Bel masuk kelas berbunyi, semua siswa terlihat memasuki ruang belajar.Tidak ada seragam resmi di sekolah itu karena berstandar internasional jadi mereka bebas mengenakan pakaian apa saja ke sekolah yang penting sopan dan terlihat berkelas.
Seorang anak laki-laki mengenakan jaket kulit berwarna cokelat tua memasuki kelas dengan santainya. Guru bahkan tidak menegurnya karena terlambat. Anak laki-laki itu adalah Aska Putra Admaja, putra pertama perdiri Admaja Group.
"Aska....hai.." seorang anak wanita cantik menyapa Aska. Ketampanan wajahnya berhasil membius para gadis di sekolahnya. Ia bahkan terkenal sampai sekolah lain.
"Huuuuuuuuu!" Satu kelas bersorak untuk anak wanita tadi. Ia bernama Amanda Putri Handoko. Calon pewaris tunggal bisnis keluarga Handoko.
"Sudah tenang anak-anak....!" Mrs. Diva selaku guru yang mengajar pada pagi itu mencoba menenangkan situasi kelas.
Susana kelas terkondisi, sudah lebih tertata. Aska terlihat cuek dan duduk di bangku belakang. Sebelahnya duduk ada satu kursi kosong yang kebetulan siswa itu keluar di pertengahan semester karena ikut orang tuanya pindah ke luar negeri.
"Hari ini kita kedatangan teman baru, Mari Raya silahkan masuk. Perkenalkan diri kamu" kata Mrs. Diva pada anak wanita bernama Raya.
Semua tertawa begitu melihat penampilan Raya yang kampungan. Rambut di kuncir kuda, baju yang terlihat murahan dan gayanya yang super duper kampungan.
Aska melirik calon anak baru itu. Ia menggelengkan kepala melihat penampilan Raya.
"Nama saya Raya Sukma"
"Hahahahaa! kampungan banget namanya gaeeess!" Amanda berdiri dari duduknya dan menjadi kompor. Semua tertawa melihat Raya yang terdiam kaku di depan.
Jangan takut Raya, ini belum seberapa. Kamu harus lebih kuat dari mereka semua. Mereka cuma anak orang kaya yang bisanya bergantung pada orang tuanya saja. Semangat Raya berjuanglah!.
"Oke Raya sekarang kamu duduk di....samping Aska dulu"
"Kenapa harus di samping Aska Mrs. Diva?!" Amanda tidak terima.
"Yang mengambil keputusan di kelas ini bukan kamu Amanda jadi jangan banyak protes. Ayo Raya kamu silahkan duduk di samping Aska"
Raya dengan grogi berjalan mendekati bangku kosong di sebelah Aska. Ia menyapa Aska yang jelas tidak akan di pedulikan oleh si tampan itu.
Raya duduk tenang di kursinya. Tercium aroma parfum yang harum dan wanginya tidak norak tidak membuat kepala pusing atau mual. Baunya berbeda dengan parfum yang biasa Raya temui di angkot-angkot, metro mini dan angkutan umum lainnya.
Aska menggeser kursinya tanpa bicara. Ia menarik bukunya seolah jijik jika sampai tersenggol oleh Raya.
Sepanjang jam pelajaran Raya menyimak dan mendengarkan dengan baik materi yang di terangkan Mrs Diva. Sementara Aska ia malah memejamkan matanya dan tertidur. Materi yang di terangkan Mrs Diva sudah ia ketahui dan hafal di luar kepala.
Aska tergolong siswa yang sangat cerdas. Ia adalah tuan muda calon pewaris Admaja Group. Jadi sudah pasti ayahnya Brahmantyo Admaja memberinya fasilitas yang sangat memadai termasuk guru prifat untuk mengajarinya belajar di luar jam sekolah.
"Hei...siapa namamu?" Aska mengedutkan alisnya. Mendengar suara yang sama sekali tidak merdu menurutnya. Ia tidak mengubris karena suara itu bersumber dari gadis kampungan di sebelahnya.
Sombong sekali dia, lihat saja suatu hari kau yang akan mengejarku untuk berteman denganku!
Raya rerkekeh sendiri, suara tawanya terdengar oleh Aska. Si tampan itu langsung membenturkan pelan keningnya ke atas meja. Tanda ia tidak habis pikir dengan manusia planet di sebelahnya.
Rumah besar dan mewah keluarga Admaja terlihat lengang. Tuan Bram dan Nyonya Ariani sedang pergi mengunjungi saudara di luar kota.
Beberapa pelayan sibuk di dapur membuat hidangan makan malam. Aska keluar dari kamarnya, ia baru saja bangun dari tidur siangnya. Aska berjalan menuju meja makan.
Kepala pelayan yang sekarang di pegang oleh bibi Huang. Ia terlihat mendekati Aska. Sejak kecil Aska cukup dekat dengan bibi Huang.
"Tuan muda kau baru bangun" bibi Huang menyapa Aska yang duduk diam memandang meja makan yang panjang dan mewah. Tapi ia hanya sendiri karena orang tuanya sibuk. Mamanya harus mendampingi papanya keluar kota atau bahkan ke luar negeri untuk mengurus bisnis keluarga mereka.
"Kapan papa dan mama kembali bi?"
"Besok tuan"
Aska berdiri dari duduknya dan berjalan pergi. Nafsu makannya sudah hilang di telan suasana sepi di meja makan.
"Tuan muda makan dulu"
"Aku tidak lapar bi..."
Aska bersiap mandi, air hangat sudah siap di bathub, pelayan sudah mempersiapkan handuk bersih untuk Aska.
Ia berendam sebentar lalu membilas badannya dengan air dari shower. Selesai mandi Aska segera berpakaian. Ia pergi dengan mobilnya untuk menjemput Rama dan Jordan sahabatnya.
Aska membelokan mobilnya di pelataran rumah Jordan. Bisnis keluarga Jordan dan Rama berada di bawah kendali Admaja Group. Jadi kedua anak itupun patuh terhadap Aska tapi mereka bersahabat secara tulus.
"Akan kemana kita?" tanya Rama.
"Bagaimana kalau kita ke resto baru papaku, setelah itu kita nongkrong bareng di tempat biasa" kata Jordan.
Aska dan Rama setuju, ketiganya menumpangi mobil mewah Aska. tak berapa lama ketiganya sampai di restoran milik keluarga Jordan.
Aska memesan menu yang ia suka steak dan kentang, minumnya Jus jeruk. Rama memilih menu yang sama dengan Aska. Jordan memesan soda untuk minumannya dan sup ikan pedas untuk lauk makannya.
Pelayan datang mengantarkan minuman. Rama dan Jordan terbelalak melihat pelayan yang baru saja mengantar pesanan mereka.
"Kau....bukan kah kau anak baru di kels Aska" Jordan menyenggol lengan Aska yang sedang asyik dengan handpone nya.
Aska menoleh ke arah pelayan itu. Ia tersenyum kecil seakan merendahkan gadis di hadapannya.
Ya dia adalah Raya yang berpakaian pelayam dan mengantar pesanan ketiga tuan muda itu. Raya bekerja paruh waktu di restoran milik keluarga Jordan.
"Oh jadi kau seorang pelayan?" Aska membuka suaranya. Baru kali itu Raya mendengar tuan muda itu bersuara. Raya mencoba tak menggubrisnya dan meletakkan gelas minuman dengan hati-hati.
Jordan tak sengaja menyenggol lengan Raya hingga minuman di gelas itu tumpah dan membasahi baju Raya. Aska tersenyum puas, entah kenapa ia kesal sekali dengan Raya.
Aska dan Jordan menikmati kejadian itu, mereka berdua tertawa lepas mengejek Raya.
Tapi berbeda dengan Rama, ia mengulurkan tisue untuk Raya agar membersihkan bajunya yang kena tumpahan jus.
"Kembalilah ke tempatmu!" kata Aska ketus.
Raya merasa sudut matanya sedikit memanas. Tapi ia segera bangkit dan membasuh wajahnya dengan air dingin. Ia kembali bersemangat bekerja. Raya ingat masih ada ibu dan adiknya yang harus ia biayai.
Dari kejauhan Aska memandang Raya yang sibuk mengantarkan pesanan. Pikiran jahilnya mulai berkelebat. Aska berjalan menuju toilet. Saat berpapasan dengan Raya ia sengaja menjegal kaki Raya hingga gadis itu terjatuh dan piring yang ia bawa di atas nampan jatuh pecah berserakan.
"Hei hati-hati nona ...kau bisa dipecat nanti" ejek Aska sambil berlalu menuju toilet.
Raya menahan amarahnya, ia kembali berdiri dan memebersihkan pecahan piring yang berserakan. Para mengunjung menatapnya dengan pandangan hina. Sementara kepala pelayan mengamatinya dan sepertinya ia akan mendapat surat peringatan.
Pagi sekali Raya bangun untuk membantu ibunya menyiapkan kue-kue pesanan orang. Sisanya Raya membawa ke sekolah untuk ia tawarkan ke teman-temannya. Siapa tahu ada yang pesan.
"Raya berangkat sekolah dulu ya bu"
"Hati-hati Raya, semoga sekolah kamu lancar dan beasiswanya tetap di pertahankan"
"Iya ..." Raya bergegas mengayuh sepedanya. Di perjalanan ia bertemu dengan Aska yang mengendarai mobil mewahnya bersama Jordan dan Rama.
Mereka bertiga menertawakan sepeda butut Raya. Gadis itu tidak peduli ia terus mengayuh sepedanya. Aska hampir menyerempetkan mobilnya ke sepeda Raya dan berhasil membuat gadis itu tumbang.
"Heiiii awas kau ya!" teriak Raya kesal. Mobil Aska sudah melaju jauh. Rasanya ia ingin sekali membalas si tengil itu.
Setelah bersusah payah akhirnya Raya sampai di sekolah. Bahkan ia tidak bisa memarkir sepedanya di area sekolah karena di sana tidak di beri izin parkir selain mobil.
Memang hanya Raya seorang yang sekolah di sana dan menaiki sepeda bututnya. Akhirnya ia di beri kelonggaran untuk menitipkan kendaraan pribadinya itu di sebelah pos keamanan.
Raya berjalan memasuki kelas sambil membawa beberapa kue didalam tasnya. Ia berjalan santai meski mata para siswa memandang hina padanya. Termasuk ketua dari mereka semua yaitu Aska. Cowok tampan itu terus melihatnya dengan sinis.
"Kenapa tadi ku menabrakku hingga terjatuh?!" tanya Raya dengan berani menghampiri Aska yang sedang duduk santai bersama Jordan dan Rama.
Semua keget karena Raya berani sekali dengan Aska. Termasuk Amanda yang terheran melihat Raya.
"Mau apa si kumal itu mendekati pangeranku?!" kata Manda pada ganknya.
Raya masih kesal dan menunggu jawaban Aska yang terdiam, Aska hanya melihatnya dan menahan tawa.
"Karena kau tidak pantas berada di sekolah ini" jawab Aska. Seketika itu juga hati Raya terasa sedih. Raya berjalan memasuki kelasnya dan .....
"Byurrrrrr" Seember tepung tumpah dari atas pintu kelas mengguyur badan Raya. Kini ia nampak seperti ...entahlah. Warna tepung yang putih itu mengotori rambut dan bajunya.
"Hahahaaaa!!" semua tertawa termasuk Aska. Ia bahagia sekali melihat gadis kampungan yang ia benci terlihat seperti badut.
Rama hanya menggeleng dalam hati ia kasihan dengan Raya.
"Aska kenapa kau lakukan itu, apa salahnya?" tanya Rama. Jordan terkejut mendengar Rama yang terlihat tidak senang dan memihak Raya.
"Kenapa?! kau tidak suka aku mengerjai si kampung itu?!"
"Aska dia buka lawan sebandingmu, kasihan Raya"
"Jika kau kasihan padanya kau saja yang berteman dengannya!"
Aska beranjak pergi di ikuti Jordan. Sementara Amanda dan teman-temannya puas tertawa melihat keadaan Raya yang belepot tepung.
Raya membersihkan diri ke toilet sekolah yang sudah mirip toilet hotel berbintang itu. Ia mengibaskan bajunya dan menyisir rambut ikalnya yang berwarna putih.
Sabar Raya kau harus kuat. Biarkan saja Aska dan yang lain. Mereka cuma pecundang.
Raya keluar dari toilet, ada Rama yang menunggunya disana. Ia menyerahkan Saput angannya untuk mengeringkan wajah Raya yang basah setelah cuci muka.
Raya menerimanya dengan canggung, ia cemas jika ini juga jebakan lagi.
"Tenanglah aku tidak sedang mengerjaimu" kata Rama sambil melangkah pergi.
Raya menatap punggung Rama dari belakang. Ia kembali ke kelasnya. Kali ini Raya tidak duduk lagi di samping Aska. Cowok itu menjauh darinya dan memilih duduk di bangku lain.
Raya terkejut saat melihat isi tasnya yang sudah porak poranda. Kue yang ia bawa berceceran di lantai. Raya memunguti isi tasnya lalu dengan santai mengambil kue-kue yang jatuh di lantai. Ia mendekat pada Aska, semua melihat adegan menegangkan itu. Mereka menebak apa yang akan di lakukan si kampung itu pada bos mereka.
"Kau tahu ini kue buatan ibuku, kami bersusah payah untuk membuatnya dan menjualnya. Kau sampah! dengan sengaja membuang kue-kue ini! dasar kau pecundang" Raya melempar kue yang masih bungkusan rapi ke wajah tampan Aska. Semua terkejut, seisi kelas terdiam.
Raya malah menantang Aska, ia berkacak pinggang di hadapan cowok itu. Tubuh pendek dan kurusnya membuat Aska geli dan ingin tertawa.
"Kau dari kalang kaya raya tapi tidak bisa belajar menghargai orang lain, aku tidak yakin jika orang tuamu bukan orang kaya kau bisa jadi berguna. Kau hanya akan menjadi sampah saja dan menyusahkan orang!" Raya berbalik dan berjalan pergi. Ada kelegaan di dalam hatinya setelah memaki Aska.
Jantungnya berdebar hebat saat memaki Aska. tapi ia terlihat tenang tadi. Sekarang Raya lega ia berharap Aska tidak mengganggunya lagi.
Tapi itu hanya mimpi belaka, Lihat apa yang di lakukan Aska pada Raya lebih keterlaluan lagi .....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!