NovelToon NovelToon

Legendary Idol In Love

Part 1 [Dia Kembali]

"Whipped creamnya yang banyak, ya!"

Pria jangkung berwajah Asia tersenyum ramah kepada Alice. Dia seorang barista di Cafe Summer, cafe langganan Alice yang terletak di lantai paling bawah gedung agensi yang kini tentu menjadi tempat nongkrong favoritnya. Jenis minuman yang tersedia memang sederhana, tetapi rasanya tidak sesederhana itu.

Menjadi salah satu artis di bawah nama agensi terkenal bukan hal yang mudah bagi Alice. Apa lagi jika ia bepergian sendiri tanpa ada pengawal atau tanpa diketahui orang-orang. Jadi menurutnya salah satu tempat yang nyaman untuknya beristirahat sebentar adalah di cafe ini. Tanpa perlu merasa dikuntit.

Selama menjadi artis tentu saja ia sering mengalami hal demikian. Diikuti kemana pun pergi, dikuntit oleh orang aneh yang membuatnya ketakutan setengah mati, ada yang salah mengenalinya sebagai orang lain dan ada pula yang sangat menbencinya sampai ingin mencelakai.

Astaga. Kalau diingat-ingat membuatnya merinding saja. Saat pertama kali terjun ke dunia entertainment, ia benar-benar takut mengalami hal itu. Untuk pertama kalinya untung saja kejadiannya terjadi tidak jauh dari lokasi apartemennya.

Ia hanya pulang pukul sebelas malam. Saat itu belum sepi karena suasana natal. Tapi diantara keramaian seperti itu justru bisa juga menimbulkan kekacauan. Beberapa orang datang menolongnya. Tidak ada yang terlalu mengenali karena ia menggunakan topi dan baju turtle neck yang diangkat sampai menutupi bawah hidung.

Tidak hanya ia yang pernah mengalami hal demikian. Beberapa teman kerjanya juga mengalami hal yang sama bahkan lebih mengerikan. Ada yang dengan sengaja menabrak tubuh mereka sampai tersungkur. Ada juga yang pura-pura tidak waras sampai membawa benda tajam.

Tidak, tidak. Ia tidak ingin membayangkan dirinya lah yang mengalami hal tersebut. Jelas saja ia akan menjerit sekuat tenaga, tubuh gemetar hebat plus memucat. Ia pernah mengalaminya sekali. Dan bersumpah tidak ingin mengalaminya lagi.

Tapi ada satu yang ia takuti. Orang-orang dulu yang mencoba untuk menyakitinya, apakah mereka masih mengejar? Atau sudah melupakan kejadian itu dan beralih ke mangsa yang lain? Lebih baik ia tidak bertemu salah satu di antar mereka lagi.

"Pekerjaanmu selesai lebih cepat?"

Alice menerima minuman yang disodorkan padanya dengan senyum cerah kemudian mengeluarkan dompet tetapi gerakannya terhenti ketika pria yang sudah ia kenal beberapa tahun belakangan ini berujar, "Anggap saja sebagai bonus karena kau pelanggan tetap kami."

Ia membalas senyum pria itu, mengibaskan rambutnya sedikit sebelum menanggapi. "Terima kasih, kau benar-benar baik. Oh, ya, sedikit lebih cepat dari biasanya. Managerku mau mengadakan acara makan malam bersama hari ini. Tapi kau tau, aku sudah hapal sifatnya itu. Besoknya pasti aku harus bekerja lebih keras," ucap Alice dengan nada bergurau, membuat mata hitam nyaris kecoklatannya berbinar cantik dan senyum yang menular.

"Semoga harimu menyenangkan, Alice."

Setelah melambai kepada si barista, Alice kembali melangkah, menuju lift yang tidak jauh di depannya.

Benar, ia kini seorang artis meskipun menjadi artis bukan cita-citanya. Ia hanya gadis biasa, yang kebetulan dikaruniai wajah di atas rata-rata, dan kata menyerah tidak ada dalam kamus hidupnya. Direkrut oleh agensi terkenal secara tiba-tiba ketika ia sedang menempuh pendidikan di luar negeri adalah hal yang paling tidak pernah ia bayangkan.

Saat itu ia baru saja menyelesaikan pendidikannya berlatar belakang jurusan teater, dan sama sekali tidak tahu hidupnya ke depan akan seperti apa, karena ia belum punya rencana yang matang. Tetapi setelah ia berpikir dan menyetujui untuk mengukir jalan hidupnya menjadi artis, ia sama sekali tidak menyesal. Setidaknya sampai saat ini ia tidak menyesal.

"Marc Hyun Jo! Kau sudah kembali?"

Alice menunduk, ikut mengantri bersama orang-orang yang ingin masuk lift, menatap sepatu dengan tapak setinggi dua belas sentimeter dengan tatapan kosong. Hari ini lelah sekali. Setelah pemotretan tiada henti sejak pagi, baru lah sekarang ia bisa sedikit merenggangkan otot-otot tubuhnya, tetapi tetap saja ia butuh penambahan jam istirahat.

"Kapan kau kembali ke Seoul?"

"Entahlah, mungkin tiga hari yang lalu?"

"Kau memang akan bekerja kembali, bukan? Para fans merindukanmu, tentu saja kami juga."

Ia tidak bermaksud menguping, tentu saja. Percakapan itu tepat berasal dari balik punggungnya yang membuat dahi Alice sedikit berkerut. Siapa Marc Hyun Jo? Ia yang ketinggalan info atau memang Marc Hyun Jo tidak seterkenal itu?

"Manager Kim mengadakan acara makan malam hari ini. Bergabunglah. Aku yakin dia pasti juga merindukanmu."

Nah, apa maksudnya itu?

•••••

"Hei, coba dengar."

Alice menoleh sebentar, mendapati Lee Yu Ra dengan ekspresi dan senyum misterius terukir di wajahnya. Matanya yang bulat dan besar seolah menyiratkan kepada Alice bahwa ini berita penting.

Gerakan Alice memoles lipstik terhenti. "Ada apa?"

"Kau tahu," ucapnya dengan menggebu. "Si legendaris telah kembali. Ini mengejutkan!"

Tidak memedulikan respon Alice, gadis berambut hitam sebahu itu tetap melanjutkan celotehannya. "Kupikir dia sudah mengundurkan diri menjadi artis. Masalahnya sekarang ada dua pilihan disini," Yu Ra menatap kedua mata Alice dengan serius lalu melanjutkan, "Kau tersingkir atau kau menjadi lawan mainnya."

"Apa?" tanya Alice sama sekali tidak mengerti.

Apa-apaan itu? Apa sangkut-pautnya dengan si 'legendaris' tersebut? Justru kalau si legendaris telah kembali, bukankah agensi ini menjadi semakin terkenal? Menjadi semakin bagus reputasinya? Kenapa justru menimbulkan efek dirinyalah yang akan tersingkir?

"Tapi sepertinya... tidak mungkin. Kau juga disebut legendaris belakangan ini, kubaca dari komentar orang-orang."

Alice memutar bola matanya, menatap Yu Ra yang bekerja sebagai penata riasnya lalu berucap, "Aku tidak tahu kalau kau berpikir sejauh itu. Omong-omong siapa si legendaris yang kau maksud?"

Selanjutnya Yu Ra membelalakkan mata, mengangkat alisnya tinggi-tinggi seolah Alice baru saja menanyakan hal paling bodoh sedunia. "Kau-Oh, astaga Alice! Jangan sampai Direktur mendengar ini."

Ia mengerjap, memberengut sebal. "Tidak ada yang pernah menyebut-nyebut dia sebelumnya. Lagi pula kau tahu, sebelum kembali ke kota ini, aku menempuh hidup di negeri orang terlebih dahulu."

"Oh, ya, baiklah," ucap Yu Ra mengalah. "Dia adalah pria luar biasa. Aku yakin kau akan menyukainya," seru gadis itu senang.

Sebelum Alice sempat menanggapi ucapannya, tiba-tiba pintu ruang rias terbuka, menampilkan Mister Kim dengan setelan kemejanya seperti biasa namun wajahnya seratus kali lipat lebih cerah siang ini.

Di sampingnya berdiri seorang pria, dengan rambut berpotongan rapi yang sepertinya baru saja dipotong, berwarna gelap sedikit kecoklatan dengan wajah tersenyum ramah dan... Oh My God! dia kan si pria pembawa sial itu!

Part 2 [Idola Legendaris]

Mereka sedang makan malam bersama di salah satu restoran dekat gedung agensi. Alice tidak begitu yakin berapa meja yang dipesan, yang pasti ia dan Yu Ra duduk di meja paling pinggir.

"Sudah kukatakan padamu, kau pasti menyukainya."

Alice tidak ingat sudah mendengar ucapan itu berapa kali hari ini. Lee Yu Ra terus saja berbisik kepadanya tanpa henti agar staff yang lain tidak mendengar pembicaraan mereka.

"Kau tahu, Marc Hyun Jo sudah memenangkan award belasan kali di usianya yang masih muda."

Alice meletakkan sumpitnya. Acara makan malam kali ini memang berlangsung meriah. Sang manager tampaknya sangat senang dan terus berceloteh tentang kegiatan mereka belakangan ini yang mungkin tidak diketahui Marc. Sedangkan Marc sendiri sesekali menanggapi dengan senyuman, tertawa ramah, melontarkan pertanyaan dan menjawab sekenanya apabila ditanya balik oleh yang lain.

Dia terlihat seperti pria yang gampang bergaul, tapi Alice tidak mengerti apa yang membuat para staff sangat antusias serta langsung senang dengan kehadiran pria itu.

"Lalu, kenapa dia sempat berhenti?" tanya Alice yang tidak tahan lagi dengan kisah Marc.

Lee Yu Ra memiringkan sedikit kepalanya. Alis wanita itu sedikit berkerut sebelum berseru, "Entahlah. Kalau aku tidak salah, dia mengalami sedikit kecelakaan yang membuatnya berhenti selama tiga tahun, ada yang bilang juga dia mengalami depresi, dan ada yang mengotori nama baiknya. Entahlah, aku tidak tahu mana yang benar. Kurasa dia membersihkan apapun masalahnya itu terlebih dahulu dan menenangkan diri."

Oh. Kecelakaan? Menenangkan diri?

"Tapi kau tidak perlu khawatir dengan ucapanku yang sebelumnya. Itu hanya asumsi berlebihanku saja," ucap Yu Ra mengalihkan pembicaraan.

Ia sangat tahu apa maksud wanita itu. Kau tersingkir atau kau menjadi lawan mainnya.

Tidak. Bukan itu yang ia pikirkan. Masalahnya, apa Marc Hyun Jo benar-benar kembali? Untuk bekerja lagi? Atau pria itu memiliki alasan lain?

Alice mengelap sudut bibirnya. Sekarang lebih memilih bergabung dengan obrolan para staff daripada hanya berbisik-bisik pada penata riasnya. Kalaupun benar Marc ingin bekerja kembali, sama sekali bukan hal buruk. Mungkin ia bisa berkolaborasi dengan pria itu dan membuktikan sendiri sehebat apa Marc Hyun Jo.

Ia benar-benar berharap managernya mencetuskan ide tersebut.

••••

"Ah, ternyata benar kau."

Alice baru saja keluar dari toilet dan berhadapan langsung dengan Marc yang kini berdiri sendiri di hadapannya, tersenyum kecil tapi ada kilatan aneh di mata pria itu.

Marc bersandar pada dinding dengan kedua tangan dimasukkan ke dalam saku celana. Hari ini dia tampil kasual, dengan kemeja polos biru navy yang lengannya di gulung hingga siku. Rambutnya bepotongan pendek dengan poni menutupi dahi. Walaupun rambutnya terlihat sedikit berantakan, dia tetap Marc Hyun Jo yang berkelas dan tampan.

"Kau bekerja disini?"

Alice mendengus. Memamerkan senyum miringnya dan sedikit mengangkat alis sebelum membalas Marc. "Ya, kenapa?"

"Bukankah ini sangat menarik? Orang yang kutemui di Amerika ternyata orang yang bekerja di agensi yang sama denganku."

"Menurutmu menarik?" balas Alice. Ia mengibaskan rambutnya, maju selangkah ke hadapan Marc kemudian mendongak.

Pria yang menyebalkan. Pria yang ia temui di Amerika dan membuatnya nyaris gila. Kenapa di saat ia merasa hidupnya sudah sedikit tenang malah tiba-tiba harus dihadapkan dengan masalah baru yang sepertinya tidak bisa dianggap remeh.

"Kalau kau datang kemari hanya untuk membuat kerusuhan, balik saja lagi. Kukira kau sudah berhenti menjadi artis," ucapnya dengan nada tidak suka.

Marc tertawa sinis. Senyum ramah itu kembali ia lemparkan seperti biasa ia tersenyum kepada orang lain. "Aku baru saja kembali kenapa harus aku yang pergi? Kau lebih baik mundur, apa kau tidak takut tersingkir?"

Alice mengerutkan dahinya.

"Atau memang itu yang kau nantikan? Disingkirkan?" lanjut pria itu lagi.

Kali ini Alice yang balas tertawa sinis. "Coba saja. Aku tidak sabar melihat usahamu."

Kemudian ia pergi meninggalkan Marc Hyun Jo yang menghujami punggungnya dengan tatapan tajam.

••••

"Kenapa kau lama sekali?" tanya Yu Ra yang kini sudah selesai makan dan sedang membereskan isi tasnya. "Oh? Kau bersama Hyun Jo?" tanyanya lagi yang melihat tidak lama setelah itu Marc muncul dari balik punggung Alice.

"Apa yang kau bicarakan. Bahkan kami belum berkenalan," ucap Alice hampir saja kehilangan ide untuk menjawabnya.

Mendengar namanya disebut, Marc langsung menoleh ke sumber suara. "Tapi aku tahu kau. Park Hyo Alice, bukan? Mereka bilang kau artis yang membanggakan disini."

Oh, diamlah. Batin Alice berujar.

Nada manis yang digunakan Marc membuatnya mual. Apa pria itu memang terbiasa memasang senyum palsu dan memainkan peran malaikat di depan dan iblis di belakang?

"Kau benar," balas Yu Ra. "Coba lihatlah, Alice. Kau dikenal oleh sang legendaris."

Jangan memasang wajah jengkel saat ini Alice. Ikuti saja permainan Marc Hyun Jo. Ujar batinnya lagi sambil menahan emosi.

Alice berbalik, menyisipkan helaian rambutnya ke telinga, tersenyum malu-malu dan berucap, "Aku tersanjung."

Pria sialan ini tahu benar cara membuatnya naik darah di detik selanjutnya. Bagaimana bisa ia mengelak kalau semua staff di ruangan ini menonton mereka? Ia merasa seperti sedang dikuliti saja!

Apa tidak bisa hidupnya yang tenang dan damai ini berlangsung lebih lama? Kenapa pria yang sudah membuat hidupnya susah, menyulitkan dan menyebalkan, harus kembali lagi hadir di hidupnya?

Apa bumi memang sesempit itu? Atau mungkin garis tangannya benar-benar tidak bagus. Dosa apa yang sudah ia perbuat selama ini sampai seperti merasa sedang dikutuk? Apa dulu dosanya sangat besar pada ibunya? Apa tanpa ia sadari ia sudah menjelma menjadi anak durhaka?

Atau.. dirinya memang tidak bisa lepas dari pria sial ini?! Oh, Tuhan! Ia rela menukar apa saja asal pria yang satu ini jauh-jauh dari hidupnya. Setidaknya tidak membuat ia susah.

Senyum Marc melebar dan menimbulkan efek tertawa kecil. "Bagaimana ini, manager?" tanyanya menoleh pada sang manager yang langsung mengangkat alisnya.

"Kurasa aku benar-benar ingin berkolaborasi dengan Park Hyo Alice. Dia terlihat menggemaskan," lanjutnya dengan ekspresi senang bercampur malu-malu karena memuji Alice. Pria itu tersenyum kepada Alice setelah menjilat bibirnya yang terasa kering dan menatap gadis itu dalam-dalam seolah menggodanya.

Semua staff riuh dan terlihat senang. Mereka tersenyum seperti baru saja disuguhkan acara film romantis yang berakhir happy ending.

Sang manger langsung menjentikkan jarinya, mengangguk-angguk dan tertawa kecil. "Kau benar, Marc. Menurutku itu ide yang bagus."

"Benarkah? Kau mau berkolaborasi denganku kan, Alice?"

Lihat saja Marc Hyun Jo. Aku akan membalasmu.

Part 3 [Pria Menyebalkan]

"Pesanan seperti biasa?"

Alice mengangguk lesu pada pria jangkung yang di depannya. Pria itu tersenyum ramah seperti biasa setiap kali Alice datang ke cafe ini.

"Pekerjaanmu melelahkan?" tanyanya lagi sambil menyerahkan minuman Alice.

Ia menghembuskan napas. Menjejalkan kedua tangannya pada saku jaket. "Hhmm," gumamnya.

"Bersemangatlah, artis Alice. Atau kau tidak mau melihat managermu mengomel tentang wajahmu hari ini," Pria itu kembali tersenyum manis pada Alice.

Dia dan Alice sudah terlihat akrab sejak pertama kali Alice memesan di cafe ini. Sang barista yang ramah dan samasekali tidak canggung untuk menyapa Alice dan sesekali melontarkan candaan. Dia juga selalu berwajah ceria dan sudah beberapa kali memberi Alice minuman gratis untuk alasan yang bahkan menurut Alice pria itu tidak perlu melakukannya.

"Terima kasih," balas Alice dengan senyuman sembari mengangkat sedikit minumannya. Ia berbalik, kemudian...

"Oh astaga!"

Seorang pria berdiri tepat dihadapan Alice seperti dengan sengaja menghadang dirinya. Ia hampir saja menabrak dada pria itu. "Kau gila?" tanyanya dengan raut wajah kesal.

Marc Hyun Jo tersenyum miring, memandang Alice dari atas sampai bawah kemudian kembali ke wajah gadis itu. "Jadi kau suka minum disini?"

Alice berdecak. Ia tidak mau menanggapi Marc dan lebih memilih melewati pria itu daripada harus mengobrol hal-hal tidak penting yang bisa membuat sekujur tubuhnya memanas.

Marc ikut berbalik dan mengikuti langkah Alice. Ia berusaha mensejajarkan langkah mereka. "Kau benar-benar gadis yang galak. Apa kau salah makan di Amerika?"

Tidak ada tanggapan. Alice mendorong pintu cafe dan meninggalkan Marc di belakang.

"Wajahmu yang tersenyum ramah di depan kamera dengan wajahmu di belakang kamera sangat berbeda. Seharusnya aku terbiasa dengan sikapmu yang berbeda di Amerika dengan yang di Korea. Harus kuakui kau—" Marc menggantungkan kalimatnya. Ia berdiri lagi di depan Alice untuk menghalangi jalan gadis itu.

Alice masih memberengut kesal. Ia memandang sinis Marc yang kini sedang mengenakan jeans hitam dengan kaus putih bergaris hitam. Rambut coklatnya terlihat menyala di bawah sinar matahari di musim panas.

"Perhatikan saja wajahmu. Bukankah kau sangat ahli mengatur mimik wajah?"

Marc menghela napas, mengedikkan bahunya dan sedikit menggigit bibir bawahnya, kemudian...

"Hei! Apa yang kau lakukan! Hei kembalikan!"

...merampas minuman Park Hyo Alice.

••••

"Ada apa? Kau baik-baik saja?"

Lee Yu Ra sedang menata rambut Alice. Setelah jam makan siang berakhir kini semuanya kembali sibuk. Rencana kolaborasi Park Hyo Alice dengan Marc Hyun Jo terkabul. Begitu Marc melontarkan ide tersebut kepada sang manager, ditambah Marc yang memang kebanjiran job, mereka langsung mendiskusikannya dan benar-benar merekrut Alice sebagai lawan mainnya.

Untuk permulaan awal Marc dan Alice akan tampil bersama untuk mengisi soundtrack salah satu drama Korea, disertai dengan video musiknya yang berdurasi beberapa menit saja. Wajah mereka hanya akan tampil beberapa kali dengan Marc yang memainkan piano dan Alice yang akan bernyanyi, seperti itulah konsep yang mereka rencanakan.

"Hhmm?"

"Kau terlihat muram, kuharap tidak ada masalah serius yang terjadi padamu."

Oh, ini semua berkat ulah Marc. Setelah merebut minumannya, ia juga beberapa kali bertemu sapa dengan Marc di koridor, di lift, bahkan ketika ia mau ke toilet saja ia bertemu pria itu.

Astaga! Sejak kapan hidup tenangnya tiba-tiba berubah menjadi mimpi buruk?

"Marc bilang dia sedikit gugup akan berkolaborasi denganmu."

Hah yang benar saja! Itu pasti hanya sikap merendah agar orang-orang tidak tertipu dengan dirinya yang sangat pintar bicara. Wajah baik bak malaikatnya itu hanya ditujukan di hadapan banyak orang saja dan pada orang tertentu pula.

Coba kalau saat bersama dirinya. Marc pasti sudah memasang wajah iblis itu lagi, berbicara semaunya seolah Alice tidak perlu diperlakukan dengan baik. Seolah Alice adalah gadis tidak penting.

Lihat saja nanti. Setelah ini berakhir, ia akan membalas Marc. Saat ini ia hanya akan mengikuti permainan pria itu dan menunjukkan padanya kalau ia baik-baik saja.

"Kuharap aku tidak mengecewakannya," balas Alice dengan senyum ramah di bibir.

Apa lagi yang bisa ia katakan? Marc bukan lawan yang bisa dianggap sepele dan diabaikan begitu saja. Sepertinya dia mau meyakini semua orang kalau dirinya berjiwa malaikat.

"Kita mulai pengambilan gambar sepuluh menit lagi," teriak sang sutradara.

Alice sudah bersiap, dengan dress merah sepanjang lutut, bagian lengan menggantung hanya sebatas siku, dan sedikit motif bunga di sepanjang lengan. Rambutnya dibiarkan terurai biasa dan wajahnya dipoles sedikit saja.

Salah satu yang membuatnya tidak terlalu terbebani karena konsep kali ini cukup sederhana. Ia dan Marc hanya perlu bernyanyi lebih banyak daripada dirinya dan Marc harus beradu akting di kamera yang sama. Pengambilan gambar mereka kebanyakan diambil terpisah, dirinya tidak terlalu mencolok dan tidak ada adegan skinship dengan Marc Hyun Jo.

"Jangan terlalu gugup, kita hanya akan dipotret beberapa kali."

Suara itu mengagetkan Alice dan juga Yu Ra.

"Kurasa siapapun yang akan tampil bersama sang legendaris pantas untuk gugup," jawab Alice dengan senyum palsu itu lagi.

"Benar! Ah, aku tidak pernah membayangkan ini. Tapi... kau sudah selesai bersiap-siap?" kali ini Yu Ra yang bertanya.

"Tentu saja," Marc mengangkat bahunya sedikit. "Seperti biasa, riasanmu tidak pernah mengecewakan." lanjutnya lagi kali ini menunjuk Alice.

Alice ingin sekali mendengus. Pria ini benar-benar hebat memancingnya.

"Oh, ya, Park Hyo Alice," panggil Marc.

Alice mengangkat wajah, menatap Marc dengan alis sedikit terangkat.

Marc mengulurkan tangannya, "Ayo."

Detik berikutnya Yu Ra terdengar mendesah kagum dan sepertinya gemas dengan tingkah Marc Hyun Jo. Alice melirik Yu Ra berharap wanita itu bisa menyelamatkan situasi ini namun sepertinya ia berharap pada orang yang salah.

Wanita itu menepuk pelan punggungnya. "Kenapa diam saja? Kalian memang harus pergi bersama. Benar-benar serasi."

Kalau tidak ada skinship di depan layar, apakah ia akan mengalami skinship di belakang layar seperti ini? Yang benar saja!

Alice menerima uluran tangan itu setelah memberikan tatapan mematikan kepada Marc yang dibalas pria itu dengan senyuman lebar.

"Kuharap kau tidak menyesal melakukan ini," bisiknya.

"Tidak akan," Marc semakin mengeratkan gandengan tangan mereka.

"Hei!"

"Kau lebih cerewet dari yang kubayangkan."

"Lepaskan tanganku, dasar pria gila!"

Marc menahan tangan Alice yang ada dalam genggamannya. Membuat langkah Alice terhenti dan ia berbalik dengan wajah kesal.

"Mungkin setelah ini, aku tidak hanya memegang tanganmu."

Setelah berkata aneh seperti itu, Marc Hyun Jo melepaskan genggaman tangannya dan tersenyum penuh arti kepada Alice sebelum berjalan meninggalkan gadis itu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!