NovelToon NovelToon

PERJALANAN BUNGA DESA

BAB 1

"Astaga naga panas banget." Kata Maya sambil mengelap keringat pada dahinya, dia otw pulang ke rumah setelah menuntut ilmu di sekolahnya.

"Mana habis ini pasti bawa kambing ke hutan lagi." Maya menggerutu sambil memanyunkan bibirnya hingga lima senti meter, widih panjang amat.

"HAHAHA - " Tiba tiba saja dia tertawa sangat kencang hingga membuat seorang petani terkejut.

"Astagfirullah, semoga anakku tidak jadi seperti dia, kasian mana masih muda." Kata petani itu lirih lalu melanjutkan pekerjaannya.

"Walau begitu, aku kan bisa mandi di sungai hehe aku sangat menantikan ini, aku datang wahai kambing kambing ku tercinta." Setelah berkata seperti itu dia ngibrit ke Rumah.

-

"Assalamualaikum~"

"Wa'alaikumsalam, kamu sudah pulang?"

"Iya sudah Bu, ada Tante juga."

Maya mencium tangan ibu dan tantenya kemudian masuk ke dalam kamar untuk mengganti pakaian yang ia kenakan.

Tante itu bukan Tante kandung, atau hanya sebatas memanggil dengan sebutan Tante saja. Ngendong atau dalam bahasa Indonesia nya bertamu adalah kegiatan sehari hari di desa Wirogeni, desa tempat Maya tinggal.

Saat ini Maya berumur 11 tahun, dan masih duduk di bangku SD.

Maya memiliki 3 orang kakak laki laki dan satu kakak perempuan, ibunya kini seorang janda, Maya sangat sedih beberapa waktu lalu hingga berat badannya turun drastis. Namun berkat ibunya yang terus memberikan dorongan agar Maya menjadi wanita yang kuat membuatnya menjadi ceria seperti semula.

Perlu di ketahui bahwa ayah Maya sebenarnya adalah orang yang sangat galak bagaikan singa, bahkan hampir semua orang takut pada beliau, namun bagaimanapun ayah tetaplah seorang ayah dan Maya sangat menyayanginya. Maya berfikir bahwa apa yang ayahnya lakukan semata mata untuk mendidik Maya, dan dia sama sekali tidak menyimpan rasa sesal.

Sayang seribu sayang, watak ayahnya yang buruk ini turun kepada anak pertamanya yang merupakan kakak pertama Maya, bahkan sedikit saja membuat kesalahan tangannya akan melayang dan mendarat di tubuh mungil Maya, tidak cukup begitu mulutnya juga mengeluarkan seribu satu binatang dan membuat kebun binatang yang sangat luas.

Pernah satu kali Maya menghilangkan Kambing karena keteledorannya dan lihat Maya tidak bisa berjalan dengan benar selama beberapa hari, kakinya di pukul menggunakan kayu. Aku yakin jika Maya di pukul dengan uang ia akan menjadi kaya raya.

"Ibu aku berangkat dulu ya." Kata Maya yang sudah siap angon* (menggembala) kambingnya.

"Makan dulu nak, dari tadi pagi kan kamu pasti belum makan!"

"Iya makan dulu Maya."

kata Tante yang tadi.

"Maya masih belum lapar."

"Yaudah tunggu dulu, jangan pergi dulu."

Kata Ibu yang kemudian berjalan kebelakang dan mengambil tepak makanan. Dia memasukkan nasi dan lauk kedalamnya, tidak lupa membawakan Maya sebotol air.

"Bawa ini, jangan lupa di habiskan nanti. Lebih baik sakit daripada mengobati, mengerti?"

"Iyaa ibuku sayang, Maya berangkat ya, assalamualaikum."

"Wa'alaikumsalam hati hati."

"Njeh ndoro~"

Maya pun berangkat bersama dengan 3 kambingnya yang masih berukuran kecil, kecil tidak terlalu kecil.

Dengan membawa keresek isi bekal dari ibunya, tidak lupa dia memakai topi merah putih SDnya karena ingin sedikit lebih adem.

Dalam perjalanan yang tidak terlalu jauh dari rumahnya itu, dia sudah membayangkan aliran air sungai yang jernih dan segar.

Sekitar lima belas menit saja sudah bisa mendengar gemuruh suara sungai itu, Maya sangat tidak sabar.

🌱🌱🌱🌱🌱

BAB 2

"Wuoww... inilah yang dinamakan kehidupan.." Kata Maya sambil masuk kedalam sungai.

Dia menaruh bekal dan bajunya di pinggiran, sedangkan kambing kambingnya sibuk mencari makan sendiri, memang kambing harus di latih mandiri sejak dini agar besarnya tidak manja, apalagi kalau mendekati idul adha.

Maya sangat asyik berendam, jika di buatkan film akan seperti bidadari yang bermain air, terlihat elegan dengan air yang terciprat ciprat, begitulah sampai sampai dia lupa tangannya berubah menjadi keriput seperti kulit jeruk purut.

___

"Bismillahirrahmanirrahim-" ucapnya sambil membuka bekal makan yang disiapkan oleh ibunya, tidak lupa dia juga membaca doa, dia duduk di bawah pohon besar, di hutan tersebut jarang ada pohon kecil.

Maya sangat menikmatinya pecak tahu buatan ibunya, mungkin bisa di sebut tahu geprek, sambal dengan perpaduan trasi dan tomat yang pas, dengan rasa pedas yang medium dan sedikit rasa manis di dalamnya, membuat tahu goreng yang sudah di marinasi dengan sedikit garam ini menjadi sangat nikmat.

Satu hal yang kurang adalah nasinya yang sudah dingin, bila di sajikan dengan yang hangat, pasti dia akan sanggup menghabiskan sebanyak 3 porsi.

Setelah dengan semangat membara menghabiskan makanan itu karena lapar, dingin, serta lezatnya makanan tersebut.

"Alhamdulillah." ucapnya setelah meneguk air dalam botol.

Maya membuat sebuah rumah rumahan dari daun dan ranting yang ada di sana, kemudian dia masuk dan mulai bermain, dengan senang hingga tidak sadar tertidur di dalamnya.

Maya tentunya mengikat ketiga kambingnya sejak awal, takut hal yang lalu terjadi lagi, bisa bisa besok santapannya bukan tahu geprek tapi Maya geprek kalau satu saja anak kambing itu menghilang.

Nuansa ini sangat menenangkan, dengan pemandangan yang hijau segar, angin yang sejuk, serta suara aliran sungai, bukankan sakan sangat menyenangkan berada di sana? tapi tentu saja tidak untuk malam hari, karena seperti berbeda dunia saja, bayangkan jika ada monster pemakan bekicot disana, ya.. seperti memiliki gigi dan dua telinga.

____

"Nah nah, setelah aku kenyang, kalian kenyang, dan aku juga sudah istirahat, mari kita pulang."

Kata Maya yang sudah terbangun dari tidurnya.

"Mari pulang ~"

"Mbheekk"

"Marilah pulang~"

"Mbek"

"Marilah pulang~"

"MBHEEKKK"

"Bersama sama mbheekkk~ ah kan jadi ikut ikutan mbak mbek mbak mbek."

Masa Maya boleh bersenandung sedangkan si kambing tidak boleh ikutkan, kan aneh.

_____

Seluruh anggota keluarga telah berkumpul setelah selesai dengan kesibukan masing masing, memang begini orang pedesaan, berangkat kerja untuk bertani dini hari bahkan tidak jarang dari mereka berangkat sebelum subuh, kemudian akan pulang pada sore hari. Beberapa petani jagung malah menginap di ladang mereka, ini dilakukan agar jagung yang mereka tanam tidak habis di makan babi hutan, tentu saja mereka menginap bukan untuk tidur melainkan untuk berjaga jaga dan siap untuk mengusir binatang itu.

Tidak hanya petani jagung yang terancam oleh babi hutan, petani singkong, ubi jalar, dan talas pun demikian. Bedanya, para petani selain jagung biasanya tidak menginapi tanaman mereka.

"Gimana kabar kubis di sawahmu Him." Tanya kakak pertama Maya, Rohman kepada Rohim kakak ke tiga Maya, kebetulan beliau ini sedang ngendong atau bertamu.

"Seger dan besar, tapi belum siap panen." Jawab Rohim sambil menggulung rokok.

Rokok di daerah seperti ini menggunakan tembakau murni yang di campur dengan sedikit menyan lalu di bungkus dengan papir atau agar lebih yahud mereka menggunakan klaras, klaras adalah kulit jagung yang sudah di keringkan.

"Aku dengar harga kubis sekarang sedang melonjak tinggi di pasaran, kenapa tidak menjualnya saja dengan sistem borong?"

"Aku sedang berencana seperti itu, tinggal mencari pemborong yang cocok saja." Jawabnya.

🌱🌱🌱🌱🌱

BAB 3

"Ada kak Rohim juga?" Tanya Maya yang baru saja selesai bebersih.

"Iya, Maya habis dari mana?" Tanya Rohim pada Maya.

"Maya tadi setelah selesai bawa kambing ke hutan, ikut ibu buat membeli tempe di atas."

"Oh iya, terus tempenya sudah matang?"

"Ya belum kak, kan baru di bawa hehe, bentar lagi jadi."

Kemudian Maya kembali ke dapur untuk membantu ibunya memasak. Maya tinggal bersama ibu, kakak pertama dan istrinya, serta satu keponakan yang umurnya tidak jauh dengan Maya.

Kakak kedua dan ketiga ikut istrinya, sedang kakak keempat Maya, sedang merantau keluar kota dan sudah setahun lebih tidak pulang. Selain karena jaraknya yang sangat jauh, biaya transportasi juga sangat mahal, bisa bisa uangnya habis di jalan.

Sebenarnya ibu Maya tidak mengizinkan hal tersebut, tetap kakak pertama Maya terus membujuk, bagaimanapun wanita di desa kurang di butuhkan tenaganya. Jika ada yang mengundangnya untuk bekerja, pasti gajinya sangat sedikit, sedangkan tenaga yang di keluarkan sangatlah banyak.

"Ibu?" Tanya Maya sambil membalik gorengan tempe di wajan.

"Kenapa May?"

"Ibu kenapa bengong, bisa bisa tempenya jadi gosong semua."

"Hm .."

"Ibu kenapa, mikirin kak Sri lagi ya?"

"Iya, kapan ya dia pulangnya. Sudah lama sekali dia tidak pulang, ini mungkin sudah dua tahun."

"Ih ibu mah, ini baru setahun lebih dua bulan."

"Oh iya? bukan dua tahun?"

"Ngaco ibu mah, ini sudah selesai Maya bawa ke depan dulu."

"Iya.. Mau setahun sebulan atau bahkan sebulan, rasa rindu tidak bisa di hentikan dengan sendirinya kecuali bertemu, namanya seorang ibu wajar bisa aku selalu rindu dengan anakku yang jauh."

_____

kemudian keluarga kecil itu makan bersama dengan perbincangan yang random, dari masalah pertanian, pengelolaan wisata, bahkan anak tetangga, tentu saja karena mereka lucu.

Setelah malam hari Rohim pulang, Maya dan ibunya sudah tertidur di dalam kamar.

Rumah mereka sederhana, terbuat dari kayu dan berlantai tanah, diterangi cahaya remang remang lampu lima wat warna kuning, tidak lupa dengan televisi tabung hitam putih.

Dengan ekonomi yang sangat sulit ini, tidak heran bahwa Maya hanya sekali membeli tas dan sepatu selama lima tahun sekolahnya, tentu saja tas yang ia gunakan sudah tidak layak pakai, pada akhirnya dia ganti menggunakan kantong plastik. Bahkan untuk sekolah dia tidak memiliki uang saku.

Karena keadaannya yang demikian, seringkali dia di ejek oleh teman temannya.

Saat jam istirahat Maya selalu pergi kebelakang sekolah untuk bersembunyi dan akhirnya bermain di selokan sambil mencari ikan, namun Maya tidak sendirian. Dia memiliki teman laki laki yang juga satu kelas dengannya, sama sama tidak memiliki uang jajan. Tadinya mereka hanya diam dan bermain sendiri sendiri, namun lama lama keduanya menjadi akrab, namanya Dino.

Dino berasal dari desa sebelah, sekolah yang Maya tempati memang menampung anak anak dari berbagai desa di dekatnya. Sekolah di wilayah ini memang sangat sedikit dan jaraknya bisa di bilang lumayan jauh, apalagi tidak di akses oleh kendaraan umum, hanya mengandalkan sepeda saja, itupun kalau mereka mampu secara uang dan tenaga.

Jalannya naik turun, berliku dan tidak beraspal.

🌱🌱🌱🌱

Cerita saat ini bertema tahun 90an, bertempat pedesaan wilayah gunung atau dataran tinggi.

Cerita ini berasal dari kisah nyata dan beberapa bumbu tambahan.

terimakasih telah membaca ❤️

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!