Callista, gadis cantik berusia 20 tahun yang memiliki perawakan seperti girlband K-Pop bekerja di sebuah restoran. Dia bekerja sebagai Delivery Order makanan untuk beberapa pelanggan seperti kantor, kost atau perumahan.
Callista mempunyai sahabat yang seumuran dan sama-sama bekerja di restoran tersebut. Bedanya, sahabatnya yang bernama Kayana sebagai waitress.
Kenapa Callista tidak menjadi waitress saja? Karena pada waktu itu lowongan kerja yang kosong hanya bagian Delivery Order.
"Call, lo yakin Eros setia?" tanya Kayana yang baru saja bertemu Callista.
Eros Kalandra adalah kekasih Callista yang dipacarinya sejak 2 tahun terakhir. Kedekatan Eros membuat semua cewek iri kepadanya. Eros tipikal pria yang sangat romantis, itulah yang membuat Callista tergila-gila padanya.
"Kenapa lo bisa ngomong kek gitu? Apa lo pernah liat doi jalan bareng cewek, misalnya?" Callista meletakkan beberapa nota pesanan yang sudah dikirim ke pelanggan.
"Entah, hanya firasat aja. Lagian lo beberapa kali jarang dijemput, 'kan?" imbuh Kayana.
Apa yang diucapkan Kayana benar? Beberapa kali, dia jarang mengabariku. Bahkan hanya sekedar mengucapkan selamat pagi saja sudah tidak pernah. Ah, sudahlah! Mungkin doi lagi sibuk dengan usahanya.
"Call, lo nggak pa-pa, 'kan?" Kayana sebenarnya menyesal menyampaikan ini, tetapi dia berharap agar Callista lebih berhati-hati kepada pria itu.
"Thanks, Kay. Lo emang sahabat gue yang terbaik," Callista memeluk haru Kayana.
"Oh ya, lo pulang kerja langsung balik ke Kost? Atau mau mampir ke rumah gue?" Seperti biasa, terkadang Callista mampir ke rumah Kayana.
"Gue mampir ke tempat Eros dulu lah. Penasaran gue," Callista mulai bimbang.
Eros tinggal di sebuah apartemen. Sesekali Callista juga mampir kesana sekedar untuk melihat pria itu dan terkadang membawakan makanan.
"Yaudah, zeyeng. Lo ati-ati ya? Semoga omongan gue kali ini ngga terbukti." Kayana memindahkan beberapa piring bekas pelanggan ke kitchen sink.
Sepulang kerja, Callista mencari taksi hendak ke apartemen Eros.
"Mau kemana, Mbak?" tanya sopir taksi ketika Callista sudah berada di dalam.
"Apartemen Royal, Pak," jawabnya.
Callista membayar ongkos taksi kemudian turun ketika sudah sampai di gerbang masuk apartemen Eros. Darisana, dia berjalan beberapa meter untuk sampai ke lorong menuju lift, lalu naik ke unit Eros yang ada di lantai 17.
Tepat di depan pintu apartemen, Callista memasukkan kode untuk membuka pintu itu. Kode yang sengaja dipasang Eros adalah tanggal jadian mereka, 101019.
Pintu terbuka, Callista menutupnya kembali dari dalam. Dia langsung mencari Eros ke kamarnya. Belum sampai ke kamar Eros, Callista melihat ruang tengah apartemen sangat berantakan. Bahkan ada barang tak seharusnya berserakan diruangan itu.
Pikiran Callista sudah melayang kemana-mana.
Apa Eros sedang bercinta dengan orang lain? Dia memiliki skandal di belakangku?
Batin Callista bergejolak. Dia berusaha tetap tenang.
Jeduar!
Sesampainya di depan pintu kamar Eros yang kebetulan hanya tertutup sebagian, Callista mendengar suara-suara aneh yang ditimbulkan dari kamar tersebut.
"Sayang, apa kekasihmu tidak tau tentang hubungan kita?" tanya wanita itu.
"Sudahlah, sayang! Nikmati saja permainan ini. Persetan dengan dirinya!"
"Baiklah, sayang..., lekaslah..., lebih cepat lagi...," ucap wanita itu.
Callista lemas mendengar semuanya. Dia pikir Eros adalah pria setia, tetapi kenyataannya Eros memiliki skandal dengan wanita lain. Callista tidak tau wanita itu siapa, yang ada dipikirannya sekarang secepatnya dia harus pergi dari apartemen ini.
Kau gila, Eros! Bahkan kau tak malu didengar olehku.
Callista dengan deraian air mata berlari begitu saja tanpa melihat siapa wanita itu. Tujuannya saat ini adalah rumah sahabatnya, Kayana.
Tok tok tok.
"Eh, elo Call..., katanya mampir ke tempat Eros? Nggak jadi?" selidik Kayana setelah tau Callista datang.
"Boleh gue masuk?"
"Ah iya, hampir lupa gue. Yuk masuk ke kamar gue! Cerita, ada apa?" Kayana mengajak Callista masuk ke kamarnya. Disana mereka akan lebih leluasa untuk bercerita.
Callista duduk di ranjang, dia menekuk wajahnya tanda kekecewaan yang mendalam.
"Hai gadis cantik ala K-Pop, kenapa bersedih?"
"Lo benar, Kay! Eros selingkuh."
"Wait, lo mau minum apa? Biar gue ambilkan!" Kayana hendak pergi ke dapur, tetapi Callista mencegahnya.
"Gue lagi ngga pingin minum."
"Baiklah. Ayo ceritakan...," pinta Kayana.
"Eros ada skandal, say! Gue tadi mergokin dia lagi nganu," Callista masih kecewa dengan kekasihnya.
Gak nyangka gue, cowok tengil macam doi tega selingkuhin sohib gue. Berasa kecakepan banget tuh cowok!
"Terus sekarang lo mau ngapain? Masih ngarep sama doi?"
"Enggaklah! Gue mau move on sejauh-jauhnya dari doi. Gue mau jadi wanita yang sukses, biar doi ngemis-ngemis cinta ke gue," Callista dengan semangat '45 nya berusaha melupakan kekasih brengs*knya itu.
"Baguslah, say! Gue seneng dengarnya. Malam ini, lo nginap disini aja. Gue takut tiba-tiba lo khilaf, terus gantung diri dipohon toge," celetuk Kayana menggoda.
"Ish, ish, ish. Bukan gue banget, Kay," Callista menimpuk Kayana dengan bantal.
Tanpa persetujuan Callista, Kayana pergi ke dapur untuk mengambil cemilan dan minuman. Callista langsung mengambil segelas minuman yang ada diatas nampan yang dibawa Kayana.
"Haus, say?" tanya Kayana.
"He em, say. Ternyata pura-pura bahagia juga butuh tenaga, yak?" Callista mengembalikan gelasnya ke atas nampan.
Keduanya tertawa bersamaan.
"Eh, setelah ini lo mau cari cowok yang kek mana?" Kayana kepo.
"Kalau mantan, eh belum mantan yak? Kalau doi bisa bikin skandal, kenapa gue enggak?" Callista sengaja ingin membalas sakit hatinya.
"Lo ngga putusin doi?" Kayana bingung dengan rencana sohibnya itu.
"Enggaklah! Enak aja, biar doi ngrasain gimana sakitnya diselingkuhin," ujar Callista.
Selama 2 tahun menjalin hubungan dengan Eros, Callista tipe cewek yang setia. Bahkan mungkin hari ini sudah kesekian kali Eros menghianati, tetapi Callista baru menyadarinya.
"Eh, Call. Lo mau nyoba nyari situs kencan buta gitu? Kali aja gue bisa bantu," usul Kayana.
Callista tertawa.
"Hei girl, kenapa ketawa?"
"Situs kencan buta? Semacam kencan tak melihat atau apa?" balas Callista.
"Ish, lo kudet bener. Kebanyakan dikibulin sama Eros, jadinya gampang hang. Gue bantuin lo nyari Daddy Gula," usul Kayana.
"Banyak keuntungannya, ngga?" Callista mulai kepo.
"Menurut novel online yang gue baca, Daddy Gula bisa kasih lo apa aja. Apartemen mewah, tas bermerek, baju bermerek, ponsel keluaran terbaru, bahkan lo bisa dikasih mobil," Kayana sudah seperti sales yang menawarkan barang.
"Terdengar keren! Apa bisa gue dapat Daddy yang royal gitu?"
"Kita coba cari, yak?" usul Kayana.
Kayana mengambil laptop diatas mejanya, dia mulai mencari situs kencan buta. Beberapa kali mencoba klik sana sini tetapi sepertinya semua kencan buta sedang error.
"Call, sepertinya lo belum beruntung. Tar kita coba lagi, yak?"
"Call, lo jadi main ke rumah gue?" Kayana ingin memastikan, karena sejak Callista bermasalah dengan Eros, gadis itu sedang berusaha keras untuk membalas kekasihnya.
"Apa gue pindah kost ke tempat elo aja, yak?" tanya Callista. "Selain berhemat, gue bisa fokus sama laptop elo buat nyari Daddy Gula."
"Bayar dobel, Call. Udah numpang, pake minjem lepi (laptop) segala. Emang lo kira rumah gue tu penampungan," canda Kayana.
Keduanya tertawa bersamaan.
"Eh, Call. Lo hari ini ada pengantaran nasi box ke kantor SA Corporation, letaknya dekat dengan taman kota. Lo bisa mampir bentar ke sana, buat ambil nafas," canda Kayana menghibur sohibnya.
"Hais, canda lo nggak mutu. Gue sedang kerja neng, bukan liburan," balas Callista bergurau.
Tak menunggu lama, pesanan nasi box yang akan diantar ke kantor sesuai alamat nota sudah siap di depan Callista.
"Eh, banyak bener!" ucap Callista sembari menghitung kecocokan nota dengan jumlah nasi box.
Nama pemesan, Vigor Abraham. Alamat kirim, SA Corporation. Jumlah 30 nasi box, bayarnya sudah di transfer ke rekening restoran. Keren nih!
Callista langsung menata semua nasi box itu ke dalam box pengantaran yang ada di sepeda motor. Setelah itu, dia lekas tancap gas menuju kantor SA Corporation.
Sesampainya disana, dia menemui Satpam untuk menanyakan kebenaran alamat tersebut.
"Pak, maaf mau tanya," ucapnya.
"Iya, Non. Ada yang bisa bapak bantu?" balas Satpam.
"Ini bener kantor SA Corporation? Saya dari restoran XX mengantarkan pesanan atas nama Bapak Vigor Abraham," Callista menjelaskan.
Asisten pak Duda. Tumben pesan ke restoran XX, biasanya juga di restoran XY.
"Iya benar. Nona langsung saja menemui staf front office, nanti akan diarahkan disana," jawab Satpam.
"Terima kasih, Pak," Callista membawa motornya untuk parkir ke dekat mobil karyawan kantor itu. Dia lekas membuka box dan mengambil 30 nasi box yang sudah dibawanya.
"Bu, saya mengantarkan pesanan atas nama Bapak Vigor Abraham," ucapnya di depan front office.
"Oh iya, silakan letakkan disini saja. Pembayaran sudah ditransfer, 'kan?"
"Iya Bu, sudah," balas Callista sopan.
Staf front office tersebut memindahkan beberapa box makanan ke meja dengan menggerutu yang masih bisa didengar Callista.
"Pak Duda..., tumben beli makanan banyak. Tapi kasian juga ya. Sudah cakep, baik hati, eh Duda ditinggal selingkuh!"
Hah, pak Duda? Jadi maksudnya Vigor Abraham adalah duda? Wah keren! Sekeren namanya.
Saat sedang melamun ucapan staf front office, tiba-tiba seseorang dari belakang tak sengaja menabraknya.
Bruak!
Tubuh atletis seorang pria yang menabraknya. Pria itu memakai jas lengkap dan kacamata hitam. Pria itu tak lantas meminta maaf kepada Callista, melainkan pergi begitu saja.
"Hei, Tuan berkaca mata hitam. Tolong dong kalau abis nabrak tuh minta maaf dulu kek, nggak main nyelonong gitu aja...," teriak Callista menjadikan dia obyek yang dilihat banyak orang.
Pria yang sedang buru-buru itu, berbalik kemudian menyerahkan kartu nama ke tangan Callista.
"Catat kerugianmu!" ucap pria itu, kemudian pergi meninggalkan Callista begitu saja.
Sombong sekali pria itu. Belum tau aja jika Callista juga bisa lebih sombong dari doi. Huh, pria yang membagongkan!
Callista menyimpan kartu nama itu di dalam dompet kecilnya. Dia langsung berbalik arah kembali ke tempat motornya berada.
Sampai di restoran XX, Callista langsung menemui Kayana.
"Bagaimana, Call? Beres?" tanya Kayana yang menerima setoran nota kontan dari Delivery Order.
"Beres dong. Selalu on time!" jawab Callista semringah.
"Baguslah! Setelah ini belum ada pengantaran lagi. Lo bantu gue ngambilin piring sama gelas kotor yuk? Daritadi resto rame banget Call. Sampe gue engap," Kayana mengambil troli untuk dibawa ke depan.
Callista memang bukan orang yang pilih-pilih pekerjaan, asal dia mampu akan selalu membantu sohibnya. Tak hanya itu, banyak karyawan yang care sama Callista karena kepeduliannya kepada semua orang yang bekerja di restoran XX.
"Malming besok, ngemall yuk?" ajak Kayana yang telah menyelesaikan pekerjaannya dengan baik. Saat ini mereka berada di ruang istirahat restoran yang khusus disediakan untuk semua karyawan.
Selain bisa istirahat, restoran juga menyediakan makan siang untuk semua karyawan tanpa terkecuali.
Dompet menipis. Tanggal tua. Ngemall? Apa nggak bikin badan drop tuh? Sakitnya bukan karena kecapekan ngemall, tapi gak ada duit.
"Nggak dulu deh. Tanggal tua, say. Next aja yak?" balas Callista.
"Temani gue lah. Ayo Call, gue traktir makan bakso deh," rayu Kayana.
"Duh, jauh-jauh ngemall cuman ngebakso doang? Kagak ada yang lebih keren dari itu?" goda Callista.
"Ayolah Call. Gue ngemall mau cari kado buat ultah cowok gue," ajak Kayana untuk yang kesekian kalinya.
Cowok? Bahkan cowok gue sudah gak peduli lagi. Apa gue seriusin aja buat nyari Daddy Gula? Buat balas pria brengs*k itu!
"Call, lo ngelamun lagi? Eros lagi?" Kayana melihat Callista yang sedari tadi tidak merespon ucapannya.
"Eh, okelah! Gue ikutan ngemall. Janji bakso, ya?"
"Ish, soal yang gratisan aja lo cepet banget!" canda Kayana.
"Tapi lo janji bantuin gue cari Daddy Gula yak? Gue dah gedek banget pengin bales si Eros," Callista berdiri hendak mengembalikan nampan makannya.
"Oke..., eh nitip dong," Kayana menarik Callista untuk membawa serta bekas nampan makannya.
Hari-hari Callista bersama Kayana terasa begitu cepat. Sore ini sepulang kerja, Kayana membonceng Callista untuk pulang ke rumahnya.
"Kay, menurut lo..., mending nyari duda apa perjaka ya?" tanya Callista ketika sampai di kamar Kayana.
"Emang lo bisa bedain mana duda dan perjaka?" cibir Kayana.
"Dari sertifikat nikahnya lah! Kalau duda, jelas dah pernah dapat," tawa Callista menggema.
"Hus, mandi dulu gih. Anak gadis gak baik mandi kemalaman," Kayana mengambil handuk di lemarinya untuk diserahkan kepada Callista.
"Oke deh," Callista langsung masuk ke kamar mandi sederhana yang ada di dalam kamar Kayana, sementara Kayana entah mandi dimana dia. Balik lagi sudah pada wangi semua.
Callista memakai baju yang biasa dia titip jika menginap dirumah Kayana.
"Kay, menurut lo mending pilih duda ditinggal istrinya atau duda ditinggal selingkuh?" tanya Callista.
"Sama aja, Call. Sama-sama duda!" Kayana mengambil laptop nya kemudian membawanya ke atas ranjang.
Kayana mulai mengotak atik laptopnya untuk mencarikan permintaan sohibnya.
"Jadi mau yang mana? Duda apa perjaka? Duh kayak gue ngintrogasi orang mau nikah aja," goda Kayana.
"Duda? Boleh deh, asal masih seumuran sama gue, minimal. seumuran lah sama mantan gue. Eh, belum mantan yak?" jawab Callista yang sudah memposisikan duduk disamping Kayana diatas ranjang.
"Mana ada yang model begitu? Yang ada itu duda 40+, mau lo?" Kayana sedikit kesal.
"Yaudah, carikan aja Duda ditinggal selingkuh!"
Pria berkacamata hitam menjadi ciri khas dari CEO SA Corporation. Pria matang itu berusia 40 tahun lebih. Di usianya yang sangat matang dengan jambang tipisnya membuat dia terlihat sangat berkharisma.
Sean Armstrong, duda cerai yang ditinggal selingkuh istrinya. Dari pernikahannya, Sean tidak memiliki anak. Sebenarnya saat itu istri Sean mengandung, hanya saja setelah bayi itu lahir dan dilakukan tes DNA ternyata tidak cocok dengan dirinya.
"Vigor, datanglah ke ruanganku!" panggil Sean melalui intercom.
Vigor Abraham, asisten Bos Sean yang usianya 30 tahun itu mengetuk pintu.
Tok tok tok.
"Masuk!" ucap Sean.
"Ada apa Bos? Bos memerlukan sesuatu?"
"Duduklah! Pesanan nasi box untuk 30 karyawan apa sudah sampai?" tanya Sean.
Jangan pandang nasi box sebelah mata. Nasi box pesanan Bos Sean jelas isinya level Sultan.
Setiap tahun, Sean selalu memperingati tanggal perceraiannya dengan mantan istrinya. Selama 5 tahun terakhir ini dia betah sekali untuk menyandang status dudanya.
Vigor pernah menyarankan Bos nya untuk menikah lagi, tetapi Sean menolak. Rasa trauma yang mendarah daging membuatnya enggan untuk mencari pendamping hidup.
"Bos, apa tidak sebaiknya menikah lagi?" usul Vigor yang saat ini sudah duduk di depan Bos nya.
"Aku ingin menikah lagi, Vigor. Tetapi aku akan meminta tolong Mami Vee untuk mencarikan wanita yang pas untukku."
Mami Vee? Kenapa bos malah mencari wanita malam? Apa tujuan sebenarnya?
Vigor tidak terima, jika dahulu Diana Carrington adalah wanita yang sangat terpandang, kenapa harus memilih wanita yang tidak jelas asal usulnya.
Diana Carrington adalah mantan istri Sean yang sudah bercerai sejak 5 tahun yang lalu.
"Kenapa harus melalui Mami Vee, Bos?" Vigor penasaran dengan tujuan Bosnya untuk menikah.
"Aku hanya ingin menikah kontrak dengan wanita itu. Mengikatnya dengan sebuah perjanjian agar tidak curang seperti yang dilakukan Diana beberapa tahun yang lalu," Sean berdiri menerawang jendela kantornya. Melihat ke luar betapa luasnya jarak mata memandang ke depan.
Kau menghancurkan rasa cinta ini, Di. Kepercayaan dan kasih sayang yang ku berikan ternyata kau sia-siakan. Aku tidak akan terjebak dan terjerumus di lubang yang sama selama 2 kali. Aku akan mengikat istri baruku dengan kontrak seumur hidup. Aku tak akan melepasnya. Itu janjiku! Agar kelak jika Diana kembali dan memohon kepadaku, sudah tak tersisa ruang sedikitpun untuk dirinya. Kau sangat kejam, Di.
"Apa kata Mami Vee, Bos?" tanya Vigor. Asisten yang rasa kepo nya luar biasa, tetapi sangat pandai menjaga rahasia. Asisten langka!
"Ada. Nanti malam akan datang ke Hotel Starlight untuk menemuiku," Sean kembali ke tempat duduknya
"Baiklah Bos, aku kembali ke ruanganku dulu. Ada pekerjaan yang harus ku selesaikan," pamit Vigor.
Sementara ditempat lain, dua orang sahabat yang sedang mencari situs kencan buta yang judulnya Kilat Jodoh sepertinya sedang bergembira.
"Done! Gue menemukannya, Call. Lo pasti suka kriteria ini. Nah, dengerin. Namanya pake inisial SA, Duda..., Call. Bagaimana?" Kayana meminta persetujuan sohibnya untuk melanjutkan chat dengan pria inisial SA tersebut.
"Bolehlah, lo lanjut aja. Gue terima beres," ucap Callista yang ikut nimbrung di depan laptop Kayana.
"Lihat nih, orangnya gak sabaran banget. Lo tau, nih orang langsung minta ketemuan di kamar hotel Starlight, malam ini..., keren ngga tuh Daddy Gula yang satu ini. Eh, eh, malah dia bilang, kalau lo jadi bakal dikasih password masuknya biar gampang ketemunya. Bagaimana, lo mau kagak? Daripada lo mikirin Eros mulu," cerocos Kayana sudah seperti biro perjodohan.
"Boleh, boleh. Tanyain gih password nya apa?" balas Callista yang sekarang posisinya rebahan di samping Kayana.
Keduanya berada di atas ranjang kamar Kayana. Sepulang kerja dan setelah membersihkan diri, pantas saja mereka sangat santai.
"Eh, bentar. Gue baca dulu. Katanya lo harus ke resepsionis hotel Starlight, nanyain tamu dengan inisial SA, kemudian lo bilang kalau lo itu suruhan Mami Vee..., nah, ko bakal langsung ketemu sama Daddy Gula lo ini. Bagaimana? Ciamik ngga tuh?" Kayana menjelaskan.
"Eh, tapi lo ngga bilang kan nama gue siapa?"
"Nggak. Gue cuma pake panggilan lo aja, Call," Kayana melanjutkan chat dengan pria itu.
"Beres?" Bukan maksud Callista untuk terima beres, pasalnya dia malas dengan situs kencan buta nggak jelas seperti itu. Tapi mau gimana lagi, Kayana memaksa dirinya lekas move on dari Eros. Padahal status keduanya masih ada hubungan yang belum putus.
"Beres dong, Call. Jam 9 malam, hotel Starlight. Lo siap nggak?" ucap Kayana.
Hemm, apa gue harus senekad ini? Terus di dalam hotel mesti ngapain? Berduaan aja. Kalau Daddy Gula minta nganu, bagaimana dong? Secara gue kan belum sah jadi istrinya. Apa gue tolak aja? Eh, tapi kasian Kayana udah usahain gue sampe sejauh ini. By the way, nanti kalau tu Daddy maksain gimana? Gue kan takut kalau diperkaos! Ngeri euy!
"Call, lo ngapain? Ngelamunin Eros lagi?" tanya Kayana yang melihat respon yang lambat dari sohibnya.
"Eh, enggak Kay. Gue cuman mikir aja, di dalam kamar berdua sama Daddy Gula ngapain aja?"
"Yaelah, lo cuman mikirin tu doang. Menurut novel yang pernah gue baca, lo bisa ngobrol, makan bareng, bobo bareng, pokoknya apa-apa berdua deh," ucapnya.
"Nah, tu dia Kay. Bobo bareng, gue ngga nyaman Kay. Nanti kalau dia minta nganu, gimana dong?" Callista sangat khawatir dengan apa yang akan terjadi selanjutnya.
"Yaelah, Call. Menurut novel yang gue baca, banyak kok Daddy Gula yang bisa memahami pasangan kencannya. Lo jangan khawatir. Semoga dengan ini, lo bisa lupain Eros dan hidup bahagia," Kayana menutup laptop bersamaan selesainya ceramah yang dikhususkan untuk Callista.
Kembali ke kantor SA Corporation, Vigor saat ini sedang menyerahkan beberapa berkas untuk ditandatangani Bos nya. Sesekali, Vigor menggali informasi penting yang sangat dia butuhkan.
"Bos, Mami Vee sudah oke?" tanya Vigor.
"Iya, tadi siang hanya mengabari akan mengirim orangnya ke kamar hotel Starlight nanti malam. Memangnya kenapa? Kau mau ikut?"
Maafkan gue Bos. Gue harus menukar seseorang demi kebaikan Anda. Gue yakin, Bos pasti akan langsung bisa menerimanya. Pembatalan kerja dengan Mami Vee sudah gue bayar lunas. Tu Mami gak bakalan bikin onar kalau soal uang lancar. Semoga berhasil, Bos!
"Tidak, Bos! Hanya memastikan Bos aman disana, itu saja," kilah Vigor.
"Semoga pilihan Mami Vee tidak mengecewakan," Sean berharap kali ini rencananya berhasil.
"Tentu, Bos. Mami Vee selalu punya barang baru untuk disuguhkan. Apalagi bayarannya mahal. Mami Vee emang top," Vigor menyemangati Bosnya.
Selamat tinggal masa Duda!
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!