NovelToon NovelToon

Lebih Dari Pacar

1. prolog.

OTL ° Pengenalan°

Kenalan dulu geh sama pemerannya. Ini ku ambil dari para aktor dan aktris Thailand. Ga tau kenapa, suka aja sama mereka, mukanya gemesin banget.

Kenalkan, bujang ini namanya Jimmy Fernando. Dia tuh teman baiknya Bella atau bisa dibilang sahabat ter the best nya Bella. Dia usil, jail, tapi manis juga dan sering bikin Bella bapereu.

Ini Bella Amelia. Sebenarnya foto ini diambil setelah dia berhasil menurunkan berat badannya. Tadinya Bella bertubuh gembil dan berpipi chubby. Keunggulannya, meskipun Endut, dia tetap beautiful kok. Bella merupakan sisiwi berprestasi terbaik disekolahnya.

Ini Rama, Kakaknya Jimmy.

Dia pria kalem yang tak banyak tebar pesona. Dia suka berpikir logis dan malas bermuluk-muluk ria. No canda-candaan club.

...🐥🐥🐥...

Dan ini, kisah Mereka. Mereka yang akhirnya mengerti bila cinta mereka hanyalah sementara.

Alarm berbunyi nyaring memekakkan telinga. Tepat disebelah Bella alarm ponselnya berbunyi.

" Hoamz....! Masuk awal, waktunya piket kelas." Bella menggumam dan menggeliat di dalam selimutnya. Dia terkejut bukan main kala ada kaki yang berada tepat di depan wajahnya.

"Huaa.....! Astaga!! " Bella melotot setelah membuka selimutnya. Ternyata Jimmy sedang menikmati tidurnya dengan memeluk guling Bella.

"Jim!! kau!! ARGHH....! Orang gila!" Umpat Bella yang kemudian menendang Jimmy hingga jatuh terjungkal mencium lantai.

"Auh....! Bell, sakit!" Jimmy mengerang menahan nyeri siku dan dagunya yang terbentur lantai.

"Jam berapa kau pindah kemari?"

"Jam 12 mungkin, setelag selesai main game." Jawabnya enteng yang kemudian berdiri dan kembali naik keranjang.

"Jim, lain kali jangan masuk ke kamarku lagi ya."

"Kenapa memangnya?" Jimmy kembali berbaring dan memeluk pinggang Bella dengan erat. Seolah tanpa dosa. Tapi apa kalian tau? yang dia peluk sekarang mulai merasakan gelanyar aneh yang mulai menjalar dan mempengaruhi pola pikirnya.

"Jim, kota ini sudah besar! tidak boleh berada dalam satu kamar begini. Kita bukan saudara."

"Tapi kau sahabat baikku." Jawab Jimmy dengan kepala yang masih terbenam di samping pinggang Bella.

"Tapi aku wanita, tidak seharusnya kita begini."

"Begini bagaimana? Aku tidak melakukan apapun terhadapmu. Aku hanya memeluk dan menciummu itu saja. Dan kau tak pernah marah selama ini. Tapi sekarang kenapa? Oh, apa kau punya pacar?" Jimmy terbangun dan mendelik menunggu jawaban dari Bella.

Bella menggaruk kepalanya yang tak gatal. " Pacar kepalamu!! siapa yang mau dengan gadis gendut seperti aku ini?"

Jimmy tersenyum lalu mencium kening Bella. " Aku... aku mau..."Ujarnya menggantung tapi Bella sudah berbunga bunga meski ucapan Jimmy belum selesai. "Aku mau jadi sahabatmu sedari kecil, tak perduli bagaimana bentuk tubuhmu."

Bella mendengus kesal dan layu seketika. Reflek dia memukul wajah Jimmy dengan bantal. Jimmy hanya tertawa dan menangkisnya dengan tangan.

"Ayah Bunda belum pulang?" Tanya Jimmy menghentikan aksi Bella yang memukulnya.

"Belum! makanya aku mau cepat bangun dan masak buat sarapan." Ketus Bella yang kesal bukan main Jimmy sering kali mengombang-ambingkan perasaannya seperti tadi.

"Oh, masak yang banyak! aku mau numpang sarapan!!" Seru Jimmy berbicara dan kembali tidur.

Ayolah, jika dibilang tidak sehat, maka hubungan mereka benar-benar tidak sehat. Meski bersahabat baik, bukankah hal yang teramat tabu bila sepasang siswa siswi SMA kelas 12 semester akhir tidur dalam satu ranjang?

Meski Bella menolak, meski Bella menghindar, nyatanya Jimmy akan selalu berusaha untuk mendekatinya. Mereka tidak bisa berjauhan. Saling mencari bila sehari saja tak bertemu.

Sudah seperti pasangan suami istri dimana istri sedang memasak dan suaminya asik molor.

Tok..!

Tok...!

Tok....!

Suara ketukan pintu yang berseling dengan suara bel pintu.

"Siapa pagi-pagi bertamu?" Gumam Bella sembari berjalan santai dan malas lalu membukanya. Sejenak matanya terbelalak kala melihat Bunda Suci, ibu dari Jimmy berdiri di depan pintu membawakan semangkuk lauk untuknya.

"Bunda?" Sapa Bella.

"Sayang, Bell. Ini Bunda bawakan lauk untukmu sarapan. Kamu sudah masak nasi kan?" Tanya Bunda Suci dengan ramahnya dan kemudian masuk dengan begitu saja dan memeriksa masakan Bella.

Memang kedua orang tua Bella telah menitipkan Bella pada kedua orang tua Jimmy. Mereka mempercayakan Bella padanya. Hanya saja Bella menolak bila harus menginap dirumah Jimmy. Bella tidak mau, bila menginap disana maka akan terbongkar kebiasaan buruk Jimmy yang suka bermalam di kamarnya. Tak perduli di lantai atau sofa, yang penting Jimmy berada di dekat Bella.

"Sudah hampir matang." Komentar Bunda Suci yang melihat penanak nasi dengan timer yang berkedip.

"Iya Bunda. Makasih ya Bun buat lauknya." Kata Bella dengan mencuci mangkuk milik bunda suci.

Jantung Bella seperti sedang lari estafet sekarang. Dia sungguh takut bila saja Jimmy akan keluar dari kamar dengan tiba-tiba. Wah, bisa hancur dunia persahabatan, pertetanggaan, dan hubungan kerja.

"Ya sudah sana bersiap, biar bunda yang bereskan."

"Bunda ini sudah selesai, bunda bisa pulang saja dan membangunkan Jimmy. Pasti Jimmy belum bangunkan?" Dinda mengalihkan perhatian bunda Winda dengan mendorongnya perlahan berjalan mendekati pintu keluar dan kemudian memberi kode pada seseorang untuk bersembunyi.

Jimmy yang berada di lantai atas segera berlari terbirit-birit menuju ke kamarnya melalui balkon.

Di kamar Jimmy.

" Ah.... ah... hah.... sial! Hampir saja ketahuan!" Umpatnya yang kemudian menenggak air putih banyak-banyak.

Jimmy kemudian mengacak-acak seprei agar terlihat seperti bekas terpakai. Dia kemudian masuk kedalam kamar mandi untuk melakukan ritual paginya.

Tak lama.

"Jim!!" Seru bunda suci memanggilnya.

" Ya Bun!!" Sahut Jimmy setengah mengejan.

"Cepat mandi dan sini kita sarapan!!"

"Iya Bun, masih e... ek!!"

"Oh, anak itu. Berantakan sekali tidurnya." Bunda Suci kemudian merapikan kamar Jimmy.

...🐥🐥🐥...

"Bell!!" Teriak Jimmy di depan pagar rumah Bella.

" Iya!" Sahut Bella malas.

Bella berjalan mendekat dan memukul kepala Jimmy.

PLAK!!

"Lihat kan kelakuanmu? Hampir saja ketahuan!! Sudah besok lagi jangan kau ke kamarku."

"Oh, tidak bisa sayang. Baby, kamarmu adalah kamarku juga. Aku harus adil. Kau masih ingat kan bagaimana dulu kau sering mengompol di ranjangku? dan Bunda yang harus mencucinya saat kau dititipkan di rumahku?"

"Lalu?" Bella mendelik dengan tangan yang bersendekap.

"Ya, aku juga sekarang ingin tidur di ranjangmu biar adil.!"

"Ah, tidak-tidak!!" Bella menggerakkan tangannya cepat-cepat.

"Aku rasa semuanya sudah impas, dulu kan kau juga selalu dibelikan mainan sebagai ucapan terimakasih dari bundaku."

"Hei, itu hanya mainan. Dan kau tau? bau Pesing di ranjangku tak akan pernah hilang. Dan itu semua karena ulahmu!" Jimmy mengungkit masa lalu dengan sempurna.

"Oh, jadi gara-gara ranjang? ya sudah aku belikan yang baru." Ketus Bella.

" Memang kau punya uang?" Tanya Jimmy penasaran.

" Aku akan minta Ayah."

"Cih!! tidak usah!" Jimmy kemudian mulai menghidupkan motornya.

"Cepat naik! aku tidak mau terlambat."

Di sebuah jendela.

"Lihat Ayah, mereka selalu saja seperti itu." Kata Bunda Suci yang terlihat gemas dengan tingkah keduanya.

"Iya, semoga persahabatan mereka langgeng seperti persahabatan ku dulu dengan ria." Kata Ayah Dandi.

" Bunda tidak yakin Yah. Dulu kalian bisa awet sebab ria adalah wanita tomboy. Dan lihat anaknya yang begitu gemulai. Aku rasa salah satu dari mereka ada yang jatuh cinta."

"Bagus dong! kita bisa menjodohkan mereka nantinya." Jawab ayah Dandi.

2. Bad Habit.

Ramai riuh para siswa berdesakan melihat hasil ujian mereka yang terpampang di papan pengumuman sekolah. Tak pernah berpindah dan selalu berada di posisi yang paling teratas. Bella gadis gendut yang pintar selalu bertahan pada peringkat pertama.

"Selalu Bella. Mau siapa lagi memangnya?" Gumam sanita yang berjalan sembari memakan jajanan kantin.

"Aku curiga, jangan-jangan setiap malam otaknya selalu diisi oleh data dari mbah google." Sahut ayu yang terdengar tidak masuk akal.

"Hahahaha!! kalian ini, seharusnya bersyukur. Karena dia mendapat peringkat pertama terus, kita juga jadi ada bahan contekan kan?" Ujar mini yang terdengar realistis.

Dan Bella? Bella hanya mengulum senyumnya sembari berjalan beriringan dengan teman-temannya.

"Si Jimmy, bagaimana nasibnya dia? Masih peringkat terakhir kan tadi?" Sanita menanyai Bella yang sedari tadi hanya diam.

"Masih."Bella mengangguk. "Dia itu semua karena memang dia tidak berminat untuk mengambil jurusan ini. Jurusan ini adalah obsesi dari Ayahnya. Aku terkadang kasihan dengan anak nakal itu." Kata Bella dengan nada suaranya yang datar.

"Kasihan atau suka??" Mini mentoel pipi Bella.

"Ah~~~Min, jangan seperti itu. Nanti kalau dia dengar akan salah paham." Bella clingukan dan melihat kesekitar teras sekolah. Dia takut kalau-kalau tiba-tiba Jimmy muncul.

"Biarkan juga kalau dia dengar, kau sudah menyukainya dari lama kan?" Kata Ayu.

"Iya, aku heran. Selain nakal, ternyata Jimmy juga bebal. Mengapa dia tidak tau kalau kau menyukainya? Padahal itu semua terlihat jelas dari matamu." Celetuk Sanita.

Bella mendelik. " Apa?" Dia menghentikan langkahnya. "Apa sangat terlihat?" Bella melongo terkejut mendengar penuturan Sanita.

"Bell! Ayok!!" Teriak Jimmy dari parkir motor. Jimmy sudah siap berada di atas motor dan memegang satu helm berwarna kuning untuk Bella.

"Tuh, lihat. Sudah sangat pacarable banget kan?" Ayu kembali meledek Bella yang tersipu.

"Ih, apaan sih? Aku duluan ya!!" Bella berlari kecil dan melambaikan tangannya sebelum pergi.

"Bella yang malang. Sepertinya Jimmy hanya memanfaatkan kepintaran dan kebaikan hati Bella saja." Kata Sanita.

"Em... benar! aku juga berpikiran sama." Kata mini.

"Iya, terlihat sekali dari wajahnya yang picik. Tapi mau bagaimana, Bella sudah dekat dengannya sedari bayi." Ayu menimpali. Mereka bergunjing tepat setelah Bella pergi.

Di atas motor Jimmy.

"Bell, aku traktir makan mau?" Kata Jimmy yang fokus mengemudi.

"Ya mau lah, kalau di traktir." Jawaban polos Bella terdengar klasik.

"Ah, tapi uangku hanya cukup untuk membeli Boba."

"Emm, tidak usah kalau begitu. Aku sedang mengurangi mengkonsumsi gula Jim."

"Hah? apa yakin bisa?" Jimmy setengah berteriak karena suara Bella lenyap tersapu angin.

"Iya bisa!!" Jawab Bella dengan berteriak sebab angin bertambah di kencang dan langit menggelap dengan tiba-tiba.

Bruzz....!!

Hujan turun dengan derasnya tapi Jimmy tidak menghentikan laju motornya. Dia tetap melesat meski dengan jarak pandang yang amat sangat terbatas dan sebenarnya sangat membahayakan.

"Jim, berhenti saja. Kita berteduh dulu."

"Tidak, sudah terlanjur basah Bell, Kita langsung pulang saja."

Bukan karena hobi terguyur hujan, tapi Jimmy takut berteduh dalam keadaan basah dan berdiam di bawah pohon bukan pilihan yang tepat saat hujan lebat. Rawan roboh atau bahkan tersambar petir itu yang Jimmy takutkan.

Jimmy tancap gas dan membuat Bella mengeratkan pelukannya hingga buah dada Bella menempel di punggung Jimmy. Ada gelanyar yang menyerang dan membuat sesuatu menggembung dibawah sana. Tapi bukan Jimmy namanya kalau dia tidak bisa menghandle hal sepele macam itu.

"Bunda sudah pulang?" Tanya Jimmy saat sampai di depan rumah Bella dan melihat semua lampu rumah Bella masih dalam keadaan padam.

"Belum!" Seru Bella menjawab.

Kepulangan Ayah dan Bunda di undur karena ada beberapa urusan yang belum selesai.

Menggigil kedinginan Jimmy lantas masuk kedalam kamar mandi untuk menyelesaikan sesuatu yang menggebu di dalam dirinya. Gejolak ingin mengungkung suatu tubuh yang padat dan kenyal, "Ah tidak bisa, Bella itu sahabatmu Jim! Damn!! kenapa aku mudah terang***g dengan sentuhannya akhir-akhir ini!" Gumam Jimmy bermonolog.

Sementara di kamar Bella.

Bella telah selesai mandi dan sedang bercengkrama dengan Ayah dan Bundanya melalui sambungan telepon.

'Sayang, kamu tadi hujan-hujanan?' Tanya Bunda yang melihat rambut basah dan juga Bella yang bersin-bersin.

'Hachu...!' Bella mengusap ingusnya. 'Iya Bunda. Biasa Jimmy dia kan paling hobi sama hujan.'

'Huh, dasar anak itu tidak pernah tumbuh besar. Selalu hujan-hujanan.' Bunda ria menggeleng dan tertawa kecil.

'Hati-hati dirumah ya Sayang. Lusa Bunda baru pulang. Persediaan makanan di kulkas masih cukup kan?'

'Iya Bun, masih banyak. Bunda suci juga selalu memberiku lauk. Mungkin dia takut aku kurus.'

'Sayang, Sudah jangan bahas soal berat badan lagi Oke. Yang terpenting adalah kamu bahagia dan sehat. Bunda mendukung upayamu untuk menurunkan berat badan tapi jangan terlalu kau pikirkan ya. Jangan sampai itu menjadi beban dan membuatmu tertekan. Kau masih berolahraga rutin kan selama Ayah dan Bunda pergi?'

'Iya Bun.' Bella tersenyum.

Setelah dirasa cukup, Panggilan akhirnya terputus.

Rupanya sedari tadi, Jimmy sudah berdiri di depan jendela Bella dengan melipat tangannya ke dada dan menatap Bella intens.

"Tembem! buka jendelanya!" Jimmy memanggil Bella yang belum menyadari keberadaannya.

"Aish...! Orang gila itu lagi. Kenapa aku selalu menurut dengan orang gila itu?" Bella menggerutu sambil berjalan dan membuka jendela kamarnya.

"Lama sekali!" Protes Jimmy yang kemudian masuk dengan gayanya yang songong.

"Sabar!! Kalau kau tak sabar pulang saja sana!!" Bella balas mengancam yang tentunya hanya candaan.

"Nyonya besar, sayangku, my baby panda bukain dong." Jimmy merayu dan menunjukkan sesuatu Yanga dari tadi disembunyikan di dalam saku Hoodie miliknya.

Runtuh sudah aksi jual mahal Bella bila berhadapan dengan si coklat yang manis kesukaannya. "Jim, mari masuk tuan muda." Kata Bella yang menyambut dengan wajah yang manis.

"Nah begitu dong." Kata Jimmy sembari mencubit gemas pipi tembem Bella.

Yah seperti itulah dan mereka kemudian tertawa bersama.

"Bell," Jimmy memanggil Bella yang sudah asik mengonsumsi makanan dengan kadar gula yang lumayan tinggi itu.

"Hemm" Acuh Bella menanggapi. Konsentrasinya masih tertuju Pada si coklat.

"Kerokin." Kata Jimmy yang sudah bertelanjang dada dan tengkurap begitu saja di samping Bella yang duduk dilantai dan melahap coklat.

Mata Bella membulat dan dia tersedak. Siapa sih yang tidak terkejut jika tiba-tiba orang yang ditaksir ada disampingnya lalu membuka baju. Wah, pikiran wanita mana yang tak traveling ketika berhadapan dengan situasi yang menyenangkan seperti ini?

"Uhuk...!Uhuk...!" Bella terbatuk dan Jimmy langsung mengusap perlahan punggung sahabatnya. Kalian tau yang diusap? Bella terbengong-bengong.

"Pelan-pelan makanya."

"Ka.... kau masuk angin?" Bella mengalihkan suasana agar tak begitu terasa canggung.

"Bukan, Masuk hotel!!" Ketus Jimmy yang kemudian kembali tengkurap.

Wajah Jimmy terlihat lesu. Dan Bella paham akan hal itu.

"Ada apa? dimarahin lagi sama Ayah?" Tanya Bella dengan tangan yang sudah mulai menggerakkan koin kesana-kemari.

"Iya, selalu dan di bandingkan lagi denganmu. hemh...!" Jimmy mendengus kesal.

"Sabar tuan muda. Mungkin Tuan Dandi hanya khilaf." Cetus bela mencairkan suasana yang mulai terasa dingin.

"Bell, Nanti Setelah lulus mau kemana?" Basa-basi Jimmy mengalihkan topik utama.

"Kemana nanti terserah Ayah Jim."

"Iya, kau enak pasti diterima bahkan sebelum mendaftar pasti beasiswa sudah mengantri kan?"

" Kau tau?"

"Iya, Ayahku juga turut menjadi donatur beasiswa disalah satu kampus yang terkenal. Kau nanti juga tau, makanya dari tadi hanya namamu saja yang di pakai sebagai perbandingan dengan kebodohanku ini."

"Sabar Jim. Tidak apa-apa bodoh, Asalkan kaya. Hehehehe!" Cetus Bella sembari memijit leher Jimmy.

"Iya kau benar, buat apa aku bersusah payah. Tinggal duduk menikmati harta keluarga saja kan?" Ujar Jimmy.

"Lagi!" Titahnya saat tangan Bella berhenti memijitnya.

"Bayar berapa minta lagi?" Bella bercanda.

"Aku ada uang," Jimmy merogoh kantung celananya dan menarik uang 200 ribu. "Ini, malam ini tidur bersamaku." Katanya sombong.

"Hahaha! udah seperti sedang open bo Saja aku." Bella menertawai dirinya sendiri.

"Dari bayi, kau sudah open bo denganku bell." Celetuk Jimmy yang memang benar itu faktanya.

Dari bayi mereka sudah seperti saudara kembar yang makan tidur bersama. Bunda Suci yang kaya raya, punya banyak pembantu dengan waktu luangnya bisa sangat mudah mengurus dia bayi sekaligus.

Tapi bunda ria yang hanya sebagai sekretaris di sebuah perusahaan kecil harus pontang-panting sampai lupa waktu dan keteteran dalam mengurus anak. Itulah mengapa Bella sering dititipkan pada keluarga Jimmy.

Di rumah Jimmy.

"Ayah, jangan terlalu keras sama anak. Lihat anak-anak mu semakin jauh darimu. Lihat Rama, dia memilih untuk menempuh pendidikan militer secara mandiri tanpa bantuanmu dan sekarang Jimmy. Apa kau ingin Jimmy juga meninggalkan kita?" Bunda Suci mencoba meluluhkan hati suaminya.

"Darling, kau tau kenapa aku bersikap seperti itu pada Jimmy? Dia itu tidak berusaha sama sekali dalam belajar, nilainya sellau anjlok! Aku malu Bun, malu!!" Ayah Dandi berkabut emosi.

"Ya, tapi apa salahnya mempercayai anak? membiarkan dia memilih apa yang akan menjadi tujuan hidupnya. jadikan dia temanmu bukan musuhmu!"

"Darling! Aku selalu memberikan apa yang mereka mau. Tapi untuk yang satu ini, harus menurut padaku. Jika tidak Jimmy, lantas siapa yang akan melanjutkan bisnis kita? Rama?"

"Rama itu pembangkang yang ulung, itu semua karena kau yang teramat memanjakan anak itu."

"Ayah!!" Bunda suci memekik lalui memeluk suaminya dari belakang.

"Aku bukan memanjakannya, tapi aku mempercayai keputusan dan jalan hidupnya. Aku ingin dia bisa mempertanggungjawabkan apa yang dia pilih."

"Terserah!!" Kata Ayah Dandi yang kemudian melepaskan pelukan hangat istrinya.

Di kamar Bella.

Kedua sahabat itu masih saja saling membandingkan keberuntungan satu sama lain. Mereka merasa hidup mereka tidak lebih beruntung dibandingkan dengan hidup orang lain.

" Bell." Jimmy bersandar pada Bella yang masih asik menonton drama.

" Hem" Sahutnya.

"Pesen apa gitu." Jimmy mengambil kripik singkong yang tengah dipangku oleh Bella.

"Apa? ini habiskan masih banyak makanan juga."

"Apalah gitu yang berkuah dan panas."

"Sana kemerapi, kau makan itu lava pijar." Bella acuh.

"Ih, dasar! gendut." Kesal Jimmy.

"Gendut?" Sepenggal kata yang sangat sensitif di telinga Bella. Bella langsung mendelik.

"Walaupun gendot, pipimu bulad, tapi kau tetap ku sayang." Cicit Jimmy menirukan lagu jenaka sambil memeluk Bella dari belakang.

"Terus saja kau bernyanyi kalau ingin melihat aksi sumo sekarang." Bella mengancam tanpa senyuman.

"Nyonya besar, sayangku, my baby panda. Jangan marah." Rayunya.

Malam semakin larut dan akhirnya kedua sahabat itu tertidur bersama di depan TV yang menyala sampai pagi. Ibarat kata, cinta hadir karena terbiasa itulah yang membuat benih cinta tumbuh di hati Bella. Tapi bagaimana dengan Jimmy??

Tidur bersama, mempunyai hubungan lebih dari sekedar teman dan kurang dari pacaran bukankah itu merupakan bad habit?

Tapi mereka suka, dan saling tergantung satu sama lain tanpa ada kejelasan.

3. This is not a good day.

...OTL....

Menyulitkan bukan?

Pacar bukan, tapi manjanya minta ampun.

Saudara bukan, tapi suka mengatur. Anak bukan tapi suka nempel. Huft...! itulah Jimmy saat ini yang tengah merundung Bella dengan besarnya pengharapan.

Kicau burung bersahutan, mematuk, mengais makanan di sela-sela dedaunan yang jatuh menguning. Jimmy yang tertidur pulas mendapatkan semprotan air dari Bella.

"Bangun Jim!!" Seru Bella yang sudah bangun dari petang dan sedang beberes rumah.

"Emh..." Jimmy mengerang dan menggeliat lalu membuka sebelah matanya. "Jam berapa ini?" Tanyanya dengan suara serak khas bangun tidur.

" Jam 9." Jawab Bella dengan suara datar dan terus membersihkan lemari TV.

Rumah sudah seperti kapal pecah jika ada Jimmy menginap. Laki-laki bertubuh ideal itu suka sekali melahap cemilan dan membuang sampahnya sembarangan.

" Apa?" Jimmy melompat seketika. " Kenapa tidak bangunkan aku?" Tanyanya dengan mata yang membulat dan suara yang naik dua oktaf.

Oh Astaga, Bella sampai terlonjak kaget dan memegangi dadanya. Sahabatnya itu lari pulang terbirit-birit mengabaikan Bella yang kebingungan.

"Gila." Bella menggerutu dan mencibirkan mulutnya, merasa masa bodoh dengan tingkah Jimmy.

Selesai dengan membersihkan rumah, Bella yang notabene adalah gadis yang gemar membaca buku, dia memilih mengisi hari liburnya dengan menyibukkan diri membaca beberapa buku di perpustakaan yang berada tak jauh dari perumahannya.

Tak sengaja saat dia hendak keluar dari rumah juga matanya melihat Jimmy yang tergesa-gesa pergi dengan sepeda motor kesayangannya.

"Mau kemana dia?" Gumam Bella penasaran.

Berbekal rasa ingin tau yang tinggi, layaknya Dora the Explorer atau mirip dengan curious of Jorge, Bella kemudian menyalakan motor matic miliknya dan membuntuti Jimmy.

Iseng-iseng berhadiah, Bella justru mendapatkan pemandangan yang tak pernah bisa dia lupakan seumur hidupnya.

Jimmy, berhenti tepat di depan rumah Sonia. Gadis tercantik si kembang sekolah. Banyak lelaki yang memperebutkannya. Berlomba-lomba untuk menjadi pacarnya.

Ayolah hanya bujang dungu yang tak mau dengan Sonia. Jimmy? ini kali pertamanya sejak dia masuk SMA mendekati seorang wanita. Bella yang masih penasaran terus saja mengamati. Bella mengekor dengan setia di belakang sepeda motor Jimmy.

Sampai mereka menuju ke sebuah perpustakaan yang juga tak asing bagi Bella.

"Oh, rupanya untuk mencari buku." Gumam Bella. Dia masih berpikir positif. Mungkin saja keduanya sedang ada tugas atau kegiatan bersama.

Tapi, terlihat juga keduanya begitu dekat dan saling bergandengan tangan. Melempar senyum satu sama lain terlihat manis sekali.

Bella masih menjalankan aksinya, semua masih mulus dan baik-baik saja. Sampai....

Bella terbelalak saat matanya mengamati lamat-lamat dari seberang rak buku, melihat bibir keduanya saling memagut.

"Astaga...!" Bella membekap mulutnya menahan umpatan yang akan terlontar.

Bella, kilasan lalunya kembali dimana baru semalam Jimmy berkata dengannya bahwa dia tidak ada minat untuk berpacaran.

Lalu ini apa jim?

Apa ini yang kau maksud, lebih dari teman kurang dari pacar? Tidak bisa dipahami bagaimana cara berpikirmu Jim.

Sedih, sesak, dan kecewa. Bercampur menjadi satu dan membuat sesuatu yang cair lagi bening menetes membasahi pipinya. Bella menangis untuk alasan yang tak jelas.

Bella pergi membawa seluruh rasa kecewanya. Dia menangis tanpa suara di tepi taman komplek perumahan.

"Mengapa aku harus sedih?" Ujarnya bermonolog dengan tangannya buang melempari sungat yang tak bersalah dengan batu kerikil.

"Harusnya aku bahagia bukan? melihat sahabatku yang menyebalkan itu akhirnya memiliki mainan baru?"

Bella tertawa miris menertawai dirinya sendiri. Menertawai cinta sepihaknya.

"Dari dulu, dari dulu aku mencintaimu Jim! dari dulu aku menyukaimu dan kau selalu menolakku, mengatakan persahabatan kita lebih utama dari sekedar cinta." Bella berbicara dengan kekesalan sampai-sampai suaranya bergetar menahan tangisannya.

Bella melihat pantulan dirinya di air yang bergelombang lalu dia tertawa. Dia tau sekarang apa penyebab Jimmy selalu menolaknya.

"Aku tau sekarang, ternyata kau munafik!! kau bilang fisik tidak penting, yang penting nyaman. Kurang nyaman apa kau denganku? bahkan hampir setiap malam kau tidur bersamaku. Tapi apa?" Lirihnya berbicara sembari menakan nyeri di hati.

Untuk menghibur dirinya sendiri, Bella yang berkubang lara memutuskan untuk memborong makanan ringan. Bella memiliki kecenderungan doyan makan saat sedih atau yang biasa disebut dengan istilah Emotional eating.

Rumah masih sepi, Ayah dan Bundanya belum juga pulang. Masih sehari lagi dia harus sendiri. Bella memiliki kesempatan untuk menghibur dirinya sendiri malam ini.

Dia yang tak takut gelap, akhirnya menghabiskan malamnya dengan berada di rumah sendirian dan menghabiskan banyak makanan tanpa terkontrol. Lupa akan visi dan misinya untuk menurunkan berat badan Bella tak ambil pusing dan menyantap segala apa yang ada.

Sengaja Bella mematikan lampu rumahnya karena malas bila saja Jimmy akan menghubunginya. Ponsel? ponselnya juga di pasang mode malam, tak ada yang bisa mengganggunya malam ini.

Telinganya sudah tersumpal dengan earphone. Fokus melihat dan mendengar suara pemain drama favoritnya. Tak menggubris suara ketukan di jendela kamarnya Bella tetap menatap layar ponselnya.

"Ah, kemana dia? kenapa tidak bisa di hubungi? lampu kamarnya dan juga dalam mati semua." Jimmy menggumam dan terus melempari kaca jendela Bella dengan batu-batu kecil dari pot bunga.

Lagi dan lagi Jimmy terus menghubungi nomor Bella. Namun nihil tak membuahkan hasil.

Lelah mencoba, akhirnya Jimmy menyerah dan harus merelakan malam ini tidur tanpa sahabatnya.

...Pagi harinya,...

Jimmy menunggu Bella keluar dari rumahnya sampai hampir 30 menit. Berkali-kali Jimmy berseru memanggilnya tapi tak ada sahutan.

"Bella! bell! Bella! Auok!!" Serunya berharap Bella akan menjawabnya.

" Jim! jangan berisik!!" Seru Bunda suci meneriaki anaknya sendiri.

"Bella sudah berangkat tadi sama Ayahmu! Kamu tidak tau? kenapa kalian bertengkar?" Cecar Bunda suci curiga.

"Tidak Bun, semuanya baik-baik saja." Jimmy tak tau dimana letak kesalahannya.

Hampa tak membawa hasil nyata, Jimmy berangkat sendirian. Sesampainya di kelas, tentu saja yang dia cari adalah Bella seorang, tidak yang lain.

" Bella!" Jimmy melempar tas ranselnya dan ditangkap oleh Bella yang sedang membaca tapi matanya waspada.

Tak menjawab dan Bella lalu menaruh tas Jimmy ditempat duduknya dengan perlahan. tanpa kemarahan. Padahal biasanya kalau Jimmy seperti itu maka Bella akan segera melemparkan tas Jimmy ke tengah lapangan.

"Semalam kemana?" Tanya Jimmy yang kemudian duduk di meja Bella tanpa ada rasa sopan.

"Dirumah" jawab Bella santai.

"Kenapa tidak membukakan pintu?" Tanya Jimmy.

"Pintu? sejak kapan kau masuk ke kamarku melalui pintu?" Lirih Bella menjawab tanpa melihat Jimmy dan hanya fokus membaca buku meski konsentrasinya terbagi.

Jimmy melihat gelagat yang aneh dalam diri Bella. membuatnya membisikkan sesuatu di telinga Bella. " Apa kau marah? apa salahku? katakanlah."

Bella menatapnya tajam lalu menggeleng.

"Tak ada yang salah, dan tak ada yang marah. Menyingkirkan, banyak yang harus ku kerjakan."

Saat berbisik, ada sepasang mata yang menatap penuh kebencian. Seorang wanita berperawakan sempurna menahan afeksi dan meremas daun yang ada di hadapannya. Dia tak suka miliknya bersentuhan dengan yang lain.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!