Shaletta dengan senyuman sumringah.
"Thanks."
"Untuk gue mana nih?" tanya Reno nyolot, iri dengan perlakuan baik Adam pada Shaletta.
"Tuh, ambil sendiri!"
Mereka makan tanpa ada yang bersuara, hanya terdengar bunyi sendok dan garpu di mangkuk.
Malas dengan suasana seperti ini Adam mulai membuka suara.
"Woy, kalian tau nggak? katanya besok ada murid baru."
"Jadi benar yang gue dengar tadi? dari mana lo tau?" tanya Reno.
"Gue tadi nggak sengaja dengar kabar ini dari guru."
"Cepatin habisin makanannya, bentar lagi mau masuk," Pinta Shaletta.
***
"Ananda, silakan buka buku halaman 30!ringkas materi dalam bab tersebut!" perintah
bu Rina, sang guru IPA.
"Yah lagi-lagi meringkas, gue capek deh."
Sinta membaringkan wajahnya di atas meja, secara tidak sengaja ia melihat Reno.
"Kalau dilihat-lihat lumayan ganteng juga nih anak," batin Sinta.
Sadar karena dipandangi, Reno langsung berkata dengan percaya diri.
"Apa lihat-lihat hah?! gue tau kok kalau gue tu ganteng."
Sinta menegakkan kepalanya.
"Sepertinya lo udah ketularan sifat narsisnya si Adam."
Shaletta telah siap membuat ringkasan materi IPA tersebut. Kini ia berpikir tentang yang terjadi di kantin.
"Siapa dia? rasanya wajah itu nggak asing deh."
"Sha! Sha!" panggil seseorang membuat Shaletta menoleh kebelakang dan sudah ia duga kalau Sinta yang memanggilnya.
"Apa?"
"Lu udah siap tugasnya?"
"Udah."
Sinta memperlihatkan deret giginya. Entah mengapa, Shaletta sudah tau apa yang ada dipikiran gadis itu.
"Hmmm gini Sha, kamu taukan kalau meringkas itu butuh banyak waktu? belum lagi...."
"Aelah, bilang aja kalau lo ingin minjam catatannya si Shasa, ribet banget sih ngomongnya," ucap Reno yang masih fokus dengan bukunya.
"Nih."
Sinta menyalin tugas tersebut dengan ligat dan mengembalikan catatan temannya.
"Thanks."
"Hmmm."
Sedang berbicara dengan Shaletta, tiba-tiba seorang teman disampingnya memanggil dirinya.
"Bssst, Ta!" panggil seseorang.
"Hmmm, ada apa?"
"Lo tadi dengar nggak? katanya ada murid yang mau pindah ke sini."
"Dari mana lo tau Ran?"
Rani menepuk dahinya. Biasanya kalau info-info sekolah, Sinta bisa dibilang sebagai sumber.
"Kok lo sampai ketinggalan berita sih? semua murid di sini ngebilang kalau yang mau pindah itu kaya loh, anaknya konglomerat,"
Mendengar hal itu Sinta langsung memberi tahu orang di depannya.
"Sha!"
"Apa?"
"Tadi gue dengar murid yang mau pindah kesini tu anaknya konglomerat loh."
"Kok gue berfirasat buruk ya?"
"Ah, sudahlah mungkin itu hanyalah perasaan aja," kata Shaletta dalam hati. Ia tersenyum.
***
"Kita akhiri pembelajaran hari ini dengan membaca hamdalah!"
"Alhamdulillaahirabbil'aalamiin."
"Assalaamualaikum Wr. Wb."
"Waalaikumussalaam Wr. Wb."
"Woy! tolong petugas piket nyadar diri!" teriak si ketua kelas dengan nyaring. Bahkan lokal sebelah saja mendengar teriakannya.
"Oke."
"Ren, lo sekarang piketkan?" tanya gadis manis itu.
"Sinta juga."
"Gue duluan," ujarnya lalu keluar dari kelas.
Shaletta duduk di bangku depan perpustakaan, dan lagi-lagi ia melihat orang itu sedang berjalan dengan temannya.
Ternyata, tanpa disadari cowok itu juga curi pandang pada Shaletta, sebab ia pun berpikir kalau gadis itu rasanya sudah tidak asing baginya.
Bersambung...
Terus baca ceritanya dan tunggu kelanjutannya ya!
Jangan lupa tekan tombol like, beri vote and coment serta kasih bintang 5 ya!
Thanks
"Sha Sha! apa yang lo pikirin sampe-sampe bengong kayak gitu?" Sinta melambaikan tangannya di depan wajah Shaletta
"Dari tadi gue manggil lo nggak dijawab-jawab, lihat apa?"
"Nggak ada."
"Ouh, yaudah. Keperpus yok!"
***
"Tumben sepi."
Sinta memutar bola matanya dengan malas mendengar ucapan konyol dari orang yang bernota bene sebagai sahabatnya.
"Namanya perpus yo mesti sepi. Nggak boleh ribut."
"Gue pergi bentar ya!"
"Oke."
15 menit kemudian...
"Tuh anak dimana sih? mana ekskul 20 menit lagi mulai. Apa gue cari aja ya?" Shaletta menutup bukunya dan berdiri. Ketika akan berjalan, Sinta muncul.
"Dari mana aja lo? kok lama?"
Melihat tatapan intograsi dari Shaletta, Sinta dibuat gelagapan.
"Ouh tadi gue gue..."
"Heh! disini kalian rupanya. Capek gue nyariin," ucap Adam dengan nafas tersengal-sengal.
"Napa lo? kayak dikejar setan aja."
"Kok lo nanya sih? 15 menit lagi kegiatannya dimulai," solot cowok itu pada Sinta.
Sinta jadi terkejut. Ia melihat jam tangan Shaletta dan benar saja waktu untuk mengganti pakaian tinggal sedikit.
"Sha, ayo ganti baju! gue nggak mau kena hukum lagi."
"Jan lama-lama," ujar Adam.
***
Saat ini Shaletta berada dirumahnya, lebih tepat di atas balkon. Ia menghirup udara sedalam-dalamnya lalu melepaskannya secara perlahan.
Gadis manis itu sedang membaca buku pelajaran, membahas materi yang akan diajarkan oleh gurunya besok. Terdengarlah suara notifikasi hp, ia membuka aplikasi WA. Ternyata Rizal sang ketua kelas yang ngechat.
Rizal
Assalamualaikum
^^^Waalaikumussalam ^^^
^^^? ^^^
Ada juga yg belum byr uang kas?
^^^Ada ^^^
^^^Napa? ^^^
Lusa walkel kita ultah. Sesuai kesepakatan rencana mau ngasih hadiah.
^^^O ^^^
^^^Bsk gw tagih ^^^
^^^Kpn ngumpul? ^^^
Pulang sekolah
Tiba-tiba Shaletta teringat kalau besok ada UH. Ia mempelajari kembali materi ekonomi bab 2. Kalau dipikir memang cukup sulit. Tapi, karena materi ini telah dikuasainya dengan baik, jadi tidak terlalu susah untuk memahaminya.
......................
"Pada kemana sih nih angkot? mana 15 menit lagi harus masuk," Shaletta melihat jam tangannya dan ia pun merasa kesal. Sampai saat ini belum ada juga angkot yang lewat.
Tiba-tiba cewek aneh itu melihat sebuah mobil yang dikendarai oleh seorang cowok memakai seragam sama dengannya.
Dengan bar-barnya dia melambaikan tangan sambil teriak pada mobil tersebut agar mau berhenti.
"Stop stop stoopppp!"
Tentu saja kendaraan itu berhenti. Kalau tidak, bisa-bisa nyawa orang yang ada di tengah jalan tersebut melayang habis ia tabrak.
"Gue boleh numpang ga? plis sekali ini aja."
Cowok yang ada didalamnya sekilas melihat Shaletta kemudian kembali melihat ke depan.
"Naik aja! pintu ga gue kunci."
Dengan senang hati, cewek aneh tersebut membuka pintu mobil lalu duduk di belakang bangku sopir. Ia langsung saja membuka hp nya.
Setelah beberapa menit perjalanan, mereka tiba di sebuah SMA yang bertuliskan
SMA GALAXY.
"Thanks udah mau numpangin gue."
"Hmmm."
***
"Baiklah semua, kita kedatangan murid baru hari ini. Silahkan masuk!"
Seorang gadis yang sebaya dengan Shaletta muncul dari balik pintu. Ia bertubuh tinggi dan berparas cantik. Tidak lupa dengan polesan make up natural di wajahnya menambah kesan elegan dari dirinya.
"Hallo everyone! my name is Jennifer Naquita. I'm a transfer student from Holland," sapanya dengan senyuman manis yang membuat semua kaum adam terpikat akan kecantikannya.
"Lo orang bule?"
"Dari sekolah mana lo?"
"Minta nomornya boleh ga?"
"Ayo sini! duduk samping gue!"
Begitu riuh kelas tersebut hanya karena kedatangan seorang gadis cantik blasteran.
"Diam semua!"
"Oke Jenni, kamu bisa duduk di sebelah Sintia."
Guru Bahasa Indonesia sekaligus wali kelas itu menunjuk sebuah meja urutan ke-4 dari barisan Shaletta.
Ketika melangkah menuju tempat duduk tersebut, Jennifer dan Shaletta sempat bertatapan.
Deg
"Kok filling gue tiba-tiba ga enak?"
***
"Jenni, introduce my friend Shaletta," Sinta memperkenalkan Shaletta yang dibalas senyuman oleh cewek itu.
Saat masuk kantin, semua penghuninya langsung berbisik bisik. Sepertinya membicarakan Jennifer si anak konglomerat.
"Lo mesan apa Sha?"
"Nggak ada."
"You Jenni?"
"Semangkuk bakso dan segelas jus alpukat,"
jawab Jennifer dengan lancar. Sinta dan Shaletta tercengang mendengarnya.
"Lo bisa bahasa Indonesia Jen?" tanya Sinta dengan tampang melongonya dan disambut tawaan oleh Jennifer.
"Hahahaha, a little."
Shaletta sedang fokus memperhatikan semua soal yang kira-kira akan keluar saat ulangan nanti, namun sudut matanya tidak lepas dari memandang Jennifer. Ia merasakan sesuatu yang lain dari teman barunya.
***
"Keluarkan kertas selembar! kita akan mengadakan ulangan tentang bab 2."
Semua murid langsung protes mendengar perintah gurunya yang tidak pikir-pikir mau kasih UH. Mereka yakin kalau soal ulangannya akan nyeleneh. Alias susah-susah.
"Bu, besok aja ulangannya!"
"Bu, kami belum sempat ngehapal!"
"Bu, beri kami kesempatan baca buku!"
"Bu, besokkan masih ada jam Ekonomi!"
Dan seperti itulah keluh kesah yang dikeluarkan oleh para siswa/i kelas X-A.
"Tidak ada yang protes! minggu lalu sudah saya beritahu bahwa kalian sekarang akan UH, salah kalian tidak mendengar ucapan saya!"
Mereka tidak bisa memilih, takutnya nanti guru Ekonomi tersebut marah dan tidak mau mengajar di kelas X-A, bisa hancur reputasi kelas mereka.
Shaletta hanya mendengar komentar teman-temannya, ia menjalani UH tersebut dengan sangat tenang sebab semua soal yang keluar telah dibahasnya kemarin.
Sungguh terasa mudah baginya untuk menjawab pertanyaan tersebut. Hanya butuh waktu 20 menit.
"Silahkan kumpul jawabannya!"
Semua murid ke depan mengantar lembar jawaban dengan hati yang tengah menahan kesal.
"Besok akan saya umumkan semua nilai-nilai kalian! yang nggak tuntas wajib untuk remedi besok!"
"Baik bu."
Shaletta menoleh kebelakang, ia melihat Sinta yang berbicara dari tadi dengan si gadis blasteran.
***
"Sha gue pulang ama Jenni ya!"
"Hmmm,"
Tak lama kemudian, Reno mendatangi Shaletta yang duduk di halte.
"Mana Sinta?"
"Pulang sama anak baru."
"Oh."
"Woy! apa lo kangen gue Liasha?" tanya Ryan yang mendadak berada di depan Shaletta. Tak lupa pula dengan cengiran khasnya.
"Ck, kalo gue jantungan di sini lo yang bayar biaya rumah sakit gue," ujar cewek itu gang benar-benar terkejut.
"Jutek amat sih lo jadi orang."
Shaletta tidak mempedulikan ocehannya yang jauh dari kata penting. Jika ditanya gimana keadaan kepalanya, bisa dikatakan kayak gelas kaca yang dikasih air panas terus pecah.
"O iya. Murid baru itu selokal ama kalian?" kali ini Gema yang buka suara.
"Kenapa?" ucap Reno menanya balik.
"Nggak, pas ke kantin tadi gue ngeliat murid tapi wajahnya asing gitu, sampai di kelas ternyata anak-anak pada membicarakan ada siswi baru, terus gue pikir yang di kantin itu murid barunya," dan Ryanlah yang mewakili jawaban Gema dengan panjang lebar.
"Napa? lo suka ama dia?"
"Walaupun cantik, tapi hati gue hanya untuk satu orang kok. Only one heart," jawab Ryan.
Tiga cowok tersebut langsung menatap temannya datar.
"Eh, santai aja bro!"
Sedangkan Shaletta hanya memutar bola matanya jengah mendengar aksi 4 cowok tersebut.
"Yan, nanti gue ke rumah lo ya!" ucap Adam memutuskan topik Ryan.
"Palingan lo mo minjam catatan yang dikumpul besok kan? alah, bilang aja!"
"Tau aja lho."
Bersambung...
Terus baca ceritanya dan tunggu kelanjutannya ya!
Jangan lupa untuk tekan tombol like, beri vote and coment serta kasih bintang 5!
Thanks
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!