Zeline Putri Anggara, anak bungsu dari pasangan Jerry Anggara pemilik AG Group dan Ara Anggara. Gadis cantik slebor turunan Indo-Korea yang sekarang berumur 19 tahun itu baru saja menjadi Maba di Universitas terbaik di Jakarta. Zeline yg biasa di sapa Zel itu memilih jurusan desain karna dia ingin menjadi seorang desainer, biarlah perusahaan ayahnya itu di urus oleh abangnya Zayn Putra Anggara yang sangat di sayangi Zel, dan abangnya yang sangat menyayangi adiknya yang kadang absurb itu. Sungguh, hubungan persaudaraan yang manis !.
Pagi datang menyambut hari baru, hari dimana itu adalah hari pertama Zel jadi Maba. Gadis cantik itu mengerjapkan mata setengah sipitnya yang indah itu tatkala sinar matahari melewati gorden menerpa wajahnya, di raihnya benda tercinta sejuta umat itu di nakas sebelah bed nya dan kemudian bangun menggeliat syantik ketika dilihatnya jam di Hp menunjukkan angka 6. Di turunkannya kaki jenjang nan putih mulus itu sembari merenggangkan tubunya lalu melangkah ke kamar mandi untuk menggosok gigi dan mencuci muka. Setelah selesai, di langkahkan kakinya melewati tangga ke lantai 1 menuju dapur membantu ibunya menyiapkan sarapan keluarga, ya, begitulah keseharian Zeline, meskipun dari keluarga konglomerat tapi dia dan abangnya diajarkan mandiri agar tidak menjadi anak konglomerat yang manja dan bertindak sesukanya. Ya meskipun di luar rumah mereka agak dingin dan cuek. Hanya kepada orang yang mereka sayangi saja, sifat mereka berbeda jadi hangat dan manja, apalagi Zeline dengan setengah slebornya.
“Pagi ibuuu..” sapa Zel sesampainya di dapur dan melihat ibunya sudah berkutat dengan bahan masakan.
“Pagi bungsu ibu”
“Ish.. ibu jangan panggil Zel bungsu, malu tau, emang Zel gigi bungsu apa. Zel udah 19 tahun juga” sewot manja Zeline, biasalah mode merajuk.
“lah emang kamu bungsunya ibu, kan kamu bukan sulungnya ibu” Goda ibu ara. Mencebikkan bibirnya, Zel diam tak menanggapi godaan ibunya, justru itu yang membuat ibu Ara terkekeh gemas melihat tingkah anak gadisnya yang manja kadang slebor itu.
“Bu, mau masak apa ? Zel bantu apa nih ?” tanya Zeline sambil melihat lihat bahan yang sudah disiapkan ibunya.
“Ibu mau buat sayur sop, ayam goreng telur, mendoan tempe plus sambel terasi. Ibu lagi bikin bumbunya ayam, kamu masak gih sopnya Zel.” Jabar ibu Ara. Begitulah menu sederhana mereka, meskipun konglomerat tapi masakan rumahan yang sederhana itulah yang mereka paling sukai. Katanya enaknya plus-plus karna dimasak dengan cinta dan kehangatan rumah.
“Oke bu” jawab Zeline. Ibu dan anak itupun sibuk dengan pertempuran di dapur. 45 menit kemudian, masakan rumahan sudah di tata rapi di meja makan, tinggal menunggu para penghuni yang lain datang untuk makan bersama. Lantas Zeline pun naik ke kamarnya di lantai 2, bersiap untuk berangkat ngampus .
“Dek, cepet dong turun ayo sarapan, udah di tunggu ayah sama ibu lo. Kamu ngapain sih lama banget di kamar, abang laper nih aelah nungguin kamu doang. Kaya orang penting aja dateng sarapan mesti yang paling akhir” cerocos Zayn si abang.
“Iya iya bentar lagi nih keluar, cari kunci mobil nih ilang. Lagian juga suka banget hangout” teriak zel dari dalam kamar. Sontak Zayn mengernyit heran, maksudnya apa sih ?.
“Emang sapa dek yang suka hangout ? Kamu ? Kamu kan anak rumahan ?” tanya Zayn heran. Setelah itu pintu kamar terbuka bersama keluarnya gadis cantik sambil pamer kunci. Apaan coba maksudnya.
“Nih yang suka hangout bang, padal aku tuh naruknya dah jelas di nakas, Eh ko dia hangout di bawah nakas, udah aku bilangin juga jangan sering hangout ngabisin uang aja eh dia ga terima” kelakar si adek yang kemudian dapat jitakan dari si abang. Gemas si abang karna tadi buang waktu buat ngeladenin si adek yang setengah slebor. Berlalu begitu saja turun ke bawah menuju meja makan tanpa menghiraukan di belakangnya si adek ngedumel mengutuk dirinya dengan berbagai cacian.
Di meja makan sepasang pasutri menatap dengan heran anak mereka, karna si sulung berjalan santai tanpa menghiraukan si bungsu di belakangnya berjalan dengan tangan terkepal meninju seolah-olah akan meninju target didepannya dengan mulut yang tak berhenti mengumpati si target. Pemandangan yang sudah biasa dilihat oleh pasutri tersebut, lantas mengacuhkan perdebatan unfaedah kedua anak mereka. Begitula sarapan mereka setiap hari, selain sarapan nasi mereka juga sarapan dengan melihat perdebatan adik dan abang setiap harinya, tapi mereka suka karna bikin rumah rame katanya.
-----------------------------------------------
Sebuah mobil sport putih, berjalan memasuki parkiran sebuah kampus terbaik di Jakarta. Keluarlah seorang gadis cantik berpakaian simple dengan celana jeans panjang yang menutupi kaki jenjangnya, kaos polos putih di padukan dengan jaket jeans denim dengan sneakers berwarna putihnya tak lupa kacamata hitam yang menghiasi hidung mancungnya pas dengan rambut hitam legam sepinggang bergelombang dibagian bawahnya di biarkan teruari. Berjalan menuju gedung jurusan desain yang menjadi tempatnya menempuh cita-citanya, decakan kekagumam dan godaan-godaan ia hiraukan sepanjang ia berjalan menuju kelasnya, memang paras ayu dan di tunjang dengan tubuhnya yang proporsional bak model yang sedang fashion show. Siapa yang tidak terpesona dengan kecantikan dan aura yg memikat dari Zeline Putri Anggara, semua di buat terkesima olehnya, dan itu pun berlaku untuk seorang pria yang tengah memandangnya dengan mata elangnya di depan ruangan yang bertuliskan “Ruang Dosen”. Senyum tipis pun di torehkan oleh pria itu “kita bertemu lagi my peony” ujarnya.
Sampai di kelasnya Zeline di kejutkan dengan teriakan cempreng dua sahabatnya, Anara Gadis Kusuma yang kerap disapa Ana dan Leticha Ananda Wijaya yang kerap disapa Echa. Sahabatnya mulai jaman jahiliya SMP sampe sekarang pun kuliah di Univ yang sama.
“Zeline Putri Anggara !” Teriak Ana dan Echa.
“Apasih loe pada, gue gak budeg ya. Ish.. sakit nih telinga gue denger suara flat kalian” cerocos zeline sambil mengusap-usap telinganya yang sebenernya gak kenapa-napa. Sontak kedua sahabatnya itu memutar bola matanya jengah.
“loe, jangan sok kecakepan deh. Bisa ga sih tuh kacamata di buka, emang loe kira lagi fashion show apa.” Sambar si Echa.
“Dih, kayak netizen nyinyir aja loe. Biasanya juga gini gaya gue, kenapa baru komen sekarang loe” jengah juga zeline sama si echa nih. Dia pun menuruti perintah Echa membuka kacamatanya dan menyelipkan di kerah kaos putih polosnya. Auto menambah kadar keren dalam diri Zeline.
“loe mau nambah fans fanatik loe di kampus Zel. Loe mah dandan simple ga pake kacamata aja banyak yang antri mau kencan sama loe, nah sekarang lo pake kacamata sok keren gitu. Malah bejibun fans loe” kata Ana. Dua sahabatnya ini yang juga setengah slebor tapi Ana masih dewasa diantara dua sahabatnya itu.
“Kan gue biasa aja. Yaudah sih biarin. Yuk ah gue mau duduk nih bentar lagi dosennya kan dateng” jawab zeline tanpa memperdulikan cerocosan sahabatnya Echa, memang begitulah Echa yang paling cerewet.
Hari ini kelas Zeline hanya pagi jadi setelah selesai dia memutuskan pulang, menolak ajakan dua sahabatnya yang mengajak nonton di mall, karena agenda Zeline ingin menuntaskan maraton drakornya. Ketika berjalan kearah parkir dimana mobilnya berada, tak sengaja Zeline menubruk seorang pria berjas di depannya karena zelina yang berjalan sambil mencari kunci mobil di dalam tasnya. Sontak saja bokong sintalnya mendarat cantik di lantai.
“Aduh, pantat gue aish” gerutu Zeline mengaduh.
“Makanya jalan itu liat depan jangan sambil nunduk nyari barang di tas” sergah orang yang di tabrak Zeline. Zeline menggerutu sambil mendongak ingin mengumpat orang yang tidak membantu malah ngomel-ngomel itu. Netra mata coklat Zeline menatap netra hitam pekat bak elang milik orang tersebut, tak lama menatap karna Zeline merasa canggung menatap mata tajam elang yang menelisiknya. Zeline memperhatikan gaya berpakaian pria tersebut dan baru menyadari jika pria tersebut bukan mahasiswa, tapi dosen karna pria tersebut memakai jas formal.
“Maaf Pak saya gak sengaja, permisi. Sekali lagi maaf” kata Zeline sambil berdiri dan berlalu setelah menunduk meminta maaf. Zeline tak tau jika pria tersebut masih memperhatikan Zeline dengan tatapan penuh arti sampai mobil Zeline keluar dari kampus, kemudian pria tersebut tersenyum smirk “dua kali kamu nabrak aku Zel” katanya.
~Siapa sih pria itu, kayak kenal banget sama Zeline. Kalau mau tau pantengin terus ya man-temanku. Happy reading, maaf kalau ceritanya agak panjang dan membosankan. Maklum author bayyuuu... Uhu~
Di ruangan CEO perusahaan terbesar MX Group berdiri seorang pria berjas hitam menghadap dinding kaca belakang meja kerjanya, memandang padatnya jalan dari tempatnya berdiri di lantai 15, lantai khusus CEO. Pandangan matanya bak elang menatap lurus dengan dahi berkerut memandakan pria itu sedang berpikir keras. Berpikir bagaimana caranya mendekati mahasiswi bernama Zeline Putri Anggara. Tak terasa setahun ini dia menjadi dosen di salah satu Univ terbaik hanya untuk menjalankan misinya, tapi setahun itu juga si cuek Zeline tak menunjukan respon dengan segala caranya menarik perhatian primadona kampus itu. Gusar, itulah yang di rasakan pria dengan paras bak pahatan Dewa Yunani dengan kulit tubuh putih kekuningan, menunjukkan jika dia lelaki dewasa. Ya, pria itu adalah Dosen Jurusan Desain di Univ terbaik di Jakarta sekaligus CEO MX Group, Damian Shaka Maxwell. Ada alasan kenapa dia mengambil Dosen di jurusan Desain, karna dia ingin dekat dengan peony nya – Zeline. Tapi yang ada hasilnya sia-sia karna Zeline tak tertarik oleh setiap caranya mendekati Zeline. Lamunannya buyar tatkala pintunya di ketuk oleh seseorang di luar, mendengus kemudian berbalik sambil mempersilakan seseorang itu masuk yang ternyata sang Asisten pribadi Arseno Dekie Mahendra, anak tunggal dari seorang pengusaha di bidang pertelevisian. Tapi entah kenapa dia malah hanya ingin menjadi Personal Assistant dari sahabatnya yang dingin dan menyebalkan itu.
“loe ganggu gue tau gak !” sembur sang atasan. Arseno yang di panggil Ars itu hanya menghela nafas lelah dengan kelakuan atasan yang sialnya merangkap sahabatnya itu.
“Pak, 15 menit lagi rapat dengan AG Group, kita harus berangkat ke Resto yang sudah di janjikan untuk tempat pertemuan” jawab sabar Ars, meskipun dalam hati dongkol setengah mati pada sang atasan.
“Pak, Pak. Emang gue Bapak loe apa. Gue gak nikah sama nyokap loe ya Ars.” Semprot lagi sang atasan Damian.
“Tuan, mari kita berangkat” masih menjawab dengan sabar, walau dalam hati Ars mengutuk atasannya itu. 'Huh, sabar dia lagi kumat gilanya, gue tau karna apa ini mah.' Batin Ars mengoceh.
“Ars, gue lagi puyeng nih, Si Zeline kenapa susah banget sih di bikin suka ke gue nya” sahut Damian. 'Nah kan apa gue bilang, pasti karna si pujaan hati ga takluk-takluk.' Batin Ars lagi menanggapi, tapi Ars hanya diam mendengarkan saja.
“Ars, bantuin napa. Cariin ide kek gimana caranya biar Zeline ngelirik gue. Setaun ini boro-boro ngelirik, yang ada gedeg ke gue rupanya tuh gadis. Apa cara gue buat narik perhatiannya salah ya ?” tanya Damian. Dia lagi bingung karna Zeline seolah tak tertarik padanya. 'Yaiyalah, orang elu bukannya nyari perhatian malah nyari musuh yang ada. Masa ada orang pendekatan sukanya ngasih tugas, mana targetnya ke Zeline mulu, suka kagak gedeg mah yang iya. Ogeb.' Ingin sekali Ars nyerocos seperti itu, tapi ia hanya menyimpannya dalam hati. Bisa ngamuk si atasan jika Ars sampai mengucapkan apa yang di dalam hatinya. Ars tau jika Damian adalah orang yang tidak mau di salahkan.
“Dam, kita mau rapat sama AG Group loh, udah di tungguin si Zayn nih sekalian kumpul dah lama kita ga ketemu tuh cunguk.” Hilang sudah mode formalnya Ars. Sengaja di kode biar paham tuh si anak galau. Sontak saja Damian membulatkan matanya baru teriangat akan sesuatu.
“Oh iya, Zayn kan abangnya si Zeline, bisa nih gue caper biar di terima jadi adik ipar.” Kata Damian dengan berbinar seolah telah menemukan semangat yang sempat meredup. Ars hanya melongo tak percaya, cuman karna Zeline, sahabatnya yang menjunjung tinggi harga dirinya itu bisa jatuh rendah seperti ini. Astaga.
“Yaudah kita berangkat takut telat kesananya, yuk Ars cepet loe lelet banget sih, gue pecat juga nih jadi PA gue” cerocos Damian, begitulah sifat Damian kalau pada orang yang dikenalnya lama, menyebalkan. Ars hanya melongo tak percaya, kemudian mencebikkan bibirnya. Emosi dia lama-lama jadi PA nya si gila Damian, yang kadang kalo ngomong gak ada aturannya. Akhirnya mereka pun berangkat menuju Restoran tempat pertemuannya dengan Zayn yang merupakan sahabat sekaligus abang dari peonny nya. 20 menit akhirnya mereka sampe di parkiran Resto, berjalan cepat memasuki ruangan VIP yang sudah di pesan karna dia yang terlambat 5 menit dari waktu janjian. Ketika pintu di buka Damian terkejut karna bukan hanya Zayn yang disana, orang tuanya dan pasangan pasutri yang seumuran dengan orangtuanya. 'Ada apa ini, kan gue mau meeting sama Zayn doang.’ Batin Damian.
“Loh Mom, Dad kenapa disini. Dan juga maaf---”
“Ini orang tua gue Dam, loe gak pernah ketemu mereka. Loe kan cuman pernah ketemu adek gue doang.” Jelas Zayn memotong yang tau kebingungan Damian. Damian hanya ber-Oh ria. Kemudian tersenyum dan sedikit membungkukkan badan tanda hormat kepada calon mertuanya. Eh
Ternyata tanpa Damian dan Zayn tahu, kedua orangtua mereka bersahabat dari dulu saat ayah dan daddy mereka menjalankan perusahaan yang di wariskan pada mereka, berawal dari pertemuan bisnis menjadi sahabat sampai sekarang. Makan siang berlanjut bercengkrama itu terasa hangat sampai pertanyaan dari Zayn yang penasaran kenapa mereka mengacau acara meetingnya dengan sahabatnya, membuat para orang tua senyam senyum.
“Ayah, Ibu kenapa tiba-tiba dateng ngerecokin acara meeting Zayn sama Damian sih ?” tanya Zayn penasaran. Para orang tua kembali diam dengan mengulum senyum masing-masing, sampai akhirnya suara deheman seseorang menginterupsi.
“Ekhem, Zayn. Kamu udah lama sahabatan sama anak om kan ?” tanya Derrick Maxwell Daddy dari Damian lelaki blasteran Eropa-Indo itu.
“Iya waktu kuliah di London dulu om ketemunya, trus sahabatan sampe sekarang sama si cunguk satu yang di pojokan itu” jawab Zayn sambil menunjuk Ars dengan dagunya. Ars hanya merotasi bola matanya jengah karna Zayn juga sama menyebalkannya dengan atasan yang juga sahabatnya, siapa lagi kalau bukan Damian.
“Dia pernah ada cerita ke kamu gak kalau lagi kesemsem sama anak gadis yang baru pertama di liatnya” tanya Derrick sambil mengulum senyum melirik putra satu-satunya yang wajahnya sudah memerah. Malu.
“Hmm, belum pernah cerita sih om. Emang iya ada Dam ?” jawab Zayn sambil bertanya kearah Damian. Damian hanya diam tak menjawab membuat Derrick Maxwell sang Daddy dan Shenna Maxwell sang Mommy semakin gencar ingin menggoda putra mereka. Tapi karena Shenna yang tidak sabaran akhirnya terjabarlah niat para orang tua yang ada di ruangan VIP itu.
“Gini Zayn, Mommy sama Ibu mu dulu udah pernah buat janji mau jodohin anak kami nanti kalau udah gede. Nah sekarang kan Zeline udah gede udah jadi mahasiswi, jadi kami sepakat mau menikahkan mereka. Gimana setuju gak ? Karna kita para orangtua sudah setuju, tinggal kamu abangnya gimana ?” Kata Mommy Shenna berbinar. Sontak saja Zayn membulatkan matanya terkejut. Sebenarnya dia setuju saja karna sudah tau bagaimana sifat Damian, tapi di mata para orangtua dan Damian keterkejutannya seperti penolakan. Sontak membuat Damian putus asa. Tapi itu tak berselang lama karna selanjutnya Zayn berucap.
“Zayn sih setuju aja, karna Zayn juga sudah sahabatan lama sama Damian dan tau Damian orang yang bagaimana.” Jawab lugas Zayn, yang langsung memberi angin segar untuk Damian. Damian terus tersenyum di sela percakapan para orangtua yang menentukan kapan acara lamaran dan pernikahannya di laksanakan. Dalam hati impian dan usaha Damian pun akhirnya berbuah. ‘I got you my peonny’ batinnya dengan terus menampilkan senyum terindahnya.
Siang itu di ruang keluarga rumah mewah, sedang terjadi perdebatan sengit antara 3 orang melawan 1 orang, siapa lagi jika bukan Jerry, Ara, dan si sulung Zayn yang debat melawan si bungsu Zeline.
“Pokoknya Zel gamau ya di jodohin, kayak Zel gak laku aja. Sebenarnya nih bukannya Zel gak laku, yang mau sama Zel banyak cuman Zel aja yang ogah milih. Kalo Zel mau mah mereka semua bakalan ikhlas kalo Zel pacarin semua.” Sombong Zeline dan itu memgundang cibiran dari abangnya. “Sok-sok an kayak yang cantik banget gitu. Buat apa cantik kalo gak punya gandengan” cibir abangnya, sontak kedua orangtuanya tertawa karna mendengar cibiran si sulung.
“Issh.. belum tau aja ya abang, nih bang ya aku tuh belum ngeluarin pesona aku seluruhnya aja cowok-cowok pada terpesona gak kedip. Gimana kalo udah aku keluarin semua pesona ku ? Keluar tuh bola mata mereka yang ada.” Sombongnya lagi, entahlah kenapa tuh gadis sok kecapekan banget. PeDe abis !
“Udah-udah, dek mau ya di nikahin sama anak temen Ibu, Ibu dulu udah buat janji barengan dek. Pengen besanan sama sahabat Ibu” mohon Ibu Ara, penduduk rumah itu tau kalau Nyonya Besar sudah memohon dan merendah pasti tidak ada yang tidak menyetujuinya. Buktinya..
“Iya deh iya, adek mau. Demi janji Ibu. Adek tau pilihan ayah sama ibu pasti baik untuk adek. Lagian adek juga gak mau pacaran ribet” Jawab Zeline yang akhirnya menyetujui permintaan Nyonya Besar. ‘Yes berhasil’ batin pasangan pasutri itu girang. “Yaudah kalo gitu kamu siap-siap gih dek, soalnya nanti malem keluarga calon suami kamu kesini mau ngelamar sekalian lamaran, biar tinggal nentuin tanggal nikahnya” Ucap Ibu Ara girang, langsung beranjak ke dapur meninggalkan gadis yang memelototkan mata setengah sipitnya, terkejut.
“What, buu.. Gak salah nih, baru aja 5 menit yang lalu aku setuju kenapa nanti sore udah ngelamar plus lamaran. Aissh.. kenapa sih kalo pemberitahuan itu selalu dadakan” sewot Zeline kesal dengan kelakuan 3 orang kesayangannya itu. “Dek lebih cepat tuh lebih baik, gak baik menunda hal baik” Ucap ayahnya sambil berlalu.
“Iya dek, gak papa biar kamu cepet punya pawang yang biasa nyembuhin setengah slebormu itu yang kadang unfaedah” cibir si abang sambil ngacir ke kamarnya, takut si adek nge-geplak dirinya.
“Ish.. abang awas aja ya, abang aku langkahin nikahnya. Dasar abang jomblo.” Teriak Zeline emosi.
Tepat setelah Maghrib, keluarga Damian datang kerumah Zeline, yang di sambut hangat oleh Jerry selaku ayah Zeline. Mereka pun duduk bercengkrama di ruang tamu sembari menunggu gadis yang tengah bersiap di kamarnya di lantai atas. Sedangkan, di dalam kamar gadis yang di tunggu ternyata malah sedang merenung. Memikirkan apakah benar keputusan yang dia ambil. Setelah lama merenung akhirnya Zeline memantapkan hati menerima semua pilihan orangtuanya dengan ikhlas dan menjalaninya jika itu terbaik untuknya. Zeline pun segera bersiap karna mungkin semua orang sedang menunggunya karna tadi Bi Surti pembantu rumah tangga nya sudah mengetuk dan memberi tahunya bahwa tamunya sudah datang dari tadi. Beberapa saat kemudian, pintu kamar gadis yang akrab di sapa Zel pun terbuka, semua mata yang sedang bercengkrama tadi reflek tertuju pada orang yang akan keluar dari kamar tersebut dan munculah sosok gadis memakai kebaya berwarna coklat muda yang simple, dengan make up dan tatanan rambut yang simple pula, tapi terkesan anggun dan lebih memancarkan kecantikannya hingga seorang pria di antara yang bercengkrama tadi sampai tak berkedip melihatnya dan tak sadar jika Zeline sudah duduk sambil menunduk diantara yang lainnya diruang tamu karna saking terpesonanya.
“Ekhem, son jangan melihatnya seperti itu nanti dia kabur takut sama kamu” suara godaan dari Mommy shenna mengundang lainnya tergelak tawa.
“Ekhem,. Baiklah bisa kita mulai acaranya sekarang, langsung keintinya saja, saya selaku Daddy dari Damian datang kemari bermaksud untuk meminang dan sekaligus lamaran untuk anak gadis kamu Jer, meneruskan janji yang pernah para Nyonya Besar buat itu” kekeh Derrick di akhir katanya. Lalu kemudian di susul dengan pertanyaan dari Derrick lagi “Bagaimana Jer, apakah kalian menyetujuinya ?”
“Ya, kami juga sudah mendiskusikan, dan menerima lamaran kalian untuk putri kami Zeline” Jawab Jerry dengan senyum tersungging di bibirnya. Sontak membuat Damian yang dari tadi tegang bisa bernafas lega, tapi tidak dengan Zeline yang sedari tadi diam dengan dahi berkerut. ‘Damian, kayak gak asing deh sama tuh nama’ batin Zel karna sedari tadi dia menunduk tak melihat calon suaminya. Pikiran Zel buyar tatkala suara sang Ibu menginterupsinya.
“Zel, kasi tangan kamu biar di pasang tuh cincinnya sama Damian” ucap Ibu Ara.
Betapa terkejutnya Zeline ketika dia memberikan tangan sambil mendongak ingin melihat wajah calon suaminya.
“Hah, Pak Damian. Ngapain Bapak disini sih, mau ngasih saya tugas bejibun lagi.” Cerocos Zeline tak tau tempat. Dia masih tak sadar jika yang akan menjadi dosennya itu adalah suaminya. Dasar, si setengah slebor !
“Sini-in tangan kiri kamu” Lah, Damian malah minta tangan si Zeline, auto cengo dong tuh gadis.
“Hah, ngapain pak minta tangan kiri saya ?” Tanya Zeline, tapi tak urung juga mengulurkan tangan kirinya ke Damian si dosennya. Tak menggubris pertanyaan Zeline, Damian langsung menyematkan cincin berlian simple di jari manis peonny nya. Emang, di buat cepet-cepet takut si peonny nyadar terus nolak nikah sama dia tuh. Eh
“Pak, ngapain Bapak kasih saya cincin, emang bapak mau bayar tunai saya nanti” Goda Zeline yang masih belum sadar jika Damian itu calon suaminya. Catet belum sadar ya !
“Lah emang saya mau bayar tunai kamu nanti kurang lebih 2 minggu lagi” tegas Damian puas melihat wajah shock Zeline. Dalam hati dia gembira sebentar lagi akan memperistri peonny nya.
“Loh jadi beneran yang gue pikirin tadi. Si Damian yang mau bayar tunai yang gue denger sama yang gue pikirin tuh orang yang sama” monolog Zeline pelan lebih seperti bergumam, tapi masih bisa di dengar oleh si telinga gajah Damian.
“Yaiyalah, Damian yang di otak cantik kamu sama yang tadi omongannya kamu denger tuh orang yang sama, yaitu saya, ngerti gak Zeline Putri Anggara ?” Bisik suara berat seksi Damian tepat di telinga Zeline, yang seketika membuat Zeline merinding disko. ‘What, jadi gue bakal nikah sama dosen gue sendiri nih, malah itu dosen yang paling dingin gila lagi. Ya Salam, harus punya stock sabar nih gue ngeladenin si es gila ini. Mwoya ige’ umpat batin Zeline.
“Yasudah karna, Damian juga sudah menetapkan waktu 2 minggu lagi pernikahannya. Jadi mulai besok kita persiapkan ya Shen semua keperluannya” Girang Ibu Ara, yang di balas binar senyum dari sahabat yang sebentar lagi akan menjadi besannya itu.
“Yasudah karena acara inti sudah selesai, bagaimana kalau kita makan malam bersama. Yuk mari” cerocos Ibu Ara lagi, yang di angguki oleh seluruh orang yang ada di sana. Makan malam kali ini sangat berbeda bagi Damian, karna dia bahagia bisa mendapatkan peonny nya dan suasana ramai yang membahas perintilan untuk nikahan yang cepat ini. Damian terus menatap Zeline yang makan sambil menggerutu karna abangnya yang selalu mengusik makan tenang Zeline dengan tatapan tajam penuh arti. Dia bahagia, ya sangat bahagia.
~Aloha guys.. maaf yaa kalau cerita author agak panjang ngebosenin. Habisnya author pengen ngasih feel yang detail gitu.. Wkwk
Mohon pantengin terus guys sampai akhir yaa. .. love love kalian ❤️~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!