Malam ini Pelangi pulang kerumah Om dan Tantenya sudah larut malam. Karena di bengkel tadi banyak sekali pekerjaan yang harus secepatnya diselesaikan. Biasanya Pelangi akan pulang ke apartemennya. Tapi tadi pagi Tante Agatha meneleponnya agar Pelangi pulang ke rumah.
Aubrey Fathia Pelangi. Gadis berusia 23 tahun yang akrab dipanggil Pelangi oleh keluarganya, dan dipanggil Aubre oleh teman-temannya, merupakan anak yatim piatu dari pasangan Robert dan Valencia. Semenjak kedua orang tuanya meninggal karena kecelakaan disaat usianya 15 tahun, Pelangi diasuh oleh Om dan Tantenya.
Pelangi merupakan gadis berparas cantik, dengan kulit putih, dan tinggi badan sekitar 160cm. hanya saja kecantikan Pelangi tertutup dengan gayanya yang tomboy. Hal itu disebabkan karena kebanyakan teman-temannya adalah laki-laki. Bukannya dia tidak mau berteman dengan sesama perempuan, hanya saja sifat Pelangi yang simple dan tidak mau ribet apalagi dengan urusan dandan, salon, pakaian, dan lain-lain.
Bahkan semenjak dia menyelesaikan pendidikan sarjananya setahun yang lalu, Pelangi lebih memilih bekerja di bengkel motor milik sahabatnya yaitu Alex daripada bekerja di perusahaan kedua orang tuanya yang saat ini dipimpin oleh Omnya, Richard.
***
Pelangi baru saja masuk ke dalam rumahnya yang kini dihuni oleh Om dan Tantenya. Dia melihat jam tangannya sudah menunjukkan pukul 11 malam. Dia yakin penghuni rumah ini sudah pada tidur. Jadi Pelangi memutuskan untuk masuk ke dalam kamarnya.
“Ehm..” seseorang tiba-tiba berdeham saat Pelangi baru memegang kenop pintu kamarnya.
“Om? Belum tidur?” Tanya Pelangi.
“Mau sampai kapan kamu akan disibukkan dengan mesin-mesin motor dan oli Sayang?” Tanya Richard.
Richard merupakan adik kandung Robert. Dia dan istrinya sangat menyayangi Pelangi seperti anaknya sendiri.
Sebenarnya sejak dulu Richard sudah meminta Pelangi agar ikut membatunya di perusahaan. Karena mau bagaimana pun juga Pelangi nantinya akan menjadi pemimpin perusahaan. Tapi gadis itu keras kepala. Dia lebih memilih bergelut dengan mesin-mesin motor dan oli di bengkel milik sahabatnya.
“Om, bukannya Pelangi sudah bilang kalau Pelangi lebih suka bekerja di bengkel Alex.” Ucap Pelangi pada Omnya.
Richard hanya menghela nafasnya pelan. Percuma saja bicara pada Pelangi kalau jawabannya tetap sama.
“Ya sudah kamu tidur sana. Ini sudah hampir larut malam. Tante kamu sejak tadi menunggu sampai ketiduran.” Ucap Richard.
“Maaf Om. Ya sudah Pelangi masuk dulu.” Pamit Pelangi.
Setelah masuk ke dalam kamarnya, Pelangi bergegas membersihkan tubuhnya ke kamar mandi. dia ingin sekali berendan dengan air hangat. Meskipun hanya sebentar, setidaknya bisa membuat tubuhnya rileks.
Selesai mandi, Pelangi mengambil baju tidurnya yang tersimpan di dalam lemari. Kemudian bersiap untuk terbang ke alam mimpi.
Keesokan harinya Pelangi sudah bangun dengan badan yang sudah lumayan segar karena tidurnya semalam cukup nyenyak. Pelangi mencuci mukanya dan segera turun ke bawah untuk menemani Tantenya memasak.
“Pagi Tante!!” sapa Pelangi pada Tantenya yang sedang memasak.
“Astaga!!! Untung saja Tante tidak jantungan. Kalau sampai Tante tadi kena serangan jantung bagaimana kamu bisa makan masakan Tante lagi?” ucap Agatha sambil mengelus dadanya.
“Ihh Tante lebay banget sih.” Balas Pelangi sambil nyengir.
Kemudian Pelangi membantu tantenya melanjutkan memasak. Meskipun dia tidak bisa memasak, setidaknya dia masih bisa mengupas bawang ataupun hanya mencuci sayuran. Beberapa saat kemudian kegiatan masak memasak sudah selesai. Pelangi membantu tantenya menyiapkan makanannya di meja makan. Kebetulan hari ini hari minggu jadi Om dan Tantenya bisa bersantai di rumah.
“Pagi Om!!” sapa Pelangi pada Richard yang sedang duduk di meja makan.
“Hmm.” Jawabnya singkat karena Richard sedang membaca koran.
Kini mereka bertiga sudah berada di meja makan. Sebenarnya Richard dan Agatha mempunyai seorang anak laki-laki yang bernama Leo. Usianya selisih 3 tahun lebih muda dari Pelangi. Dan saat ini sedang menempuh pendidikannya di LN.
“Bagaimana kabar Leo Om? Sudah lama dia tidak menelepon Pelangi.” Tanya Pelangi.
“Bukannya Leo tidak pernah menghubungi kamu, tapi kamu saja yang susah dihubungi.” Omel Agatha.
Pelangi hanya mencebik. Karena memang benar dirinya kalau sudah sibuk di bengkel pasti tidak akan pegang ponsel. Dan akan memegang ponselnya kalau pekerjaannya sudah selesai. Itupun kalau kebetulan terdengar dering panggilan ataupun pesan. Kalau tidak, Pelangi nggak akan menyentuh benda pipih itu.
“Iya-iya nanti Pelangi akan hubungi Leo.” Ucap Pelangi kemudian.
Sebenarnya kalau hari minggu seperti ini Pelangi juga akan tetap pergi ke bengkel. Karena justru kalau hari minggu, bengkel akan semakin ramai. Terkecuali hari ini. Pelangi sudah minta ijin pada Alex karena akan pulang ke rumah Omnya.
Setelah selesai sarapan. Mereka bertiga berkumpul di ruang keluarga. Memang tidak ada kegiatan, jadi hanya bersantai di ruang keluarga.
“Pelangi, ada yang ingin Om sampaikan.” Ucap Richard.
“Ada apa Om, ko’ kelihatannya serius sekali.” Tanya Pelangi.
“Om akan menyampaikan wasiat dari mendiang orang tua kamu. Dalam wasiat itu mengatakan bahwa kalau usia kamu sudah 23 tahun, kamu harus menikah-“
“Apa?? Om jangan bercanda deh. Pacar saja Pelangi tidak punya, bagaimana mau menikah.” Kelakar Pelangi.
“dengerin dulu Om kamu belum selesai bicara.” Ucap Agatha.
“Almarhum Papa kamu sudah menjodohkan kamu dengan anak sahabatnya sejak kamu masih kecil. Dan Papa kamu dulu sudah berjanji akan menikahkan kamu saat usia kamu sudah 23 tahun.” Ucap Richard.
Seketika itu Pelangi tertawa terbahak. Dia mengira Omnya sedang berhalusinasi. Memangnya ada jaman modern seperti sekarang masih ada perjodohan. Namun tawa Pelangi berangsur hilang saat mendapat pelototan mata dari Agatha.
“Om kamu serius tidak bercanda.” Ucap Agatha.
“Pelangi nggak mau Om. Lebih baik Pelangi jadi perawan tua daripada harus dijodohkan dengan seseorang yang Pelangi sendiri tidak pernah kenal.”
“Apa kamu mau membuat mendiang orang tua kamu bersedih di sana. Pasti dia sangat kecewa karena mempunyai anak yang tidak patuh dengan perintahnya.” Ucap Richard.
Pelangi terdiam. Senjata ampuh baginya adalah orang tuanya. Pelangi memang terkenal dengan anak yang sangat patuh dengan kedua orang tuanya. Tidak pernah sekalipun dia menolak perintah orang tuanya semasa hidup dulu. Dan sekarang, dia tidak pernah tahu kalau mendiang orang tuanya berwasiat akan menjodohkannya dengan anak sahabatnya.
Apakah dirinya akan menolak perjodohan ini. Bukannya orang tuanya sudah meninggal, pasti tidak tahu kan kalau perjodohan ini tidak dilakukan. Namun yang pasti dia akan selalu dihantui rasa bersalah pada mendiang orang tuanya.
Richard dan Agatha melihat Pelangi terdiam, seakan mengerti kalau Pelangi sedang berpikir keras dan tidak mungkin menolak perjodohan ini.
“ya sudah terserah hari ini kamu mau pergi kemana. Yang pasti besok malam kamu harus hadir untuk makan malam dengan Kenzo dan orang tuanya.” Ucap Richard.
“Kenzo siapa Om?”
“Calon suami kamu dong Sayang” jawab Agatha.
Pelangi akhirnya hanya bisa diam dan tertunduk lesu.
.
.
.
*TBC
Hai guys!!
Ini novel ke 3 ku ya... yuk mampir, semoga suka🤗🤗 jangan lupa masukkan ke rak bacaan kalian ya😘😘
Selepas mendapatkan kabar yang kurang enak dari Om dan Tantenya, Pelangi segera melesat ke bengkel Alex dengan menggunakan motor CBR kesayangannya. Dalam perjalanan, pikiran Pelangi masih terngiang-ngiang dengan apa yang baru saja Om nya sampaikan. Yaitu tentang perjodohan. Apa benar dirinya akan menikah dengan orang yang sama sekali belum pernah ia kenal. Bagaimana mungkin menjalani biduk rumah tangga dengan orang asing.
Dug
Ciiitttt
Pelangi mengerem motornya mendadak saat ada sebuah kaleng bekas softdrink mendarat sengaja mengenai punggungnya. Perasaan dia mengendarai motornya dengan kecepatan sedang dan tidak menabrak atau mengganggu seseorang. Pelangi menghentikan motornya dan menengok ke kanan dan ke kiri siapa orang yang telah melempar kaleng bekas softdrink itu.
“Hei ngapain lo? Udah salah bukannya minta maaaf malah celingak-celinguk kayak orang bodoh!” teriak seorang pria yang tak jauh dari keberadaan Pelangi.
Pelangi yang mendengar umpatan pria itu, apalagi mengatai bodoh. Dia sangat tidak terima. Dia segera menghampiri pria itu.
“Apa maksud lo ngatain gue bodoh?” Tanya Pelangi kesal sambil melepas helmnya.
“Ya memang kenyataannya seperti itu. Lo tuh naik motor ga lihat-lihat ada orang lagi kena musibah malah ditambah musibah lagi.” Gerutu pria itu.
“Lah perasaan gue bawa motornya juga nggak ngebut. Apa salahnya?” Tanya Pelangi heran.
Kemudian pria itu menjelaskan dengan enggan kalau tadi dirinya sedang berhenti di pinggir jalan karena tiba-tiba saja mobilnya mogok. Dan tiba-tiba saja ada motor lewat tepat di jalan berlubang dan ada genangan air sisa hujan yang mengenai baju pria itu.
Pelangi memang melihat kondisi baju si pria itu sangat kotor. Dia menahan tawanya. Lagian siapa juga suruh berdiri di pinggir jalanan yang becek. Lagian menurut aturan berkendara, Pelangi tidak salah. Mengendarai motor dengan kecepatan sedang dan memakai helm juga. kalau si pria itu merasa apes ya nggak usah melimpahkan kesalahannya dong dengan melempar kaleng bekas softdrink pula.
“Yah itu derita lo. Yang salah tuh lo! Nggak sopan pakai ngelempar orang pakai kaleng bekas lagi. Untung gue masih punya stok sabar” Ucap Pelangi sambil melenggang pergi meninggalkan pria apes itu.
“Tunggu!! Lo tetap harus bertanggung jawab!” teriak pria itu.
Pelangi sama sekali tidak mempedulikannya. Kemudian berbalik badan sebentar, dan membuat pria itu tersenyum puas karena dia kira Pelangi mau bertanggung jawab. Namun ternyata Pelangi justru mengacungkan jari tengahnya pada pria itu dan segera melesat menaiki motornya menuju bengkel Alex.
Beberapa saat kemudian Pelangi sudah sampai di bengkel. Suasana bengkel sangat ramai pelanggan karena memang seperti itu kalau hari minggu. Namun wajah Pelangi tidak seceria biasanya.
“Kenapa Neng wajahnya kok kusut begitu?” Tanya Diva salah satu karyawan Alex.
“Lagi pengen makan orang.” Jawab Pelangi asal.
“Widihhh serem banget sih neng. Makanya cari cowok dong biar jadi cewek ga garang-garang amat.” Ledek Diva, tapi Pelangi hanya mencebik.
“Eh Bre! Katanya lo hari ini ga ke bengkel. Kenapa kesini?” Tanya Alex.
“Iya cuma bentar doang gue pulang ke rumah Om. Jadi daripada nggak ngapa-ngapain mending kerja aja.” Jawab
Pelangi yang akrab dipanggil Aubre oleh teman-temannya.
Setelah melepas jaketnya, Pelangi segera mengganti pakaian khas bengkelnya. Dia akan bergelut dengan mesin-mesin dan oli. Itu lebih baik daripada memikirkan perjodohan konyol yang dilakukan Om nya.
“Bre, tuh ada mobil pelanggan baru yang sepertinya sedang mogok. Kebetulan anak-anak yang lain juga sedang sibuk.” Ucap Alex dan Pelangi mengangguk.
Pelangi segera menghampiri mobil yang baru saja diderek ke bengkel Alex. Dia menanyakan pada temannya yang telah menderek mobil itu untuk menanyakan siapa pemiliknya. Pelangi berjalan begitu saja menuju seorang pria yang sedang duduk membelakanginya dan terlihat sedang menelepon seseorang.
“Bang mana kunci mobilnya!” ucap Pelangi dan si pria itu menoleh.
“elo!”
“elo!”
Ucap Pelangi dan pria itu bersamaan. Mereka berdua sama-sama terkejutnya bisa bertemu lagi disini. Pria itu tidak menyangka kalau perempuan bar-bar yang telah membuat harinya apes ternyata bekerja di bengkel.
Sedangkan Pelangi merasa sebal bisa bertemu dengan pria yang telah melempar kaleng bekas tadi. tapi dia harus tetap professional dalam bekerja.
“Mana kunci mobil lo?” pinta Pelangi.
“Nggak ah. Gue nggak mau lo yang benerin mobil gue. Yang ada malah jadi tambah rusak.” Tolak Pria itu.
Pelangi juga enggan menanggapi si pria gila itu. Kalau nggak mau ya sudah. Masih banyak customer yang menantinya. Dan saat Pelangi berbalik badan, bertepatan dengan Diva yang berjalan berpapasan dengan Pelangi.
“Bang Ken? Kenapa disini?” Tanya Diva yang sepertinya kenal dengan pria apes itu.
“Iya Div, mobilku mogok.” Jawab pria apes yang dipanggil Diva Bang Ken.
“Bre, itu kenapa mobilnya nggak buruan diperbaiki? Itu mobil punya sepupu gue loh” ucap Diva menghentikan langkah Pelangi.
Alex yang mendengar sedikit keributan akhirnya mendatangi Pelangi. Setelah mendapatkan sedikit siraman rohani dari si pemilik bengkel, akhirnya dengan berat hati Pelangi mau memperbaiki mobil pria apes itu.
Ken juga tampak memperhatikan Pelangi memperbaiki mobilnya. Dia khawatir kalau Pelangi masih marah dan akan berujung merusak mobilnya.
“Ngapain sih lo dari tadi disitu? Duduk disana kan bisa.” Ucap Pelangi karena merasa sangat risih diperhatikan oleh Ken.
“Lo jangan ge er ya. Gue takut aja lo malah ngerusakin mobil gue.” Ucap Ken.
“Ok, kalau lo minta mobil ini gue rusakin.” Ucap Pelangi sambil membawa peralatan yang siap ia gunakan untuk merusak mobil Ken.
“Eh jangan jangan! Iya-iya gue akan duduk.” Ucap Ken dan segera duduk menjauhi Pelangi.
Ken berjalan gontai menuju kursi tunggu yang jauh dari tempat Pelangi memperbaiki mobilnya tapi masih dalam jangkauan mata Ken.
“Gila, ko’ ada ya cewek bar-bar seperti itu.” Batin Ken.
Beberapa saat kemudian Pelangi sudah selesai memperbaiki mobil Ken. Dia segera menyerahkan kunci mobilnya pada Diva untuk diberikan pada Ken. Tapi sebelum pergi, Pelangi membisikkan sesuatu pada Diva dan hanya diangguki oleh Diva.
“Bang Ken!!” teriak Diva pada Ken untuk mengambil kuncinya.
Ken bejalan mendekati Diva sambil mengeluarkan dompetnya untuk membayar biaya perbaikan mobilnya.
“Nih Bang kuncinya.” Ucap Diva.
“Ok, habis berapa Div?” Tanya Ken.
“Oh gratis Bang. Ga usah bayar.” Jawab Diva.
“Gratis gimana sih Div? gue ga mau ya kalau lo yang bayarin. Ongkos dereknya juga kan harus dibayar.” Tanya Ken.
“Eh, bukan gue Bang yang bayarin. Memang kata Aubre tadi nggak usah bayar. Lagian kerusakannya juga tidak terlalu parah. Udah sana pergi Bang. Lumayan kan dapat gratisan.” Ucap Diva.
Ken hanya diam dan segera pergi meninggalkan bengkel. Dia masih berpikir tentang cewek bar-bar yang tadi sempat mengacungkan jari tengahnya. Kenapa cewek itu menggratiskan biaya servis mobilnya. Itu kan bukan bengkel miliknya. Apakah itu bentuk tanggung jawabnya tadi karena telah mengotori bajunya dengan genangan air di pinggir jalan.
Ken tidak terlalu memikirkannya. Dia segera melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh karena kekasihnya sejak tadi sudah menunggu.
.
.
.
*TBC
Kenzo mengendarai mobilnya dengan kecepatan penuh. Dia melirik jam tangan mahal yang melingkar di tangannya. Perasaannya begitu was-was karena dia terlambat menjemput sang kekasih yang meminta ditemani untuk shopping dan nyalon.
“Gila, sampai telat 3 jam.” Gerutu Kenzo.
Beberapa saat kemudian Kenzo sudah sampai di depan rumah Evangeline. Wanita yang akrab disapa Eva itu adalah kekasih Kenzo selama hampir 2 tahun ini. Eva adalah wanita pertama yang berhasil merebut hati Kenzo. Wanita cantik berusia 22 tahun itu berprofesi sebagai seorang designer yang memiliki butik sendiri yang cukup terkenal di kota. Sejak kecil Eva sudah terbiasa hidup dengan bergelimang harta, tak ayal membuatnya suka pilih-pilih teman yang setara dengannya. Beruntungnya dia juga mempunyai kekasih yang akan menjadi ahli waris dari putra pemilik perusahaan property terkenal.
Kenzo menekan bel rumah Eva sudah berulang kali namun pintunya tak kunjung dibuka. Kemudian dia meraih ponselnya untuk menghubungi sang kekasih.
“Sayang, aku sudah diluar. Tolong bukain dong pintunya.” Ucap Kenzo saat sambungan ponselnya sudah terhubung dengan Eva.
“……”
“Iya maaf, tadi mobilku mogok. Bukain ya, kita jalan sekarang.” ucap Kenzo.
“…..”
“Iya, apapun yang kamu minta pasti aku belikan. Sekaraang buka pintunya ya. Kita jalan.” Ucap Kenzo dan segera memutus sambungan teleponnya.
Tidak masalah jika kekasihnya meminta dibelikan tas branded atau barang branded lainnya asal tidak marah lagi. Lagipula uang Kenzo tidak akan habis sampai tujuh turunan dan tujuh tanjakan kalau hanya untuk membeli tas branded kesukaan Eva.
Beberapa saat kemudian Eva sudah keluar dari rumahnya dengan pakaian yang begitu memukau dan membuat dia sangat cantik. Kenzo yang sudah terbiasa melihat kecantikan Eva tetap saja mengagumi kecantikan Eva.
“Jadi keluar nggak?” Tanya Eva cemberut karena melihat Kenzo terus memandanginya.
“Eh, iya jadi dong Sayang. Kamu cantik sekali.” Puji Kenzo.
“Sudah dari lahir kali” jawab Eva.
Cup
Dengan cepat Kenzo mengecup bibir Eva yang sejak tadi manyun. Kenzo begitu tergila-gila dengan bibir mungil sang kekasih. Rasanya sudah seperti candu. Tapi meskipun Kenzo sering berciuman dengan Eva, namun pria itu belum pernah dan tidak akan pernah menyentuh Eva sebelum resmi menjadi pasangan suami istri. Terkadang saat Eva terbuai dengan ciuman yang diberikan oleh Kenzo, wanita itu selalu meminta lebih dari ciuman. Namun Kenzo menolaknya. Dia ingin mendapatkan hadiah kesucian sang kekasih saat malam pertamanya nanti.
Setelah mendapat kecupan singkat dari Kenzo, Eva sudah bisa tersenyum kembali. Dia akui bahwa Kenzo adalah pria yang pandai mengambil hatinya. Dan pria yang selalu mengalah saat dirinya merajuk.
Setelah itu Kenzo dan Eva masuk ke mobil dan segera menuju ke salah satu pusat perbelanjaan. Eva yang rencananya ingin belanja pakaian dan pergi ke salon, kini dia juga harus bebrburu tas branded sesuai dengan apa yang dijanjikan oleh kekasihnya tadi.
Kenzo dengan setia menemani Eva memilih baju-baju yang dibeli oleh Eva. Kemudian pergi menuju ke salah satu outlet yang menjual tas branded. Dan terakhir Kenzo menemani sang ke kasih melakukan perawatan.
Kegiatan Kenzo menyenangkan Eva ditutup dengan makan di salah satu resto yang masih berlokasi di pusat perbelanjaan itu. Dan saat sedang menikmati makanannya tiba-tiba ponsel Kenzo bergetar yang ternyata Papanya sedang menleponnya.
“Ya, Pa ada apa?” Tanyanya.
“…..”
“Iya Pa sebentar lagi.” Jawab Kenzo.
Setelah menutup panggilannya, Kenzo melanjutkan makannya. Dia mengatakan pada Eva kalau dia harus segera pulang ke rumah utama setelah mendapat perintah dari Papanya.
“Ken, kapan kamu akan menikahiku?” Tanya Eva sendu.
Eva sedikit bersedih karena hubungannya dengan Kenzo yang sudah terjalin lama tak kunjung mendapat kepastian. Eva tahu bahwa Papa Kenzo tidak menyukainya entah karena apa Eva juga tidak tahu. Tapi berbeda dengan mama tiri Kenzo yang sangat mendukung hubungannya dengan Kenzo.
“Sabar ya Sayang. Nanti saat hari ulang tahun kamu aku pasti akan melamar kamu dan segera menikahimu.” Ucap Kenzo sambil memegang lembut tangan Eva.
Eva yang tadi terlihat bersedih, kini dia bisa tersenyum. Dia sangat bahagia mendapatkan kepastian dari Kenzo yang akan melamar sekaligus menikahinya tepat saat usianya 23 tahun. Dan itu tidak lama lagi. Sekitar 7 bulan lagi.
“Terima kasih Ken. Aku senang mendengarnya.” Jawab Eva.
Setelah itu Kenzo mengantar Eva pulang ke rumahnya. Kemudian dia segera memacu mobilnya menuju rumah utama dimana kedua orang tuanya tinggal.
Jam masih menunjukkan pukul 8 malam saat Kenzo baru memasuki gerbang mewah rumah orang tuanya. Selama ini Kenzo tinggal terpisah dengan orang tuanya. Dia memilih hidup mandiri dengan tinggal di apartemen. Kenzo jarang sekali pulang ke rumah kalau tidak ada hal penting yang mengharuskannya pulang seperti saat ini.
“Malam Pa, Ma!” sapa Kenzo saat memasuki rumah dan melihat kedua orang tuanya sedang bersantai di ruang keluarga.
“Hmm” jawab Damian sang Papa.
“Malam Sayang. Mama kangen banget sama kamu. Sudah lama kamu nggak pulang ke rumah.” Ucap Rosalina Mama tiri Kenzo yang begitu menyayanginya sejak kecil.
Rosalina adalah mama tiri Kenzo sejak dia masih berusia 7 tahun. Dua tahu setelah Maria mama kandung Kenzo meninggal, Damian memutuskan untuk menikah lagi dengan seorang wanita yang juga bekerja di perusahaannya. Damian yang saat itu memang benar-benar membutuhkan sosok ibu pengganti untuk Kenzo, dia memilih Rosalina untuk dia nikahi. Karena sikapnya yang lembut dan juga penyabar. Dan memang benar, sampai sekarang saat usia Kenzo sudah 27 tahun pun kasih sayang Rosalina terhadap Kenzo tidak pernah luntur.
“Maaf Ma, Ken sangat sibuk jadi jarang pulang.” Jawab Kenzo sambil memeluk mamanya.
“Ada Papa menyuruh Ken pulang?” Tanya Kenzo to do point kemudian duduk disamping mamanya.
“Bulan depan kamu akan menikah. Kamu sudah Papa jodohkan dengan anak sahabat Papa sejak dulu.” Ucap Damian.
“Papa jangan bercanda. Papa tahu kan kalau Ken sudah punya Eva dan sebentar lagi Ken akan melamarnya sekaligus menikahinya.” Ucap Ken tidak terima.
“Papa nggak mau ada penolakan. Lagian Papa juga tidak akan pernah menyetujui kamu menikah dengan wanita ular itu.” Ucap Damian.
“Namanya Eva Pa. dan Ken tidak suka Papa menyebut Eva seperti itu. Ken sangat mencintainya. Dan Ken nggak mau menikah dengan wanita yang telah Papa jodohkan. Ini sudah jaman modern Pa. sudah nggak jamannya perjodohan seperti itu.” Jawab Kenzo.
“Terserah kalau kamu menolak. Kamu tidak akan pernah mendapatkan jabatan CEO dari perusahaan. Dan kalau kamu tetap nekat menikahi wanita ular itu, Papa pastikan seluruh asset Papa akan Papa sumbangkan ke panti asuhan.” Ucap Damian dan segera meninggalkan Kenzo yang masih terlihat shock.
“Ingat, besok kamu harus ikut makan malam dengan keluarga calon istri kamu. Sekalian kamu akan berkenalan dengan Pelangi.” Tambah Damian.
Kenzo sangat marah dengan keputusan Papanya yang sepihak itu. Padahal baru saja dia mengatakan pada Eva kalau nanti saat Eva berulang tahun, dia akan melamar wanita itu sekaligus menikahinya.
“Tenanglah Ken. Papa kamu kalau sudah memiliki keinginan memang tidak bisa dibantah.” Ucap Rosalina menenangkan.
"Tapi Ma, bagaimana dengan Eva nanti? Pasti dia sangat kecewa mendengarkan kabar ini.” ucap Kenzo.
Kenzo sungguh bingung saat ini. kalau menolak permintaan Papanya jelas akibatnya dia sudah tidak mendapatkan fasilitas dari Papanya lagi. Memang selama ini Kenzo hidup dari harta sang Papa, mengingat dirinya anak tunggal. Kalau dia tidak mendapatkan fasilitas dari Papanya lagi, bagaimana dia akan menyenangkan hati Eva.
Sedangkan Rosalina tampak berpikir untuk mencarikan solusi atas masalah yang tengah dihadapi oleh Kenzo. Wanita itu juga kurang setuju jika Kenzo menikah dengan cara perjodohan. Karena sejak awal dia juga sudah menyukai sosok Eva yang menjadi kekasih anaknya.
“Bagaimana kalau kamu tetap menyetujui perjodohan itu? Tapi dengan perjanjian.” Ucap Rosalina memberi ide.
“Maksud Mama apa?” Tanya Kenzo bingung.
“Ya kamu tetap menikah dengan Pelangi tapi dengan membuat perjanjian. Semacam pernikahan kontrak. Kalau kalian sudah menikah kan sudah gugur perjanjian perjodohan yang dilakukan oleh Papa. Tapi kamu harus bisa meyakinkan Eva.” Ucap Rosalina.
Kenzo masih terdiam dan memikirkan ide yang baru saja disampaikan oleh Mamanya.
.
.
.
*TBC
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!