Akad nikah antara antintia dan juga Gilang Surya di adakan di rumah Gilang. Dan mereka menyewa hotel berbintang tempat mereka mengadakan acara resepsi pernikahan antara Gilang dan antin.
Pada jam menunjukkan pukul 19.35 acara resepsi di mulai, semua tamu berdatangan untuk menghadiri pemilik perusahaan S.Y Corporation .dan juga pemilik restoran terbesar di Indonesia.
Restoran itu bernama S.Y. Resto.
Mereka terlihat sangat bahagia berada di atas pelaminan. Antin dan juga Gilang begitu sangat pandai menyembunyikan ekspresi wajah mereka pada setiap tamu yang menyapa mereka.
Begitu banyak keluarga,kerabat dan juga para sahabat Gilang yang menghadiri hari pernikahan Gilang dan antin. Begitu juga dengan para awak media yang di undang oleh keluarga Surya.
Setelah acara pernikahan itu selesai, kini semua para tamu yang hadir pun sudah mulai berkurang. Satu per satu para tamu pergi meninggalkan tempat acara. kedua mempelai masih berada di atas pelaminan karna ada saja tamu yang masih berdatangan untuk mengucapkan selamat bagi kedua mempelai.
Setelah semua para tamu sudah pulang, Gilang pergi meninggalkan antin yang tengah kesulitan untuk melangkah turun dari pelaminan itu. Antin menatap kepergian Gilang dengan wajah sedihnya. Namun dia berusaha tegar di depan keluarganya.
Antintia Vanessa adalah seorang gadis yang baik, dia tinggal seorang diri di sebuah desa terpencil di tengah persawahan. Dia hanya memiliki rumah peninggalan almarhum ayahnya. Karna ibu dan juga ayahnya meninggal sekitar 3 tahun yang lalu semenjak usia antin sekitar 20 tahun. Dia tinggal sendiri di rumah itu. setiap harinya dia selalu mencari makan dengan mengambil upah bekerja di sawah mulai dari menanam padi hingga, panen padi, dan segala bercocok tanam dia selalu mencari uang untuk membiayai kehidupannya. Hingga dia bertemu dengan gilang di rumah pak Jamal. yang tempat antin bekerja.
Pada waktu itu Arka sedang melakukan liburan ke desa. Dia tinggal di sebuah vila yang berlantai dua yg tak terlalu besar. Villa itu milik gilang sendiri. villa itu berdekatan dengan rumah pak Jamal.
Pada saat Gilang berada di balkon kamar villa itu Gilang melihat sosok gadis cantik tengah bekerja di sawah untuk membantu pak Jamal menanam sayur, hilang melihat gadis itu tengah tersenyum sembari tangannya bekerja.
Gilang pun bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri di kamar mandi villa yang Gilang tempati. setelah selesai, Gilang memakai pakaian santainya dan menuju rumah pak Jamal.
"Maaf pak jama, apa boleh saya bertanya ucap Gilang to the poin. "Eehh mas Gilang, silahkan duduk dulu mas" ucap pak Jamal ramah.
Gilang pun duduk di bangku kayu teras pak Jamal." maaf Mas Gilang tadi mas Gilang tanya apa bapak tidak dengar" ucap pak Jamal.
" Saya tanya, siapa gadis yang bekerja di sawah bapak itu" ucap Gilang bertanya.
"Ohh itu nak antin, dia bekerja disini setiap haru untuk biaya hidupnya" ucap pak Jamal.
"Oohh,,,, apa dia sudah menikah" tanya Gilang pada pak Jamal.
" belum mas, gadis itu sangat mandiri, setiap hari dia km selalu bekerja untuk biaya hidupnya. Dia juga tinggal sendiri di rumah sederhana milik mendiang ayah dan ibu angkatnya" ucap Jamal
" ayah dn ibu angkatnya" gumam Gilang dan pak Jamal mengangguk.
"Betul mas. Dulu semasa nak antin masih terlalu kecil, dia sebenarnya memiliki orang tua kandung. Tapi entahlah mereka kemana meninggalkan anak mereka. Karna mungkin ada alasan tertentu mereka meninggalkan anak mereka bersama Bu Minah dan pak Ahmad. Karna dulu Bu Minah dan pak Ahmad pernah bekerja di Jakarta, ya di rumah orang tua antin. Karena ada sesuatu alasan membuat satu keluarga itu menitipkan anaknya pada Bu Minah dan pak Ahmad. Sampai sekarang, antin hidup sendiri tanpa mengetahui siapa orang tua kandungnya" ucap pak Jamal panjang lebar.
Bersambung....
Jangan lupa tinggalkan jejak kak
Flashback on*
Di desa itu pak Jamal sebagi orang terkaya di sana. Dia menjadi bos tempat antin bekerja.
Gilang berjalan - jalan di sekitar desa menggunakan sepeda bersama Rio sekertaris Gilang sekaligus sahabatnya.
Gilang merupakan seorang pria tampan tinggi dan sangat di gemari banyak wanita yang melihatnya.
Hari ini Gilang mengelilingi arena sawah yang ada di tepi jalan. Hingga dia berhenti di tepi jalan. Menikmati keindahan alam yang belum pernah Gilang rasakan. Baru pertama kali Gilang berlibur di desa ini. Sebelumnya dia sudah pernah berlibur namun dia pergi ke luar negeri.
" di sini sejuk sekali ya, tidak seperti di kota" ucapnya sembari memejamkan mata.
"Tentu saja sangat sejuk, karna kamu lihat disini masih sangat alami dan asri sekali, tidak ada kendaraan, tidak ada bau asap mobil dan motor" ucap Rio menimpali.
Mereka berjalan - jalan hingga sore hari.
"Rio, tapi besok kita harus pulang kembali bekerja di restoran. Rasanya aku malas sekali untuk pulang" ucap Gilang. Mereka pun pulang ke villa dan membersihkan diri.
"Oh ya, aku baru ingat tadi malam mama menelpon kamu, mama menyuruh kita untuk segera pulang. Karna Siska pacar kamu terus- terusan menelpon ke mama, dia marah-marah karna kamu tidak mengajaknya berlibur" ucap Rio.
"Sudahlah, aku malas sekali meladeni wanita manja itu, rasanya aku tidak sanggup jika dia harus menjadi istriku. Jika dia tidak di turuti semua kemauannya, dia akan marah-marah tidak jelas. Dia juga selalu mengatur hidup aku dan aku tidak suka" jawab Gilang.
"Ya kau benar, dia itu sangat sensitive sekali, padahal kan kita selalu ajak dia bercanda tapi dia selalu menganggapnya serius" ungkap Rio.
"Menurutmu, bagaimana dengan gadis yang bekerja di ladang pak Jamal itu, dia sangat cantik sekali. Tapi aku tidak mau dia terlalu jelek untuk aku yang tampan ini" ucap Gilang percaya diri.
"Tapi aku akan mendekatinya dan memintanya untuk menjadi istriku, dan jika dia mau, aku akan memanfaatkannya agar siska tak berani mengganggu ku lagi. Rasnya malas sekali aku harus menjalin hubungan dengan Siska saat ini" imbuhnya lagi.
"Apa kau yakin dengan keputusanmu itu, kasian dong anak orang kamu manfaatin. Dan untuk Siska aku sebenarnya tidak yakin jika dia akan berhenti mengganggumu. Karna kamu kan lebih tau jika wanita itu sangat terobsesi padamu" ucap Rio.
"Aku yakin, dia pasti bisa menjauhiku. Karna jika dia berani macam - macam padaku, akan ku buat dia menderita" ungkap Gilang. Sedangkan Rio hanya menggelengkan kepalanya. Tak habis pikir dengan bos sekaligus sahabatnya itu. Yang bisa-bisanya ingin memanfaatkan seorang gadis dalam hubungannya dengan Siska.
***
Keesokan harinya.
Gilang dan juga Rio akan berangkat ke kota. Namun sebelum itu, mereka pergi ke rumah pak Jamal menemui pak Jamal dan berbicara pada pak Jamal untuk menikahkan antin. Tentu saja pak Jamal sangat terkejut dengan keputusan Gilang yang sangat tiba-tiba itu. Namun pak Jamal pun mengerti dan langsung memanggil antin untuk menemuinya di rumah.
"Tolong panggilkan antin" ucap pak Jamal pada salah satu pekerja wanita sama seperti antin.
"Baik pak" ucap wanita itu.
Kemudian antin pun memasuki rumah pak Jamal.
"Maaf pak apa ada yang bisa saya bantu?" tanya antin.
"duduk dulu nak" ucap pak Jamal mempersilahkan antin untuk duduk dan Gilang yang melihatnya pun terpana meskipun antin memakai baju biasa saja dan sedikit berkeringat tapi tetap gadis itu terlihat cantik. Antin pun duduk di sofa tunggal pak Jamal.
"Begini nak, maksud bapak memanggil kamu datang kesini itu mau memperkenalkan pada mereka berdua mas Gilang dan mas Rio"
"Gilang", ucap Gilang mengulurkan tangan.
"Antin" ucap antin.
"Saya Rio nona" ucap Rio mengulurkan tangan.
"Antin" ucap antin juga.
"Nak mereka berdua ingin membawa kalian untuk mmm...." pak Jamal ragu untuk membicarakan hal itu pada antin. Takutnya antin tidak akan menerimanya. Antin mengernyit bingung.
"Bapak, coba bicara pelan-pelan antin akan mendengarkan" ucap antin sopan.
"Huufftt,,,," ok Jamal menghembuskan nafas berkali-kali.
"Biar saya saja pak yang bicara padanya" ucap gilang dan pak Jamal pun mengangguk.
"Antin, maukah kamu menikah denganku?" ucap Gilang membuat antin terkejut.
"Bapak bercanda kan, mana mungkin bapak mau menikah dengan saya orang miskin, yang benar aja pak" ucap antin.
"Saya tidak bercanda nona antin, saya serius" ucap Gilang.
"Tapi, apa bapak tidak punya kekasih yang lebih cantik dan kaya raya tidak seperti saya orang sederhana" ucap antin.
"Saya tidak peduli itu nona, dan saya juga akan membawa nona ke kota hari ini juga" ucap gilang.
"Tapi_" ucapan antin berhenti di kala pak Jamal mengatakan.
"Nak, jika kau pergi ke kota, kau juga bisa mencari ibu dan juga ayahmu nak, mungkin kamu bisa hidup bahagia disana tidak seperti di sini, Kamu harus bekerja panas-panasan setiap hari" ucap pak Jamal.
"Baiklah pak" dengan berat hati antin pun mengiyakan apa yang pak Jamal ucapkan. Dia juga berharap semoga pernikahannya ini yang pertama dan terakhir.
"Tapi saya akan pulang dulu mengemasi pakaian yang akan saya bawa pak" ucap antin.
"Ayo kami antar nona kau jangan takut, kami tidak akan macam-macam" ungkap Rio dan antin pun mengangguk dan berjalan menuju mobil yang di tumpangi Rio dan juga Gilang.
Sesampainya di rumah antin. Gilang melihat keadaan rumah antin yang kecil dan sempit. Memiliki dua kamar dan dapur serta kamar mandi. Namun meskipun rumah itu kecil, tetapi rumah itu sangat bersih dan rapi. Rio dan gilang yang melihat kerapian di rumah antin tentu sangat bangga dengan antin meskipun dia tinggal seorang diri.
Setelah mengemasi barang bawaannya. Rio memasuki langsung tas isi pakaian antin. Tasnya pun isinya tidak terlalu banyak ,hanya bebrapa pakaian saja.Dia meninggalkan beberapa pakaiannya karna sewaktu-waktu dia bisa pulang kesini.
"Ayo nona, masuk ke dalam mobil" ucap Rio pada antin namun antin masih menatap rumah peninggalan ayah dan juga ibu angkatnya itu.
"Maafkan antin ayah, ibu, antin akan pergi meninggalkan semua kenangan antin disini termasuk rumah peninggalan ayah dan ibu. Tapi antin janji antin akan pulang berkunjung ke rumah ini" gumam antin dalam hati.
"Ayo nona" ucap Rio lagi dan antin pen mengangguk. namun matanya kini tak pernah berhenti memandang rumah kecil itu hingga tak terlihat.
Setelah menempuh perjalanan yang cukup lama,akhirnya mereka sudah sampai di sebuah rumah mewah berlantai 3 itu.
Gilang dan Rio turun terlebih dahulu baru antin. Mereka memasuki rumah itu dan Gilang memanggil mama dan juga papanya.
"Ma ,pa Gilang pulang" teriak Gilang Dan kedua pasangan suami istri itu menghampiri anaknya yang berada di ruang tengah.
"Hay sayang, kau sudah pulang"
"iya ma" Gilang memeluk mamanya.
"Kau bawa siapa nak" ucap mama Gilang.
"Aku bawa calon istri ma dari desa" ujar Gilang santai.
"Apaaaa,,,," teriak mama Gilang dan menatap antin dari atas sampai bawah.
"yang benar saja kamu ini, masak bawa gadis seperti ini di jadikan istri, apa tidak salah " ucap mama Gilang.
sakit sungguh sakit, mendengar dirinya di tolak oleh mama Gilang.
" papa juga tidak setuju kamu menikah dengan gadis kampungan ini Gilang" teriak papa Gilang.
"Ma pa tenang dulu dong. kita bicara di kamar saja ya" ucap Gilang.
"Antin kamu masuk di kamar kamu ya, bik ijah tolong bawa nona antin ke dalam kamar tamu" ucap Gilang pada buk Ijah pembantu di rumahnya. Dan Gilang bersama ke dua orang tuanya pun berbicara di ruang tamu. Gilang menjelaskan apa tujuan nya menikahi antin. Membuat papa dan mamanya menyetujuinya.
"Baiklah anak pintar, nanti setelah semuanya selesai, kau bisa menceraikan gadis kampung itu" ucap mama Gilang.
"Ya iyalah ma, mana mau Gilang menikah dengan gadis kampung seperti itu juga" ucap gilang.
Bersambung....
Jangan lupa tinggalkan jejak ya kak
Antin berjalan menaiki lif menuju kamar hotel yang sudah di sediakan untuk pengantin. Tidak ada dekorasi, tidak ada bunga mawar merah yang membuat kesan romantis. Tidak ada apa-apa yang menandakan mereka sepasang pengantin. pernikahan mereka adalah di katakan palsu. Namun itu bagi Gilang, tetapi bagi antin, itu adalah pernikahan sekali seumur hidup.
Antin berharap di dalam pernikahannya itu adalah pernikahan pertama dan terakhir.
tok tok tok
Antin mengetuk pintu, dan Gilang membukakan pintu untuk antin. Namun tiba-tiba Gilang menarik kasar tangan antin dan menghempaskan ke atas ranjang. Dan Gilang mengukung antin di bawahnya.
"Mas apa yang kamu lakukan" ucap antin ketakutan melihat mata gilang.
"Ingat gadis bodoh, kau jangan senang dulu Karna aku membawamu ke atas ranjang. ingat, kau bukan tipe ku. Kau adalah boneka ku yang akan aku jadikan mainan ingat itu" Gilang pun beranjak dan pergi meninggalkan antin sendiri di dalam kamar hotel itu.
Gilang meninggalkan antin menuju club malam, disana dia minum alkohol hingga tak sadarkan diri. Rio yang melihat sahabatnya hanya menggelengkan kepalanya. Lalu Rio membawa Gilang memasuki mobil dan menuju apartemen Gilang.
Sedangkan antin, gadis itu masih menangis di atas tempat tidur, meratapi nasibnya yang begitu kurang beruntung. Setelah pertemuan singkat dengan Gilang, dia juga tidak menyangka bahwa dia akan menjadi istri dari Gilang Surya.
Stelah puas menangis, antin pun bergegas ke kamar mandi. Selesai dengan semua ritual mandi, antin pun naik ke atas ranjang dan mencoba memejamkan mata. Namun dia begitu sulit memejamkan matanya memikirkan dimana Gilang berada.
***
Keesokan harinya. Antin terbangun dan melihat jam di ponselnya ternyata sudah jam 6 pagi, dia bangun lebih telat dari biasanya. Entah itu karna tak bisa tidur semalaman atau memang dia merasa kelelahan.
Antin membersihkan diri. Lalu setelah itu, antin memakai pakaiannya. Antin melihat beberapa potong pakaian bermerek yang di belikan Gilang.
"Ada apa denganmu mas, kau mengabaikan aku, namun kau juga membelikan aku barang-barang berharga. Sebenarnya apa tujuanmu menikahiku" antin bertanya-tanya.
Tok tok tok.
Antin terkejut dari lamunannya karna suara pintu hotel di ketuk dengan sangat keras. Antin pun dengan cepat membukakan pintu itu.
Ckleek.
Antin membuka pintu dan menampilkan mama Merry yang berdiri angkuh di depan pintu memandang antin dari atas sampai bawah.
"Hey, kenapa kau bangun siang sekali. Hari ini kita pulang dan aku tidak mau kamu lama-lama berkemas, turun ke bawah dan langsung pulang. Awas ya kalau kamu masih betah disini" ucap mama Merry mamanya Gilang.
"Baik ma" ucap antin menundukkan kepala.
"Ingat, Gilang tidak akan pernah menemui mu disini. Gilang sudah pulang ke apartemennya, jangan pernah berharap kau akan jadi ratu di rumah kami ingat itu" mama Merry pun pergi meninggalkan antin yang masih terbengong.
Antin mengemasi semua barang-barang nya dan meninggalkan kamar hotel.
Sesampainya antin di luar hotel pak Tono mempersilahkan masuk antin ke dalam mobil menuju kediaman tuan Andika Wijaya Surya.
Antin memasuki rumah. setelah memasuki rumah, antin melihat begitu banyak keluarga berkumpul kecuali dia sendiri.
"Hey antin, kenapa kamu lama sekali bukannya kamu di suruh mama buat cepat-cepat sampai rumah, kita sudah lapar siapkan makanan" ucap Vivi kakak ke tiga Gilang.
"Iya, gadis kampung ini sangat senang membuat orang menunggu" ucap Mira kakak ke dua Gilang.
"Sudahlah, kalian jangan berisik kalian ini jangan keterlaluan" ucap bima kakak tertua Gilang. Sedangkan Gilang, pria itu hanya diam tanpa berniat membela istrinya.
"Baik kak, antin permisi ke dapur" ucap antin.
"Dari tadi kek, hus hus hus pergi sana" ucap Vivi mengibaskan kedua tangannya seperti mengusir kucing.
Antin berjalan menuju kamar dan setelah itu menuju dapur. Disana dia membuka kulkas melihat dan mengambil beberapa sayuran serta daging untuk dia masak. Antin sangat lihai dalam memasak, dia sudah terbiasa tinggal sendiri dan memasak memang salah satu hobby nya juga.
bik Ijah datang menghampiri antin yang tengah memilih sayuran serta memotong daging ayam.
"Non, biar bibik saja ya, itu tugas bik Ijah" ucap bik Ijah.
"Tidak apa bik, antin udah terbiasa masak sendirian di kampung, jadi antin bisa melakukannya sendiri" ucap antin tersenyum menatap bik Ijah.
"Non, non antin jangan sedih ya, karna semua keluarga termasuk tuan Gilang tidak suka sama non" ucap bik Ijah lagi.
"tidak apa bik, antin juga tidak ambil pusing dengan mereka" ucap antin.
"Yang sabar ya non"
"iya bik"
" sini, biar bibik yang bantu" bik Ijah menawarkan diri.
"Baik lah bik, bibik tinggal mencuci semua sayuran dan antin yang akan memasaknya"
" baiklah non"
Setelah satu jam antin dan bik Ijah berkutat dengan peralatan dapur. Antin langsung menata makanan di atas meja.
"Bik, biar antin memanggil mereka makan ya" ucap antin.
"iya non"
Antin pun melangkah menuju ruang tamu dimana seluruh keluarga yang tengah bersenda gurau itu berada. Dan terlihat pula mama Merry dan juga papa Andi sudah pulang dari entah kemana mereka mampir sepulang dari hotel tadi.
"Maaf semua, makanan sudah siap" ucap antin Dan mereka semua menoleh menatap antin.
"Lama banget sih, cuman masak saja juga. Kita itu dari tadi lapar" ucap Mira berteriak.
"Iya, dasar gadis kampung, apa kamu memasak batu sampai-sampai aku kehilangan selera makan menunggu kamu selesai" ucap Vivi.
"Maaf, kak" ucap antin
" Alahh, palingan juga masakannya gak enak" ucap Mira lagi.
"Sudah sudah. Kalian ini bagaimana sih, makanan kan sudah siap tinggal pergi ke meja makan saja" ucap bima membela antin.
"Kakak bela gadis kampungan ini" Vivi kesal.
"iya ,kenapa kak Bima membela gadis kampung ini"
"Vivi,Mira. Antin sudah masak dan memberi tahu kalian jika makanan sudah siap, ya tinggal makan saja. Kenapa kalian harus protes" ucap bima kesal dengan ke dua adik perempuannya.
"Ayo kita ke dapur, mama jadi pusing mendengar kalian berdebat" mama Merry pun berjalan lebih dahulu dan di ikuti papa Andi di belakang namun sebelum itu mama merry menatap antin.
"Jangan sekali-kali kamu ikut makan bersama kami, ingat itu" ancam mama marry dan antin pun mengangguk.
Gilang juga begitu acuh melihat istrinya di bentak dan di marahi oleh kakak dan juga mamanya. Setelah mereka makan mereka pun menuju ke ruang keluarga namun Bima terlebih dahulu sudah pulang ke rumahnya bersama istri dan juga anak- anaknya" Bima sudah menikah dan memiliki empat orang anak dua perempuan dan dua laki-laki.
Sedangkan Mira, dia juga sudah menikah dan memiliki dua orang anak laki-laki
Sedangkan Vivi dia juga sudah menikah dan memiliki dua orang anak laki-laki.
Antin membersihkan meja dan menyusun piring kotor di westafel. Dia mencuci piring dan tak lupa mengelap meja makan serta mengepel lantai. Setelah itu dia baru melangkah menuju kamarnya melewati ruang keluarga.
"Hey gadis kampung, apa kamu tidak melihat kami disini. Bikinkan kita teh hangat" ucap suara keras Mira membuat antin kembali ke dapur tanpa mengucap sepatah katapun.
"Dasar kampungan" sarkas Vivi lagi
Bersambung.....
Jangan lupa tinggalkan jejak ya kak
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!