NovelToon NovelToon

PELAKOR GET MARRIED

Pengenalan Tokoh

Sore itu Sampara dan Sangkala sedang duduk santai di teras rumah Sampara. Salah satu tetangga datang untuk mengembalikan rantang makanan ke ibu sampara yang kemarin sempat di pinjamnya.
Tetangga
Tetangga
“Sampara, mama kamu ada di dalam?” Sambil memegang rantang
Sampara
Sampara
“Ada di kamar sama Papa.” Jawab Sampara dengan wajah sok cool.
Tetangga
Tetangga
“Maksud kamu nak?” Tanya tetangga itu dengan wajah heran.
Sangkala
Sangkala
“Jadi maksud teman aku itu mamanya sedang berada di dalam kamar membantu papanya Sampara untuk berkemas, karena sebentar sore papa Sampara akan keluar kota tante.” Sangkala menjelaskan sambil memegang hpnya.
Tetangga
Tetangga
“Oh begitu, tante fikir ngapain.” Jawab tetangga.
Sangkala
Sangkala
“Maaf nih tan, teman aku tuh memang seperti itu. Waktu kami masih kecil dulu, kami pernah bergoncengan naik sepeda dan aku jatuh pas di dekat got. Nah sampara ini terjatuh kedalam got dan kepalanya terbentur gundukan sampah yang ada di dalam got tersebut. Dan parahnya lagi tan, sepeda yang kami kendarai adalah sepeda sewaan.” Sangkala menjelaskan dengan ekspresi datar.
Tetangga
Tetangga
“Pantas saja Sampara terlihat sedikiiit...” jawab tetangga dan sangkala langsung memotongnya.
Sangkala
Sangkala
“Tidak gila tan, Sampara hanya sedikit sarap saja. Tapi kayaknya ini bukan gila, bukan sarap juga. Sepertinya jika di lihat Sampara adalah prodak gagal rukiyah tan.” Sangkala menjelaskan tetap dengan ekspresi datar menjelang iba.
Tetangga
Tetangga
“Iya sih nak, jika temanmu gila sudah pasti di tidak disini tapi di rumah sakit gila. tapi kalian tidak bercanda kan?” Tanya tetangga dan membenarkan dengan ekspresi heran.
Sangkala
Sangkala
“Tante tidak percaya? Saya ini adalah saksi hidup Sampara, jadi semua tentangnya aku tau dengan baik.” Sangkala membenarkan dengan ekspresi meyakinkan.
Ketika Sampara sudah mulai jengkel mendengar ocehan sangkala, akhirnya ia memutuskan memanggil mamanya yang sedang sibuk di dalam membantu papa Sampara untuk merkemas.
Sampara
Sampara
“Maaaa……” Teriak Sampara.
Mama sampara akhirnya keluar dengan heran dan melihat apa yang terjadi dengan Sampara, mengapa tiba- tiba Sampara teriak seperti melihat seorang begal yang hendak ingin membegalnya.
Mama Sampara
Mama Sampara
“Ini ada apa lagi Sampara? Sedikit- sedikit teriak, kamu terjepit lagi dengan resleting celana? Kan sudah mama bilang jangan pakai celana yang resletingnya suka menjepit.” Mama Sampara bertanya dengan nada tinggi.
Sangking kesalnya dengan Sangkala yang sejak tadi ngoceh mulu dengan tetangga, sehingga Sampara tidak mood untuk berbicara dan hanya memberi kode ke mamanya dengan bibir monyong kearah tetangga.
Mama Sampara
Mama Sampara
“Ada tetangganya rupanya, kenapa kalian tidak bilang- bilang dari tadi! Ada apa nih bu?, tumben sore- sore ke sini? Biasanya jugakan pagi kesininya sambil nunggu tukang sayur.” Tanya mama Sampara.
Tetangga
Tetangga
“Cuma mau balikin rantang yang kemarin sempat aku pinjam. Tapi maaf loh bu, rantangnya aku pulangin tanpa ada isinya.” Kata tetangga.
Mama Sampara
Mama Sampara
“Tidak apa kok bu, kan lain kali bisa.” Kata mama Sampara sambil bercanda.
*****
Disisi lain terlihat Erlin sedang sibuk menyiapkan sarapan buat Doni suami erlin. Meraka adalah sepasang suami istri yang baru menginjak usia pernikahan 2 tahun dan belum di karunia anak. Doni suami erlin sedang terburu- buru bersiap untuk kekantor, karena kali ini Doni bangun sedikit kesiangan. Sedangkan ia harus meeting dengan seorang client di kantornya.
Erlin
Erlin
“Sayang sarapannya sudah siap, sarapan dulu yuk.” Ajak Erlin.
Doni
Doni
“Maaf sayang aku sangat terburu- buru harus secepatnya kekantor dan kali aku tidak bisa sarapan di rumah denganmu, karena aku ada meeting sama client.” Jawab Doni sambil memakai sepatu kantornya.
Erlin
Erlin
“oh gitu, ya udah. Entar jangan sampai telat makan siangnya.” Kata Erlin dengan nada sedikit kecewa sambil mengantar Doni kedepan pintu.
Suami Erlin pun berangkat begitu saja tanpa menyodorkan tangannya untuk di salim oleh erlin. Tak seperti biasanya Doni melupakan kebiasaan yang sering ia lakukan sebelum berangkat ke kantor.”
Erlin
Erlin
Tumben suami aku tidak menyodorkan tangannya untuk ku salim. Bahkan mencium keningkupun tidak. Padahal itu adalah salah satu kebiasaan yang wajib di lakukan sebelum berangkat ke kantor. Apakah client suami aku itu adalah seorang artis! sehingga Ia tak menyempatkan diri untuk sarapan bahkan iapun melupakan kebiasaannya.” Gumam Erlin.
Saat Erlin hendak sarapan, tiba- tiba ponsel miliknya berdering. Tanda pesan grub masuk.
Grub wek-wek dumpret:
Siti
Siti
“Guys, jadi tidak nih entar siang?” Tanya Sitti.
Erlin
Erlin
“Jadi dong.” Jawab Erlin.
Sri
Sri
“Jadi kok, tapi setelah pekerjaan rumah aku beres yah.” Jawab Sri.
Tati
Tati
“ngikuttttttt….” Jawab Tati.
Sampara
Sampara
“Tapi ngomong- ngomong siapa ni yang mau nangkis kita nongkrong? Si pengantin baru yah?” Tanya Sampara.
Sangkala
Sangkala
“Dasar pengangguran.” Jawab sangkala.
Sampara
Sampara
“Kitakan sama pengangguran.” Kata Sampara.
Sangkala
Sangkala
“Aku kan kerja sama mama, kadang mama suruh aku pijitin kepalanya dan setelah itu mama bari aku gaji. Wkwkkwkwkwkwk.” Jawab Sangkala dengan ngejek.
Sampara
Sampara
Kalo begitu kita sama, aku juga kerja.” Kata Sampara
Sangkala
Sangkala
“Memangnya kamu kerja apa bro?” Tanya Sangkala.
Sampara
Sampara
“Aku sebagai pembicara (pengangguran bikin acara).” Jawab Sampara balik ngerjain.
Sangkala
Sangkala
“Astagfirullah, maafkan hambamu ya allah.” Jawab Sangkala sambil mengirim stiker tepuk jidat. 🤦
Sri
Sri
“Hufff… belum kelokasi sudah pada ribut.” Kata Sri
Tati
Tati
Benar- benar yah ni anak dua, tidak pernah berubah sejak dulu. Selalu saja seperti kucing dan tikus.” Kata Tati.
Erlin
Erlin
“Tenang guys, biar aku yang menangkisnya.” Kata Erlin.
Sampara
Sampara
“Cieeee…. Teman kita yang satu ini benar- benar sangat mengerti yah. Mudah- mudahan kita sesering mungkin di teraktir karena rejekinya makin berlimpah.” Kata Sampara dengan sedikit merayu.
Sangkala
Sangkala
“Terus kamu kapan teraktir kita- kita? @sampara.” Tanya Sangkala.
Siti
Siti
“Hussss…. Brisikkkk… Jam 11 siang kita ngumpul di tempat yang biasa yah guys.” Kata Siti yang mengakhiri percakapan grub wek- wek dumpret.
*****
Di sisi lain, seorang wanita tinggi, putih mulus dan berbadan semok (Sang Pelakor) sedang bersolek dan menuju kesebuah tempat.”

Caffe Shop

Sesampainya di kafe tersebut, ternyata mereka bersamaan tiba.
Sangkala
Sangkala
“Ternyata kalian semua barengan tanpa menjemput kami berdua?” Tanya Sangkala.
Tati
Tati
“bukannya tidak ingin menjemput kalian, tapi karena mobil Erlin sudah full. Kalian mau duduk dimana?” Kata Tati.
Sangkala
Sangkala
“Ya iyalah tidak muat, kan ada cewek berorot di dalam mobil, makanya mobilnya full.” Kata Sangkala dengan nada bercanda.
Yang lain cuma nyegir melihat sangkala berdebat dengan Tati yang memang di juluki sebagai cewek berotot karena bobot badan Tati yang sangat subur.
Tati
Tati
“Ini bukan otot, tapi lahan nutrisi. Tuh Sampara si kembaran kamu yang juga banyak nutrisinya, coba mintalah sedikit nutrisi di kembaran kamu itu, biar sedikit terlihat bernutrisi badan kamu.” Kata Tati dengan nada canda.
Sangkala
Sangkala
“Ini namanya bukan nutrisi lagi tapi bisulan satu badan karena kebanyakan makan telur asin.” Kata Sangkala sambil merangkul Sampara.
Sampara
Sampara
“Ya elah, masih juga berdebat. Ini kapan masuk ke dalam kafenya, aku sudah lapar dan haus tau.” Kata Sampara yang sudah tidak sabaran ingin masuk ke dalam kafe.
Akhirnya mereka semua masuk ke dalam kafe tersebut untuk ngobrol santai sambil makan siang. Terlihat sangkala yang sering menjahili Tati, dan yang lain tampak sudah terbiasa dengan kejahilan Sangkala yang sejak dulu sudah jahil.
Sejak Erlin sudah menikah, memang mereka semua sangat jarang bertemu karena kesibukan masing- masing. Sri sibuk dengan pekerjaannya sebagai admin di salah satu dealer motor. Siti pun demikian sibuk mengajar di salah satu sekolah dasar. Tati di sibukkan dengan online shop kulinernya. Sedangkan Sangkala dan Sampara hanya di sibukan dengan kegiatan ngopi dan begadangnya. Mereka bercengkrama sambil menceritakan tentang apa yang terjadi di dalam kehidupan mereka masing- masing sejak mereka jarang bertemu. Sri meminta Erlin menceritakan tentang bagaimana rasanya menjadi seorang ibu rumah tangga. Namun Sri tidak puas dengan jawaban Erlin yang mengatakan bahwa menikah itu seru. Kemana- mana tidak ada yang nyariin, mau pulang jam berapapun tidak akan ada yang marah, yang penting keluarnya sama sang suami, jika keluarnya sendiri tentulah yang nyari pasti suami. Sri memberi tahu ke Erlin kalo ia harus berhati- hati. Karena jika tidak maka suami Erlin akan di rebut seseorang. Sri mengatakan hal demikian karena adanya pengalaman yang baru saja terjadi dengan anggota keluarga sri, yaitu sepepu Sri yang baru setahun menikah suaminya telah di rebut oleh seorang pelakor. Padahal penampilan suami sepupu Sri biasa- biasa saja, wajah pas- pasan tapi isi dompet yang tak pas- pasan. Oleh sebab itu wanita yang gila akan uang sudah tentu akan melirik, meski wajah pria tersebut pas- pasan dan tak peduli jika pria itu sudah berkeluarga. Jadi Sri mengingatkan pada Erlin untuk berhati- hati dengan wanita lain, apalagi suami Erlin adalah salah satu manager hotel yang memilik rupa tampan dan memang lumayan tajir. Erlin hanya bisa tersenyum meski dalam hati Erlin tiba- tiba bertanya- tanya mengingat kejadian ketika suaminya terburu- buru berangkat ke kantor dengan alasan ada meeting, sehingga suami Erlin tak sarapan di rumah dan melupakan kebiasaannya ketika hendak berangkat ke kantor. Suasan seketika menjadi hening. Untung saja Sangkala dan Sampara pandai mencairkan suasana. Sangkala mengatakan bahwa ia sangat ingin menikah tapi tak satupun ada wanita yang mau meliriknya karena menurutnya ia terlalu tampan untuk di miliki wanita yang mungkin cantiknya hanya setara dengan teman- temannya. Sampara pun demikian, ia mengatakan bahwa dia kesulitan mencari pasangan hidup karena Sangkala setiap hari, setiap detik, menit dan jam selalu bersama Sampara, wanita yang diincarnyapun mengira bahwa Sangkala adalah anak Sampara karena jika di lihat dari postur tubuh, memang Sampara sangatlah subur dan tinggi ketimbang Sangkala yang kekurangan Nutrisi dan minimalis.
Sangkala
Sangkala
“sorry guys dari pada gibahin orang lain, mending gibahin diri sendiri lebih seru. Yah itung- itung menghibur diri. Betul tidak Sampara?” Kata Sangkala yang sambil bertanya kepada Sampara.
Sampara
Sampara
“yoi mameeenn…” Jawab Sampara singkat sambil melirik kiri kanan untuk melihat pesanan makanan yang sejak tadi mereka pesan belum juga di sajikan oleh pramu saji.
Tati yang terlihat diam ternyata juga sudah mendengar perutnya memberi signal tanda ingin di isi. Erlin yang melihat ekspresi sahabat- sahabatnya, hanya tertawa karena Erlin tau kebiasaan sahabat- sahabatnya jika sudah berada di sebuah kafe pasti mereka tak sabaran untuk mencicipi hidangan makanan kafe tersebut.
Beberapa saat kemudian, pesanan mereka datang. Sampara yang tak sabar mencicipinya tiba- tiba di jahili oleh sangkala dengan cara mencicipi deluan pesanan Sampara lalu memberikannya kembali. Dan pesanan Sangkala di ambil oleh Tati yang membalas kejahilan Sangkala terhadap Sampara. Momen- momon itulah yang membuat Erlin selalu merasa terhibur jika sedang bersama dengan sahabat- sahabatnya.
Sejak duduk di bangku Sma memang mereka sudah dekat dan mulai bersahabat hingga kini. Mereka saling kompak dan memahami satu sama lain. Tak pernah ada pertengkaran maupun perselisihan di antara mereka berenam. Jika di antara mereka sedang merada dalam masalah, baik keuangan maupun percintaan, mereka bersama- sama mencari solusinya agar masalah yang di alami oleh salah satu di antara mereka dapat cepat terselesikan. Itulah sahabat, susah senang mereka selalu bersama. Mereka bersahabat tapi sudah sangat dekat layaknya seperti seorang sodara. Candaan maupun kejahilan yang mereka lakukan tak pernah menjadi sebuah alasan untuk merasa tersinggung karena memang mereka sudah saling memahami satu sama lain. Bahkan ketika mereka berkunjung ke rumah Sampara, terkadang sampara hanya mengambil cemilan di warung sebelah rumah Sampara tanpa membayarnya atau dengan kata lain kasbon. Dan ketika mereka hendak pulang, Sri atau siapa saja yang selalu menyelesaikan kasbon cemilan yang telah sampara ambil di warung sebelah rumahnya. Mereka memang berkomitmen agar selalu bersama apapun kondisinya. Tak akan ada yang dapat memecahkan persahabatan mereka yang sudah terjalin sejak mereka masih duduk di bangku sekolah Sma.
Akan tetapi, Erlin justru tak pernah curhat tentang masalah pribadinya ketika Erlin benar- benar sudah menjadi seorang ibu rumah tangga. Karena menurut Erlin masalah rumah tangganya tak perlu orang lain ketahui jika memang mereka sedang bertengkar. Karena yang namanya sebuah pernikahan pasti ada yang namanya perdebatan maupun pertengkaran kecil hanya karena kesalah pahaman dan hal itu tak penting sahabat- sahabatnya ketahui. Karena menurut Erlin juga, masalah rumah tangga adalah sebuah aib yang tak boleh di ceritakan kepada siapapun itu termasuk kepada sahabat- sahabatnya. Itulah sebabnya sahabat- sahabat Erlin selalu mengingatkan Erlin agar lebih hati- hati dengan wanita- wanita di luar sana. Jangan sampai rumah tangga Erlin yang adem ayem tiba- tiba goyah hanya karena seorang wanita yang ingin merebut kebahagiaan Erlin. Karena sejauh ini di mata sahabat- sahabat Erlin, rumah tangga Erlin sangatlah harmonis dan tanpa adanya masalah karena suami Erlin tipikal orang yang memiliki pola pikir yang jauh sangat dewasa, karena memang usianya juga lebih dewasa ketimbang Erlin. Erlin pun menanggapi nasehat sahabat- sahabatnya sebagai sesuatu yang harus di perhatikan, agar peringatan yang dikatakan dalam nasehat sahabat- sahabat Erlin tidak terjadi. Memang tak dapat di pungkiri di jaman sekarang sangat banyak sekali kasus keretakan rumah tangga akibat adanya wanita lain yang masuk ke dalam kehidupan rumah tangga orang. Tidak mengenal tua maupun muda, perawan maupun janda, yang penting laki orang berduit maka calon pelakor siap menerkam.

Doni Mulai Berubah

Malampun tiba dan Erlin sedang menunggu suaminya pulang kantor sambil menonton tv di kamar mereka. Tak seperti biasanya suami Erlin agak telat pulang kantor, mungkin karena ia sedang banyak pekerjaan. Di tambah lagi ia sudah mulai di sibukkan dengan kegiatan meeting dengan client, dan mungkin karena hal itu pekerjaannya sedikit bertambah.
Erlin
Erlin
“Ini sudah mulai larut malam tapi suamiku belum juga pulang dari kantor, baru kali ini ia seperti itu. Di telpon tidak di angkat, di chat tidak di balas. Kira- kira dia di mana yah!” Gumam Erlin.
Lima menit kemudian setelah Erlin hendak menghubungi sang suami, tiba- tiba…
Doni
Doni
“Assalamualaikum.” Terdengar suara suami Erlin mengucapkan salam dari balik pintu.
Erlin
Erlin
“Walaikumsalam, tumben jam segini baru pulang kantor?” Tanya erlin khawatir
Doni
Doni
“Mmmm… Anu sayang , eee… tadi aku seharian ada meeting di kantor, eee… di kantor juga bos marah- marah terus dan tidak tau apa penyebabnya. Mmm… terus tadi waktu kamu nelpon aku sudah di jalan menuju pulang ke rumah dan jalanan sangat macet. Eee… oiya bensin aku juga habis tadi jadi singgah isi bensin dulu, tapi eh malah banyak antrian di pombensin. Makanya aku lama nyampe rumah.” Suami Erlin menjelaskan dengan terbata- bata dan berusaha meyakinkan Erlin dengan ekspresi memelas.
Erlin
Erlin
“ Kasian banget kamu sayang, pasti kamu belum makan malam kan?” Kata Erlin dengan ekspresi iba.
Doni
Doni
“Tadi sudah kok di kantor. Aku capek banget sayang, aku istirahat deluan yah.” Kata suami Erlin sambil merebahkan tubuhnya di tempat tidur.
Erlin
Erlin
“Oh, ya sudah, kamu istirahat saja deluan.” Kata Erlin dengan nada kecewa.
Erlin
Erlin
“Padahal aku sudah menunggunya dari tadi untuk makan malam bersama. Kalo aku tau begini, boro- boro nahan lapar sejak tadi.” Gumam Erlin sedikit kesal.
Suami Erlin sudah mulai menunjukan perubahan sikap yang membuat sedikit timbul pertanyaan di benak Erlin. Meski Erlin sudah mulai curiga dengan perubahan sikap suaminya, tapi tetap saja Erlin masih harus percaya dan tetap berfikiran positif pada suaminya tersebut. Ia tak ingin mensugesti dirinya dengan hal yang negative untuk memancing pertengkaran. Erlin berusaha agar tetap bisa selalu menenangkan dirinya agar ia tak berfikir hal buruk tentang suaminya. Karena sebenarnya apa yang telah dikatakan oleh Sri padanya terus terngiang- ngiang, meski begitu ia tak ingin hal itu dapat mensugesti hatinya dan bisa merusak pikirannya. Padahal ia belum tau apakah benar sikap suaminya berubah karena adanya wanita lain dalam kehidupan mereka atau tidak. Meski sangat sulit, tapi Erlin selalu berusaha memberi yang terbaik buat suaminya termasuk mengurus suaminya dengan baik dalam segala hal. Karena Erlin tau kewajiban ia sebagai seorang istri harus seperti apa. Dan Erlin berusaha mempertahankan keharmonisan rumah tangganya yang selama beberapa tahun ia jaga dengan baik. Meski terkadang suami Erlin keluar kota dalam waktu beberapa hari, tapi Erlin berusaha memahami konsikuensinya karena sudah seperti itulah pekerjaan suami Erlin sebagai seorang manager Hotel berbintang lima. Suami Erlin, telah istirahat deluan. Tapi Erlin belum juga bisa memejamkan matanya. Matanya melek dan tertuju pada film yang ia nonton di tv, namun fikiran Erlin kemana- kemana. Meski ia berusaha menepisnya tapi entah mengapa ia tetap mengingat terus menerus perkataan Sri. Dan Erlin merasa memang ada sesuatu yang mengganjal dengan gerak- gerik suaminya tersebut. Erlin sebisa mungkin untuk dapat mengalihkan apa yang telah di katakana Sri padanya agar Erlin tidak menjadikan hal itu sebagai beban fikiran. Karena sebenarnya Erlin adalah tipikal wanita yang diam- diam bisa saja berubah menjadi seperti wanita yang tidak terduga. Ia sangat mengenal karekter dirinya, hal itulah yang membuatnya harus bisa mengontrol hatinya agar ia tak gegabah mengambil sebuah keputusan. Dan Erlin pun hanya akan percaya ketika Erlin benar- benar menyaksikan tepat di hadapannya jika suaminya benar- benar berkhianat padanya. Tapi selama ia belum menyaksikannya sendiri dan masih di dengar dari kabar angin yang belum tentu kebenarannya Erlin tak akan mempercayainya. Karena menurutnya seseorang bisa berbuat apa saja untuk menghancurkan seseorang termasuk dengan kehidupannya. Dan bisa saja kabar angin yang ia dengar adalah motif seseorang yang tidak senang dengannya menyebarkan hoax untuk menghancurkan kehidupannya yang harmonis. Itulah sebabnya Erlin tak ingin terlalu jauh melangkah untuk mengintrogasi sang suami jika ia mulai sering pulang larut malam, karena memang Erlin tidak ingin memancing masalah yang sebenarnya masalah itu sendiri tidak ada. Erlin beranjak dari tempat tidurnya dan menuju kedapur mengambil segelas air minum, karena Erlin merasa kehausan akibat berfikir terlalu panjang kali lebar meski ujung- unjungnya Erlin tak akan terhasut karena Erlin masih bisa untuk berfikir panjang kali lebar, agar kehidupan rumah tangganya tak mudah untuk goyah. Karena Erlin memiliki prinsip, jika ia tak melihatnya secara langsung maka Erlin tak harus muda mempercayai apa kata orang maupun kata kabar angin, beda hal ketika ia memang mendapatinya dengan nyata dan tepat di hadapannya. Jika seperti itu mungkin Erlin langsung mengambil sebuah tindakan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Erlin kembali masuk kedalam kamar dan memandangi wajah sang suami yang begitu terlihat sangat lelah. Erlin merasa kasihan ketika ia memandang wajah sang suami yang nampak terlihat banyak beban yang terpancar dari raut wajahnya yang lelah. Seketika Erlin merasa iba, karena sang suami bekerja begitu keras demi untuk dapat menyambung hidup. Erlin bisa saja membantu suaminya dengan cara Erlin kembali bekerja sebagai salah satu karyawati salah satu bank, tapi sang suami tidak mengizinkannya untuk bekerja lagi karena sang suami ingin ia memperlakukan sang istri sebagai ratunya yang menunggunya dirumah dengan setia dan menyambutnya ketika ia pulang bekerja. Erlinpun merebahkan badannya sambil memeluk suaminya dan berdoa agar keharmonisan mereka tak pernah luntur hanya karena masalah sepele saja. Erlinpun akhirnya tertidur dan bermimpi. Ia melihat suaminya memberikan sebuah berlian padanya tapi seketika ada seseorang yang datang merebut berlian tersebut. Erlin marah karena ia tak mengenal seseorang yang datang merebut berliannya terebut. Lalu ia bertanya pada sang suami di dalam mimpinya, ia mengatakan bahwa itu siapa dengan lancang merebut apa yang telah kamu berikan padaku. Sang suami tak menjawab, ia hanya terdiam tanpa kata. Spontan Erlin terbangun dan menyadari bahwa ia baru saja bermimpi buruk dan perasaan Erlin menjadi tidak enak. Erlin berfikir mungkin karena ia banyak fikiran jadi terbawa hingga ke dalam mimpi. Karena jika di fikir secara logika, sang suami di sibukkan dengan pekerjaan yang menumpuk di kantor, pasti tak akan ada waktu untuk melakukan hal- hal yang di luar dari pekerjaannya. Erlinpun mengambil keputusan bahwa ia tak boleh banyak memikirkan hal- hal yang tak penting dan ia harus enjoy menjalani kehidupannya tanpa harus berfikir aneh- aneh pada sang suami. Karena jika ia berfikir tentang hal- hal yang tak masuk di akal dan belum di ketahui kebenarannya, itu sama halnya Erlin merusak hatinya sendiri tanpa melukainya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!