NovelToon NovelToon

THE LOVE OF NARA

UNARA CALLISTA

Langit malam kota Surabaya terlihat mendung oleh gulungan awan hitam. Titik-titik air hujan mulai menetes deras membasahi sang bumi kota Metropolitan.

Seorang gadis mempercepat langkahnya mencoba lari agar segera sampai di tempat tujuan. Tangannya mengangkat sebuah tas selempang berusaha menutupi kepalanya dari guyuran hujan.

Ia berhenti tepat di depan sebuah bangunan hiburan malam. KV Klub.

..."Aaah, aku telat.!"...

Unara Callista, gadis remaja berusia 17 tahun yang terpaksa bekerja sebagai Waiters di sebuah Klub malam. Hidup yang keras dan ekonomi yang sulit menuntun ia sampai pada dunia malam yang menjerumuskan.

..."Bruggh"...

Tak sengaja Nara menabrak seorang pria yang akan keluar dari tempat itu. Tanpa melihat wajahnya, Nara menundukkan kepala mengucapkan maaf lalu berhambur meninggalkan tempat.

Salah seorang Bodyguard pria tampan itu hendak bertindak namun di hentikan hanya dengan menggerakkan tangan. Pria itu pun keluar, melangkahkan kaki berlawanan arah dengan Unara.

..."Telat lagi?"...

..."Maaf Mom!"...

..."Cepat ganti baju."...

Nara bergegas ke ruang ganti. Ia mulai melepas sepatu kets, celana training, jaket dan kaosnya.

Lalu mengenakan kemeja putih yang ketat melekat membentuk lekuk tubuhnya. Di padu dengan rok span hitam di atas lutut.

Nara menyisir rambut lurusnya yang panjang, dan memberikan sedikit olesan Lipstik merah pada bibirnya yang tipis nan sensual.

..."Lihat, anak kesayangan, mau telat ampek berapa jam juga nggak bakalan kena marah. Coba kalo kita?"...

..."Iya, gedek banget gua ama si Nara."...

Syela, teman seprofesi yang sama sekali tidak menyukai Nara. Begitupun Ema, yang berada di sebelah Syela pun sama halnya.

Musik yang begitu kencang dan lampu yang berkedip bergantian. Orang-orang yang menggerakkan tubuh mengikuti alunan nada mencari kepuasan.

Beberapa hanya duduk di sofa-sofa menikmati minuman dan wanita-wanita cantik sebagai hiasan.

...'Iya, wanita-wanita cantik disini hanyalah sebagai hiasan.'...

Nara tengah menjamu para tamu memberikan pelayanan yang terbaik. Menyuguhkan minuman kesana kemari ke satu meja lalu ke meja lainnya.

Ia di kenal ramah namun tak mudah di goda apalagi menggoda.

Beberapa pelanggan pria yang sudah mengenalnya begitu tertarik untuk mendapat perhatiannya. Tapi Nara yang memahami tabiat para lelaki itu, enggan untuk menanggapi.

Bahkan jika ia sudah merasa tidak nyaman, Nara akan menghindar.

Dan, Key, pemilik KV Klub, yang diam-diam menaruh rasa pada Nara, selalu memberikan perlindungan dan kebebasan untuk Nara. Sehingga memicu kesenjangan.

Teman-teman yang merasa iri dan menimbulkan penyakit hati.

Key memang mencintai Nara. Namun ia kesulitan bagaimana cara untuk bisa menaklukkan hati gadis remaja itu.

..."Mau ku antar pulang?"...

Key datang menghampiri Nara yang tengah bersiap untuk pulang. Ia sudah selesai mengganti baju kerjanya dengan baju sebelumnya.

..."Nggak usah Pak. Kosan Nara Deket banget kok dari sini."...

Nara mengembangkan senyumnya, berusaha memberikan penolakan dengan kesopanan.

..."Panggil Key, atau Kak Key, kesannya saya tua banget kamu panggil pak.!"...

Nara mengembangkan senyum.

..."Iya, Kak key.!"...

Key, duda tampan pemilik KV Klub tempat Nara mencari uang. Tinggi 170 an dengan gaya maskulin dan usia dewasa yang sudah matang, sekitar 32 tahunan.

Nara pulang dari tempat kerjanya saat jam sudah menunjukkan pukul 1 dini hari. Kos nya yang berjarak dekat dengan KV Klub membuat Nara terbiasa berjalan kaki.

Hujan yang sempat mengguyur tadi telah berhenti. Hawa dingin dengan udara sepoi di tengah malam mengiringi jalan Nara menuju tempat tinggalnya.

Sampai di kamar kosnya, Nara menjatuhkan tubuhnya pada kasur lantai yang tipis sebagai alas tidurnya itu.

..."Oh, tuhan! Apa kau tidak berkenan untuk mengangkat derajat hidup gadis malang ini?"...

Nara melihat ke langit-langit kamarnya yang terlihat usang. Dan matanya mulai terpejam menghantarkan pada mimpi dalam lelapnya.

...****************...

Pagi telah tiba. Nara yang terpaksa putus sekolah karna kendala biaya. Dengan malas mulai menggerakkan tubuh untuk segera bangun. Berencana melakukan hal yang sama seperti kemarin, mencari pekerjaan yang lebih baik dengan gaji yang lumayan.

Ayahnya di bui, Nara harus bekerja keras untuk melunasi hutang-hutang ayahnya pada para Rentenir atau siapa saja yang selalu datang meminta bayaran atas nama Ayahnya.

Nara mengawali paginya dengan menyeduh secangkir teh hangat. Membuka jendela kamar menikmati udara pagi yang segar.

Kamar kos Nara berada di lantai 2. Dan jendelanya menghadap ke arah Lautan. Meski dengan jarak yang jauh. Namun view nya terlihat jelas.

..."Nara. Nara! Tok tok tok tok."...

Seseorang mengetuk pintu kamar Nara dari luar.

..."Desi?"...

Desi tetangga kamar Nara. Wanita berusia 25 tahun. Memiliki seorang anak laki-laki dan tanpa suami. Satu-satunya orang yang bisa di bilang teman Nara saat ini.

..."Ada lowongan.!"...

Ia menunjukkan Nara layar ponselnya yang memuat berita Lowongan Kerja. Sebagai Pelayan di sebuah rumah mewah.

..."Jam kerja masuk mulai pukul 8 pagi dan pulang jam 4 sore. Gaji per bulan 3,5 JT. Datang langsung wawancara, Jika di terima langsung bekerja."...

Nara membaca isi berita itu. Desi mengangguk semangat.

..."Ini kesempatan bagus Nara!'...

..."Jam berapa sekarang?"...

Desi kembali melihat layar ponselnya.

..."07:18"...

Nara memberikan teh yang di pegangnya pada Desi. Ia berhambur lari ke kamar mandi. Dalam pikirannya saat ini, dia harus mendapatkan pekerjaan itu, Saat siang bekerja di rumah orang, dan malam masih mendapat tambahan dari Klub malam.

Nara tergesa-gesa. Ia memakai sebuah kemeja krem lengan panjang, di padukan dengan celana kain warna senada namun lebih dark. Nara mengikat rambutnya ke atas seperti kunciran ekor kuda.

Tak lupa ia membawa berkas tentang dirinya. Nara pergi ke tempat tujuan menaiki jasa ojek onlin.

Jam sudah menunjukkan pukul 08:05. Nara tidak peduli meski itu sudah terlambat. Ia akan mencoba sampai titik waktu penghabisan.

..."Mau cari siapa?"...

Seorang Scurity yang membukakan gerbang utama bertanya setelah Nara berkali-kali membunyikan bel.

..."Mau nglamar kerja. Beritanya di muat di laman lowongan kerja."...

Nara menjawab sambil mengangkat tangannya yang memegang ponsel.

..."Baru nglamar udah telat."...

Pak Scurity yang membuka gerbang semakin lebar ngedumel tanda kurang suka. Tapi Nara hanya menanggapinya dengan senyum canggungnya. Memang dia yang telat.

Pak Scurity yang namanya tertulis Ilham di name tag nya itu mengantar Nara masuk kedalam rumah lewat pintu belakang.

Saat Nara melangkahkan kakinya mengikuti Pak Ilham ia terhenti kaget karna Pak Ilham yang tiba-tiba berhenti mendadak. Membungkukkan badan memberikan penghormatan pada sebuah mobil mewah yang melintas di depan mereka.

Kaca pintu belakang mobil itu terbuka. Nara melihat kedalam bertatap mata dengan seorang pria tampan yang tengah duduk di dalam mobil mewah itu dan menatap Unara dengan tajam.

HARI PERTAMA

Pak Ilham sang Scurity mengantar Nara menemui Bu Fatma. Bu Fatma adalah Head of Assistant di rumah mewah yang akan menjadi tempat Nara bekerja ini.

..."Siapa nama kamu?"...

Seorang wanita dewasa berusia 40 tahunan. Yang memegang kendali dan pengawasan pada seluruh para pelayan. Ia terlihat tegas. Dan berwibawa.

..."Nara, Unara Callista, di panggil Nara Bu."...

Bu Fatma memeriksa berkas yang di bawa Nara. Ia lalu melihat Nara dari ujung kaki sampai ujung kepala. Bu Nara menghembuskan nafasnya kasar.

..."Kamu bisa bekerja mulai sekarang, ini seragam kamu, Fika, Tunjukkan Nara ruang ganti."...

..."Baik Bu."...

Fika adalah salah satu pelayan di rumah ini yang sudah lebih dulu berkerja. Sama halnya dengan Nara, Fika juga bekerja pulang-pergi. Alias tidak tinggal di rumah ini.

..."Dan dengar, besok jangan sampai telat. Atau kau akan langsung bisa pergi dari sini. Tanpa pesangon."...

..."Aaaahhh, iya Bu."...

Nara menundukkan kepalanya.

..."Kok bisa telat sih di hari pertama, baru nglamar juga."...

Fika kelihatannya gadis yang baik. Dia terlihat sedikit lebih dewasa dari Nara, mungkin usianya sekitar 23 tahun.

..."Aku baru lihat beritanya pagi ini, jadi tidak ada persiapan."...

..."Oohh, ini ruang gantinya, kamu bisa menaruh tas kamu disini. Disini aman kok, kamu gak akan kehilangan apapun. Semua tempat di fasilitasi dengan CCTV, hanya kamar itu yang tidak."...

Fika menunjuk sebuah kamar kecil, itu adalah ruang gantinya.

..."Iya, terimakasih."...

..."Ya sudah, aku harus kembali bekerja lagi. Nanti kamu balik lagi aja keruangan Bu Fatma yang tadi, biar di jelaskan apa saja tugas kamu."...

..."Iya, terimakasih, Fika."...

Nara mengulurkan tangan, mengajak Fika berjabat tangan. Fika tersenyum dan membalas jabatan tangan itu.

..."Sama-sama, Nara."...

Bu Fatma menjelaskan pada Nara tentang tugas-tugasnya, sangat simpel. Hanya membersihkan dan merapikan satu kamar tidur. Itu adalah kamar utama rumah ini. kamar pemilik rumah.

Nara yang di antar Bu Fatma memasuki kamar tempat nya bekerja itu terkagum saat pertama kali memasukinya.

Sebuah kamar yang sangat luas. Bernuansa seperti istana, semua barang-barang disana sangat mewah.

Ranjang tidur yang sangat indah, meja rias seperti singgasana seorang raja atau ratu. Semuanya benar-benar mewah.

..."Kau bisa memasuki kamar ini saat Tuan Aditya sudah keluar. Dia tidak suka jika ada orang di dalam ketika dia di kamar."...

Nara mengangguk. Ternyata nama pemilik rumah ini adalah Tuan Aditya.

..."A**pa dia pria tampan yang Nara lihat di dalam mobil tadi?"...

..."Bersihkan semuanya secara teliti. Jangan sampai ada satu pun debu yang masih tertinggal."...

Nara kembali mengangguk.

..."Kamar mandi, Toilet, Dan ruang ganti Tuan Aditya. Semua menjadi tanggung-jawab mu mulai sekarang. Jangan sampai ada kesalahan."...

Nara lagi-lagi mengangguk.

Bu Fatma meninggalkannya. Ia mulai mengamati semua keindahan ruangan ini.

..."Waaahhh, kalau tidurnya di kamar se nyaman dan se indah ini, gak usah bangun aja.!"...

Nara memang suka asal nyeletuk. Nara mengelus Bad Cover.

..."Halus banget.!"...

Nara sampai ingin menangis terharu. Tapi ia cepat sadar dan mulai melaksanakan tugasnya, membersihkan setiap inci kamar yang luasnya sama dengan satu rumah ini.

Hari sudah sore. Langit kembali mendung karna gulungan awan hitam.

Nara dan Fika keluar dari rumah bersama.

..."Sepertinya akan turun hujan."...

..."Iya, memang lagi musim hujan."...

..."Kamu pulang naik apa?"...

..."Aku mau naik bus aja, mau ke tempat lain."...

..."Lho, kamu gak pulang?"...

Nara tersenyum lalu menggeleng.

..."Aku masih ada kerjaan lain sekarang, harus cepat agar tidak telat."...

..."Seharian Kan kamu udah kerja, masa kerja lagi."...

Unara hanya tersenyum.

..."Aku butuh banyak uang."...

Lalu Unara meninggalkan Fika yang berdiri di tepi jalan raya menunggu ojek onlin yang di pesannya. Dan Nara menaiki bus yang sudah tiba.

...****************...

Setelah makan malam. Nara langsung masuk menuju KV Klub.

Ia langsung bekerja. Tidak mempedulikan tatapan kedua teman seprofesinya Syela dan Ema yang terlihat sangat tidak suka.

..."Gimana kalau kita kerjain aja dia."...

..."Apa? Gimana caranya?"...

Syela tersenyum sinis menyunggingkan bibirnya sebelah.

Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam. Nara meminta izin pada Kak Key untuk bisa pulang lebih awal mulai sekarang. Jam 12, karna ia masih harus bekerja esok harinya lagi. Jadi Nara minta pengurangan jam kerja, meski gajinya juga harus di potong.

Tentu saja Key setuju. Dia tengah berjuang untuk bisa mendapatkan hati Nara.

Nara biasa istirahat sebentar saat jam 10, ia membawa minuman mineralnya sendiri di dalam tas.

Malam ini pun sama, ia beristirahat sebentar di ruang karyawan. Mengambil botol minumannya lalu meminum air itu setengah. Dan dia kembali lagi bekerja.

..."Kok gak ada reaksinya?"...

Ema berbisik pada Syela, mereka tengah membereskan botol dan gelas minuman yang sudah di tinggal pemiliknya di meja-meja.

..."Tunggu aja. Kita lihat bagaimana nanti dia bisa menahan diri."...

Syela dan Ema terdengar tertawa yang tertahan.

Seorang pria tampan yang tengah duduk di sofa belakang Syela dan Ema mendengar semua obrolan mereka. Ia melihat ke arah Nara yang menjadi target kejahatan mereka.

Setelah satu jam kemudian. Nara mulai merasa sedikit pusing pada kepalanya. Ia juga mulai merasa ada sesuatu yang tidak beres dengan tubuhnya.

..."Kenapa tubuhku terasa panas?"...

Ia tidak sengaja menabrak seorang pria, dadanya menyentuh bahu pria itu, dan ada gelanyar aneh yang dia rasa. Matanya mulai terpejam menahan gejolak gairah.

Nara yang mulai tak bisa mengontrol kenaikan libidonya yang tiba-tiba. Meraih tangan pria itu menempelkan tubuhnya pada si Pria.

Mendapat perlakuan seperti itu si Pria merespon dengan cepat. Ia membawa tubuh Nara untuk semakin menempel pada tubuhnya.

Tiba-tiba Pria yang duduk di sofa tadi menarik tangan Nara, dan Nara berbalik memeluk tubuh Pria itu.

..."Kau?"...

Si Pria yang mendapat pelukan pertama tidak terima dengan yang di lakukan oleh Pria yang baru datang.

..."Dia tunangan saya."...

Lalu Pria tampan itu menggendong tubuh Nara seperti seorang Suami yang menggendong Istrinya di malam pertama.

Nara mulai mendesah tidak jelas. Ia terus berusaha mencoba membuka kancing kemejanya yang lekat membentuk lekuk tubuhnya. Dadanya yang semakin membusung menandakan ia benar-benar pada puncaknya.

..."Jalan ,cepat."...

Pria yang membawa Nara memerintahkan Supirnya untuk segera pergi.

..."Ke Rumah Tuan?"...

..."Hotel."...

Akhirnya Pak Supir pun menjalankan mobil dengan cepat menuju arah Hotel Tuannya.

..."Aaaahhh, lakukan sesuatu."...

Nara meracau. Dari sudut matanya air matanya mulai mengalir.

Pria yang membawa Nara mencoba mengendalikan Nara dengan memegang kedua tangannya yang berusaha menanggalkan pakaiannya sendiri.

..."Aaaahhh"...

Nara mulai menangis. Ia semakin meronta karna efek rangsangan obat pada tubuhnya.

Kancing kemejanya tak mampu lagi menahan. dan satu persatu terlepas dari jahitan. 2 kancing kemeja atasnya telah hilang. Membuat belahan itu terpampang sempurna di depan mata sang Pria.

KEHILANGAN 21+

Mobil Pria tampan yang membawa Unara itu telah sampai di parkiran hotel. Ia lantas lekas membawa Nara menuju lift untuk segera ke kamarnya.

Ini adalah Hotel miliknya, ia memiliki kamar pribadi VVIP disini. Dengan jalur Lift pribadi menuju lantai kamarnya.

Tanpa menurunkan Nara dari gendongannya, Pria tampan itu membuka pintu hanya dengan sekali tekan menggunakan sidik jari jempolnya, pintu kamar terbuka sempurna.

Ia lantas membaringkan Nara yang tengah kacau karna pengaruh obat.

Nara merasa tubuhnya seperti terbakar, ia berusaha melepaskan pakaiannya. matanya terpejam sempurna. Dan dia juga menangis.

..."Panaaasss, aaah"...

Nara menangis berusaha membuka bajunya sendiri.

Pria tampan itu lantas membawa Nara ke bathtub, mengguyur tubuh Nara dengan air dingin berharap efek dari obat itu bisa segera hilang.

Namun sialnya, ia justru tergoda dengan keadaan Nara saat ini. Tubuhnya yang basah dengan pakaian yang sudah acak-acakan. Membuat yang di bawah sana merespon sempurna.

Ia tidak tahan untuk tidak semakin mendekat. Pria itu akhirnya menautkan bibirnya pada bibir Nara. Ia mulai memainkannya dengan lembut. Dan Nara membalas.

Menjelajahi leher, dada, dan bagian dari tubuh Nara yang lainnya.

Nara di bawa kembali ke atas ranjang. Dan semuanya terjadi di luar kendali.

Sang pria mulai menelusuri setiap titik bagian Nara. Semakin Nara mendesah, semakin pria tampan itu bersemangat. Dia mulai melakukan penyatuan.

..."You're a Virgin?"...

Nara tidak menjawab. Dia bahkan sudah tidak membuka mata sama sekali. Apalagi bisa di ajak berkomunikasi?

Setelah 1 jam lebih. Mereka berdua sama-sama sampai pada pelepasan. Menyadari jika ini adalah pertama kalinya bagi Nara. Pria tampan itu mengeluarkannya di luar. Ia menyadari bahayanya jika sampai benih itu di tanam di dalam.

Pria tampan itu sudah selesai membersihkan diri. Jam sudah menunjukkan pukul 3 dini hari. Ia menelepon Driver nya untuk segera mengantar pesanannya ke kamar.

Tak berapa lama seseorang mengetuk pintu. Itu adalah Driver yang membawa pesanan yang di perintahkan Tuannya.

Sebuah tas handbag yang berisi pakaian ganti lengkap dengan **********.

Ia berniat meninggalkan Nara. Ia tak ingin terikat oleh seorang wanita. Meski dalam hatinya kini ia merasa sangat kejam telah meninggalkan gadis yang ia renggut mahkotannya.

Handbag itu ia taruh di atas nakas. Di sampingnya ada sebuah Debit Card yang ia tinggalkan. Ia menyelimuti tubuh Nara, kembali melihatnya intens, gadis kecil yang manis.

Pria tampan itu lantas meninggalkan Nara yang sudah terlelap dalam mimpinya.

...****************...

Nara membuka matanya. Jam menunjukkan pukul 7:15 Ia merasa pegal di sekujur tubuhnya. Terlebih sakit di daerah itu.

Nara mulai panik. Melihat dirinya sendiri yang hanya memakai rok span tanpa dalaman. Di tubuhnya bagian depan begitu banyak tanda kepemilikan disana.

Nara membulatkan mata. Ia mengingat dengan keras apa yang terjadi semalam. Ia mulai menangis ketika samar-samar kejadian malam tadi muncul di kepalanya.

..."Tidak, tidak.!"...

Nara menangis. Hatinya sakit. Ia juga takut. Noda darah di sprei itu menjelaskan semuanya.

Nara semakin gelisah ketika ia tidak dapat mengingat wajah dari laki-laki itu. Ia hanya ingat bagaimana rasanya tangannya menyentuh dada bidang laki-laki itu.

Nara melihat ke sekeliling. Tidak ada tanda-tanda ada orang lain disini.

Tiba-tiba pintu kamar di ketuk dari luar.

..."Service room!"...

Nara melangkah, ia merasa nyeri dan sakit yang dominan. Ia berjalan lebih pelan sekarang, menutupi tubuhnya yang kacau menggunakan selimut tebal milik hotel. Nara membuka pintu itu. Seorang pria Office Boy yang datang.

..."Breakfast Mom!"...

OB itu membawa menu sarapan di atas meja trolly. Nara hanya bisa minggir memberi jalan pada sang OB untuk masuk ke dalam.

Saat OB itu hendak keluar, Nara menghentikannya.

..."Maaf pak, apa anda tahu, siapa yang membawa saya kemari? Em, maksud saya, apa anda tahu kamar ini check in atas nama siapa?"...

..."Mohon maaf Mom, saya tidak tahu. Ada bisa mencari tahu di bagian Customer Service di loby bawah."...

OB itu pergi meninggalkan Nara sendirian.

..."Berhenti menangis Nara, dunia tidak sedang hancur hanya karna kejadian seperti ini."...

Nara mencoba menguatkan dirinya sendiri. Ia berhambur ke kamar mandi. Membersihkan diri. Ia melihat pakaiannya yang sudah tidak mungkin bisa di pakai lagi.

Lalu ia melihat ada sebuah handbag di atas nakas.

..."Pakaian ganti"...

Ia memakainya. Lalu ia memakan menu sarapan yang dibawakan Mas OB tadi. Saat ia hendak melangkah keluar, Nara melihat kartu Debit Card di samping handbag. Nara meraihnya dengan kesal.

..."Kau menghargai ku dengan ini Tuan? Baiklah."...

Nara menyimpan Card itu dan dia langsung pergi meninggalkan kamar. Tempat pertama yang di tuju adalah meja CS. Ia ingin menanyakan kamar yang di tempatinya semalam atas nama siapa.

Sayang sekali. Para Customer Service tidak bisa memberitahu Nara tentang data pengunjung. Itu termasuk Privasi Hotel.

Dengan perasaan yang campur aduk. Nara meninggalkan Gedung mewah bertingkat itu. Ia kini harus segera ke rumah mewah milik Tuan Aditya. Ia sudah terlibat.

..."Sudah hampir jam 9.? Oh tuhan, kumohon jangan sampai aku kehilangan pekerjaan ku ini."...

Nara sampai di depan gerbang utama Rumah Mewah milik Tuan Aditya. Ia membunyikan Bel. Pak Ilham sang Scurity membuka gerbang.

..."Kau? Terlambat lagi? Apa kau tidak niat bekerja hah?"...

..."Maaf pak.!"...

Nara berlari masuk kedalam meninggalkan Pak Ilham. Baru berapa langkah memasuki halaman rumah. Nara bertemu dengan Bu Fatma yang sudah berdiri disana. Mengawasi Assistant lain membersihkan halaman.

..."Kau? Jam berapa sekarang? Beraninya kau baru datang jam segini. Keluar. Kau di PECAT."...

Bu Fatma terlihat sangat emosi. Sejak kemarin Nara memang sudah di peringati agar tidak terlambat.

..."Bu, Saya mohon jangan. Saya sangat membutuhkan pekerjaan ini, saya mohon jangan pecat saya Bu. Saya berjanji ini yang terakhir kalinya."...

Nara memohon pada Bu Fatma m, ia memang membutuhkan banyak uang. Dan pekerjaan ini sudah sangat bagus baginya. Selain menjadi waiters di Klub Malam.

Tiba-tiba mobil Tuan Aditya lewat dan berhenti.

..."Biarkan dia bekerja."...

Aditya bicara dari dalam mobil yang kacanya terbuka.

..."Ah, Tuan Aditya, baik."...

Bu Fatma hanya bisa menjawab patuh. Nara hanya bisa melihat Tuannya itu yang sudah mulai menjauh.

..."Apa yang kau lakukan disini? Kau sudah mendengarnya kan? Cepat kerja.!"...

..."Ah, iya, iya Bu."...

Nara bergegas pergi meninggalkan Bu Fatma di halaman. Ia berlari memasuki Rumah lewat pintu belakang seperti kemarin. Mengganti pakaiannya lalu segera menuju kamar utama di lantai atas. Milik sang Tuan Rumah.

..."Untunglah dia baik. Masih membolehkan aku untuk bekerja disini."...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!