"Pelangiiiiii.... "
Aku menoleh ke arah sumber di mana ada suara orang sedang memanggilku.
"Pelangiiii.... "
"Pelangi... pelangi... alangkah indahmu... merah.. kuning hijau.. di langit yang biruu... " Lanjut orang itu, bersama dengan teman-temannya.. menadakannya menjadi nyanyian.
"Hhh.. " Aku mendengus nafas kasar. Pasalnya ini bukan untuk yang pertama kali nya aku di olok-olok demikian.
"Hahahha... kamu pede banget.. orang kita mah lagi nyanyi.. "
Aku tak menggubris olokan mereka dan segera saja berlari menuju rumah. Membuka pintu dengan tergesa dan lalu menutupnya kembali rapat-rapat.
Menyimpan kantung keresek hitam berisi telur,garam dan beras yang baru ku beli dari warung teh Nia di depan gang sana.
Aku pun segera membuka plastik beras dan mengambil 3 cangkir, dan aku masukkan ke dalam baskom lalu mencucinya.
Setelah di rasa cukup bersih, aku memasukkan beras ke dalam magicom kecil dan menyalakannya.
Sambil menunggu nasi matang, aku menggoreng beberapa butir telur mata sapi dan meniriskan nya. Lalu mengiris bawang merah, bawang putih,cabe rawit dan juga tomat.
Aku sedang membuat oseng telur kecap makanan kesukaanku, sengaja menggoreng beberapa butir agar bisa cukup untuk makan 2 orang hingga malam. Untuk aku dan adikku Fajar.
"Teh... udah mateng belum teh? Fajar laper pisan teeh.. ini udah jam berapa coba, nanti kesiangan! " Adikku Fajar memang sangat disiplin akan waktu. Dia sekarang sudah menginjak usia 8 tahun dan sekarang sudah sekolah kelas 2 SD.
"Udah bentar lagi.. tunggu aja, masih ada waktu.nasi nya mateng sekitar 10 menitan lagi Jar... " Kataku sambil mengoseng telur di wajan.
"Teteh minta tolong Jar... ambilin kaleng itu kesini! "
Fajar menurut dan membawa kotak atau kaleng bekas kue dan menyimpan nya di meja.
Setelah osengan matang, aku membuka kaleng berisi uang tabunganku hasil dari berjualan roti di sekolah.
"Ck.. masih kurang Jar... kurang 30 ribu buat SPP kamu...apalagi teteh belum ada pisan, gimana atuh ya sekarang udah tanggal berapa? udah 2 bulan kita nunggak SPP.. Kita ga bisa minta ke ibu,kalaupun ibu ngirim uang.. lewat apa coba.. teteh ga punya rekening bank.. " Aku mengeluh, dan menghitung kembali uang, siapa tau aku salah menghitung.
Berulang kali aku hitung, tetap saja jumlahnya memang segitu.. gak bertambah.
"Fajar bantu teteh jualan roti aja di sekolah teh.. banyak temen yang kalau pagi belum pada sarapan, siapa tau ada yang beli teh.. " Ujar adikku itu mengiba.
Aku tertegun, merasakan nyeri di ulu hati mendengar ucapan adikku. Dia memang seorang adik yang baik dan pengertian, tidak pernah menuntut atau meminta macam-macam. Bahkan meminta uang jajan pun nyaris tak pernah.. Asalkan pagi nya sarapan, ia akan mengisi waktu istirahat nya dengan membaca buku di kelas.
Sungguh berbeda dengan anak-anak lain maupun teman sebaya nya yang masih manja dan terkadang masih merengek minta mainan.
Sedangkan adikku? Seumur-umur... dia belum pernah sama sekali aku belikan mainan.
Hallo.. Perkenalkan, namaku Pelangi.
Jika di tanya saat melihat pelangi, apakah yang ada di pikiranmu? indah bukan?
Mejikuhibiniu..
Itulah yang ada di dalam pikiranku waktu kecil. Penuh warna-warni ceria.
Dulu, aku berpikir... Orangtuaku memberi nama Pelangi agar hidupku bahagia dan penuh warna.
Tapi setelah beranjak dewasa, warna tak hanya seputar warna-warni pelangi yang indah. Tapi ada juga hitam... Ada juga putih.. Yang menjadikan nya abu.
Begitu pula dengan hidupku yang tak seindah namaku. Hidupku kelabu...
Nama lengkapku Pelangi Inara,yang artinya seorang yang bersinar seperti cahaya Pelangi. Umurku 17 tahun dan kini aku duduk di kelas 11 SMA di salah satu SMA Negri Favorite di Bandung.
Aku dan adikku adalah anak yatim, bapak meninggal beberapa tahun yang lalu akibat kecelakaan di jalan raya. Sedangkan Ibuku sekarang sedang bekerja di Jakarta menjadi seorang asisten rumah tangga.
Aku dan Fajar memutuskan untuk tinggal berdua di rumah peninggalan bapak, karena merasa sayang jika harus pindah sekolah ke Jakarta.Sementara ibu bekerja di Jakarta ikut majikan nya untuk sementara waktu.. katanya, agan sepuh tidak ada yang menemani.
"Teh... mana roti yang harus Fajar bawa? " Fajar yang sudah lengkap berseragam sekolah dan selesai sarapan, berdiri di depanku.
Aku mengambil keranjang berisi puluhan roti yang ku ambil subuh tadi dari pabrik nya di Rt sebelah,"Ini Jar.. kamu bawa 10 aja dulu ya.. sisanya yang 30 biar teteh bawa ke sekolah.. " Aku memasukkan 10 buah roti ke dalam kantung keresek dan mengikatnya.
"Iyah teh... " Ia pun mengambil keresek itu dan mencium punggung tanganku. "Fajar pergi dulu.. teteh jangan sampe kesiangan lagi.. nanti di panggil ke ruang BK, bisa pengaruh ke prestasi teteh di sekolah.. Assalamu'alaykum. " Nasehatnya,sambil mengucap salam.
"Wa'alaykumusalam.. Iyaah.. ini 5 menit lagi teteh berangkat.. atau kamu pakai sepeda teteh aja atuh biar ga capek! "
"Ngga teh.. deket ko.. jalan kaki aja. "
"Ya udah atuh sana.. hati-hati yaa.. "
Aku menatap punggung adik laki-lakiku itu dari kejauhan, sungguh dia adalah definisi anak sholeh kebanggaan ku dan ibu.
Tersadar waktu terus mengalir.. aku segera bersiap dan mengambil tas dan menyelendangkan nya di bahuku. Dan meraih kantung keresek berisi roti untuk ku jual pada teman-temanku di sekolah.
Karena jarak dari rumah menuju sekolah kurang lebih menempuh waktu 15 menit memakai sepeda. Aku memakai celana panjang dan kaos oblong dari rumah, setelah sampai baru berganti dengan seragam sekolah.
Sambil mengeluarkan sepeda jadulku peninggalan bapak, aku mengunci pintu depan dan bersiap mengayuh sepedaku dengan penuh semangat 45.
"Heiii.. Pelangi si penjual roti......! rotiii... rotiiiiii... hahahhaa... " Tiba-tiba ada suara cempreng yang biasa mengolokku itu terdengar nyaring di telinga.
Aku tak menggubris nya sama sekali, menunggu ia pergi duluan dengan senyuman penuh ejekan.
"Huuuugh dasar tuliiiii.. " Maki nya lagi, sambil melajukan motor matic nya.
Lagi-lagi aku mendengus.
Dialah Maya..
Anak ketua RT di daerahku yang lumayan berada, hidupnya tak pernah kekurangan tapi entah mengapa sedari kecil sangat suka sekali mengejekku.
Ia seumuran denganku, tapi kami beda sekolah. Ia bersekolah di SMA swasta bergengsi yang mayoritas siswa nya adalah keturunan Tionghoa.
Kalau di pikir-pikir... Apa yang ia permasahkan dariku? dari kecil aku selalu mengalah bila bermain dengan nya.
Setelah besar pun, ia masih tetap saja begitu.
Sudahlah...
Kita ga bisa membandingkan dan menilai oranglain hanya dari luar bukan? mungkin dia memang punya segalanya.. tapi mungkin ada sesuatu yang membuatnya seperti itu.
Tetaplah positif thingking Pela!
Hidup ini akan lebih indah jika kita selalu bersyukur...
Kayuh Sepedamu dan mari bergerak dengan semangat untuk meraih prestasi...
Hai Pelangi!!!!
****
"Yaah Pel.. rasa cokelat nya habis ya? "
"Pel.. ni aku beli 2 ya.. "
"Kamu di tungguin dari tadi Pel.. aku laper.. "
"Eh Pel... udah ngerjain PR belum? niron lah da kamu mah bageur (nyonteklah.. kamu kan baik)! "
"Aturan yang lain mah pada beli roti aku.. kamu Nanyain PR,kenapa kamu ga ngerjain tadi malam? " Aku mengomel, jam pelajaran sekolah di mulai 5 menit lagi.. tapi teman sebangkuku Nina malah mau nyontek PR.
"Aku mau ke kelas sebelah dulu ya... ini roti nya masih banyak.. " Aku pun berlalu, dan berjalan menuju kelas sebelah untuk menjual rotiku yang masih tersisa.
"Waah.. si tukang roti datang nih.. kemana aja? dari tadi di tungguin nih... " Seloroh Nanda, sambil memilih roti yang ku jajakan di meja.
"Aku kesiangan, tadi masak dulu... Ayo siapa yang mau beli roti lagi? " Tanyaku pada siswa yang kebanyakan adalah teman sekelasku waktu kelas 10.
"Udah sarapan euy Pel.. kenyang... "
"Sini aku beli yang rasa kacang.. "
"Hayuu sini... bentar lagi bel masuk, bisi keburu ada guru.. " Dan teman-temanku yang mau membeli roti mengerubuniku.
Inilah rutinitas ku setiap harinya jika ke sekolah, berjualan roti..
Malu?
Jangan di tanya apakah aku malu atau tidak. Kebutuhan mengalahkan rasa gengsiku ini..
Bel berbunyi...
Aku langsung memasukkan sisa roti ke dalam kantung keresek lagi... dan buru-buru meninggalkan ruangan kelas.
"Makasih yaaa temen-temen... jangan bosen lhooo.. hehhe.. " Aku bergegas lari menuju pintu tanpa melihat kiri kanan.
Bruuugh.
"Awww.... " Aku memekik, rotiku jatuh berhamburan di lantai. "Ehh.. maaf.. " Kataku, dan langsung jongkok untuk memungut roti-rotiku.
"Kalau jalan liat-liat! " Tegur salah seorang siswa laki-laki yang berjalan di samping siswa yang kutubruk.
"Maaf Angka.. aku ga liat! "
Dan ia hanya terdiam, lalu dengan pelan membisikkan sesuatu di telingaku,"Gue bilang jangan pernah manggil gue Angka kalau di sekolah! " Ancamnya pelan, tapi masih tetap terdengar di telingaku seperti nada mengancam.
Aku terpaku, mencerna kalimat yang ia ucapkan. Begitu saja berlalu meninggalkan kelas dan masuk ke dalam kelasku.
Dengan hati berdebar, aku melangkah sambil masih membawa kantung keresek di tanganku.
"Kamu kenapa Pel? "Tanya Nina, saat melihatku memegang dada kiriku.
"Ga ada apa-apa Nin.. aku tadi buru-buru lari takut Bu Mala keburu dateng. "Kataku sambil menyimpan roti-rotiku ke dalam kolong meja.
Dialah Angkasa..
Teman kecil, sekaligus anak dari majikan ibu.
Nama lengkapnya Angkasa Dirgantara, yang berarti ruang yang ada di sekeliling dan melingkupi bumi, terdiri atas ruang udara dan antariksa.
Mengandung arti juga tinggi, luas dan tak terjangkau.
Dulu, kami tumbuh bersama.. saat kami sekeluarga masih tinggal di rumah majikan ibu, yaitu ibunya Angka. Tapi setelah peristiwa besar itu menimpa keluarganya... Ibu memilih untuk pindah bekerja ke rumah agan sepuh di Jakarta.
Jika teringat tentang masa kecilku, itu adalah masa terindah yang di kelilingi oleh kebahagian... Kami berempat masih berkumpul bersama, Bapak.. ibu, aku dan Fajar.
Meskipun tinggal di sebuah pondok kecil di halaman belakang rumah majikan ibu.. Tapi kami di liputi oleh banyak kebahagiaan. Bapak bekerja sebagai supir pribadi keluarga Dirgantara, sementara ibu sebagai asisten rumah tangga yang mengurus segala keperluan di rumah Angka.
"Hhhh... " Aku mendengus. Mengingat kembali masa-masa itu terkadang membuat hatiku merasa sesak.
Teringat bagaimana peristiwa kecelakaan atau insiden yang terjadi dan mengakibatkan meninggalnya bapak dan juga ayahnya Angka,membuat hatiku berdenyut nyeri.
"Assalamu'alaykum... Pagi anak-anak! " Ibu Maya menyapa dengan salam saat memasuki kelas, dengan senyumannya yang ramah.. seketika membuat kami siswa siswi di kelas pun semangat memulai pelajaran sekolah.
***
"Pel... istirahat yuukk.. hayuu kita ke kantin! " Nina membereskan buku-buku yang ternggorok di meja, lalu memasukkan nya ke kolong bangku.
"Ngga Nin... kamu aja! aku makan roti aja, lagian masih kenyang tadi pagi sarapan nasi.. " Kataku, sambil mengambil buku Biologi dari dalam tas ku.
"Yaaah.. kamu mah.. meuni ga pernah ke kantin! hayuulah.. biar bisa liat Angkasa. "
"Maleees.. "
"Aku traktir!! "
Aku menoleh, dan menyunggingkan senyum.
"Beneran.. kamu mau makan apa? bakso? atau batagor? atau apa aja makanan yang ada di kantin boleh kamu makan deh.. "
"Beneran lho! "
"Iyaah.. hayuu! "
Akupun berjalan bergandengan dengan Nina, menyusuri koridor sekolah menuju kantin.
Saat melewati kelas 12,terdengar banyak siswa yang berbisik-bisik membicarakan seseorang.
Dasar tukang ghibah!
"Eh Pel.. kamu tau ngga gosip terbaru? " Tanya Nina saat memakan bakso nya.
"Ga mau denger! males! " Kataku ketus, dan memutar bola mata malas.
"Tapi ini tentang.. the most beautiful kakak kelas yang popular kita... Teh Lembayung! "
"Hahh?..apaan? "
"Dia hamiiill! "
Aku terperanjat, "Jangan ngasal Nin! dosa ghibahin orang baik kaya teh Lembayung! udah akh.. aku ga mau denger! "
"Iihhh tapii ini mah kamu bakalan ga nyangka! "
"Apaan lagi sih? " Kataku malas.
"Karna ternyata.. teh Lembayung itu udah married sama a Senja... kamu tau kan dia? siapa coba yang ga tau a Senja? "
"Aduuuuh ini lagi.. kamu kemakan gosip darimana sih? "
"Ihhh ini tuh udah rame tau.. hampir seantero sekolah tau dan sangat menyayangkan.. cewek se perpect teh Lembayung ko bisa sama a Senja.. yang.. you know kan? "
"Udahlah Nin.. kita jangan negatif thingking.. siapa sih yang tau rahasia Allah.. namanya jodoh, maut, rezeki, semuanya sudah Allah gariskan di masing-masing orang... siapa tau nanti aku jodohnya seorang CEO kaya di drama atau novel.. iyah kan? hihhi.. " Aku terkekeh, pasalnya khayalanku terlalu tinggi dan tak mungkin aku gapai. Membayangkan nya saja tidak masuk akal.
"Yeeehhh.. malah bahas sendirinya! aku aamiin in aja deh.. siapa tau kamu emang jodoh nya orang kaya..Kalau aku pengen berjodoh sama Angkasa... akkh.. kenapa sih ada ya cowok se cool dia! " Nina berangan-angan hingga mulutnya sedikit menganga.
"Huuush! " Aku menutup mulutnya, "Nanti lalat masuk ke mulut kamu! " Kataku sambil terkekeh.
"Udah akh..ngomongin jodoh hari gini.. sekolah aja baru kelas 11 SMA.. yang ada harusnya kita semangat belajar.. sebentar lagi kenaikan kelas.. harus semangat meraih mimpi Nin.. ! siapa tau.. aku juga bisa kaya Andrea Hirata, anak kampung dengan mimpi besar.. dan akhirnya bisa sekolah ke luar negeri dan menggapai cita-cita tinggi... "
"Aku mah cita-cita nya pengen jadi istri Angkasa aja.. punya anak yang banyak.. lucu-lucu... "
"Terbang tuuuh ke angkasa! "
"Ihh siriiik.. kamu punya mimpi.. aku juga punya mimpi... Eh.. kamu pakai shampoo apa sih Pel, rambut kamu bagus banget.. itemnya pekat gini.. trus tebel lagi! " Kata Nina sambil mengusap rambutku.
"Ehh.. kamu pengen di sangka kita penyuka sesama? " Kataku asal saat itu juga Nina menjauhkan tangannya.
"Ihhh.. amit-amiit.. "
"Jangan amit-amit.. Naudzubillah himindzalik.. "
"Iyah.. iyah.. Naudzubillah.. "
"Ayo kita ke kelas yuu.. udah makan nya? bentar lagi masuk! "
"Yuuk.. "
Aku dan Nina berjalan berdampingan keluar dari kantin, menuju kelas kembali.
Pelangi
"Hei.. tukang roti.. sini! "
"Aku? " Aku menunjuk diri sendiri.
"Ya Iyahlah kamu.. emang yang suka jualan roti disini siapa lagi?"
"Ada apa? " Tanyaku sambil membetulkan tas selendang yang hampir jatuh dari bahuku.
"Kenapa sih kamu harus jualan di sekolah? malu-maluin tau ga! "
"Memang ada larangan ya buat jualan di sekolah? " Aku balik bertanya.
"Kamu harusnya tau diri.. kalau ga mampu sekolah disini jangan maksain diri! disini tuh tempat sekolah orang elite tau ga.. image nya nanti turun karna kamu jualan apa? ju-a-lan ROTI!! " Evelyn sang ketua genk Bunga menggertakku.
"Memang..kenapa dengan roti? yang berhak sekolah di sekolah ini cuma orang kaya aja? apa kabar toleransi? " Kataku geram, karena yang di bahas adalah tentang kasta seseorang.
"Kamu berani ya sama aku! "
"Apa? " Tanyaku sambil melipat ujung kemeja seragamku.
"Awaaas yaa! aku bakalan ngasih kamu pelajaran! " Evelyn berlalu sambil menghentakkan kakinya ke tanah.
"Hhhh.. " Aku mendengus,merasa kesal.
Hari gini masih ada ya yang membeda-bedakan status sosial?
Aku bukan nya ga tau reputasi sekolah ini.memang sangat bagus, karena mayoritas disini adalah anak orang kaya dan berpendidikan semua. Tapi... apakah orang sepertiku ga berhak memiliki impian?
Apakah berjualan roti begitu hina bagi mereka? aku hanya berusaha mencari nafkah untuk sesuap nasi dan mencari tambahan untuk biaya sekolah.
Aku ga pernah meminta-minta pada mereka?karena dengan begitu aku menghinakan diri sendiri..
Kenapa sih pemahaman di masyarakat ,entah itu di kampung atau di kota.. entah itu di Indonesia atau negara manapun. Jika ia orang kaya,maka ia patut mendapat penghormatan karena status sosialnya?Masyarakat cenderung tunduk pada apa yang diinginkan si orang kaya dan abai pada mereka yang miskin.
Semakin seseorang kaya raya, ia akan semakin dikagumi dan dihormati banyak orang. Sementara orang-orang miskin semakin tersingkir dan sering dilecehkan.
Aku memang miskin..
Tapi yang terpenting aku tak meminta-minta.
Aku bukan tipe orang yang akan membiarkan diriku di bully ataupun mendapatkan perudungan.
Jadi siapapun yang merudungku.. aku takkan jadi penakut, dan akan selalu membela diriku sendiri.
Aku pun menghela nafas panjang, dan menetralkan pikiran. Kembali mencoba menghibur diri..
"10...9...8...7...6...5...4...3...2...1.......Semangat Pelangi! Hidupmu indah.. hidupmu bahagia...! "
"Dalam hitungan 10.. sampai 1...Maka kesedihan itu semua menghilang tanpa bekas."
Itulah kalimat yang selalu bapak bilang padaku, disaat aku menangis ataupun bersedih waktu kecil.
Kata bapak,kata-kata yang terucap dari mulut ku adalah do'a. Jadi harus berkata-kata yang baik.. berpikiran yang baik.. dengan hati yang baik, maka hal-hal yang baik pula yang akan datang pada hidupku.
Kata bapak, pikiran bisa menarik alam bawah sadar ke keadaan yang sama pula.
Dulu,saat kecil.. aku tak mengerti apa yang di bicarakan bapak. Tapi sekarang, setiap kali dalam keadaan sulit dan menyedihkan... aku selalu menerapkan apa yang bapak bilang.
Aku sehat..
Aku kuat..
Aku bahagia..
Dan aku baik-baik saja.
***
Angkasa
Tampaknya, Pelangi sedang terkena perudungan dari Evelyn..Ini tak luput dari penglihatanku dan teman-temanku, juga siswa-siswa lain di sekolah.
"Besar juga nyali si Pela.. berani ngelawan si Evelyn!" Celetuk Andi,saat melihat pemandangan itu di depan mata.
"Cewek lo tuh ngelabrak anak orang! " Kata Rangga pada Marvel, dan ia balas hanya dengan senyum sinis.
"Kita taruhan.. siapa yang bisa naklukin tuh cewek, gue kasih nih motor gue! "
Aku mengernyit.
"Maksud lo? "
"Siapa yang bisa jadiin si Pelangi pacar.. gue serahin nih motor !"
"Ogah..." Rangga dan Marvel serentak menolak taruhan yang di usulkan Andi.
"Why not? " Tanya Andi pada Rangga dan Marvel.
"Gue ga demen cewek kaya dia.. ga ada cewek -ceweknya!liat si Evelyn cewek gue, she was perfect... "
"Kalau di make over... dia bakal glow up Vel! cuma dia belum tersentuh skincare aja kaya si Evelyn.. Makanya kulitnya agak gelap.. Tapi gue suka tipe survive kaya dia.. ga gampang di bully."
"Meskipun dia tukang roti... tapi manis juga sih.. ya udah.. gue ikut! " Timpal Rangga.
Aku menoleh ke arah teman-temanku, "Sorry.. gue ga ikut! "
"Yaah ga asiik lo! gue aja ikut.. lumayan.. hiburan saat suntuk dan jenuh dengan rutinitas sama pacar yang gitu-gitu aja.. gue mau tantangan. " Marvel berubah pikiran.
"Lo tuh mau jomblo sampe kapan Sa? jangan-jangan lo ga demen cewek! " Celetuk Andi, dan berhasil membuat emosiku sedikit terpancing.
"Lo kalau ngomong sembarangan lo Ndi! " Ujar Rangga.
"Buktiin kalau lo normal! "
"Sialaaan lo ngatain gue ga normal! lo liat aja nanti siapa yang bakalan dapetin dia! " Ucapku asal tak ingat bahwa aku sudah berjanji takkan pernah mau dekat dengan makhluk bernama perempuan.
"Waktu taruhan ga di tentukan... semua bebas ngedeketin dia dengan cara gimanapun.."
"Kalau dia akhirnya tau.. dan curiga gimana? "
"Let her go... Dan jangan sampai ada yang Fall in atau suka beneran sama dia.. kalau ada, End!! kita cuma jadiin dia taruhan.."
"Deal.. gue kalah.. ambil nih jam tangan limited edition punya gue!"
"Gue kasih 15 juta.. "
Aku terdiam, baji**** juga ternyata teman-temanku ini. Tapi ini menarik...
"Deal.. kalau gue kalah, gue langsung pindah sekolah ke luar negeri! "
Kami berempat mengangguk setuju.
Aku pun memperhatikan langkah Pelangi yang kini sedang berjalan menuju parkiran. Ia membuka kunci gembok sepedanya dan mulai duduk di jok lalu mulai mengayuh sepeda.
Kenapa harus di gembok?
Siapa juga yang bakalan mencuri sepeda butut kaya gitu?
Tanpa sadar, aku menertawakan kelakuan si Bebek yang dulu ceroboh itu.
Jika di pikir-pikir, aku dan dia dulu adalah teman baik. Tapi aku sendiri yang mengikis jarak dengannya.. karna aku benci perempuan. Semenjak...
Hhhh...
Never mind!
***
7 tahun yang lalu.
Flashback on
"Mah.. mamaaaah..." Aku mencari-cari mamah di manapun tapi tak mendapatinya, akhirnya aku berjalan ke ruangan terakhir yang belum ku periksa adalah di lantai 3..
Aku pun menaiki anak tangga dengan riang karena ingin memperlihatkan hasil lomba melukisku yang mendapat nilai 100 di sekolah..dan juara 1.
"Mamah.. look here! aku dapat juara 1 ..." Aku pun berlari menuju ruangan pribadi tempat dimana mamah biasa menghabiskan waktu nya untuk menulis.
Iyah, mamah ku adalah seorang penulis ternama. Karya-karya nya banyak yang di adaptasi dan di angkat ke layar lebar. Karir mamah di awali sebagai aktris dan kemudian setelah menikah dengan papah.. mamah beralih profesi menjadi penulis.
Aku hendak mengetuk pintu ruang kerja mamah,tapi samar-samar terdengar..
"Iyah sayang... maaf, nanti kita jalankan lagi rencana selanjutnya! love you.. "
Aku mengernyit, mungkin mamah sedang menelpon papah Karena saat ini Papah sedang dinas di luar kota.
Ceklek.
"Mamah.. "
Kulihat mamah terperanjat.
"Ehh.. anak mamah sudah pulang.."
"Lihat mah.. aku dapat juara 1..."
"Waaah... anak mamah pintaaar...! "
Sejak saat itu, entah mengapa... sering sekali aku melihat mamah mengurung diri di ruangan nya, berlama-lama menelpon seseorang.. yang ku yakini ternyata bukan papah.
Suatu hari, mamah dan papah bertengkar hebat dan papah meninggalkan rumah dalam keadaan emosi di antar bapaknya Pelangi.. dan yang mengejutkan, pagi-pagi aku melihat di berita bahwa telah terjadi kecelakaan yang menewaskan papah dan bapaknya Pelangi.
Semenjak itulah.. Aku membenci mamahku.Membenci perempuan.
Aku hanya menyayangi satu-satu nya perempuan yaitu nenekku.
End of Flashback.
***
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!