Matahari bersinar cerah di pagi hari ini.
Barley sengaja membawa Sania untuk menunjukan kepada calon istrinya tersebut, sebuah gedung yang akan di gunakan sebagai tempat mereka melangsungkan akad nikah sekaligus resepsi pernikahan mereka.
Sania tergaman melihat gedung yang khusus di buat Barley hanya untuk pesta pernikahan mereka, sebuah Aula besar dan mewah dengan dinding terbuat dari kaca dan kristal.
Sania mengedar pandangannya kesegala arah matanya mulai berkaca kaca, melihat gedung dua lantai tersebut, tanpa terasa air mata menetes di pipinya.
"Sayang, kau membangun ini hanya untuk sebagai tempat resepsi pernikahan kita?"tanya Sania pada Barley dengan mata yang takjub.
"Iya sayang, aku persembahkan gedung ini sebagai bukti cinta ku pada mu,"ucap Barley.
Mendengar jawaban Barley, Sania pun terharu dan langsung menghambur memeluk Barley.
"Terima kasih sayang," ucap Sania lirih.
"Iya Sayang, saat kau menerima tunangan ku, aku langsung memesan design khusus untuk merancang gedung ini."
"Aku ingin seperti raja Shah jahan yang membangun Tajmahal sebagai bukti cinta nya pada istrinya Mumtaz mahal, dan aku membangun gedung ini yang akan di gunakan sebagai tempat kita untuk mengikrarkan cinta kita." Barley.
"Di sini, di tempat ini, di antaran ribuan pasang mata, akan ku katakan pada dunia, bahwa aku mencintai mu, dan kau akan menjadi pengantin untuk pertama dan terakhir bagi ku, Sania." Barley.
Sania semakin terharu bulir bening mulai membasahi pipinya kembali.
"Oh Sayang, aku sungguh beruntung memiliki mu,"ucap Sania sambil memeluk Barley.
"Akulah yang beruntung memiliki mu sayang," ucap Barley sambil mengecup bibir Sania.
Netra indah Sania berbinar, dengan segenap rasa ia membalas kecupan hangat pria yang berhasil menundukan hatinya tersebut.
Beberapa lama mereka saling beradu, menyesap, mengulum dengan lembut hingga terdengar suara decapan.
Gairah Barley mulai memuncak, ia pun menundukan wajahnya masuk kedalam ceruk leher Sania.
"Aku menginginkan mu sayang," ucap Barley.
"Aku sangat tergila-gila pada mu," imbuhnya lagi.
"Aku bisa gila jika kehilangan mu," tambah Barley sambil mencium cerut pada leher jenjang Sania.
Sania tersenyum geli," Sayang, aku tahu itu, tapi kita tak akan melakukanya sebelum kita menikah, kau ingat janji mu?" ujarnya seraya mendorong pelan tubuh Barley.
"Oh sayang tiga bulan itu waktu yang sangat lama bagi ku,"ucap Barley seraya kembali mengecup bibir Sania.
"Tidak sayang, ngak lama kok, kamu harus sabar karna tinggal selangkah lagi aku akan jadi milikmu, jadi jangan rusak kesetian dan juga cinta kita ya." Sania tersenyum, kemudian menjauh dari Barley.
Barley tersenyum simpul, seperti apa pun ia menggoda Sania, nyatanya ia tak pernah berhasil mendapatkan kegadisan Sania.
Itulah yang membuat Barley memutuskan dan menjatuhkan pilihannya pada Sania.
Sania wanita 24 tahun berhati lembut, ia seorang yang sederhana dan berasal dari keluarga yang sederhana.
Namun karirnya di dunia entertainment membuat namanya melambung bak roket.
Banyak sekali pengusaha dan dari kalangan artis papan atas berniat untuk meminang Sania.
Namun Sania tetap kukuh pada cinta kepada Barley, mantan playboy yang jutek dan angkuh namun selalu bucin di hadapannya.
Pertemuanya pertamanya dengan Barley sekitar 5 tahun yang lalu, saat itu ia Sania hanya seorang model yang baru menepaki karirnya.
Sania adalah bintang iklan dari produk shampoo dan sabun dari perusahan ayah Barley.
Pada awalnya Barley bersikaf dingin terhadap Sania, karna menurutnya Sania sema seperti waniya yang lain, yang menyukainya hanya karna ketampanan dan kekayaan Barley.
Di saat wanita-wanita yang lain mendekati Barley, Sania justru menjauhinya, bahkan bersikaf acu.
Bukannya tak tertarik pada sosok Barley, tapi Sania sadar diri, jika ia dan Baeley bagaikan bumi dan langit.
Jadi ia tak pernah berharap atau pun apalagi mencoba mendekat pada Barley.
Sikaf Sania yang cuek dan bersikap acu justru membuat tuan muda pewaris tahta tersebut penasan.
Barley berkali-kali mendekati Sania namun Sania tetap acu, Sania malah memilih dekat dengan salah satu photographers yang biasa menjadi rekannya.
Berkali kali menyatakan cintanya pada Sania, namun Barley tak pernah berhasil mendekati gadis cantik dan manis tersebut, hingga membuat Barley semakin penasan terhadapnya.
Di saat semua gadis memimpikan dekat denganya, Sania justru menolak cintanya.
"Maaf tuan, saya ngak pantas untuk anda, anda bisa punya pacar yang selevel dengan Anda,"ucap Sania sopan sambil menakup kedua telapak tangannya di dada, saat pertama Barley menyatakan cintanya, kemudian gadis itu berlalu begitu saja dari hadapan Barley.
Tak hanya sekali, Barely mencoba lagi dan jawabanya tetap sama.
Bukan nya membenci gadis tersebut dan menjauhinya, Barley justru semakin penasaran dan tergila-gila.
Setelah puluhan kali di tolak oleh Sania, Barley tetap tak menyerah, malah ia semakin yakin akan cintanya terhadap gadis tersebut.
Dan enam bulan yang lalu, Barley melamar Sania.
Barley meminta Sania untuk ikut dengan nya pada suatu tempat.
Awalnya Sania mengira ia akan di bawa kemana-mana oleh Barley, sehingga ia sempat menolak.
Namun Barley tak menyerah, ia terus membujuk Sania untuk ikut, karna merasa kasihan Sania pun ikut bersama Barley, dan itu yang pertama kalinya mereka berada di mobil berdua saja.
Sania kaget saat dirinya melihat keluar jendela, sepanjang jalan terpajang baliho-baliho besar yang berisi pernyataan cinta Barley terhadapnya.
"Lihat lah Nia, Nia aku sungguh sungguh mencintai mu," ucap Barley sambil menunjukan ucapan cinta di sertai dengan kata marry me, "di setiap titik papan reklamae.
Benar saja,beberapa papan reklame yang mereka lewati itu bertulis kan marry me Sania, dengan gambar dua cincin indah sebagai background.
Hal itu membuat Sania tersanjung dan terharu hingga berurai air mata, ia tak menyangka jika Barley benar-benar serius mencintainya.
Sesampai nya mereka di sebuah restoran Barley kembali memberi kejutan kepada Sania.
Saat itu ia membawa kedua orang tua beserta keluarga besar Sania di sebuah restoran mewah, dan di sana Barley langsung menyatakan maksudnya kepada kedua orang tua Sania, jika ia serius ingin menikahi Sania, karna ia sangat mencintainya.
Barley membawa Sania menghadap kedua orang tuanya, kemudian Barley berlutut seraya menyodorkan cincin berlian di hadapan Sania.
"Will you marry me?" tanya Barley.
Sania menangis haru, begitu pun kedua orang tuanya, sungguh Barley benar benar membuat Sania tak sanggup menolaknya.
"Yes," ucap Sania singkat, karna ia tak mampu berucap lagi.
Sania meraih cincin tersebut seraya menangis haru.
Iya tak menyangka, lelaki sesempurna seperti Barley bisa menundukan dan mengabaikan keegoisan dan kesombongannya selama ini, Hanya untuk mendapatkam hati dari seorang gadis sederhana seperti dirinya.
Setelah enam bulan berlalu, sejak peristiwa lamaran romantis tersebut, Kini tinggal tiga bulan lagi mereka akan melangsungkan pernikahan impian mereka.
Sania masuk kedalam mobil, dimana Barey selalu membuka pintu mobil untuk sang pujaan hatinya tersebut.
"Terima kasih sayang,"ucap Sania sambil melempar senyum manisnya kearah Barley.
"Sayang apa gedung itu akan di gunakan hanya untuk pesta pernikahan kita saja?"tanya Sania pada Barley.
"Ngak juga Sayang, nantinya setelah kita resepsi pernikahan kita selesai, gedung tersebut akan beralih fungsi sebuah taman bermain untuk anak-anak kita nantinya, di sana aku buat arena bermain untuk anak-anak kita"ucap Barley dengan semangat.
"Ah Sayang, kalau saran ku sih, setelah kita menikah, kau hibahkan saja gedung tersebut untuk kepentingan umum atau sosial, panti jompo atau apalah gitu, yang bisa jadi ladang amal buat kita sayang, rumah tangga kita akan sakinah dan berkah karna akan mendapat doa-doa dari orang yang mendiami gedung itu," usul Sania.
"Ehm. bagaimana ya?"tanya Barley sambil menyeritkan dahinya.
Sania menatap Barley dengan senyum tipis, hingga Barley tak mampu menolak keinginan kekasihnya tersebut.
"Sayang aku tak bisa menolak keinginan mu, akan kulakukan apa saja untuk ratuku yang tercinta ini," ucap Barley sambil mencium punggung tangan Sania.
"Gitu dong, sayang, i love you," ucap Sania.
"I love you too sayang, aku memang tak salah memilih mu, selain cantik kau juga baik, bagi ku tak ada wanita sesempurna dirimu sayang," ucap Barley.
"Sayang, jangan puji aku seperti itu, aku merasa tak layak, sudah antar aku pulang," pinta Sania.
"Siap ratuku," ucap Barley.
Barley membawa mobilnya keluar dari tempat proyek tersebut.
Hai reader, mohon dukungannya ya setelah baca, biasakan untuk like komen beri hadiah juga boleh, he he ngak maksa loh.
Sania pulang diantar oleh Barley, Sesampainya di depan rumahnya, Barley turun dari mobil dan membukakan pintu untuk Sania.
"Terima kasih sayang,"ucap sania seraya keluar dari pintu mobil.
"Sayang kamu ngak mau mampir dulu," tanya Sania.
"Lain kali saja ya, sayang"
"Kamu denger sendirikan, daddy menelpon menuyuruh ku untuk rapat direksi pemegam saham." Barley.
"Iya sayang, hati-hati ya," ucap Sania seraya melambaikan tanganya.
Setelah melihat mobil Barley menghilang di kejauhan, Sania pun masuk kedalam rumahnya, ia membuka pintu rumahnya.
Duart, bunyi balon meletus tepat di hadapanya.
"Suprise...!"ucap Santi kemudian memeluk Sania.
"Santi, kamu sudah pulang? kenapa ngak memberi kabar, kakak bisa jemput kamu di bandara,"ucap Sania.
"Ah ngak usah repot kak, aku tahu kakak pasti sibuk mempersiapakan pernikahan kakak," ucap Santi seraya menggandeng mesra kakaknya.
"Ngak repotlah, kakak udah vacum dari dunia modeling, ngak di ijinkan lagi untuk kerja, sama calon suami kakak," ucap Sania.
"Wah harus itu, kok calon istri dari tuan muda Berley milano harus kerja keras mencari nafkah sih," ucap Santi sambil tersenyum menggoda Sania.
"Ah, tapi dia kan belum jadi suami kakak," sahut Sania yang langsung menarik kursi meja makan.
Ting..tong terdengar suara bel berbunyi, Sania hendak menuju pintu tapi di tahan oleh Santi.
"Eh kak biar dedek saja yang bukain pintu," ucap Santi.
Santi setengah berlari menuju pintu, kemudian membukakan pintu tersebut.
Mata Santi membelalak sempurna ketika melihat pria tampan yang ada di hadapannya kini sedang memegang bouquet bunga indah.
"Selamat siang Nona," sapa pria tersebut yang seketika membuyarkan lamunan Santi.
"Ehm, selamat siang,ada perlu apa?"tanya Santi gelalapan karna salah tingkah melihat pria tampan yang sedang bicara dengannya.
"Saya mengantar ini, untuk nona Sania, apa bisa bertemu dengannya?"
"Oh iya, sebentar, " ucap Santi, ia pun masuk kedalam rumaahnya.
"Kak ada yang mencari Kakak, seseorang yang mengantar bunga untuk kakak!" seru Santi.
"Oh, "
Sania berjalan dengan anggun menuju pintu.
"Arief." sapa Sania.
"Ehm, Nona Sania, ini ada kiriman bunga dari tuan muda, mohon tanda tangani ini," ucap pria bernama Arif tersebut.
"Ehm, Barley ada-ada saja, padahal baru saja dia mengantar ku pulang, dasar dewa bucin," cetus Sania sambil menandatangani tanda terima tersebut.
"Terima kasih ya Arief,"ucap Sania seraya menyambut kiriman bunga tulip merah tersebut.
"Sama-sama Nona, saya permisi,"ucap Arief.
Setelah memastikan Arief keluar dari halaman rumanya, Sania langsung menutup pintu.
"Duh tuan muda so sweat banget ya Kak, romantis lagi" ucap Santi.
"Ehm, dia memang selalu begitu, setiap hari kirim bunga ke kakak, udah kayak toko bunga saja kamar kakak," ucap Sania.
"Eh, Kak, pria tampan tadi itu siapa?"tanya Santi.
"Oh, dia Arief, asisten si Barley," sahut Sania sambil meletakkan bouqet tersebut di atas meja.
"Wah, kalau asistennya saja setampan itu, bagaimana dengan tuan mudanya, jadi ngak sabar lihat calon suami kakakku, " ucap Santi dengan tersenyum kearah Sania.
"Kamu ngak tahu siapa Barley Milano?!"tanya Sania.
"Ehm, ngak Kak", sahut Santi dengan Santai.
"Kamu ngak pernah baca berita, ngak pernah sosmed atau apa, sehingga kamu ngak mengenal Barley."
"Ngak Kak, aku ngak suka semuanya, paling suka baca novel aja," tutur Santi.
"Ehm, pantes saja," guman Sania.
Tiba-tiba Sania teringat sesuatu.
"Eh Dek, kakak ingin perlihatkan sesuatu pada kamu," ucap Sania pada Santi, ia pun menarik adiknya menuju kamarnya.
"Wah, kamar kakak besar sekali, ucap Santi,
"Lama ngak pulang semua sudah berbah saja," Santi berdecak kagum melihat ke sekeliling kamar kakaknya.
Sania menuju walt in closed nya ia membuka etalase yang menunjukan menaken yang menggunakan gaun pengantin yang super mewah.
"Sini Santi!" panggil Sania.
Santi tak bergeming ketika melihat penampakan di depanya, gaun pengantin indah dan gemerlap seperti di hiasi ribuan bintang.
"Oh My god, amazing, awesome!" Santi terbelalak seraya mendekat kearah gaun pengantin putih yang indah dan pasti sangat mewah itu.
"Kak, ini gaun pengantin mu?"tanya Santi seraya menutup mulutnya yang ternganga.
Iya, ini di pesan oleh Barley dari langsung Perancis, dan kau tahu gaun ini terbuat dari ratusan berlian, dan crytal swalosky" papar Sania.
"Oh my god, Kak, aku mau coba gaun ini dong," pinta Santi sambil berjingkrak.
"Em, kau tahu Dek, ada tahayul yang mengatakan jika gaun pengantin tak boleh di coba oleh wanita yang lainnya, bisa-bisa wanita yang mencobanya tersebut yang akan menjadi pengantin,"papar Sania.
Ah, kak ternyata di dunia modern seperti saat ini kau masih percaya tahayul," dengus Santi.
"Ha ha ha, tentu tidak, adikku, nih cobalah," ucap Sania sambil melepas gaun tersebut dari manaken.
"Ehm, Kakak serius. aku boleh mencoba nya?"tanya Santi meyakinkan.
"Tentu dong Dek, memangnya kenapa? cobalah, karna setelah pesta pernikahan kakak, gaun ini akan di sumbaangkan pada acara malam amal panti asuhan yang di kelolah oleh perusahan Barley dan keluarganya, " ucap Sania.
"Iya kak, lagi pula mana mungkin aku menggantikan mu sebagai pengantin, tuan muda Barley pasti tak kan mau, aku kan tak secantik dan sebaik dirimu," ha ha ha ucap Santi sambi tertawa kecil.
"Ah bisa saja kau dek," jangan terlalu memuji.
Dengan senang hati, Sania membantu Santi mencoba gaun pengantin tersebut.
Meski merasa ribet menggunakan gaun itu namun Santi merasa senang.
"Ehm, Nasib mu beruntung sekali kak, seumur hidup aku tak kan pernah memakai gaun pengantin semewah dan seindah ini," tutur Santi.
"Ah ngak usah bicara seperti itu, siapa tahu jodohmu nanti seseorang yang kaya raya atau lebih kaya dari tuan muda Barley." Sania.
"Ah kak, aku tak bermimpi menikahi tuan muda seperti Barley, menikahi asistennya saja aku sudah merasa senang," ujar Santi dengan senyum malu-malunya.
"Oh, maksud mu si Arief itu ya?"goda Sania.
"Ehm, iya tahu aja," cetus Santi.
"Jadi kau menyukai Arif?"tanya Sania pada adiknya.
"Iya Kakak, kenapa kau harus tanya berkali-kali sih," jawan Santi jengah.
"Ehm. selesai," ucap Sania seraya menarik tali terakhir di gaun tersebut.
"Wah Dek, gaunya pas di tubuhmu,"puji Sania takjub.
"Iya Kak, aku terlihat seperti putri raja saja, "sambung Santi dengan bahagia. ia pun membolak-balikan tubuhnya di cermin.
"Ehm Kak, jika nanti aku menikah dengang babang Arif, bilang pada tuan muda mu itu untuk menghadiahkan ku gaun pengantin yang indah seperti ini ya,"pinta Santi.
"Tentu adik ku sayang, tapi kenapa kau yakin sekali jika kau akan menikah dengan babang Arif mu itu,"canda Sania.
"Karna aku sudah jatuh cinta pada pandangan pertama Kak, pada babang Arief,"ucap Santi dengan senang.
"Ayolah Kak, bantu aku bagaimana caranya agar aku bisa dekat sama Arief," pinta nya dengan manja.
"Ehm, bagaimana ya." ucapa Sania pura-pura ragu.
"Ayolah Kak, bantu adikmu untuk mendapatkan cinta babang Arief," mohon Santi.
" Iya tapi kau tak tahu sifatnya aslinya si Arief, jika ternyata dia tak sesuai dengan ekspetasi mu gimana, jika mencintai seseorang jangan hanya melihat wajahnya, tapi lihat lah hatinya," ucap Sania menasehati adiknya.
Santi hanya mengkerucutkan bibirnya.
Melihat adik tersayangnya manyun, Sania merasa iba.
"Iya nanti kakak bantu cari tahu bagaimana sifat dan karater si Arief," ucap Sania.
Oh, makasih Kakak", ucap Santi seraya memeluk Sania.
"Eh, sudah di coba kan gaunya, sekarang lepasin ya gaunya."Sania.
"Iya Kak," sahut Santi seraya melepas gaun pengantin tersebut.
Habis baca mohon dukungannya ya reader, like komen, vote dan hadiah.
Pagi ini Barley dan Sania akan mengadakan konfrensi pers, mengingat banyak gosip murahan yang menyebar tentang pernikahan mereka.
Sania sudah siap dengan Rok midi dan kemeja putih yang pas di tubuhnya, yang membuat tampilannya terlihat sederhana namun terlihat anggun.
Sania menghampiri Santi yang juga akan hadir di konfrensi persnya.
"Dek, ayo sebentar lagi Barley sudah datang menjemput kita," ucap Sania dari depan pintu kamar Santi.
"Sebentar lagi Kak, jika ingin bertemu bang Arief harus tampil cantik dong," ujarnya seraya menjepit pita di rambutnya yang di buat bergelombang.
"Wah kamu cantik sekali Dek", puji Sania kepada Santi.
"Iya dong siapa dulu Kakaknya," sahut Santi mereka pun tertawa kecil.
Santi mengenakan dress mini berwarna biru cerah dengan rambut yang di biarkan terurai dengan sedikit bergelombang.
"Kalau seperti ini Kakak merasa punya saingan nih," cetus Sania menggoda Santi.
"Saingan apa Kak, di lihat dati sudut mana pun, tetap kakak lah yang paling cantik," ujar Santi.
"Ih kamu bisa saja ya. menggoda Kakak, pasti ada maunya?"tanya Sania curiga.
"Eh iya tahu aja, janji ya Kak, kakak mau dekati bang Arief untuk dedek Kak." Santi.
"Iya, beres, tapi jaga sikap kamu, kita itu perempuan, biarkan si Arief yang menyatakannya perasaanya terhadap kamu ya." Sania
"Ya Kakak, sekarang ini jamannya emansipasi wanita, wanita bebas mengungkapkan pendapatnya termasuk menyatakan perasaanya terlebih dahulu," papar Santi.
"Ah terserah kamu lah dek, asal ngak berlebihan saja," guman Sania.
Trutt,
Suara klakson terdengar di luar rumah.
"Ayo Dek, kita sudah di jemput," ucap Sania sambil menarik pelan tangan Santi adiknya.
Mereka membuka pintu rumah dan betapa kagetnya Santi saat melihat penampakan Barley untuk pertama kalinya.
Wah ternyata tuan muda tampan sekali, pantas saja menurut kakak ku ketampanan Arief tak ada apa-apanya di banding dengan ketampanan Barley, Kakak memang beruntung bisa memiliki calon suami yang tampan, kaya dan super bucin seperti tuan muda ini, guman Santi.
"Ayo sayang," ajak Barley seraya menyikukan tanganya untuk menggandeng Sania.
"Iya Sayang, tapi sebelum itu, perkenalkan dulu adik ku, Santi,"ucap Sania sambil menepak pelan bahu Santi.
"Barley, " ucap Barley dingin seraya mengulurkan tanganya.
Tak hanya sikapnya yang dingin ternyata tangan Barley juga dingin seiring dengan senyum menyeringai membuat Santi sedikit sungkan.
"Ayo sayang,"ucap Sania seraya mengait kenganya oada lengan Barley.
Mereka berjalan beriringan sementara Santi hanya mengikiti keduanya.
Santi melihat Barley dan Sania memang pasangan yang serasi, Barley yang terlihat gagah sangat serasi dengan Kakaknya yang terlihat anggun.
Barley membukakan pintu belakang untuk Sania, kemudian ia membuka pintu samping bagian belakang untuk dirinya sendiri, sementara Santi duduk di depan di samping Arief.
Dengan perlahan mobil mewah itu meninggalkan halaman parkir dari rumah Sania, suasana sunyi dan sepi menemani mereka melewati jalanan yang padat merayap.
Tak ada obrolan apalagi candaan, mungkin karna kehadiran dirinya hingga membuat suasana terasa kaku.
Santi sesekali melirik kearah Arief yang sedang menyetir, pria itu terlihat fokus, sedikit pun ia tak melirik apalagi bicara pada Santi.
"Sayang, setelah dari sini kau harus ikut dengan ku,"ucap Barley.
"Kemana?"tanya Sania.
"Ikut aku ke acara peresmian hotel,"Barley
"Kita pergi berdua atau?"tanya Sania.
"Kita pergi berempat, tapi kau harus selalu bersama ku, mendampingi ku, karna kau juga calon pemilik dari hotel tersebut." Barley.
"Adik mu biarkan saja Arief yang menjaganya, kau tak perlu khawatir," ucap Barley.
Sania dan Santi tersenyum puas, bak pepatah mengatakan pucuk di cinta ulam pun tiba.
"Rif, kau temani calon adik ipar ku, jaga dia agar calon istriku ini tak lagi merasa khawatir tentang adiknya," ujar Barley seraya tersenyum kearah Sania.
Barley tahu jika calon istrinya tersebut sangat menyayangi Santi, karna Sania selalu bercerita tentang Santi kepadanya.
"Iya tuan,"sahut Arief.
"Pacarmu tak kan keberatan kan Rif, jika hari ini kau aku tugaskan menemani calon adik iparku?"tanya Barley lagi.
Sania dan Santi kaget mendengar penuturan Barley.
"Ternyata Arie sudah punya kekasih, kasihan Santi. "guman Sania.
"Ah ternyata bang Arief sudah punya pacar." guman santi pelan.
Mereka pun sampai di tempat yang dituju, kedatanga keduanya langsung di serbu wartawan, kamera dan lampu terus mentoroti keduanya.
Pengawal Barley sudah siap mengamankan, hingga para wartawan tak bisa menyentuh apa lagi sampai menyakiti Barley dan Sania.
Setelah beberapa menit melewati kerumunan wartawan mereka pun sampai, ratusan wartawan sudah berdiri dan menunggu kedatangan mereka.
Berley dan Sania duduk di sebuah kursi didampingi oleh seorang moderator, tanpa menunggu lama konfrensi pers pun dilmulai.
Keributan mulai terjadi ketika wartawan berebut mengajukan pertanyaanya.
Seorang moderator pun menunjuk salah seorang diantara mereka.
"Ya, silahkan ajukan pertanyaan anda," ucap moderator tersebut kepada salah seorang pencari berita.
"Pertanyaan saya mungkin mewakili pertanyaan yang lainya." Wartawan.
"Apa benar pernikahan yang terkesan mendadak ini, di karena kan nona Sania telah hamil duluan?"wartawan
Barley menggeram, ingin rasanya ia mematahkan tulang leher pria yang bertanya tersebut.
Sikap tenang justru di tunjukan oleh Sania.
"Itu semua tidak benar, pernikahan kami sebenarnya sudah di rencanaka sejak enam bulan yang lalu, jadi saya rasa ini tidak lah mendadak seperti kabar yang berhembus," jawab Sania dengan Santun.
"Benar, saya mencintai calon istri saya dengan sungguh-sungguh, saya begitu takut kehilangan cintanya hingga membuat saya mempercepat pernikahan kami," imbuh Barley kembali.
Pengakuan Barley sontak menjadi perhatian dan berita baru, mereka takjub dan salut kepada gadis yang bernama Sania,karna dirinya berhasil merebut hati salah seorang pria terkaya di negri ini tersebut.
Barley yang terkenal dingin dan angkuh mendadak menjadi bucin, bahkan ia tak sungkan mengungkapkan perasaannya terhadap Sania, bahkan di depan umum.
Setelah hampir satu jam, sesi tanya jawab pun selesai, mereka pun memutuska untuk melanjutkan kegiatanya yaitu meresmikan hotel milik keluarga Barley.
Konfrensi pers tersebut disiarkan secar langsung di beberapa stasiun televisi dan menjadi trading topik di berbagai media online.
Seorang wanita blasteran Prancis, menatap geram menyaksikan berita yang viral tersebut.
Wanita tersebut menggepal erat tanganya.
"Teganya kau Barley mencampakan aku demi mendapatkan hati wanita murahan seperti Sania," dengusnya
Wanita tersebut berdiri mendekati frame foto gambar dirinya bersama Barley, kemudian ia melempar bingkai poto tersebut kedinding hingga pecah.
"Lihat saja Sania! jika aku tak bisa memiliki Barley, maka kau pun tak akan bisa memilikinya,m!" ucap Amora dengan geram.
"Akan ku habisi kau sebelum hari pernikahan mu, aku berjanji pada diriku, kau tak kan pernah menjadi milik Barley, hanya aku yang boleh memilikinya!" ucap Amora dengan geram, ia pun keluar dari kamarnya tersebut.
Amora menelpon seseorang, tatapan matanya terlihat tajam penuh dendam.
"Hallo," seseorang menyapa Amora di ujung telpon.
"Hallo Aldo, aku ingin kau habisi Sania, buat perempuan tersebut celaka, tapi ingat! kerjakan serapi mungkin, hingga tak ada yang mengira jika kejadian tersebut adalah unsur kesengajaan," ucap Amora dengan senyum menyeringainya.
"Ok siap Nona, tinggal kau atur tanggal eksekusinya, " sahut Aldo yang berada di sebrang telpon.
"Secepatnya!" teriak amora seraya menutup telponnya.
Amora tertawa, "Bersiaplah pergi ke neraka Sanua," ha ha ha.
Bersambung, di tunggu like, komen dan vote, serta hadiahnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!