Sinar matahari menyilaukan mata seorang gadis cantik yang masih terbaring dikasur empuknya. Gadis itu masih enggan membuka matanya menatap pagi yang cerah ini.
"bangun!" seru seseorang yang tanpa permisi masuk ke kamar Elisa dengan porak poranda. Tanpa basa-basi gadis yang usianya satu tahun diatas Elisa membangunkan adik manjanya itu dari mimpi yang panjang.
"ish,El ayo bangun!" serunya lagi,ia pun langsung menarik selimut adiknya dan melempar asal. Elisa menggerutu kesal menatap kakaknya yang sedang berkacak pinggang menatapnya.
"apa sih kak? ini kan masih pagi kaliii. Biarkan aku tidur." lirih Elisa hendak membaringkan kembali badannya.
"hei,kau itu mau sekolah apa nggak sih?? ini udah jam setengah tujuh Elisa. Kau harus berangkat sekarang!"
Elisa langsung beranjak dari tempat tidurnya dan turun tergesa-gesa menyambar handuk, "ck,kenapa nggak dari tadi sih bangunkanku kak?!" paniknya langsung masuk kedalam kamar mandi.
"cih,dasar anak itu. Bukannya berterimakasih malah menggerutu." oceh sang kakak,langsung membuka gorden kamar adiknya. "El,kakak tunggu dibawah yaa mau bantuin Mama masak." seru Almira, kakak Elisa.
"yaa." teriak Elisa dari dalam kamar mandi menyaut kakaknya. Elisa dengan secepat kilat mandi ala bebek,dan segera memakai seragamnya.
"perfect." serunya langsung menyambar ranselnya dan turun untuk bergabung dengan keluarganya.
"lama sekali." gerutu Almira menatap adiknya baru saja menimbrung mereka.
"yaa kakak tau sendiri kan,aku gimana hehehe." cengir Elisa pelan,lalu mengambil beberapa sendok nasi goreng.
"ma,hari ini aku ada tugas kelompok. Jadi aku pulang agak telat yaa." ucap Elisa mengingat jadwalnya.
Mama mengangguk sebagai tanda setuju, "tapi jangan pulang terlalu lama. Siap Magrib udah harus dirumah." ujar beliau langsung dianggukan olehnya.
Elisa dengan sumringah menikmati udara segar dipagi hari,ia dan sang kakak menggunakan mobil menuju sekolah mereka. Yap,Almira kini kelas dua belas SMA sedangkan Elisa kelas sebelas SMA. Almira kakaknya itu sangat cantik,anggun,pintar dan berpenampilan sederhana. Aura yang terpancar dari kakaknya itu mampu banyak menghinoptis beberapa kaum Adam yang meliriknya.
"kita nanti ketemuan jam berapa?" tanya Almira saat mereka sudah sampai diparkiran sekolahnya.
Elisa tampak berpikir sejenak, "paling jam tiga kak." ucap Elisa langsung dianggukan oleh kakaknya. "ya sudah,kakak pergi duluan yaa." ucap Almira pelan,namun Elisa seperti ada yang merasa janggal dari ucapan kakaknya.
Walaupun Almira hanya bilang pergi duluan tetapi,perkataan itu cukup menyita waktu Elisa melamun memikirkan hal itu. Entah perasaan apa yang membuatnya resah dan gelisah seperti ini.
Ada apa ini?. gumamnya pelan,Almira yang bingung adiknya masih melamun didalam,dengan kesabaran yang tinggi ia membukakan pintu adiknya.
"hei,kau sedang melamunkan apa?" tanya Almira menatap raut resah Elisa.
Elisa menggeleng pelan, "nggak kok kak,cuman aku lagi mikirin konsep untuk tugasnya nanti." kilah Elsia berbohong.
"oo jangan terlalu dibawa stres. Santai aja." seru Almira sambil mengacak rambut kakaknya. Elisa menatap tajam kearah Almira, "kakak,aku susah payah merapikan rambutku!" gerutunya sambil memegang rambutnya yang kusut karena ulah kakaknya.
"ya ampun tinggal dirapikan sebentar,nggak perlu marah marah dong." serunya lagi. Elisa hanya cemberut menatap kakaknya.
"hei udah besar,jangan manja. Yok masuk,atau kita yang dihukum nanti." seru Almira menarik tangan Elisa masuk kedalam sekolah.
Elisa yang masih uring-uringan dengan perasaannya yang tidak karuan membuat dirinya resah dan gelisah sendiri. Ia pun tidak ingin menceritakan apapun yang ia khawatirkan saat ini,perasaan yang tidak biasa seperti sebuah firasat buruk yang akan menimpahnya.
"kau melamun lagi El. Sekarang katakan padaku,kau ada masalah?" tanya Almira menatap adiknya. Mereka kini berada ditengah lorong kelas,Elisa lagi-lagi menggeleng menyakinkan kakaknya tidak terjadi sesuatu.
"tidak ada kak," kilahnya lagi. Almira hanya bisa menghembuskan napasnya pelan, mungkin nanti adiknya akan menceritakan masalahnya padanya saat sudah tenang nanti. Almira tidak ingin mempertanyakan lebih dalam,ia pun menarik tangan adiknya menuju suatu tempat.
"kakak ingin mengajakku kemana?" tanya Elisa bingung. Almira mengedik bahu,tetapi langkah mereka tetap terus berjalan sambil bergandengan tangan.
"ikut ajalah." ucapnya tanpa menoleh kearah Elisa. Elisa hanya pasrah mengikuti kakaknya. Elisa tertegun saat melihat rooftop sekolahnya,selama dua tahun ia sekolah disini baru kali ini ia menginjakkan kaki di rooftop sekolahnya.
"gimana? bagus kan?" tanya Almira menoleh kearah Elisa.
"untuk apa tempat nih kak?" tanyanya bingung menatap kursi,meja,jangan lupa gazebo kecil disampingnya.
"tempat untuk menenangkan pikiran,kau bisa menenangkan pikiranmu disini El." jelasnya sambil melangkah menuju gazebo kecil itu,ia pun mengambil beberapa bantal dan melemparnya kearah Elisa.
"tunggu. Kau sering bolos ya kak?" tanya Elisa terkejut saat menyadari sesuatu. Almira hanya tersenyum tipis, "hahaha,benar. Aku kesini pas untuk nenangkan diri aja." lirihnya pelan memandang kosong kedepan.
"kalau yang lain pada tau tempat ini?" tanya Elisa penasaran. Almira lagi-lagi menunjukkan senyum manisnya, "tidak banyak yang tau,hanya orang yang spesial saja yang tau tempat sebagus ini." serunya sambil tersipu malu.
Elisa memandang kakaknya penuh selidik, "apa jangan-jangan orang spesial itu pacarmu kak?" tebak Elisa, lagi-lagi dianggukan Almira.
"ya ampun,adikku ini bisa baca pikiranku yaa." gemasnya sambil mencubit hidung mancung Elisa.
"sakiit kak." gerutunya menatap kakaknya.
"ngomong-ngomong yang mana orangnya kak?" tanya Elisa penasaran. Pasalnya sang kakak sangat jarang sekali mempunyai hubungan khusus dengan seseorang.Tetapi,kali ini ada seorang pria yang berhasil merebut hati kakaknya yang cantik itu.
"ada deh,kau tidak usah kepo." ledeknya membuat Elisa menghendus kesal.
"terserah kau sajalah." ucap Elisa pasrah,ia pun langsung duduk di kursi yang sudah disediakan disana.
Elisa memejamkan matanya sambil bersandar,benar kata kakaknya disini sangat tenang dan damai. Pikirannya yang sempat kacau tadi kini perlahan memudar walaupun tidak sepenuhnya hilang. Almira pun mengikuti Elisa yang sudah duduk di kursi itu dan ia pun menyeret kursinya mendekati sang adik.
"El,kau mau tau sesuatu tidak?" tanya Almira membuat Elisa menoleh kearahnya sekilas.
"tau soal apa?" tanya Elisa heran.
"entah kenapa aku ingin kau hidup bahagia El,aku yakin kau akan menikah dengan laki-laki yang baik dan aku mengenalnya. Mungkin saat kau menikah aku tidak ada disana,jadi kau harus mandiri jangan manja dan merepotkan mama sama papa." jelasnya sedikit menyirat sesuatu. Elisa bukan bodoh dengan ucapan melantur kakaknya itu, ucapan kakaknya kini semakin aneh dan membuatnya bertambah resah.
"jangan ngomong gitu kak,saat aku menikah dengan orang yang kucintai nanti. Kau orang yang pertama melihatku di pelaminan,dan kau juga orang yang akan melihatku menimang bayi." seru Elisa menggebu-gebu.
"hahahaha,kau sudah membuat planning menikah yaa? ya ampun adikku ini sudah besar." seru Almira mengacak rambut Elisa kembali.
"kakaaak!!" gerutunya kesal tetapi dirinya ikut tertawa melihat kakaknya tertawa lepas.
Tanpa mereka sadari jika tawa mereka itu adalah tawa yang terakhir dari mereka berdua yang penyebabnya karena salah satu dari mereka membuat kesalahan yang sangat fatal. Kesalahan yang merenggut nyawa salah satu dari saudara tersebut.
.
.
.
.
~Please forgive me~
Like, comment,dan votenya yaa agar aku semakin semangat mengupload ceritanya.🤭
"Jangan lupakan apa yang kakak bilang tadi yaa." ucap Almira saat hendak ke kelasnya. Elisa mengangguk pelan dan melambaikan tangannya kearah kakaknya, "daah kak."
Almira hanya tersenyum tipis menatap Elisa,ia pun segera berlari kecil memeluk Elisa, "jaga dirimu okee." ucapnya pelan lalu melepaskan pelukannya dan berjalan ke kelasnya tanpa menoleh ke belakang. Sikap kakaknya membuat Elisa semakin tidak tenang,kakaknya seolah-olah akan pergi jauh tetapi tidak tau kemana.
Elisa menghembuskan napas pelan,mencoba menepis pikiran negatif yang sempat menggerogoti otaknya. Dengan langkah pelan ia masuk ke kelasnya.
Bruuk.
Untung saja Elisa dapat menjaga keseimbangannya, "maaf." ucapnya lalu mendongak kearah seseorang didepannya itu.
"yaa." ucap Pria itu tanpa menoleh kearah Elisa lalu melenggang pergi mendahului Elisa. Elisa yang masih terdiam ditempat hanya menyerngit heran lalu masuk ke kelasnya.
Sedangkan pria yang baru saja bertabrakan dengan Elisa, kini ia mengunjungi kelas kekasihnya. Dengan senyum tipis yang membuat aura tampannya terpancar membuat siapapun kaum hawa terpana menatapnya.
"Al!" panggil pria itu yang tak lain adalah Gazza diambang pintu,Almira yang melihat Gazza dengan cepat menghampiri pacarnya.
"haii Zaa,"sapa Almira tersenyum hangat pada Gazza. Pria ini yang berhasil merebut perhatiannya walau dulunya banyak orang yang menyatakan perasaan pada Almira tetapi Almira selalu menolaknya.
"haii,hari ini kita kencan lagi yok." ajak Gazza semangat,entah kenapa saat bersama Almira, Gazza terlihat bahagia.
"okee,kita emangnya mau kemana beb?" tanya Almira bingung.
"ada deh,nanti tunggu aja di parkiran yaa." ucapnya sambil mengacak rambut Almira lalu pergi sambil melambaikan tangannya pada Almira.
Almira membalas dengan senyuman hangatnya,saat Gazza sudah mulai hilang dari pandangannya senyuman itu mulai memudar memandang kosong didepannya.
Kenapa aku merasa seperti ada yang aneh yaa??. gumam Almira lalu masuk ke kelasnya.
***
Gazza menunggu Almira di parkiran dengan tenang sambil melirik jam tangannya sesekali celingak-celinguk mencari seseorang.
"Za!" panggil seseorang membuat pria tampan itu menoleh kearah sumber suara, "Napa?" tanyanya sambil memasukkan ponselnya kedalam saku celananya.
"kau dipanggil Mr.Allen ke kantor." seru Dhefin itu,Gazza menghela napas pelan lalu melirik jam tangannya.
Ya ampun Al,kau lama sekali keluar. gerutu Gazza dalam hati.
"okee thanks infonya." ucapnya pada Dhefin dan berjalan menuju kantor gurunya. Tak lupa Gazza mengirim pesan pada Almira jika dirinya akan sedikit terlambat menemui Almira.
Tepat setelah Gazza pergi, barulah Almira keluar dari kelasnya. Ia tidak mengecek ponselnya dan berjalan kearah Elisa yang tengah membeli makanan dikantin tak jauh dari pandangannya.
"ya ampun anak itu." gumam Almira menggeleng-geleng melihat kelakuan adik kesayangannya itu,lalu matanya menyapu mencari seseorang. Tetapi,tidak kunjung menampakkan batang hidungnya membuatnya ia menyusul ketempat Elisa.
"eh kak?" kejut Elisa terkejut mendapati kakaknya ada didepannya saat ini.
"kau pulang jam tiga kan?" tanyanya menatap adiknya yang asyik mengunyah makanannya.
Elisa mengangguk sebagai tanda jawaban, "kakak kapan pulang?"
"nanti. Kakak mau ketemu sama seseorang dulu." ucap Almira tersipu malu.
Elisa memberengut, "cih,siapa sih orangnya kak? kenapa aku tidak pernah liat?" tanya Elisa penasaran.
"ada deh." ledek Almira langsung merampas mangkuk milik Elisa,ia pun dengan tanpa permisi menyeruput mie ayam milik Elisa.
"hei kak itu punyaku!" gerutuku pelan, sedangkan Almira terkekeh pelan.
"ish pelit kali,bagi dikit lah." gerutu Almira. Aku memberengut kesal menatap kearah kakakku. Disekolah mereka,tidak ada yang tau jika mereka saudara kandung, bagaimana bisa?
Walaupun mereka bersaudara kandung, Elisa dan Almira memiliki paras yang berbeda-beda. Almira mempunyai paras seperti Papanya yang memiliki mata berwarna kecoklatan,dan rambut lurus. sedangkan Elisa mempunyai paras seperti mamanya yang memiliki hidung mancung rambut sedikit bergelombang. Banyak orang yang menganggap jika mereka hanyalah sekedar adik kakak kelas yang sering berkumpul bersama bukan memandang sebagai adik kakak kandung.
"jangan cemberut dong,nanti kalau kau cemberut kau akan menyesal nantii." seru Almira lagi.
Deg.
Lagi-lagi ucapan Almira membuat perasaan Elisa semakin tidak nyaman. Elisa tidak suka dengan perasaannya sekarang,ia ingin segera menepis pikiran yang tidak-tidak.
"heii kenapa kau melamun lagi??" tanya Almira menyadari Elisa tengah melamun. Almira menangkap raut yang tidak baik-baik saja dari wajah Elisa.
"El,kau baik-baik saja kan?" tanya Almira mulai khawatir.
Elisa menghela napas, "fyuuh mungkin aku hanya kelelahan kak." kilahnya lagi. Dirinya sendiri pun tidak tau kenapa tiba-tiba menjadi lemas begini. Almira tampak mencemaskan keadaan Elisa.
"kau yakin? tetapi kenapa kakak melihatmu seperti gelisah gitu?" tanya Almira pelan,ia berharap adiknya mau bercerita masalah yang adiknya alami bukannya dipendam sendiri.
"tidak ada kak,hmm aku ada kerja kelompok dikelas. Aku masuk dulu ya kak." pamit Elisa,Almira hanya diam tanpa mencegah adiknya pergi dari pandangannya.
"semoga kamu bahagia trus El." ucapnya pelan,lalu merogoh ranselnya mencari ponsel. Almira menepuk jidatnya saat mengetahui sang kekasih tidak bisa kencan lantaran ada tugas baru yang harus diselesaikan dengan Mr.Allen. Almira berjalan kearah lorong kelas dengan niat mengikuti adiknya pergi tadi.
"permisi,apa kalian ada melihat Elisa?" tanyanya pada teman-teman kelas adiknya.
salah satu dari mereka menggeleng tidak mengetahui keberadaan sang adik, "kami tidak tau kak."
"bukannya kalian ada kerja kelompok?" tanya Almira lagi.
"iyaa kak,tapi nggak jadi."
"hah? nggak jadi? kenapa bisa?" tanya Almira penasaran.
"kami tidak tau kak,tadi Elisa ngirim pesan lewat ponsel. Katanya ada urusan mendadak." terang anak itu lagi.
"ooo okee okee,makasih yaaa." ucap Almira lalu bergegas menuju parkirannya.
"aduh,pasti ada yang nggak beres dengan Elisa. Ya Tuhan dia ada dimana sih??" tanya Almira sedikit frustasi,ia pun mencoba menghubungi nomor adiknya berkali-kali namun tidak ada sahutan dari sang pemilik nomor.
Tanpa basa-basi Almira langsung menancap gas keluar dari parkiran sekolah,tepat saat itu Gazza berlari kecil menuju parkiran.
"tunggu,bukannya itu mobil Al. Kemana dia? bukannya tadi aku suruh tungguin." gumam Gazza,ia pun penasaran dengan cepat mengikuti Almira menggunakan motor besar kesayangannya.
Almira celingak-celinguk mencari Elisa. Perasaannya begitu cemas dan khawatir dengan adiknya. Sesekali menelpon adiknya sambil menyetir. Setelah pencarian adiknya selama satu jam barulah ia bernapas lega melihat adiknya tidak jauh berdiri disana. Almira melambaikan tangannya kearah Elisa. Ia pun bergegas keluar dari mobil dan berlari kecil kearah Elisa.
"Elisaa!!!" teriaknya pada adiknya. Elisa terkejut mendapati kakaknya ada disini.
"kak?!"
"kau ini kemana aja sih? buat khawatir kakak. Kalau memang kau ada masalah,cerita dong. Jangan dipendam gini. Kau tidak tau seberapa cemasnya kakak,kau hilang. Untung kakak belum ada beri kabar orang rumah." celoteh Almira panjang lebar.
"nggak ada kok kak." tolak Elisa lagi. Entah kenapa dirinya hari ini begitu tidak mood. "bagaimana kakak bisa tau aku disini?" tanya Elisa bingung menatap kakaknya. Almira hanya menghela napas dan tersenyum pada adiknya, "firasatku El,dan ternyata benar kau ada disini. Ya sudah ayo pulang." ajak Almira menggenggam tangan Elisa. Elisa pun mengangguk dan menggenggam tangan Almira.
Tetapi,entah kenapa dijalanan yang sepi itu ada truk melaju kencang tanpa berniat ingin mengerem. Tanpa berpikir panjang Almira spontan langsung mendorong Elisa saat truk itu nyaris mengenai mereka berdua.
Braaak
Deg. Elisa yang tadi memegang lututnya sakit akibat didorong kakaknya,dan terkejut membulat matanya sempurna. Memandang nanar apa yang barusan dilihatnya. Seolah tidak percaya apa yang barusan terjadi hari ini,jam ini, menit ini,dan detik ini juga melihat kakaknya sudah tergeletak.
kakak!!!" teriak Elisa
Sekujur tubuh Elisa membeku menatap nanar kakaknya sudah bersimbah darah dan yang lebih parahnya lagi tubuh sang kakak sudah tidak berbentuk lagi.
"KAKAAAK!!!" teriaknya lagi sambil menangis histeris mendekati mayat kakaknya.
"hiks...hiks Kak Almira jangan tinggalkan aku!! maaf kak!! maaf!!" teriak Elisa lagi,ia pun bersimpuh didekat kakaknya. Ia benar-benar menyesal berkelana tidak jelas,membuat kakaknya cemas sekaligus merenggut nyawa gadis cantik itu. Elisa langsung tidak sadarkan diri setelah menangis kencang sambil terus meminta maaf kepada kakaknya yang sudah tiada.
.
.
.
~PleaseForgiveMe~
Empat tahun kemudian.
Hari ini tepat empat tahun setelah Almira dikuburkan,Elisa memandang kosong pemakaman yang bertabur bunga cantik diatasnya,saat itu cuaca mendung seperti ingin mengguyurkan hujan. Tidak terlihat senyum hangat dari wajah gadis cantik itu,hanya ada penyesalan besar dalam hatinya hingga membuat seseorang terenggut nyawa demi menyelamatkan dirinya. Bodoh,memang itu kata yang pantas untuk Elisa karena tidak sempat menolong kakaknya. Kakaknya saat itu sibuk mencari dirinya yang berkelana tidak karuan,membuang waktu dan tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata mengapa ia melakukan hal itu?
Dan setelah kejadian itu,Elisa begitu frustasi dan stres. Ia bahkan tidak makan dengan teratur,tidur sering terbangun dan bayangan rasa penyesalan yang sangat membekas dihatinya. Orang tuanya selalu membawa ke psikiater untuk masalah trauma Elisa. Dan karena itu orang tuanya memutuskan untuk memindahkan Elisa keluar kota jauh dari tempat dimana ia dan kakaknya mengukir sejarah.
Elisa diam dan mengikuti kemauan orang tuanya kemanapun mereka pergi,orangtuanya juga sama hal dengan Elisa terpukul atas kematian anaknya yang sungguh tragis. Tetapi,mereka juga tidak bisa menyalahkan Elisa karena musibah ini. Elisa cukup terpukul karena kejadian itu sehingga kasus kematian Almira langsung ditutup oleh orang tuanya.
Hingga suatu hari,Elisa tersenyum kembali saat bertemu dengan Dasha,gadis yang terlihat sempurna itu dan menjadi sahabat karibnya. Dan Elisa menyukai pandangan pertama dengan kakak dari sahabatnya itu,Gazza. Kini kehidupan Elisa mulai membaik,dan ia mulai bisa membaur diri dengan yang lainnya.
Tetapi,dirinya kembali menginjakkan kaki ditanah kelahirannya. Lebih tepatnya sekarang ia berdiri memandang batu nisan yang terukir nama Almira Qamela.
"kak,aku kembali." lirihnya memandang batu nisan yang terlihat cantik sama seperti pemiliknya. Ia pun mengelus pelan batu nama milik Almira.
Elisa menundukkan dirinya sambil menekuk lututnya, "kak,maaf. Aku sungguh menyesal waktu itu. Harusnya aku tidak pergi. Tapi entah kenapa,aku ingin pergi kesuatu tempat dan tidak ada satupun orang yang tau." lirihnya lagi.
"kau sungguh sangat menyayangiku kak,aku sangat bahagia disayangi olehmu. Tapi,aku malah membalas kebaikanmu dengan merenggut nyawamu. Kenapa kak? kenapa kau menyelamatkanku waktu itu?? harusnya kau biarkan aku mati kak." ucapnya parau,sungguh ia tidak bisa menahan air matanya jatuh membasahi pipinya.
"hiks...hiks kakak aku sangat menyesal!!"
"tolong maafkan aku kak,aku sungguh menyesal!!" pekiknya lagi,namun apa dayanya. Teriak sekencang apapun tidak akan mengembalikan kakaknya ke dunia lagi.
"permintaan maaf kau tidak akan mengembalikan dia kedunia ini lagi!" ucap seseorang dengan nada dingin dibelakang Elisa.
Deg. Elisa terdiam,ia sangat kenal dengan suara pria itu dengan cepat ia menoleh kebelakang.
"kak Gazza?!" tanyanya terkejut mendapati pria yang disukainya berada disini.
Gazza tidak mengacuhkan Elisa lalu tangannya mengelus batu nama sambil membawa sebuket bunga yang cantik dan diletakkan diatas makam Almira.
Elisa sungguh tidak mengerti,kenapa Gazza bisa berada disini? apalagi melihat mata pria itu terlihat sembab menahan tangis membuat penasarannya semakin tinggi.
"kak? kenapa kau bisa ada dis—"
"bisa diam?! aku tidak ingin berbicara denganmu!" ketus Gazza membuat Elisa terdiam. Sungguh ia sangat terkejut dan takut mendengar suara dinginnya Gazza. Selama ini ia tidak pernah melihat pria itu sedingin sekarang. Bahkan bersama sahabatnya Dasha, pria itu selalu memancarkan senyum tampannya.
"maaf." cicit Elisa,tetapi matanya masih mengekor melihat aktivitas pria itu dengan makam kakaknya.
"percuma, permintaan maafmu tidak akan membuat Almira kembali!!!" sarkasnya membuat Elisa terdiam.
Hah?. Elisa semakin bingung dan tidak tau harus berbicara apalagi. Ia sudah dikejutkan dengan kedatangan pria ini ditambah pria ini menyebut nama kakaknya seolah-olah dirinya begitu terpukul dengan kepergian kakaknya.
Elisa hanya diam tidak berani menatap pria yang terlihat tidak cukup bersahabat.
"kau begitu brengsek Elisa!!" sarkasnya lagi membuat Elisa mendongak kearahnya, "apa maksudmu kak? kenapa kau mengatakan hal seperti itu?!" tanyanya heran,dalam hatinya cukup sedikit sakit hati mendengar cacian langsung dari mulut pria yang ia sukai itu.
"kau membuat Almira mati,kenapa kau harus pergi kesitu hah? apa kau begitu bodoh sehingga tidak bisa membuat orang lain tidak cemas?? apa kau tau betapa cemasnya aku melihat Almira terburu-buru sampai aku mengikutinya dari belakang!" kesal Gazza mengeras rahangnya,ia begitu menyesal terlambat menyelamatkan kekasihnya waktu itu.
Perkataan Gazza membuat Elisa emosi,"kenapa kau mengatakan itu kak?! aku memang bodoh tetapi bukan berarti kau menghinaku seperti itu. Dan kau tidak berhak menghinaku karena kau bukan siapa-siapanya kak Al!!" teriak Elisa menatap tajam kearah Gazza.
"aku kekasihnya Almira. Dan aku baru tau kalau kau itu adiknya Al." ucap Gazza dingin.
Deg. Mata Elisa membulat sempurna setelah mendengar pernyataan dari pria tampan itu. Elisa menatap nanar sambil menggulung ujung bajunya menahan rasa sakit yang mulai muncul merobek perasaannya. Sungguh ia merasa dunia sangat sempit sampai-sampai ia dipertemukan dengan pria yang ternyata merupakan mantan kekasih kakaknya dulu dan juga orang yang ia sukai saat ini.
"tidak mungkin." ucapnya tidak sadar tetapi masih terdengar oleh Gazza. Gazza tersenyum miring menatap Elisa, "kenapa? tidak percaya? oh aku tau kau menyukaiku yaa?? jangan harap aku menyukaimu karena aku sangat membencimu Elisa!!" ucap Gazza dengan oktaf yang tinggi dan tegas membuat Elisa menitik air matanya.
Nyuuut.
sesakit ini rasanya? apa salahku? kenapa aku dibenci oleh orang yang aku sukai? aku memang salah tetapi apa perlu juga aku dibenci? lirih Elisa dalam hati. Sungguh ia ingin segera pergi dari sana.
"jangan dekati Dasha,kalau kau ingin mencelakainya juga seperti kakakmu. Aku tidak akan pernah memaafkanmu Elisa. Sudah cukup kau membuatku kehilangan orang yang kusayangi. Jadi,jangan pernah muncul dihadapanku dengan senyumanmu yang menjijikkan itu!!!" sarkasnya lalu berjalan keluar dari pemakaman meninggalkan seorang gadis yang syok dan sakit hati mendengar kata-kata yang menyakitkan itu dari pria yang menyukai kakaknya. Namun, dirinya semakin menyesal saat mengetahui pria yang ia sukai itu sangat mencintai kakaknya. Terlihat pria itu jauh-jauh datang kesini untuk melihat pemakaman Almira.
Elisa semakin merasa bersalah dan sakit hati. Ia pun mengejar Gazza yang sudah berjalan keluar dari pemakaman. Ia tidak ingin dibenci oleh orang yang ia sukai,walau kejadian itu tidak sengaja tetapi bukan membuat dirinya harus menanggung kebencian pria ini.
"kak Gazza!! kak Gazza!!" teriak Elisa memanggil siempunya nama. Sedangkan pria itu tidak mengacuhkan panggilan Elisa dan tetap berjalan lurus menuju mobilnya. Gazza menyeka air matanya dan bersikap dingin tanpa berniat menoleh sedikitpun kebelakang.
Elisa terus berusaha mengejar Gazza yang sudah masuk kedalam mobil. Elisa menepuk kaca mobil berharap pria ini mau memaafkannya.
"Kak Gazza maaf,maaf kak!!!" teriak Elisa,tetapi dirinya terlambat mengejar pria itu yang sudah menancapkan gas menjauh dari Elisa.
"tolong maafkan aku,aku tidak sengaja. Tolong jangan membenciku Kak." lirihnya pelan terduduk menatap aspal.
.
.
.
~PleaseForgiveMe~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!