NovelToon NovelToon

Si Kembar Onar

Sensum

"Abang"

"Apa dek"

"Tolong bawakan topi putih gue"

"Ya"

Keributan selalu terjadi dirumah keluarga Prasaja. Apalagi jika si kembar mendapat pekerjaan disela jam perkuliahan mereka. Kedua orangtua mereka sudah sangat paham dengan sifat kedua putra mereka yang selalu membuat rusuh.

"Ini dek"

"Makasih Abang"

Eneng sudah selesai menyiapkan bekal untuk si kembar. Kejadian tiga bulan lalu membuat Eneng sedikit trauma. Si kembar keracunan makanan saat melakukan pemotretan. Semenjak saat itu, Eneng lebih hati-hati selain membawa bekal, si kembar hanya boleh menerima makanan dari sang manager. Yaitu Almeer.

"Abang, adek jangan lupa bekalnya. Sudah mama siapkan"

"Terimakasih mama"

"Sama-sama. Kalian pulang jam berapa nanti"

"Kalau dari jadwal jam sembilan malam mah. Tapi biasanya suka molor"

"Ya sudah. Sebelum pulang kabari ya nak. Biar dijemput papa atau supir"

"Bareng bang Al aja mah"

"Gapapa mah"

"Baiklah nak"

Mereka sudah siap akan berangkat. Tak lupa bodyguard setia mereka harus selalu ikut. 

"KunNo. Ayo buruan"

"Asyiap"

Sebelum pergi mereka selalu berpamitan kepada sang mama. Dan selalu pergi dengan diantar supir. Hanya sesekali saja mereka membawa kendaraan pribadi. Jika mereka sedang tidak diburu waktu dan dalam kondisi fit. Karena bulan ini jadwal mereka sangat padat, Airil tidak mengijinkan mereka membawa kendaraan sendiri. Apalagi Fathan yang mudah mengantuk jika lelah. Akan sangat membahayakan keselamatan mereka.

Mereka sudah sampai di studio alam. Almeer pun juga sudah menunggu mereka ditempat parkir. Supir hanya mengantarkan mereka saja, lalu kembali kerumah. Supir akan menunggu jika memang si kembar meminta. Setelah turun dari mobil, mereka mendekati Almeer.

"Assalamualaikum bang"

"Waalaikumsalam. Cepat juga. Tumben"

"Yaelah bang. Cepat salah. Telat salah. Maunya apa sih"

"Gak usah protes. Dah yuk masuk. Biar cepat kelar"

"Hem"

Fathan dan Fathian berjalan dibelakang Almeer. Ini adalah sesi pemotretan mereka yang kesekian kalinya tanpa Dean bersaudara. Dean bersaudara memutuskan pindah ke London mengikuti Almeera. Awalnya Almeer keberatan. Namun Arash selalu menekankan agar tidak mengengkang apa yang menjadi keinginan adik kembarnya. 

Fathan dan Fathian melihat settingan pemotretan mereka. Ada beberapa binatang ikut dalam sesi pemotretan. Dan jenis hewan tersebut adalah binatang kesayangan keduanya. Almeer mengajak si kembar menemu sang fotografer dan juga pimpinan pemilik usaha butik ternama yang menyewa duo F.

"Selamat siang bang Refi"

"Siang. Almeer. Wah akhirnya kita bisa ketemu lagi. Dah lama gak kerjasama kita. Apa kabar pak bos kita"

"Alhamdulillah baik. Bang Refi apa kabar"

"Baik gue baik. Sudah siap model loe"

"Sudah. Noh lagi main sama saudara mereka. Hahaha"

"Tega bener loe sama anak sendiri"

"Dah biasa kali bang. Oya bisa langsung mulai kita"

"Ayolah. Bu bos disana juga gak sabaran orangnya"

Duo F diminta untuk mengganti pakaian mereka. Usai mengganti pakaian, mereka langsung dirias agar lebih baik saat pengambilan gambar. Almeer duduk didekat meja pengawas untuk melihat hasil jepretan mereka. Fotografer mengarahkan gaya mereka.

"Oke kita break dulu bentar ya". Suara seruan dari sang fotografer memecah keheningan.

Disela-sela waktu istirahat, Thian bermain dengan binatang melata berwarna kuning keemasan. Tak ada yang memperhatikan Thian yang sedang bermain dengan python albino itu. Mereka sibuk dengan kegiatan masing-masing. 

Seorang gadis mendekat kearah Thian. Gadis itu sudah melihat Thian dan Fathan sejak mereka datang. Namun baru setelah pemotretan dia berani mendekat.

"Hai. Kok sendirian. Yang satunya mana"

Thian hanya melihat sekilas dan kembali bermain dengan si albino. Merasa diabaikan, gadis itu kembali memanggil Thian. 

"Boleh gabung. Gue juga suka main sama mereka kok"

Thian tetap tak menggubris. Ono yang berada disamping Thian hanya cekikikan melihat sang bos kecil berubah menjadi kulkas. 

"Bos. Seksih tuh. Putih mulus. Hihihi". Ono menggoda Thian agar mau menoleh. Namun Thian tetap tak merespon.

Gadis itu lalu berjongkok didepan Thian. Thian yang mencium aroma parfum menyengat dari tubuh gadis itu, berusaha untuk menjauh. Saat akan berdiri, tanpa sengaja Thian melihat kearah gadis itu. 

"Astaghfirullah". Pekik Thian yang cukup kencang. Hingga menjadi perhatian beberapa orang didekatnya. Thian bergegas pergi tanpa menoleh.

"Loh kok pergi. Emang loe lihat hantu ya kok nyebut gitu. Dimana". Gadis itu ikut panik ketika melihat Thian berjalan cepat tanpa menoleh kearahnya.

Thian memilih duduk disamping Fathan. Mendengar suara denyitan kursi yang cukup kencang, Fathan pun menoleh.

"Lihat apa dek". Fathan bertanya tanpa membuka matanya yang terpejam.

"Penampakan bang. Astaghfirullah. Astaghfirullah". Thian tak hentinya berdzikir sambil menutup matanya.

"Lebih serem dari KunNo dek". Fathan penasaran karena sang adik terus berdoa. Bahkan menurut Fathan jika sudah seperti itu, Thian melihat sesuatu yang lebih parah dari KunNo.

"Ngeri bang. Takut kena azab gue". Thian mencoba menjelaskan singkat. Karena mereka satu server, tanpa banyak kata Fathan sudah paham.

"Gede apa kecil dek". Fathan menggoda sang adik.

"Luber bang. Luber. Astaghfirullah". Mendengar perkataan sang adik, Fathan hanya cekikikan. 

"Padahal ya bos. Itu putih. Mulus. Montok banget. Mantep deh". Ono ikut nimbrung dalam obrolan mereka.

"Sapi dong no". Duo F kompak menjawab penjabaran dari Ono.

"Hihihi. Emang loe lihat sapi no". Kunkun tak mau ketinggalan.

"Hadeh bukan sapi kali bos, Kun. Tapi tuh cewek. Body bohay. Montok putih mulus. Beuh mantep abis". Ono kembali menjelaskan kepada kunkun dan duo F.

"Lah iya. Kalau putih mulus bohay montok, ya sapi Ono". Thian kembali membantah hasil pengamatan Ono.

"Serah serah. Dikasih calon bibit unggul kok nolak". Ono mulai sewot dan kesal karena pendapatnya salah.

"Haduh no. Loe masih saja gak paham sama mereka berdua". Kunkun mencoba mengingatkan kesalahan teman sejawatnya itu.

"Gak paham gimana sih Kun". Ono kembali tak terima dengan perkataan sahabatnya itu.

"Bos kecil mana mau sama gadis obralan no. Lihat tuh baju kurang bahan. Aset meluber kemana-mana. Paham gak". Kunkun menjabarkan semua apa yang menjadi kesalahan ono.

"Jaman now gitu loh bos. Gapapalah, nanti juga bisa diubah". Ono masih pada pendiriannya.

"Emang susah ngomong sama sensum". Kunkun yang sekarang kesal pada Ono.

"Apa tuh sensum". Fathan penasaran dengan istilah baru dari kunkun.

"Setan mesum bos". Kunkun menjelaskan dengan nada kesal.

"Benar yang loe bilang Kun. Si Ono makin mesum. Perlu dirukyah". Fathan setuju dengan pernyataan kunkun.

"Yang bener aja bos. Gue dirukyah. Hangus dong bos". Ono semakin kesal dengan jawaban Fathan.

Saat asyik dengan kedua bodyguardnya, gadis tadi kembali mendekati si kembar. Dan terjadi sesuatu yang membuat semua tertawa melihatnya.

"Wah kalian berdua seru sekali. Boleh gabung dong". Gadis yang menurut Thian lebih menakutkan dibandingkan dengan bangsa KunNo, mulai mendekat. 

Si kembar yang kaget dengan suaranya, reflek berdiri dan Thian reflek melemparkan handuk yang sedang dipangkunya kearah dada gadis itu sambil berdzikir.

"Astaghfirullah. Ampuni Thian ya Allah". Thian berdoa sambil menutup matanya.

"Kenapa ian". Almeer menggoda Thian dengan bahagia.

"Kimplah kimplah bang". Jawaban polos Thian membuat semua tertawa.

_____

Hai..ini seri selanjutnya anak Eneng ya gaesss...huh rekor bener ngalahin pilem penomenal...

Jangan lupa bahagia gaesss

Jempol digoyang yuk

Ono Berulah

Fathan dan Fathian semakin tenar semenjak menjadi bintang iklan. Almeer pun semakin bahagia karena pundi-pundi recehnya semakin menggemuk. Duo F saat ini sedang menempuh pendidikan disebuah universitas yang dimiliki oleh Almeer. Mereka mengambil jurusan managemen bisinis.

Duo F termasuk populer. Selain cerdas mereka juga tampan. Dan terkenal, jangan lupakan itu. Duo F tidak memiliki teman dekat. Karena hampir seluruh mahasiswa yang menuntut ilmu di kampus tersebut berasal dari anak golongan elit. Yang hanya bisa memerkan dan juga membanggakan harta orangtua saja. Mereka berteman berdasarkan kasta.

Hari ini duo F sedang berada di kampus. Dan jadwal mereka cukup padat. Almeer juga sudah mengatur jadwal mereka agar tidak berbenturan. Almeer sudah tidak menjadi dosen lagi. Hanya saja dia sesekali datang ke kampus untuk melihat kondisi kampus miliknya. Dan pastinya Almeer pun belum menikah diusia yang cukup matang.

Saat ini duo F sedang berada di perpustakaan mencari buku untuk tugas mereka. Dikampus tersebut terdapat sekelompok anak gadis yang selalu mencari perhatian si kembar. Dua diantaranya memang sangat menyukai Fathan dan Thian. Bahkan pernah mereka mengungkapkan perasaan mereka namun ditolak oleh duo F. Dua gadis itu bernama Naura dan Mariana. Dan kembali kedua gadis tersebut berusaha mendekati duo F.

"Hai Fathan. Lagi nyari buku apa". Gadis bernama Naura berdiri disamping Fathan yang sedang mencari salah satu judul buku dalam rak besar dihadapan mereka.

"Buku management". Fathan menjawab singkat dan tak menoleh sama sekali. Bahkan perlahan Fathan berjalan menjauh.

"Mau gue bantu. Biar cepat dapat". Naura kembali berusaha untuk bisa lebih dekat dengan Fathan.

"Tidak perlu. Thanks". Fathan lebih memilih mencari dibagian lain dari rak tersebut. 

Ono yang bertugas menjaga Fathan mendadak kumat jahilnya. Naura yang terus saja berusaha mengikuti langkah Fathan, mendapat kejutan indah dari Ono. Ono memegang tangan Naura. Buku yang ada disamping Naura, juga digerak-gerakkan oleh Ono. Naura mulai panik.

"Gaaa. Eess. Toko longg". Naura berusaha berteriak meminta tolong kepada teman-temannya. Namun suaranya tak bisa keluar dengan jelas.

"Hahaha. Rasain. Makanya jangan kegatelan. Emang bos kita perangko. Mau loe koleksi. Dasar lampir". Ono bahagia bisa menjahili Naura. Ono sangat kesal karena memang Naura memiliki niat buruk mendekati Fathan.

Fathan yang melihat dari balik rak yang sama, hanya tersenyum tipis melihat tingkah laku bodyguard istimewanya itu. Fathan memberi kode pada Ono agar melepaskan tangan Naura. 

"Alah bos. Nanggung bentar lagi ya. Plisss. Asyik nih gangguin lampir". Ono meminta agar Fathan masih mengijinkan dirinya menjahili Naura.

Fathan hanya menghela nafas dan mengangkat kedua bahunya. Tak lupa Fathan memberi kode dengan jari kelingkingnya. Itu berarti Ono hanya boleh bermain selama lima menit lagi.

"Asyiap bos. Lima menit lagi udahan kok. Takut ngompol disini berabe kan". Ono paham dengan perintah Fathan. 

Fathan memilih kembali ke kursi didekat Thian. Mereka memulai mengerjakan tugas mereka. Dara, salah satu teman Mariana dan Naura penasaran dengan apa yang terjadi dengan Naura. Karena dia tidak bergerak sama sekali dari tempat dia berdiri.  Biasanya jika Fathan sudah beralih tempat, Naura pun mengikutinya. Tapi ini Naura masih menjadi patung ditempat yang sama.

"Ra. Loe kenapa Ra". Dara mencoba menyentuh lengan sahabatnya. Naura sudah bercucuran keringat dingin dan berwajah pucat.

"Ra jangan main-main dong. Loe kenapa Ra". Dara kembali mencoba menyadarkan Naura. Naura sudah bisa merespon panggilan Dara.

"Tooooo. Longgg. Seeeee taaaaan". Jawab Naura sambil terbata-bata. 

Ono sudah kembali ke posisi dibelakang tubuh Fathan. Dan seketika tubuh Naura jatuh dan mendadak lemas bak kehilangan tulang penyangga. Dara langsung berusaha menyangga tubuh sahabatnya.

"Loe kenapa Naura". Dara kembali mencoba menyadarkan Naura. Bahkan teman yang lain ikut mendekat. 

"Loe minum dulu Ra. Ini minum dulu". Mariana menyodorkan botol air mineral yang dibawanya.

Naura menerima botol air minum tersebut dan segera meneguk isinya hingga tandas. 

"Sekarang loe udah tenang kan. Loe kenapa sebenarnya Ra". Mariana mencoba bertanya kepada Naura setelah kondisinya tenang.

"Ayo cabut dari sini. Gue gak mau disini". Naura kembali panik dan mengajak semua teman-temannya untuk meninggalkan perpustakaan.

"Tunggu-tunggu. Gue gak salah dengar. Loe mau pergi gitu aja tanpa nungguin Fathan". Dara yang paham bagaimana sifat Naura jika sudah berhadapan dengan Fathan, merasa suatu keanehan.

"Pokoknya ayo pergi. Kalau kalian gak mau, ya sudah gue pergi sendiri". Naura sudah mulai kesal. Dia berusaha berdiri dan melangkahkan kaki meninggalkan perpustakaan. Naura tak ingin menengok sama sekali.

"Naura. Tungguin kita". Mariana berteriak dan mengejar Naura yang berjalan dengan langkah lebarnya.

Teman-teman Naura berlari keluar perpustakaan dan mengejar Naura. Semua yang berada didalam perpustakaan memperhatikan geng Naura. Namun tak ada satupun yang perduli. Termasuk duo F.

"Kenapa dia bang". Thian bertanya kepada Fathan tentang Naura. Karena memang sedari tadi Thian memperlihatkan jika Naura terus mengikuti Fathan.

"Tanya tuh markono". Fathan menjawab asal. Dan terus fokus pada tugas mereka.

"Loh gue ganti nama bos. Tapi jelek amat. Masa markono sih". Ono menampakkan wajah cemberut saat Fathan mengganti namanya.

"Loe apain dia markono". Thian pun kembali bertanya dan menyebut nama baru Ono dengan santainya.

"Nama gue Mariono ya bos bukan markono". Ono kembali kesal karena nama barunya. 

"Buruan jelasin. Lama". Thian mulai tak sabar menunggu jawaban dari Ono.

"Gue pegang tangannya. Terus gue bisikin". Ono menjawab dengan santai dan songong.

"Loe bisikin apa". Thian masih bertahan selama Ono tak menjelaskan secara detail. Walaupun tangan dan mata duo F tertuju pada buku masing-masing, namun telinga mereka tetap mendengar apa yang Ono katakan.

"Gue bilang. Loe gak boleh dekat-dekat dia. Kalau hidup loe mau tenang. Kalau loe masih gangguin dia, jangan salahkan gue kalau loe lihat wajah ganteng gue. Gitu bos". Ono kembali bercerita apa yang telah dia perbuat.

"Sawan tuh anak". Fathan berbicara dengan santai.

"Besok lagi gak usah pakai omongan. Langsung gerak". Thian ikut dalam percakapan itu.

"Yah. Bisa ngompol ditempat dong bos". Ono memberikan jawaban dengan nada santai.

Si kembar terus mengerjakan tugasnya. Karena mereka saat ini sudah menerima kontrak baru sebagai bintang iklan. Mereka harus bisa membagi waktu. Jika ada waktu senggang seperti ini, mereka mengerjakan tugas mereka. Dan sore nanti Almeer akan meminta mereka untuk ikut dalam casting sebuah film layar lebar baru. Duo F sudah menolak, namun Almeer tetap memaksa. Dan disinilah mereka bersembunyi. Dibalik rak buku menjulang tinggi.

Almeer sudah berjalan mencari keberadaan duo F yang tiba-tiba tidak bisa dihubungi. Almeer juga sudah melihat jadwal kelas duo F. 

"Maaf kalian lihat Fathan dan Fathian". Almeer mencoba bertanya kepada salah satu mahasiswa yang berada didekat kelas duo F.

"Ada di perpustakaan pak Al". Jawab mahasiswa tersebut.

"Oh. Makasih". Almeer bergegas pergi setelah berterima kasih kepada mahasiswa tersebut.

Almeer masuk kedalam perpustakaan. Mencoba memeriksa satu persatu mahasiswa yang sedang larut dalam buku. Kedatangan Almeer sempat membuat heboh. Parasnya mengalihkan dunia siapapun yang menatapnya.

"Bos. Ada Joker didepan". Kunkun berbisik kepada Thian. Setelah melihat kedatangan Almeer.

"Biarin aja". Thian menjawab santai perkataan kunkun.

"Perlu kita tutupin gak bos". Kunkun memberikan ide gilanya untuk menutupi penglihatan Almeer secara ghaib.

"Gak usah. Biarkan saja. Belum pasti dia nemuin kita". Thian menolak permintaan kunkun.

Almeer menyusuri tiap lorong rak buku didalam perpustakaan tersebut. Dilorong terakhir, Almeer baru menemukan mereka. Almeer berjalan sambil menghela nafasnya. Dia paham jika kedua bocah itu menolak ajakan casting secara halus.

"Sembunyi gaess". Almeer sudah berdiri dibelakang kedua bocah kembar itu.

"Gak lihat lagi belajar". Fathan menjawab dengan santai dan tetap mengerjakan tugas mereka.

"Iya belajar sekaligus sembunyi. Ayo buruan". Almeer mencoba mengajak mereka untuk pergi.

"Kemana". Thian menjawab pura-pura lupa dengan janji mereka.

"Jadi artislah. Yuk buruan". Almeer kembali mengajak mereka untuk pergi.

"Kita udah top". Fathan menjawab dengan nada songong.

"Ayolah main film. Biar makin top. Duitnya tambah banyak". Almeer mencoba merayu mereka.

"Males bang". Thian membantah permintaan Almeer.

"Ingat perjanjian kalian dengan Dean bersaudara". Almeer mengeluarkan ancaman untuk keduanya. 

Fathan dan Fathian membereskan buku-buku mereka dan memasukkan kedalam tas. Mereka berdiri dan berbalik menghadap Almeer. Almeer tersenyum menang melihat kedua bocah onar itu patuh.

"Nah gitu dong". Almeer memberikan pujian kepada keduanya.

"Dasar Joker tukang paksa". Fathan berkata sambil kesal dan berjalan didepan Almeer. Diikuti oleh Thian dan KunNo.

"Apa itu Joker". Mendengar nama yang keluar dari perkataan Fathan membuat Almeer penasaran.

"Jomblo kere". Fathan menjawab dengan nada savagenya. 

_____

Aslinya Joker itu jomblo keren..tapi Thian gak mau ngakuin abangnya kerren...

jangan lupa bahagia gaesss

jempol digoyang yuk

Misteri Suara Denyitan

"Thian. Hari ini kalian free tidak". Airil menanyakan jadwal pekerjaan sang putra saat mereka sedang santai.

"Free papa. Sengaja hari ini kami tidak ambil pekerjaan. Kan ulangtahun Oma. Kami mau kerumah Oma". Thian menjawab pertanyaan sang papa, tak lupa mengutarakan alasan apa yang membuat mereka libur.

"Nah itu yang mau papa tanyain juga. Kebetulan papa gak bisa libur. Tadinya kalau kalian gak bisa kesana, papa mau pakek kurir antar kado Oma". Airil juga menjelaskan maksud pertanyaan yang diutarakannya tadi.

"Ya sudah, nanti biar Abang sama Thian aja yang kerumah Oma. Tapi kita pulang besok subuh ya pah. Capek kalau langsung balik malam nanti". Thian mengutarakan pendapatnya dan juga meminta ijin untuk menginap satu malam dirumah sang Oma.

"Besok gak ada kuliah apa". Airil kembali memastikan jika jadwal putranya esok tidak terganggu.

"Kuliah siang pah". Thian menjelaskan jadwalnya untuk besok.

"Ya sudah kalau begitu. Kalian nginap saja semalam". Airil mengijinkan sang putra untuk menginap dirumah sang Oma satu malam.

"Terimakasih papa". Thian menjawab dengan tersenyum dan bahagia. 

Sebelum berangkat menuju kampung halaman sang Oma, Fathan dan Thian pergi membelikan kado untuk sang Oma. Fathan sempat meminta pendapat kepada sang mama tentang kado yang tepat untuk sang Oma. Eneng hanya meminta kedua putranya menggunakan feeling mereka. Karena Eneng yakin jika keduanya sudah tau pasti seperti apa Oma mereka.

"Bang. Jalan sekarang aja yuk. Beli kadonya sekalian jalan. Takut kesorean". Thian meminta kepada Fathan untuk segera berangkat ke kampung sang Oma.

"Ya udah yuk. Jangan lupa ransel dimasukin bagasi dek". Fathan menyetujui permintaan sang adik. Tak lupa dia juga mengingatkan Thian untuk memasukkan pakaian ganti mereka.

"Pake mobil siapa bang. Punya Abang apa gue". Thian kembali bertanya. Kendaraan siapa yang akan mereka gunakan.

"Mobil gue aja dek. Lama gak dipakai jalan jauh". Fathan meminta agar menggunakan mobil miliknya saja.

"Oke. Gue panasin dulu". Thian mengambil kunci mobil Fathan dan berlalu keluar dari kamar Fathan.

Thian sedang menyiapkan mobil digarasi samping. Kunkun tiba-tiba muncul dikursi sampingnya. 

"Mau kemana bos. Rapi amat". Kunkun bertanya sambil mengomentari penampilan Thian yang cukup rapi.

"Jelong-jelong". Thian menjawab asal sambil menikmati musik yang sedang dia putar didalam mobil.

"Kita gak diajak nih bos". Kunkun bertanya kepada Thian karena dia merasa belum diajak.

"Gak ikut gue rukyah loe". Thian menjawab dengan ancaman.

"Asyiap. Tunggu bentar ya bos. Gue panggil Ono dulu". Kunkun sangat antusias ketika akan diajak pergi bos kecilnya.

Thian tak menjawab dan tetap bergoyang didalam mobil. Tak lama Fathan keluar dari rumah diikuti kedua orangtuanya. Eneng nampak membawa beberapa tentengan untuk sang emak. 

"Kalian hati-hati. Jangan ngebut. Sampaikan salam papa dan mama buat Oma". Airil berpesan kepada kedua putra kembarnya.

"Iya pah. Oya papa pulang jam berapa nanti malam". Thian bertanya kepada sang papa mengenai jadwal kerjanya.

"Jam tujuh malam papa sudah pulang. Kecuali ada tindakan darurat. Kenapa dek". Airil menjelaskan dan kembali bertanya kepada sang putra.

"Kalau papa sampai pagi, biar Ono dirumah temani mama. Kita sama kunkun saja". Thian menjelaskan maksud pertanyaannya tadi.

"Gak perlu. Biar mereka berdua mengawal kalian. Papa gak akan lama kok". Airil menolak permintaan sang putra.

"Ya sudah. Kami pamit ya pah, mah". Fathan berpamitan kepada kedua orangtuanya sambil menyalami dan mencium tangan mereka. Begitupun dengan Thian.

"Iya hati-hati. Kalau sudah sampai jangan lupa telfon papa atau mama". Airil kembali mengingatkan kedua putranya.

"Assalamualaikum. Pah, mah". Keduanya mengucapkan salam sambil melambaikan tangan. Dan mobil mereka melaju perlahan.

"Waalaikumsalam". Airil dan Eneng menjawab sambil melambaikan tangan juga. 

Mobil Fathan yang dikendarai oleh Thian , perlahan menghilang. Karena bukan weekend, jalanan cukup ramai. Mereka berjalan dengan kecepatan sedang saja. 

"Bang mau mampir dimana buat cari kado Oma". Thian bertanya kepada Fathan sambil memegang kendali laju kendaraannya.

"Seinget gue ada toko cukup besar sebelum kita masuk ke wilayah kabupaten tempat Oma tinggal deh dek". Fathan mengingat kembali tempat-tempat penting didekat rumah sang Oma.

"Oh ya gue ingat. Ya udah mampir sana aja gimana bang". Thian pun mulai mengingatnya juga. Dan mencoba memberikan pendapatnya.

"Iya disana aja. Kan gak jauh dari rumah Oma. Kalau disini malah takut lama dijalan". Fathan setuju dengan usulan Thian.

"Memang kalian tahu mau ngasih apa buat bos emak". Kunkun bertanya dari kursi penumpang belakang.

"Belum. Nanti kita lihat ditoko sana ada apa". Fathan menjawab pertanyaan yang diajukan oleh Kunkun.

Mereka menikmati perjalanan menuju kampung emak. Thian menyalakan musik untuk mengusir sepi. Fathan sibuk dengan buku yang dibawanya. Tak terasa waktu sudah siang. Terdengar suara adzan dari setiap jalan yang mereka lalui.

"Bang mampir masjid depan dulu ya". Thian meminta ijin kepada sang Abang untuk berhenti dan melaksanakan ibadah.

"Ya udah gapapa. Sekalian cari makan dek". Fathan setuju atas permintaan sang adek. 

"Oke". Thian menjawab singkat sambil membelokkan arah mobil kedalam masjid yang cukup besar.

Thian memarkirkan kendaraannya di halaman depan masjid. Tak lupa dia mengunci mobil miliknya sebelum masuk kedalam masjid. KunNo akan menjauh saat suara adzan berkumandang. Mereka memilih memantau kendaraan sang bos dari jauh.

Usai melakukan ibadah mereka bergegas meninggalkan masjid tersebut. Mereka sempat membeli kue ditoko dekat masjid untuk makan siang dijalan. Kini mereka sudah memasuki perbatasan wilayah kampung emak. Sesuai kesepakatan mereka akan mampir membeli hadiah untuk sang Oma.

Mereka masuk untuk melihat dan memilih barang yang tepat untuk sang Oma. Mereka sudah menemukan sesuatu yang sangat cocok untuk Omanya.

"Bang ini aja gimana". Thian menunjukkan barang yang telah diambilnya sebagai hadiah sang Oma.

"Widih. Ini mah Oma banget. Ambil dua berbeda versi dan isi. Ada gak". Fathan menyetujui usulan sang adik dan meminta mencarikan versi lain dari benda tersebut.

"Ada bang. Ini". Thian menunjukkan versi berbeda dari yang pertama.

"Dek, Abang mau ngasih ini aja buat Oma". Fathan menunjukkan benda lain sebagai hadiahnya.

"Mantap bang. Lanjut bungkus". Thian sangat antusias setelah mereka menemukan barang yang sesuai dengan sang Oma.

Usai membayar dan membungkus kado mereka, mereka melanjutkan perjalanan menuju rumah Oma. Tak lama mereka sudah memasuki area perkampungan milik sang Oma. Tidak ada perubahan sama sekali dikampung itu. Hanya saja saat ini lebih ramai. Karena sekolah yang mereka bangun banyak yang meminati. Beberapa anak dari desa lain ikut bersekolah disana.

Mereka sudah sampai didepan rumah emak. Thian juga sudah memarkirkan mobilnya didepan rumah sang Oma.

"Bang kok sepi amat". Thian penasaran karena rumah sang Oma nampak sepi tak seperti biasanya.

"Paling lagi ke kebon dek. Masuk aja yuk". Fathan menjawab dengan jawaban logis dan mengajak sang adik masuk kedalam rumah Omanya. 

"Assalamu'alaikum. Oma yuhu Oma". Thian mengucapkan salam sambil memanggil sang Oma dengan nada khasnya.

"Kok gak nyahut ya dek. Apa coba masuk saja". Fathan mulai khawatir karena sang Oma tak menjawab. 

"Ayolah bang buruan". Thian juga merasa khawatir dengan sang Oma.

Beruntung pintu rumah emak tidak dikunci. Mereka langsung masuk dan memeriksa keadaan Oma mereka. Mereka juga tidak lupa memanggil nama sang Oma sambil mencari keberadaannya. Dari satu pintu ke pintu lain masih belum ditemukan. Mereka semakin khawatir. 

"Dek tinggal kamar belakang yang belum kita lihat". Fathan menunjukkan satu ruangan lagi yang belum mereka periksa. 

Keduanya berjalan menuju kamar tersebut. Dan bersama-sama membuka pintu kamar itu. Sesuatu diluar ekspektasi mereka sedang terpampang jelas dihadapan mereka. 

"Duh Gusti. Ambyarrr sudah". Thian berteriak melihat apa yang dilakukan Oma mereka.

Emak tak melihat kedatangan kedua cucunya. Telinga emak terpasang headset dan emak sedang berjoged heboh diatas ranjang besi. Yang mulai terdengar suara ranjang itu berdenyit.

Fathan dan Thian berdiri diambang pintu sambil menatap sang Oma yang berjoged asyik. Terdengar suara riuh dari luar rumah sang Oma.

"Dek suara apa itu. Kok kayaknya ramai banget ya". Fathan bertanya kepada Thian karena mendengar suara keributan didepan rumah.

"Gak tau bang. Bentar gue cek dulu". Thian bergegas menuju depan rumah melihat apa yang sedang terjadi.

Tampak beberapa tetangga emak sudah berkerumun didepan rumah emak. Thian berjalan kearah kerumunan dan menyapa.

"Assalamualaikum. Ada apa ya kok rame sekali". Thian menyapa kerumunan tetangga emak.

"Waalaikumsalam. Oalah cucu emak kasep pisan". Jawab salah satu tetangga emak.

"Iya eh. Lama gak lihat tambah kasep aja". Jawab dari tetangga lainnya.

"Maaf ada apa ya ini". Thian kembali mengulangi pertanyaannya tadi sambil tersenyum.

"Ini loh kasep. Tiap hari dari rumah emak pasti ada suara denyitan. Dan itu dijam-jam tertentu. Kayak sekarang. Tiap kita ketok emak gak jawab. Kita cuma khawatir emak kenapa-kenapa". Salah satu warga mencoba menjelaskan alasan mereka berkerumun.

Thian ingin tertawa tapi berusaha dia tahan. Dia harus mencari alasan agar warga tidak mengetahui rahasia dibalik denyitan ranjang itu. Agar harga dari sang Oma tetap terjaga.

"Oh itu. Dirumah Oma ada biangnya tikus ibu-ibu, bapak-bapak. Ini saya dan Abang saya sedang mengusirnya. Tikusnya kegenjet pintu jadi bersuara seperti yang kalian dengar". Thian menjelaskan sambil tersenyum. Thian berharap warga percaya alasan anehnya.

"Oalah gitu toh. Berarti gede dong tikusnya kasep". Salah satu warga kembali bertanya.

"Gede Bu. Gede banget". Thian menjawab dengan penuh penekanan agar mereka percaya.

"Padahal tak pikir ranjang emak bergoyang karena emak tidurnya gak anteng. Kan suaranya kayak ranjang besi bergoyang itu". Kembali warga lain berpendapat.

"Bukan kok Bu. Itu tikus. Jadi kalian tidak usah khawatir. Kami akan mengatasinya". Thian kembali menjelaskan. 

"Ya sudah kalau gitu. Kami pamit. Kalau butuh bantuan, tinggal bilang ya nak kami siap membantu". Salah satu warga berpamitan dan tak lupa mengatakan jika mereka siap membantu.

"Ya pak. Terimakasih atas tawarannya". Thian menangkupkan kedua tangan didepan dada sambil sedikit membungkuk.

Warga sudah membubarkan diri kembali kerumah masing-masing. Thian masih berdiri menatap kepergian para tetangga emak.

"Ampuni Thian ya Allah. Maaf ya Oma. Demi harkat martabat Oma". Thian bermonolog sendiri didepan pintu rumah.

_____

Emak oh emak pencintraan melulu...

Jangan lupa bahagia gaesss

Jempol jangan lupa jempolnya

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!