NovelToon NovelToon

SECRET LOVE

1. Pertemuan

"Halo, urus toko bentar. Gue ada urusan." Gabriela menutup panggilan sepihak, dan kembali memasukkan ponselnya kedalam tas nya.

Gabriela key Angelin kerap dipanggil Key. Wanita berkarir di bidang bisnis kuliner. Tubuh modis, wajah cantik, walau sifatnya kadang jutek. Key hanya menutupi sifat aslinya dari manusia yang seharusnya dihindari. Terutama pria.

Key menatap gedung cakrawala dihadapannya, menghela napasnya gusar dan perlahan menginjakkan kakinya memasuki gedung tinggi dihadapannya. Sebenarnya malas berurusan dengan perusahaan tinggi seperti ini, tapi perusahaan yang satu ini yang bisa membantunya. Walau key tidak tau perusahaan ini akan menyetujui permintaannya.

Apalagi hoax yang beredar, boss perusahaan ini dingin, galak, seram layaknya Monster. Tapi key tidak tau itu benar atau tidak, Kebetulan key belum pernah bertemu dengan boss perusahaan ini.

"Permisi."

"Ada yang bisa saya bantu Bu?" Sapa seorang resepsionis kearah key.

"M– saya mau bertemu dengan pak Alterio Mahendra."

"Ada janji sebelumnya Bu?"

Key memutar matanya, mencoba mencari alasan yang pas.

Bertepatan key hendak membuka mulut, sebuah tangan kekar melilit dipinggangnya dan menarik tubuh kecilnya.

"Diam." Suara bariton yang terdengar mengancam, memasuki indra pendengarannya. Sekejap Key diam, sembari mengikuti langkah kaki pria disampingnya yang terlihat serasi dengan langkah kaki kecilnya.

Semua karyawan terlihat membungkuk, dan tersenyum hangat. Key jadi binggung sendiri, memilih menundukkan kepalanya dengan mengigit bibir bawahnya. Suara lift terdengar, dengan cepat pria disampingnya menarik tubuhnya memasuki lift, dan melepaskan lengannya yang melilit pinggangnya.

Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, dengan santainya pria disampingnya memasukkan tangannya kedalam saku celananya. Diam mematung layaknya batu.

"Maksudnya apaan?" Tanya key binggung, kearah pria yang berdiri menjulang tinggi tepat disampingnya.Tapi sayangnya pria itu hanya diam mematung, tanpa berniat membalas ucapannya.

"Anda tuli?"

Seketika mata tajam menoleh kearahnya, dengan wajah datar bagaikan tembok.

"Ck, ngomong pak saya gak ngerti bahasa tubuh." Sergah key, dengan menatap tajam kearah pria tersebut.

"Diam!"

"Kenapa saya harus diam? Emang anda siapa? Narik saya sesuka hati anda, malah lancang meluk tubuh saya."

"Maaf."

1 kata dengan 4 huruf. Apa pria ini buta huruf? Phobia bahasa? Atau apaan? Bikin kesal saja.

Key menghembuskan napasnya kasar, menatap pantulanya dengan pria tinggi disampingnya melalui patulan kaca lift.'Tampan' kata pertama yang terlintas dalam benaknya. Mata tajamnya menarik perhatian, terutama tubuh kekarnya. Key tidak berbohong, pria ini menarik perhatiannya dalam sekejap.

Apalagi aroma tubuhnya yang memabukkan, dan juga tangan kekarnya.

"Pagi pak." Sapa pria yang berdiri dibalik lift, saat litf terbuka.

Pria itu hanya diam, melewatinya begitu saja dengan menarik lengan key lembut.

Key heran dengan pria ini, wajahnya memang terlihat arogan, tapi cara memperlakukannya mulai dari tadi lembut. Bahkan saat lengan kekarnya melilit dipinggangnya secara tiba-tiba, pria ini menariknya lembut walau sedikit paksaan.

Pintu yang terbuat dari kaca terbuka, dengan bertuliskan CEO yang tertempel dipintu. Sekejap key tertekun. Apa pria ini CEO? Pemimpin perusahaan ini yang harus key temui sebelumnya.

"Duduk." Perintahnya kearah Key.

Key menurut, melangkah dengan ragu kearah sofa empuk yang terdapat diruangan itu. Menyelesuri ruangan dengan maniknya, dan tepat nama diatas meja yang bertuliskan 'Alterio Mahendra' menarik perhatiannya.

Seketika hening, pria dingin itu hendak duduk disofa yang berhadapan dengannya. Sebelum suara melengking menghentikan langkahnya.

"AL, CALON ISTRI KAMU MANA?" Teriaknya memenuhi ruangan, melangkah lebar kearah sofa yang diduduki key. Dengan mata yang berbinar, dan senyuman lebar tercetak indah dibibirnya.

"Calon mantu bunda." Ucapnya, sembari memeluk tubuh key yang diam mematung.

"Kamu cantik banget, Al pintar juga cari calon istri. Gak sia-sia bunda marah-marah tiap hari," wanita parah baya itu melepaskan pelukannya, berpindah mengelus lembut wajah cantik key.

"Nama kamu siapa cantik?"

"Gabriela key Angelin Tante." Jawab key ragu.

"Eh, panggil bunda dong."

"Iya tan– eh bunda." Key menganggukan kepalanya, dan tersenyum kaku sembari menoleh kearah pria dingin itu, berharap untuk membantunya. Seakan mengerti kondisi, Al melangkah mendekat duduk disamping bundanya.

"Bund–"

"Iya?" Wanita paruh baya itu hanya mengangguk kan kepalanya, fokus kearah key.

"Dia bukan–"

"Apa? Jangan bikin penyakit jantung bunda kambuh."

Al menghembuskan napasnya kasar, bundanya selalu beralasan itu saja. Al mana tega. Tapi gadis ini kasihan, apalagi tidak mengerti apa-apa situasi ini.

"Secepatnya Al, bunda gak sabar gendong cucu."

Sontak key dan Al melototkan matanya, menatap bundanya dengan tatapan tidak percaya. Mampus, Al ngomong apa lagi. Kalo jujur Al tidak mau kehilangan bundanya, tapi jika Al berbohong bagaimana dengan gadis ini? Al harus cari cara lain. Tapi cara apa? Cuman menuruti kata bundanya cara satu-satunya.

"Bunda pulang dulu, ada janji sama dokter." Pamit wanita paruh baya itu kearah key.

"Al, secepatnya. Kalo bisa nanti malam kita kerumah calon istri kamu." Wanita paruh baya itu melongos begitu saja, meninggalkan key dan Al yang diam mematung.

Maksudnya apaan? Key binggung. Calon istri? Siapa maksudnya? Hanya ada dia disini. Atau jangan-jangan bunda pria dingin ini bisa melihat hantu? Kok key jadi merinding sendiri.

Key melirik kearah pria dingin yang duduk disampingnya, yang diam mematung dengan mengerutkan dahinya.

"Maksudnya apaan lagi?" Tanya key binggung, dengan menyipitkan matanya.

Al hanya diam, menghembuskan napasnya gusar dan bersandar pada sandaran sofa.

"Bisa bantu saya?"

Key tersentak mendengar suara bariton Al, dan menelan ludahnya kasar.

"Bantu apa?"

Al menarik napasnya dalam-dalam, dengan memejamkan matanya.

"Menikah dengan saya."

Sontak key melototkan matanya, dengan jantung yang berdetak kencang dan napas yang tercekat. Apa maksud pria ini? Emang key wanita apaan? Kenal saja tidak, main ajak nikah saja.

Dengan kesal key hendak berdiri, tapi sayangnya tangan kekar Al lebih dulu menahannya dan merapatkan tubuhnya dengan tubuh kecilnya.

"Bantu saya." Mohonnya kearah key.

Key mengelengkan kepalanya, menyentak kasar lengannya. Dengan cepat berdiri menjauh.

"Saya tidak kenal anda." Key menekan setiap katanya, menatap tajam kearah Al.

"Maaf, saya permisi." Key melangkah lebar keluar dari ruangan Al, menutup pintu secara kasar.

Dengan cepat Al meronggoh sakunya, menelpon suruhannya mengikuti key dari belakang dan menjaganya dari wartawan.

"Maaf." Al menghembuskan napasnya kasar, dan memejamkan matanya. Gadis itu tidak akan Al bisa lepaskan, yang bundanya tau kalo gadis yang satu itu memiliki hubungan dengannya. Otomatis Al harus mencari cara meluluhkan hati gadis itu, demi bundanya.

Flashback

Alterio Mahendra, pria sukses dalam dunia bisnis. Berumur 27 tahun, dingin, arongan, dan tampan. Tapi sayangnya, diumur 27 tahun Al belum menikah, bahkan melajang.

Banyak wanita yang mengejarnya, bahkan melakukan cara licik. Seperti berita yang tersebar luas dalam media. Entah siapa pelakunya, menyebar hoax lengkap foto editan dengan wajah tampannya.

Dan pagi ini, banyak wartawan didepan perusahaannya menunggu konfirmasi berita tersebut.

Dengan santainya Al melewati mereka semua. Tapi sayangnya, satu kalimat masuk kedalam Indra pendengarannya membuat Al marah seketika. "Dia gay." Bisik salah satu wartawan.

Dengan tangan yang terkepal, Al memasuki perusahaannya dan tepat maniknya bertemu dengan punggung kecil gadis yang berdiri didepan resepsionis. Penampilannya menarik perhatiannya, dengan cepat Al mendekati wanita tersebut. Dan melilitkan tangannya kepinggang rampingnya.

Menunjukkan pada dunia, seorang Alterio Mahendra bukan seorang gay. Dan memiliki kekasih gadis cantik.

Walau Sebelumnya Al sudah tau resiko apa yang akan diterima. Dan benar bundanya langsung datang kekantor, bahkan mengatakan kalimat yang harus Al setujui. Dan terpaksa Al harus mencari cara meluluhkan hati wanita, hal pertama yang Al lakukan dalam hidupnya.

2. Pertemuan kedua

Key pikir ucapan wanita paruh baya itu tadi siang hanya omong kosong, ternyata benar. Wanita paruh baya itu benar-benar datang dengan suaminya, dan putranya siwajah datar itu. Apa yang harus key lakukan? Apalagi orangtuanya menerima keluarga pria dingin itu dengan baik, tidak mungkin key mengusirnya begitu saja.

"Jadi apa tujuan pak Roy datang kemari?" Papa key membuka suara, sembari tersenyum sebagai kesan sopan.

"Jadi tujuan kami kemari–" pak Roy ayah Al melirik kearah putranya, menepuk pundak Al dan tersenyum mendukungnya.

"Saya ingin melamar Gabriela, putri om dan Tante." Ucap Al tegas.

Sontak orangtua key melototkan matanya, menoleh kearah key yang duduk ditengah-tengah mereka. Apa tidak salah dengar? Yang mereka tau, key putri satu-satunya tidak memiliki kekasih. Bahkan selama ini, key selalu beralasan fokus dengan karir kalo di tanya tentang pernikahan.

Jadi ini apa? Key berbohong? Dasar anak nakal ini. Dengan cepat orangtua key mengubah mimik wajahnya, tersenyum lebar kearah Al dan kedua orangtuanya.

"Sudah lama kami menunggu lamaran, baru hari ini datangnya." Mereka semua tertawa, terkecuali key dan Al.

Apa-apaan, emang siapa yang mau menikah? Kenal saja tidak. Key mengepalkan kedua tangannya, menatap tajam kearah Al. Ingin rasanya meninju wajah datar itu saking kesalnya.

"Tapi semua keputusan ada ditangan key. Jadi gimana nak?"

Sontak key melototkan matanya, dengan jantung yang berdetak kencang. Key harus jawab apa? Mana mereka semua menatapnya dengan tatapan penuh harap. Key menghembuskan napasnya, dan tersenyum kaku kearah mereka semua.

"Key pikirin dulu. Permisi, saya kekamar dulu."  Key beranjak dari duduknya, melangkah kearah kamar. Sebenarnya tidak tega menolak, tapi ini semua menyangkut hidupnya, kebahagiaannya, dan masa depannya. Tidak mungkin key langsung menerima lamarannya, padahal dia saja tidak kenal mereka siapa.

Sontak orangtua Al menunduk kecewa, terutama bunda Al. Dewi sangat berharap key jadi menantunya, apalagi sifatnya yang sopan membuat Dewi sangat menginginkan key menjadi menantunya.

Papa key memutar kepalanya, mengintruksi Al mengikuti key. Bagaimana pun juga, papa key menghargai kedatangan mereka walau terlihat mendadak. Dengan cepat Al beranjak, melangkah lebar mengikuti key menaiki tangga menuju kamarnya. Untung kamarnya tidak dikunci, jadi Al bisa masuk.

"Ngapain Lo?"

Al tersentak mendengar ucapan key, kenapa gadis ini mendadak ganas. Tadi siang terlihat sopan. Dengan santainya Al melangkah, duduk ditepi ranjang key, menyelusuri kamar gadis itu dengan maniknya.

"Keluar!"

Key berdiri tepat dihadapan Al, menatapnya bagaikan musuh. Key benci dengan pria yang satu ini, apalagi wajah datarnya.

"Maaf." Al menatap manik key, dan menghembuskan napasnya kasar.

"Gue gak perlu kata maaf Lo, sekarang  keluar dari kamar gue!"

"Bantu gue."

"Gue gak bisa, cari yang lain. Diluar sana masih banyak wanita lain."

"Bunda cuman mau Lo."

Sontak key bungkam, menatap lurus kedepan dengan tatapan kosong. Bunda? Key sensitif dengan kata itu. Apalagi pernikahan ini permintaan dari bunda Al, dan tadi siang Dewi mengatakan penyakit jantung. Key tidak tega.

Key menghembuskan napasnya kasar, perlahan duduk ditepi ranjang tepat disamping Al. Key harus apa? Disatu sisi kebahagiaannya, tapi disatu sisi ada bunda Al yang menginginkan permintaan yang sulit. Dan key takut penyakit jantung bunda Al kambuh, apalagi sampai berakibat fatal. Cukup hanya key kehilangan seseorang karena penyakit jantung, tidak dengan bunda Al.

"Nama Lo siapa?" Tanya key kearah Al, yang sedari tadi diam mematung.

"Alterio Mahendra."

"Pekerjaan?"

"CEO."

"Umur?"

"28."

"Status?"

"Lajang."

"Lo belum punya calon? Atau pacar gitu? Gebetan mungkin? Atau mantan istri?"

Al hanya mengelengkan kepalanya, menoleh kearah key yang sedari tadi menatapnya.

"Masa iya Lo gak punya gebetan, atau pacar. Punya uang banyak, tapi gak punya istri. Mana umur Lo udah lumayan matang, udah bisa lah menjalin sebuah hubungan." Jelas key, sembari beranjak melangkah kearah kaca balkon yang masih terbuka.

Al hanya menghembuskan napasnya kasar, mengikuti langkah key dan berdiri tepat disamping gadis itu. Menatap langit malam, dengan melipat kedua tangannya.

"Gue gak bisa terima lamaran Lo. Gue gak kenal Lo siapa?"

Al hanya menganggukkan kepalanya, mengerti dengan ucapan key. Sebenarnya Al malas menjalin hubungan, apalagi terikat dengan pernikahan. Tapi balik lagi kebundanya, Al harus apa?

"Kenapa gak Lo cari wanita lain aja? Dikantor Lo banyak wanita cantik, tadi pagi gue lihat."

"Bunda cuman mau Lo!"

"Kenapa gue?"

Al hanya mengakat bahunya acuh, tanpa berniat membalas ucapannya.

"Ngomong gratis, tinggal jawab." Sergah key kesal. Lama-lama menyebalkan juga pria yang satu ini.

"Tanya aja sama bunda."

Key menatap tajam kearah Al, dengan napas yang memburu dan tangan yang terkepal. Dengan cepat key melayangkan pukulan ke lengan kekarnya, memukulnya dengan kesal. Baru pertama kali ini key bertemu dengan pria dingin seperti ini, untung wajahnya tampan.

"Keluar!" Tunjuk key kearah pintu.

Al hanya mengelengkan kepalanya, diam mematung menatap kearahnya dengan wajah datarnya.

"Tujuan Lo apaan sih? Gue pusing mikirin kerjaan, ngantuk lagi." Ucap key pasrah. Bukannya lemah, tapi saat ini key lagi malas, pengen tidur.

"Bantu gue."

"Iya bantu apaan, mulai dari tadi gak jelas ngomongnya."

"Menikah dengan saya."

"Lo pikir nikah itu gampang? Umur gue masih 25, gue masih pengen nikmati hidup. Pekerjaan masih banyak, utang gue masih banyak sama papa. Gue masih pengen nikmati hidup sendiri."

"Sampai kapan?"

"Sampai gue bosan." Ucap key ketus.

Al menghembuskan napasnya kasar, sembari mengusap wajahnya gusar.

"Lo cari wanita lain."

"Gue gak bisa."

"Kenapa gak bisa? Uang Lo banyak, muka juga lumayanlah. Pasti banyak wanita yang mau sama Lo."

"Termasuk anda?"

Sekejap key bungkam. Gak lah key tidak menyukai pria ini, sifatnya saja lari dari tipenya. Kalo soal wajah memang, key akui Al menang banyak. Apalagi mata tajamnya, dan bibir tebalnya menarik perhatian key. Terutama tubuh kekarnya.

"Tolong gue." Lirih Al terdengar putus asa. Sebenarnya apa yang terjadi dengan pria ini? Inikan masalah gampang. Kenapa terlihat pasrah, dan khawatir? Key jadi kasihan.

"Umur gak ada yang tau, tapi gue takut kehilangan bunda. Gue takut penyakit jantung bunda kambuh, cuman ini yang bisa gue lakuin nyenangin bunda." Jelas Al panjang lebar. Bahkan key sempat tertekun, ternyata pria ini bisa juga bicara panjang lebar.

"Tapi masalahnya kenapa harus gue? Banyak wanita diluar sana."

"Bunda cuman mau Lo. Udah berapa kali gue bawa wanita kerumah, tapi bunda gak mau."

"Jadi gue harus ngapain?"

"Menikah dengan saya."

"Tapi gue–" Key menghembuskan napasnya kasar, menatap tajam kearah Al.

"Ada syaratnya, tapi besok aja. Temui gue kecafe '...' jam makan siang."

Al menghembuskan napasnya lega, menganggukan kepalanya menyetujui permintaan key.

"Keluar! Gue ngantuk."

"Terimakasih, selamat malam." Al menundukkan kepalanya, melangkah keluar dari kamar key. Tepat didepan pintu key menghentikan langkahnya, dan bersahutan dengan tawa.

"Besok-besok gak usah tengang, apalagi panggil anda saya. Santai aja, gue bukan  rekan bisnis." Ucap Key, dan tertawa terbahak-bahak.

3. PERJANJIAN

Sesuai perjanjian, siang ini Al memutuskan datang ketempat yang key janjikan. Dengan style formalnya, Al memasuki sebuah cafe. Dan memilih duduk dipojok, sembari fokus dengan layar ponselnya.

Sebenarnya malas bertemu ditempat terbuka seperti ini, rasanya risih ditatap seperti itu. Tapi Al berusaha acuh, dan memilih fokus kelayar ponselnya dengan gelisah.

"Maaf, gue telat."

Al mematikan layar ponselnya, beralih ke arah key yang duduk tepat dihadapannya.

"10 menit, 5 detik."

Sekejap key diam mematung, menatap Al dengan tatapan tidak percaya.

"Iya maaf." Ucap key ketus.

"Hm."

"Langsung to the point."

Al hanya menganggukkan kepalanya, menatap manik key serius. Entah apa yang diinginkan wanita ini, yang terpenting key mau menuruti permintaannya semalam.

"Silahkan ini baca, dan tanda tangani."

Al menaikkan alisnya, menatap kertas putih tepat dihadapannya. Ck, wanita ini susah diajak kompromi. Apa salahnya menikah dengannya, wajah Al juga gak burik-burik amat. Uangnya juga banyak. Jadi apa lagi mauannya.

Dengan ragu Al mengambil kertas putih itu, dan membacanya satu persatu.

1. Dilarang jatuh cinta satu sama lain.

2. Jangan ikut campur urusan satu sama lain.

3. Tidur terpisah

4. Berlaku untuk satu tahun.

"No. 4?" Tanya Al kearah key, dengan menaikkan alisnya.

"Apa?"

"Maksudnya?"

"Oh, jadi gini. Gue setuju permintaan Lo, tapi dengan syarat itu. Dan hanya berlaku untuk satu tahun, yang artinya pernikahan itu hanya berlaku untuk satu tahun tidak lebih."

"Oke." Dengan cepat Al menandatangani surat pernyataannya, dan menyerahkan kembali kehadapan key.

"Apa lagi?" Tanya Al dingin.

"Oh iya gue lupa. Jadi semalam gue datang ke kantor buat ngurus sesuatu."

"Hm."

Key tersenyum manis, berpindah duduk tepat disamping Al. Dan bergelanyut manja dilengan kekarnya. Awalnya Al tersentak, bahkan hendak mendorong tubuh kecil key. Tapi sayangnya Al lupa, key resmi calon istrinya mulai detik ini.

"Bisa bantu gue gak?" Ucap key lembut, dan berusaha mengodanya.

"To the point."

"Jadi gini. Restoran gue lagi turun, butuh pemasukan."

"Berapa?"

Sontak Key melototkan matanya, dengan cepat melepaskan lengannya dari lengan kekar Al. Apa tidak salah dengar? Secepat itu Al menyetujui permintaannya. Malu-maluin saja, bahkan key harus menahan malu melakukan itu barusan. Kenapa tidak ngomong langsung saja mulai dari tadi kalo semudah itu.

Key menundukkan kepalanya, sembari mengigit bibir bawahnya. Wajahnya sudah memerah bak kepiting rebus. Tapi demi bisnisnya, key rela melakukan hal memalukan itu barusan.

"Kenapa?" Key mengerutkan dahinya, menatap layar ponsel Al tepat didepan wajahnya.

"Nomor."

Key menganggukan kepalanya, mengetik nomor hpnya dilayar ponsel Al.

"Makasih sebelumnya." Key tersenyum manis, sembari menyerahkan ponsel Al kembali.

Siempunya hanya mengangguk kan kepalanya, mengambil alih ponselnya. Dan berdiri menjulang tinggi tepat dihadapan key.

"Gue duluan, terimakasih." Ucap Al kearah key, dan berlalu pergi meninggalkan key sendirian. Key hanya mengangguk kan kepalanya, mengikuti langkah Al sampai punggung tegapnya berlalu dari pintu kaca cafe.

"Akhirnya." Teriak Key mengema seisi cafe, bahkan menarik perhatian pengunjung.

"Kita tetap buka!" Teriakannya kearah pelayan cafe, dan bersahutan dengan sorak senang dari karyawannya. Key memang sengaja mengajak Al bertemu disini, buang-buang uang jika ketempat yang lain. Bahkan karyawannya sebagian diliburkan, takutnya key tidak mampu membayar satu persatu.

"Mulai besok, kita kembali seperti semula." Key beranjak dari tempatnya, melangkah lebar kearah kasir.

"Hubungi semua karyawan yang libur, suruh besok mendatangi saya."

"Akhirnya, kita gak jadi tutup."

Ucap key heboh, tanpa menyadari pria yang berdiri tepat dibelakangnya.

"Yang lain kembali kerja."

Semua karyawan menuruti ucapan key, dan tersenyum geli seakan mengodanya. Key yang menyadari tingkah berbeda karyawannya mengikuti tatapan matanya, dan perlahan berbalik.

Sekejap key diam mematung, dengan napas yang tercekat. Aroma ini, mampus. Apa mulai dari tadi pria ini melihat tingkah konyolnya? Malu-maluin.

"Ekhm."

Key mengigit bibir bawahnya, perlahan mendongakan kepalanya melihat wajah pria dihadapannya. Key tersenyum lebar, dengan menautkan kedua tangannya. Ingin rasanya menghilang saat ini juga saking malunya.

"Ikut saya." Ucapnya dan berlalu dari hadapan key.

Key hanya mengangguk kan kepalanya, mengikuti Al dengan ragu. Kenapa pria ini gak bilang-bilang mulai dari tadi, hancur sudah image key dimatanya.

"Kemana?" Tanya key ragu, dan mencoba menyamakan langkahnya dengan langkah lebar Al.

"Fitting baju."

Sontak key menghentikan langkahnya, mengerjapkan matanya berkali-kali. Apa harus secepat itu? Baru juga key setuju. Al hanya mengakat bahunya acuh, melangkah masuk kedalam mobilnya meninggalkan key yang masih setia diam mematung.

Menghembuskan napas kasar, dan ikut masuk kedalam mobil. Key hanya bisa pasrah, lagian juga sudah setuju. Bagaimana pun juga harus mengikuti prosesnya. Proses mempersiapkan pernikahan maksudnya.

Padahal selama ini key mengidamkan ini dari dulu. Nyatanya calon suaminya berbeda. Mana berlaku untuk satu tahun, yang berarti key harus cerai dari pria ini. Hancur sudah nasibnya, demi bunda Al, key rela melakukan ini.

"Al!"

"Hm."

"Makasih udah bantuin gue."

"Hm."

"Jawab iya kek."

"Iya."

Sontak key terkekeh, melirik kearah Al yang masih setia memasang wajah datarnya. Kayaknya seru dijahili.

"Al."

"Hm?"

"Gue cantik gak?"

Al hanya diam, fokus menyetir.

"Jawab iya kek."

"Iya."

Sontak key tertawa terbahak-bahak, sembari memukul kecil lengan kekarnya. Kenapa pria ini aneh? Selalu saja memasang wajah datarnya. Padahal ekspresi wajah banyak. Al hanya mengakat bahunya acuh, membiarkan key melakukan semaunya.

"Senyum Al, mumpung gratis."

"Gak minat."

"Bilang aja malu." ejek key, dan kembali tertawa terbahak-bahak.

Tak menunggu lama, key dan Al memasuki sebuah butik. Melangkah beriringan dengan tampang wajah yang berbeda. Bahkan key berulang kali berdecak kesal, dan sesekali mencubit pinggangnya.

Semua pengunjung yang datang ke butik ini kebanyakan berpasangan. Dan mereka berdua, yang terlihat berbeda. Terlihat tidak serasi.

'Menyebalkan.' batin key, dan mendahului Al. lama-lama kesal juga dengan pria itu, gak ada romantis-romantisnya jadi pria. Mana wajahnya datarnya bikin kesal, ditambah lagi tingkahnya.

"Hai Al, lama tidak bertemu." sapa seorang wanita, dan hendak memeluknya.

"Don't touch." ucap Al dingin.

Sontak key terkekeh, memilih melangkah ke deretan gaun pengantin yang terpampang indah disana. Sepertinya wanita itu sok kenal dengan Al, dan sekarang malu sendiri.

"Mempermalukan diri sendiri."

"Siapa?"

Key tersentak, dan berbalik kearah suara. Ternyata pria dingin ini, yang berdiri tepat dibelakangnya dengan wajah datarnya.

"Gak."

"Hm."

"Gak jelas." ucap key kesal, dan melangkah menjauh dari Al. ada-ada saja pria yang satu ini, untung kesabaran key besar. jadi wajah tampannya aman.

"jangan lama-lama, pekerjaan gue masih banyak."

Key hanya mengangguk kan kepalanya, memilih baju pengantin yang pas untuk tubuhnya.

"Jangan terlalu terbuka!"

"Iya bising."

"Tapi kalo sama gue gak papa."

"Mesum."

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!