NovelToon NovelToon

Ibu Muda

Episode 1 Amira Zavia

Amira Zavia adalah seorang gadis yang kini berusia 17 tahun, ia sosok yang baik hati dan ceria karena mempunyai kedua orang tua yang sangat menyayanginya dan begitu mendukung cita-citanya untuk menjadi seorang dokter. Tak hanya itu Amira juga memiliki paras yang cantik, hidungnya bangir, bibirnya tipis berwarna merah delima, rambutnya panjang bergelombang dan tebal, kulitnya putih, dan wajahnya sangat lembut dan begitu teduh ketika di pandang.

Amira gadis yang sangat elok di pandang bahkan tanpa make up sekali pun, banyak wanita yang iri padanya, dalam hal kecantikan Amira nyaris sempurna. Amira sangat bahagia hidup dengan orang tua yang walaupun sederhana namun sangat menyayanginya. Dia selalu membantu kedua orang tuanya bekerja.

Ayah dan ibunya memiliki usaha toko pakaian yang tidak terlalu besar namun cukup untuk biaya hidup mereka sehari-hari.

Kedua orang tua Amira hanya mengizinkan Amira untuk belajar dan melarang Amira pacaran dulu agar Amira fokus pada sekolahnya.

Hari ini seperti biasa Amira sedang berada di Sekolah. Bel tanda pulang Sekolah sudah berbunyi.

"Baiklah anak-anak saya rasa sudah cukup untuk hari ini, sampai bertemu lagi minggu depan" Kata Ibu Guru saat mengakhiri pelajarannya.

"Amira, kamu abis ini mau kemana?" Tanya salah satu sahabat Amira

"Aku mau langsung pulang aja dulu" Jawab Amira.

"Oh yah uda, kalo gitu kita duluan pulang ya daaa Amira" Kata kedua sahabat Amira berpamitan.

"Daaa"

Amira pun bergegas pulang. Ketika di jalan tiba-tiba ada chat masuk dari Genta pacar Amira yang baru 2 bulan ini bersamanya.

"Hai Amira, entar malam kamu ada waktu nggak? Ketemuan yuk" Ajak Genta pada Amira.

"Ketemuan dimana?" Tanya Amira penasaran.

"Di tempat biasa, gimana?" Tanya Genta lagi berharap Amira mau bertemu dengannya.

"Hmmmm yah udah deh jam 7 malam aja ya" Jawab Amira dengan begitu senang.

"Okeee, di tunggu ya"

Waktu menunjukan pukul 18.30 malam Amira bersiap-siap untuk ketemu Genta, Amira berdandan simple dengan memadukan dress selutut dengan lengan balon serta sepatu yang seluruhnya berwana selaras. Amira semakin terlihat menawan dengan rambut panjangnya yang di biarkan tergerai.

Amira menunggu Genta di depan mall, tak lama kemudian Genta datang, Amira sangat senang menyambutnya.

"Kamu cantik sekali" Ucap Genta dengan kagumnya melihat Amira yang begitu cantik.

"Masa' sih, perasaan biasa aja" Dengan tersenyum dan sambil sesekali melihat penampilannya.

"Iyaa benar cantik banget" Puji Genta sambil mencubit pipi Amira lembut

"Yah udah yuk kita pergi" Ajak Genta sambil memegang tangan Amira.

Amira dan Genta jalan-jalan di mall dan memainkan berbagai permainan di sana. Mereka sangat bahagia menikmati kebersamaan mereka. Begitu selesai jalan-jalan mereka pun pulang. Amira dan Genta pulang dengan naik motor ketika di perjalanan hujan sangat deras, dan kebetulan juga sudah dekat dengan rumah Genta, Genta mengajak Amira mampir di rumahnya dulu, Amira pun setuju dan mereka masuk ke rumah Genta.

"Maaf ya, aku ajak kamu naik motor kalau tau begini aku tadi bawah mobil. Kamu jadi basah begini" Ucap Genta dengan memegang bahu Amira dengan penuh rasa bersalah.

"Nggak apa-apa, kita juga nggak tau kan kalau malam ini mau hujan. Sudah, kamu nggak usa merasa bersalah begitu." Jawab Amira sambil memegang tangan Genta setelah melepaskannya dari bahunya.

"Oh ya, kamu besok ke sekolah? Aku jemput ya?" Tawar Genta pada Amira.

"Hmmm gimana ya, aku... "

"Nggak apa-apa nanti bilang sama mama papa kamu kalau aku teman kamu, kamu di izinin kan kalau cuma temenan aja sama cowok?" Tanya Genta sembari meyakinkan Amira.

"Iya deh, nggak apa-apa besok kita kesekolah bareng" Jawab Amira yakin.

Keduanya sama-sama tersenyum hingga tanpa sadar tiba-tiba Genta langsung mencium singkat kening Amira lalu ke bibirnya. Hal itu sontak membuat Amira terkejut dan membulatkan matanya.

"Bagaimana? Apa masih dingin? Tanya Genta tersenyum sembari menaikkan kedua alisnya.

"Iyaa masih dingin" Jawab Amira yang terlihat sangat gugup.

Genta pun kembali mencium bibir Amira.

"Sudah lebih baik?" Tanya Genta dengan senyuman yang mengembang.

Mendapat perlakuan seperti itu dari Genta membuat pertahanan Amira pun rubuh seketika.

"Atau mungkin lebih baik akan sedikit lebih lama" Ucap Genta lagi sambil tersenyum.

Mendengar hal itu sontak membuat Amira tersenyum geli, Genta pun akhirnya kembali meraih wajah Amira, ia mengarahkan wajah Amira agar kembali menatapnya dan perlahan kembali mencium bibir Amira lagi, berbeda dari dua ciuman sebelumnya yang di lakukan dengan singkat, kali ini Genta mencium bibir Amira lebih lama lagi. Amira awalnya hanya diam dan tak melawan, membuat Genta perlahan mulai ******* lembut bibir Amira mulai dari bibir atas hingga bibir bawahnya, hal itu membuat Amira tak mampu berdiam diri lagi, kedua tangannya pun mulai melingkar di leher Genta dan akhirnya ia membalas ciuman hangat Genta. Beberapa menit berciuman, Genta melepas ciuman mereka.

"Apa sudah merasa lebih baik sekarang?" Genta tersenyum sembari mengusap bibir Amira yang basah.

Akhirnya Amira pun tersenyum dan melanjutkan aksi panas mereka di kamar itu bukan hanya berciuman namun mereka juga melakukan hal yang lebih dari itu.

Amira dan Genta pun tidur di ranjang Genta. Mereka tidur berdampingan. Amira begitu menyesal atas apa yang baru saja dilakukannya bersama Genta. Amira telah melakukan hal yang tidak pantas, Amira sangat menyesal seketika Amira teringat kedua orang tua nya, Amira juga teringat akan cita-cita besarnya itu.

"Bagaiman aku akan melanjutkan cita-citaku? Apa yang harus aku katakan pada orang tuaku?" Segudang pertanyaan ada dibenak Amira. Amira sangat takut jika teringat kedua orang tuanya. Amira meneteskan air mata.

Beberapa menit kemudian Genta mengantar Amira pulang, di perjalanan Amira terus saja memikirkan nasibnya kedepan, ia begitu khawatir dan takut akan apa yang akan terjadi nantinya. Namun walaupun begitu dia tidak boleh terus mendiamkan Genta toh ini juga keinginannya jadi dia juga harus tetap bersikap baik terhadap Genta karena memang dia juga sangat mencintai Genta.

Jam kini sudah menunjukkan pukul 21.30 malam, mereka sudah sampai di rumah Amira.

"Aku masuk dulu ya" Ucap Amira yang berusaha bersikap baik pada Genta.

"Iyaa, besok aku jemput ya" Ucap Genta.

"Iyaa, hati-hati di jalan" Ucap Amira khawatir.

"Iyaa sayang..." Jawab Genta hendak mencium kening Amira namun Amira menghindarinya.

"Yah uda aku pergi dulu yaa daaa..." Ucap Genta berpamitan.

Genta pun segera melajukan motornya. Amira menatap kepergian Genta, setelah dipastikan Genta sudah pergi Amira pun masuk ke dalam rumah.

Amira berjalan memasuki rumahnya dengan penuh rasa was was, matanya terus memandang ke segala arah. Setelah sampai di dalam rumah ternyata kedua orang tua Amira belum pulang, Amira pun seketika legah dan langsung masuk ke kamarnya.

Amira kembali merenung di kamarnya, dia terus menatap nanar dirinya di depan cermin. Amira yang dulu merasa begitu percaya diri dan yakin bisa mencapai cita-citanya, kini telah berubah menjadi Amira yang memalukan. Dia begitu sedih mengingat dirinya yang sekarang, air matanya kembali menetes, dia membayangkan wajah kecewa kedua orang tuanya kalau tau apa yang terjadi pada dirinya, ia begitu takut.

Ia jatuh terduduk sembari menangis. Kembali terlintas di benaknya kejadian bersama Genta tadi.

"Ibu ayah, maafkan aku" Amira menatap langit -langit sembari menjambak rambutnya. Dia merasa dirinya sangat kotor dan memalukan, dia sangat merasa bersalah pada kedua orang tuanya.

Selesai menumpakan segala kesedihannya, ia pun segera membersihkan diri. Semua terlihat kembali normal. Tidak ada air mata, Tidak ada teriakan pilu. Amira pun mulai berdamai dengan keadaan, selesai membersihkan diri Amira menuju tempat tidurnya dan langsung terlelap.

episode 2 Rasa Bersalah

Amira pun tersentak dari tidurnya. Dia segera meraih jam di atas nakas yang berada di sebelah kasurnya. Dia kaget ketika melihat jam menunjukkan pukul 07.00, ia mengambil handphone nya dan kaget ketika melihat 10 panggilan tak terjawab dari Genta. Amira bergegas mandi, Amira menyelesaikan acara mandinya lebih cepat dari biasanya, dia memakai seragam dan hanya mengikat asal rambutnya. Kemudian ia pun memakai sepatu. Penampilan seperti itu sudah sangat elok bagi Amira.

Tok.. Tok.. Tok..

Suara ketukan pintu yang kedua kalinya, Amira yang sudah siap dan bersemangat membuka pintunya.

"Amira, mama pikir kamu belum bangun, ayo cepat sarapan dulu!!" Perintah mama Amira kepada Amira.

"Aduh maa, kayaknya gak bisa deh Amira udah telat Amira harus segera berangkat, nanti Amira makan di sekolah ya ma" Jawab Amira sambil mengecup pipi mamanya dan segera pergi.

"Yah ampun Amira tidur jam berapa sih tu anak" Ucap mamanya sambil mengerutkan kening.

Taksi yang dinaiki Amira pun telah sampai di depan gerbang sekolah. Amira bergegas memasuki gerbang yang hampir mau di tutup pak satpam.

"Eeehh pak pak, tunggu aku belum telat kan" Ujar Amira pada pak satpam.

"Hampir neng, tinggal 1 menit lagi, yah uda masuk" Ucap pak satpam pada Amira.

"Makasih ya pak" Ucap Amira dan langsung masuk.

Amira memasuki ruang belajar, untung saja kelasnya belum di mulai, Amira langsung duduk di sebelah salsa.

"Mir, tumben telat, kenapa?" Tanya Salsa pada Amira.

"Aku semalam begadang abis bantu-bantu Ayah sama Ibuku di toko" Jawab Amira berbohong.

"Selamat pagi anak-anak" Sapa Guru kelas mereka.

"Pagi bu" Jawab murid-murid serentak.

Tak terasa jam belajar sudah hampir habis dan waktunya beristirahat, beberapa menit kemudian terdengar bunyi bel sekolah yang menandakan waktu istirahat telah tiba. Salsa teman sebangku mengajaknya menuju ke kantin sekolah.

"Mir, yuk ke kantin" Ajak Salsa pada Amira.

Amira pun mengangguk dan mengajak mery sahabatnya yang satu lagi untuk pergi ke kantin bersama. Mereka jalan bersama, sesampainya di kantin.

"Mir, kamu beli apa?" Tanya Salsa pada Amira.

"Hmmm beli apa ya.. Bingung nih"

"Beli gorengan aja yuk" Ajak mery pada Amira dan Salsa.

"Nggak mau ah penggorengan kan keras" Canda Amira pada Mery dan Salsa.

"Itu penggorengan bukan gorengan" Celetuk Salsa pada Amira.

"Hahahaha... " Mereka pun tertawa bersama.

Salsa dan Mery adalah sahabat baik Amira, meraka selalu bersama di sekolah maupun di luar sekolah. Ketika mereka sedang makan gorengan dan sedang asyik ngobrol, tiba-tiba Amira mendapat chat dari Genta.

"Kamu masih marah? Tadi pagi aku telpon mau jemput kamu tapi nggak di angkat" Ucap Genta pada Amira.

"Maaf yaa, aku ketiduran dan aku sama skali nggak dengar telpon dari kamu, tadi aja aku hampir telat" Ucap Amira pada Genta.

"Iyaa nggak apa-apa, ketemuan yuk aku tunggu di samping sekolah ya" Ajak Genta pada Amira.

Amira dan Genta memang backstreet, karena Amira nggak mau orang tuanya tau tentang hubungan mereka, makanya mereka selalu ketemu diam-diam bahkan kedua sahabat Amira pun tidak tau tentang hubungan mereka. Satu sekolah itu tau kalau Amira dan Genta tidak punya pacar, sesampainya di samping sekolah.

"Genta" Sapa Amira pada Genta.

"Heii Amira" Sambut Genta dengan senyum manisnya.

"Aku pikir kamu marah soal kejadian tadi malam" Ucap Genta pada Amira.

"Emmm... Gen, gak usa di bahas ya anggap aja semalam itu kita nggak ngapa-ngapain" Ucap Amira tidak mau mengingat kejadian itu lagi.

"Mir, maafin aku yaa" Ucap Genta lagi dengan rasa bersalah.

"Uda.. Kan aku bilang nggak usa di bahas" Jawab Amira.

"Mir, gimana kalau kita tunjukin ke orang-orang di sekolah ini kalau kita itu pacaran" Usul Genta pada Amira.

"Jangan dulu, nanti aja kalau kita uda lulus, kita kan tinggal beberapa bulan lagi di sekolah ini, nanti kalau uda lulus baru kita ngomong jujur ke orang tua kita masing-masing kalau kita pacaran" Tolak Amira sembari meberikan usul.

"Aku cuma nggak mau aja kalau cowok-cowok di sini pada ngira kalau kamu itu nggak punya pacar, nanti mereka seenaknya lagi deketin kamu" Ucap Genta khawatir.

"Nggak, kamu percaya aja sama aku, aku janji nggak akan macam-macam, tapi kamu janji juga yaa nggak akan ninggalin aku apapun terjadi" Ucap Amira lirih, Amira takut kalau suatu saat Genta meninggalkannya dengan keadaannya seperti ini.

"Nggak mungkin aku ninggalin kamu, kalau kita uda lulus sekolah terus kita uda capai cita-cita kita masing-masing, kita akan menikah" Ucap Genta meyakinkan Amira dan langsung memeluk Amira dengan penuh kehangatan. Amira begitu nyaman berada di pelukan Genta dan Amira pun percaya kalau Genta nggak akan ninggalin dia.

Waktu menunjukkan pukul 19.00 malam. Amira dan mama papanya sedang makan malam bersama di rumah mereka.

"Amira, tinggal beberapa bulan lagi kamu ujian, kamu sudah mempersiapkan diri untuk belajar kan?" Tanya Papa pada Amira.

"Iyaa Papa, Amira sudah belajar kok" Jawab Amira gugup mengingat kejadian malam itu bersama Genta. Setelah kejadian itu Amira begitu merasa bersalah kepada kedua orang tuanya apa lagi jika berhadapan langsung dengan mereka, ingatan Amira tentang kejadian itu selalu terbayang.

"Kamu harus sekolah yang bener, biar kamu bisa mencapai cita-cita kamu untuk menjadi seorang dokter. Papa akan mendaftarkan kamu di universitas A di kota ini, itu universitas terbaik, walaupun biayanya mahal Papa akan tetap berusaha agar kamu bisa mencapai cita-cita kamu" Ucap Papa Amira begitu antusias.

"Tapi ingat, kamu jangan pacaran dulu biar kamu fokus ngejar cita-cita kamu" Ucap Papanya lagi mengingatkan.

Deegg, jantung Amira bergetar ketika mendengar larangan Papanya untuk tidak pacaran dulu. Papa Amira melarang Amira untuk pacaran tapi Amira sudah berpacaran bahkan sudah melewati begitu jauh batas pacaran. Amira semakin merasa bersalah dan takut bagaimana kalau kedua orang tua nya tau dengan keadaannya sekarang. Tapi Amira berusaha untuk yakin kalau tidak akan terjadi apa-apa pada dirinya, Amira yakin kalau dia tidak akan hamil. Selama dia tidak hamil maka tidak ada yang perlu ditakutkan orang tuanya pun nggak akan tau keadaannya sekarang.

Selesai makan Amira membantu mamanya membereskan piring sisa-sisa makan malam mereka tadi. Tapi saat Amira mau membantu mamanya melarang dan mengatakan kalau lebih baik Amira belajar saja tidak usa bantu-bantu pekerjaan dapur lagi.

"Pekerjaan dapur biar mama yang bereskan, kamu ke kamar aja belajar sebentar lagi kan ujian, kamu harus fokus sayang" Ucap mamanya yang juga begitu antusias

Melihat semangat orang tuanya membuat Amira lagi-lagi merasa bersalah rasanya Amira ingin menangis tapi Amira meyakinkan dirinya sendiri kalau tidak akan terjadi apa-apa padanya, ia yakin dia pasti bisa membuat kedua orang tuanya bangga. Ketakutan Amira sementara hilang.

Seketika Amira terpikir untuk memutuskan hubungannya dengan Genta agar dia tidak khilaf lagi dan mengulangi kesalahannya malam itu, tapi Amira mengurungkan niatnya itu, walau bagaimanapun dia sangat mencintai Genta, Genta adalah laki-laki pertama yang berpacaran dengannya. Apalagi melihat perilaku Genta yang begitu lembut membuat Amira semakin mencintainya. Amira juga berpikir bagaimana kalau nanti dia sudah tidak bersama Genta, siapa laki-laki yang mau menerima Amira apa adanya, Amira merasa dirinya sangat memalukan sehingga sangat tidak pantas kalau dia berpacaran apalagi sampai menikah dengan laki-laki lain. Amira malu kalau sampai Amira menikah dengan laki-laki lain dan laki-laki itu akan tau keadaan Amira pasti dia tidak mau menerima Amira. Akhirnya Amira memutuskan untuk tetap bersama Genta saja.

Episode 3 Kehamilan Amira

1 bulan kemudian...

Dalam beberapa hari belakangan ini, Amira merasa tidak enak badan, apapun yang di makannya pasti akan di muntahkan lagi, setiap pagi Amira selalu merasa mual dan muntah. Amira semakin khawatir dia mulai berpikir kalau apa yang dia takutkan selama ini akan terjadi. Akhirnya Amira memutuskan untuk menghubungi Genta, Amira menceritakan keadaannya itu pada Genta.

"Gen, akhir-akhir ini aku selalu ngerasa nggak enak badan, tiap pagi aku selalu mual dan muntah, semua yang aku makan pasti akan di muntahkan lagi, aku jadi nggak bisa makan. Gimana ini Gen? Aku takut" Ucap Amira lirih dengan segala ketakutannya.

"Mir, kamu tenang dulu gimana kalau sekarang kita ketemu aku akan beli tes pack kita tes aja langsung" Ucap Genta yang sebenarnya juga sangat khawatir.

"Yah udah kita ketemuan di mana?" Tanya Amira pada Genta.

"Kita ketemu di tempat biasa" Ucap Genta.

Amira dan Genta sampai di tempat mereka bertemu.

"Mir, ini tes nya kamu ke kamar mandi aja sekarang trus kamu tes, tapi kamu hati-hati ya jangan sampai ada orang liat" Ucap Genta mengingatkan.

"Iyaa, aku masuk dulu ya" Ucap Amira lalu langsung masuk ke dalam kamar mandi.

Amira sudah mencelupkan tespack ke dalam urine, sambil menunggu dengan harap-harap cemas, satu garis sudah tertera di tespack itu Amira legah dan berharap tidak ada garis lain lagi. Namun tiba-tiba semua tidak sesuai yang di harapkan garis ke dua di tespack itu menyusul naik di dekat garis pertama. Yaa, hasilnya positif, Amira begitu takut dan menangis sejadi-jadinya. Semua apa yang ia takutkan terjadi, kini orang tuanya pasti akan tau keadaannya, Cita-citanya hancur. Sementara di luar Genta menunggu Amira sangat lama, Genta semakin khawatir ketika mendengar suara tangisan Amira dari dalam kamar mandi. Genta mengetuk pintu berulang kali namun tak ada sahutan Genta semakin khawatir sehingga tanpa pikir panjang Genta mendobrak pintu itu dan Genta pun berhasil masuk.

"Amira, kamu kenapa? Gimana hasilnya?" Tanya Genta begitu khawatir, namun bukan khawatir melihat keadaan Amira yang frustasi terduduk lemas di lantai kamar mandi tapi khawatir dengan hasil tesnya.

Genta segera meraih tespack yang ada di tangan Amira. Ketika melihatnya Genta begitu kaget dan takut. Genta juga sangat takut dengan kedua orang tuanya apa lagi papanya yang sangat tempramen bukan itu yang paling Genta takutkan Genta masih ingin melanjutkan cita-citanya untuk menjadi pemain bola dia tidak ingin sampai ada yang menghalanginya. Genta pun masih ingin menikmati masa mudanya bersama tema-temannya Genta belum siap jika harus terikat denga pernikahan di tambah lagi jika dia harus mempunyai anak di usia muda.

"Amira, sudah kita cari jalan keluarnya, ayoo kita keluar dulu dari sini" Ajak Genta mencoba menenangkan Amira walau sebenarnya hatinya juga tidak tenang.

Genta membujuk Amira dan meraih tangannya lalu membawah Amira keluar, Genta menghapus air mata Amira lalu memeluknya.

"Kamu nggak usa takut aku sudah punya jalan keluarnya" Ucap Genta mencoba menangkan Amira.

Mendengar hal itu sontak membuat Amira kaget dan sedikit tenang.

"Apa jalan keluarnya?" Tanya Amira penasaran.

"Kita harus menggugurkan kandungan ini, kamu juga nggak mau kan kalau mengecewakan kedua orang tua kamu? Begitu juga dengan aku, Papaku seorang yang tempramen sedangkan mama aku sakit-sakitan" Ucap Genta mencari alasan. Mamanya memang sering sakit tapi tidak separah yang Genta jelaskan pada Amira.

"Tapi Gen, aku takut, kita sudah melakukan dosa masa' kita harus melakukan dosa lagi" Ucap Amira masih bingung sambil melepaskan pelukannya dari Genta.

"Amira, mama aku sakit-sakitan dia punya riwayat penyakit jantung, aku takut kalau sampa mama aku tau apa yang akan terjadi padanya?" Ucap Genta berbohong.

Amira mengerti keadaan Genta sehingga mencoba mengikuti saran dari Genta untuk menggugurkan kandungannya. Amira juga tidak mau kalau orang tuanya sampai tau, Amira mencoba memahami kata-kata Genta.

Sementara dari jauh terlihat safa dari dalam mobil melihat kebersamaan Amira dan Genta, ia memandang sinis ke arah mereka. Safa sangat mencintai Genta dari dulu, Safa dan Genta adalah teman dari SD. Safa mulai menyukai Genta sejak mereka duduk di bangku SMP, bahkan Safa juga pernah menyatakan cintanya pada Genta namun Genta menolaknya dengan halus. Kedua orang tua mereka sangat dekat sehingga memudahkan Safa untuk mendekati Genta karena Ibu Genta sangat menyukai Safa. Namun meski begitu Genta tetap tidak mau berpacaran dengan Safa, Genta hanya menganggap Safa sebagai teman. Selama ini Genta tidak pernah dekat dengan cewek manapun sehingga membuat Safa sedikit tenang, tapi sekarang Safa mulai tidak tenang melihat kedekatan Genta dengan wanita lain terlebih wanita itu adalah orang yang sangat Safa benci.

Safa menatap mereka dengan sinis terlihat raut kekesalan dan cemburu dari wajah Safa. Safa mulai khawatir kalau mereka pacaran sehingga berinisiatif untuk mencari tau hubungan mereka. Safa menghubungi sahabatnya Windy.

"Halloo ada apa fa?" Jawab Windy dari seberang telepon.

"Win, loe mau nggak bantu gw? Gw mau lie cari tau ada hubungan apa Genta dengan Amira." Printah Safa pada windy.

"Emangnya loe tau dari mana kalau mereka ada hubungan" Tanya Windy memastikan.

"Gw baru saja liat mereka berduaan di taman dekat sekolah trus mereka ngobrol kayak orang pacaran gitu, pegangan tangan lagi, gw cuma nggak mau aja kalau sampai Genta punya perempuan lain apa lagi perempuan itu Amira orang yang gw benci" Ucap Safa dengan kesal.

"What? Loe nggak salah liat? Perasaan mereka nggak punya pasangan deh trus di sekolah juga kayak orang asing gitu gimana bisa pacaran" Ucap Windy tidak yakin.

"Yah ampun win, jelas-jelas ini gw liat pake mata gw sendiri, mungkin aja mereka bacstreet kan di sekolah tapi di luar sekolah ketemuan diam-diam" Jawab Safa meyakinkan.

"Okee okee yah uda, kalau gitu gw bakal cari tau ada hubungan apa merek berdua" Ucap Windy meyakinkan.

"Yah udah cepat kasih gw informasinya ya" Ucap Safa dengan tegas.

"Iya iya sabar" Celetuk Windy sembari menutup telepon.

"Amira, liat aja nanti kalau sampe loe pacaran sama Genta, gw pastiin hubungan kalian nggak akan lama karena gw akan hancurin hubungan kalian" Safa pun tersenyum dan memandang ke segala arah. Safa sangat membenci Amira, karena Amira selalu unggul dari Safa dalam hal apapun, contohnya seperti di kelas Amira selalu menjadi juara 1 sedangkan Safa juara 2, begitupun dalam hal kecantikan Amira selalu terlihat lebih cantik dari Safa. Semua itu membuat Safa begitu iri pada Amira apalagi saat melihat kedekatan Amira dengan orang yang sangat dia cintai, dia bukan hanya iri melainkan sudah sangat membenci Amira.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!