NovelToon NovelToon

Vortice Di Vendetta

BAB 1 : Kembali ke Kediaman Goksel

Namanya Jeana Ashara Goksel. Dia adalah putri tunggal dari Goksel Kingdom. Perusahaan Media terbesar se-Asia. Jea memiliki tiga orang kakak laki-laki dengan ibu dan ayah yang berbeda. Hidupnya sebagai putri tunggal tidaklah pernah mudah.

Semua orang mengenalnya sebagai pewaris utama Goksel Kingdom. tetapi kisah pahit yang tersembunyi di baliknya sungguh mengatakan sesuatu yang berbeda.

Jeana di besarkan oleh salah satu orang kepercayaan Ayahnya dengan nama Nashara Adelyn. dia adalah seorang anak yatim piatu dengan seorang kakak tunggal yang menjadi tulang punggungnya.

Dia Adalah Adelio Adelyn. Seorang anak muda yang begitu dipercaya oleh ayahnya Sanjaya Goksel. Usia mereka terpaut dua puluh tahun, dan Adelio sudah membesarkan Nashara dengan begitu baik selama ini. Bahkan lebih baik dari seorang orang tua kandung.

Selama hidupnya Nashara tumbuh sebagai seorang gadis yang penyayang dan juga pintar. Namun dia memiliki kepribadian seorang Introvert yang membuatnya sulit bergaul dan memiliki teman.

Suatu hari di acara ulang tahunnya yang ke dua belas tahun, Tn. Sanjaya ayahnya datang dan membawanya pergi jauh dari Adelio.

“Seperti biasa, pesta ulang tahun ini akan kita adakan dengan sederhana. Hanya kamu dan Abang. tetapi nanti, setelah ini akan ada hadiah istimewa.” Ujar Lio mencubit gemas hidung adiknya.

“Hadiah apa bang?” tanya gadis itu gemas.

“Menurut Princessnya abang, hadiah paling istimewa yang Jea inginkan itu apa?” Lio menatap lekat-lekat ke arah sang adik.

“Abang..” ujar gadis itu membuatnya kehilangan kata-kata.

“Maksudnya Abang?” Lio menunjuk dirinya sendiri. “Bang Lio?” tanyanya heran.

“Bang Lio adalah kado terindah yang Tuhan kasih buat aku. Di saat Papa, Mama bahkan abang aku sendiri gak pernah ada buat aku. tetapi Abang Lio gak pernah ninggalin aku.” Ujar gadis itu tulus membuat air mata bahagia tiba-tiba saja menggenang di pelupuk mata Lio.

“tetapi abang gak bisa jagain kamu selamanya.” Lio menghapus paksa air mata yang menggenang di pelupuk matanya.

“mengapa?”

“Karena Tuan Putri itu miliknya Raja.” Ujar Lio memaksakan senyumnya.

“Rajanya Jea kan Bang Lio.”

“tetapi suatu saat akan ada seorang pangeran yang bawa Putri itu pergi. Dan Rajanya gak bisa apa-apa.”

“mengapa?”

“Karena Pangeran membawa sang putri ke istana yang lebih besar. disana ada begitu banyak mainan dan juga makanan. disana juga ada Raja dan Ratu yang akan sangat menyayangi sang Putri.”

“tetapi Sang Putri tetap mau tinggal sama kakak laki-lakinya. Meskipun dia bukan Pangeran  dan Cuma seorang Jenderal. Karena Jenderal adalah orang terbaik yang akan melindungi sang putri.” Jawab gadis itu polos.

“Sini sayang.” Lio meraih gadis itu ke dalam pelukannya. dia memeluknya begitu erat hingga membuat gadis itu hampir sesak.

Tetapi dia merasa jauh lebih sesak. Kehilangan seorang yang menjadi alasan dia untuk bertahan. Adalah hal tersulit yang pernah dia lakukan. Selama ini, Lio tak pernah berpikir untuk bertahan dan memikirkan hari esok. HIdupnya terlalu biasa dan tak pantas untuk diberi harapan.

Tetapi sejak gadis kecil itu hadir, Hidupnya berubah. Siapa sangka tangan mungil dari seorang gadis berusia enam bulan bisa begitu menghangatkan hatinya.

Dia bahkan tak peduli jika orang mencemoohnya memiliki anak di luar nikah. Karena keberadaan gadis itu saja sudah cukup. Dia tidak membutuhkan orang lain lagi.

“Jea ingat, waktu orang-orang ngejek kamu anak di luar nikahnya abang?” gadis itu mengangguk.

“Apa yang kamu rasakan?”

“Jea sama sekali gak malu. Bahkan andaikan itu benar, aku pasti akan sangat bahagia karena bisa terlahir dari orang hebat seperti Bang Lio.” Ujar gadis itu dengan mata yang berbinar.

“Jea serius mau terus sama Bang Lio?” tanyanya lagi.

“Meskipun nanti resikonya Jea gak akan pernah bertemu lagi sama orang tua kandung kamu?”

“Buat Jea, abang itu lebih dari orang tua kandung buat Jea. Jea paham kalau abang bilang Mama, Papa mau lindungi aku dari orang yang mau nyakiti aku. Karena aku putri Goksel kan? tetapi aku gak pernah peduli sama status itu. Buat aku, lebih baik hidup menderita asalkan aku punya keluarga.”

“Jadi?”

“Keluarga aku adalah orang yang selalu ada buat aku. Dan mereka bukan orang tua yang ngelahirin aku Cuma untuk ngasih aku ke orang lain.” Jawab gadis itu mantap.

Lio melayang dalam pikirannya sendiri. Pada satu sisi, dia hanya diberi amanah soal gadis itu. Tetapi di sisi lain, dia begitu menyayanginya dan tak ingin melepasnya.

Gadis itu pun sama. Mereka hanya saling membutuhkan satu sama lain. Hanya mereka berdua, dan itu sudah cukup untuk mereka jadikan alasan untuk bertahan hidup.

“Jea, jujur Papa nelfon abang semalam. Dia mau jemput kamu. Menurut Jea gimana?” tanya Lio setelah menarik napas panjang.

“Boleh gak kalau kita kabur aja bang? Menghilang, dan berhenti menjadi bayangan Goksel.”

Gadis itu terkadang berpikir di luar kapasitas usianya. Dia bisa terlihat sangat dewasa dalam beberapa situasi. Seperti saat ini, dia bahkan berpikir di luar batas seorang anak dua belas tahun.

“Papa, bukanlah orang yang bisa kita lawan Jea.” Ujar Lio lembut.

“Jea tahu, Jea juga gak mau abang terluka. tetapi Jea punya rencana, dan aku mau abang ikutin rencana aku.” Ujar gadis itu yakin.

Nashara Adelyn adalah seorang gadis berprestasi yang tercatat sebagai seorang genius. dia telah menjalani program pertukaran pelajar ke beberapa negara selama lima tahun terakhir. dia juga berada di kelas Akselerasi dan pernah loncat kelas sebanyak dua kali.

Daya berfikirnya memang berbeda. dia bukan anak-anak biasa.

Jea menyusun strateginya dengan begitu sempurna dengan melibatkan Adelio di dalamnya. Lio sebagai peran utama dan dia sebagai peran pendukung.

“Abang tinggal ikuti rencana Papa. Dengan begitu Abang akan bisa terus mengawasiku dari jauh. Aku akan menyerang dari dalam dan mencari cara untuk kembali. Tidak akan lama, tetapi aku butuh waktu. Ada kebenaran yang harus aku selidiki. Aku janji akan kembali.”

Dengan berat hati, akhirnya Adelio melepas adik kesayangannya itu pergi setelah beberapa pertimbangan.

Adelio begitu mempercayai Jea. Dia percaya bahwa Jea juga akan melakukan hal yang sama. Mempertahankannya sampai titik darah penghabisan.

Tetapi Jea juga tahu persis bagaimana latar belakang Goksel. Meskipun dia tidak di besarkan disana, tetapi dia tahu persis seberapa besar pengaruh ayahnya. Pria itu bisa saja menyakiti Lio dan membuatnya menyesal seumur hidup.

Tak ada jalan lain. dia memilih untuk berkorban. Demi keselamatan sang kakak.

“Aku tahu rencana Anda. Jika Anda ingin menghukumku, maka lakukanlah! Jangan libatkan Bang Lio. Jika Anda menyentuh Bang Lio bahkan seujung rambutnya saja. Maka aku akan membawa Anda turut hancur bersamaku.” Ancam gadis kecil itu ketika tengah bersama ayahnya.

“Memangnya apa yang bisa tangan kecil ini lakukan?” ujar Tn Sanjaya tersenyum penuh makna sambil menggenggam jemari kecil Jea.

“Kamu sudah besar rupanya.”ujarnya tersenyum tipis.

“Dan Anda melewatkannya. Apakah ini bentuk penyesalan?” ujar gadis itu dengan nada menghina.

"Ikuti saja permainanku dan kau akan tahu alasannya." Tn. Sanja melepas tangan gadis itu begitu saja dan berlalu pergi seakan memberi isyarat bahwa gadis itu harus mengikutinya.

BAB 2 : Memancing Raga

Berita terpanas saat ini. Penyatuan dua keluarga media terbesar Goksel Kingdom dan Akeno Media. Keputusan terbesar sepanjang masa yang dibuat oleh Pemilik Goksel Kingsom Tn. Sanjaya Goksel dan juga Tn. Charles Akeno sebagai CEO Akeno Media.

Pernikahan Negeri Dongeng, yang akan diadakan di hari Ulang Tahun Putri Goksel yang ke dua belas tahun. Dia akan menikahi Putra semata wayang Tn. Charles Akeno yang bernama Aksara Akeno di usia muda. Usia yang hanya terpaut tiga tahun dan masih terbilang begitu muda untuk sebuah pernikahan.

Apakah ini merupakan Pernikahan Politik atau ternyata rumor seputar kedekatan mereka yang selama ini beredar adalah nyata.

Hal ini makin mengejutkan karena wajah dari kedua pasangan pengantin ini tak pernah terekspose ke media. Apakah keberadaan mereka di dunia nyata benar adanya? Atau mereka hanyalah sebuah boneka, yang dipasang sebagai wajah perusahaan.

“Kau dengar? Mereka meragukan keberadaanmu. Satu-satunya orang yang dikenal dari Goksel Kingdom adalah putri bungsu genius yang menduduki takhta putri mahkota. Kau tahu bukan apa tujuan kami memanggilmu?” ujar Clara ibu tiri Jea mencoba mengintimidasi.

“Apa pernikahan ini benar-benar harus terjadi Pa?” jawab gadis itu berlagak polos di depan sang ayah.

“Kau bisa melakukannya bukan? Demi kakakmu?”  Tn. Sanjaya yang mengerti kelemahan Jea pun mencoba mengintimidasinya dengan cara yang sama.

“Oke, gampang. Asalkan aku mendapat posisi yang sesuai dengan peranku. Aku tidak ingin hanya bersandiwara di balik layar.” Jawab Jea angkuh. Sorot matanya langsung berubah seketika ketika menghadapi ancaman dari ayahnya.

“Kau hanya lembut di depan kakakmu ternyata. Pada kenyataannya, kau adalah gadis yang angkuh sama seperti ibumu.”

“Jangan membahas seorang yang tidak ada. Ini antara aku dan kau, jadi berhentilah melibatkan orang lain.” Tegas gadis itu.

“Jadi bagaimana caramu membantu kami? Dari yang ku dengar, kau sangat genius. Tidakkah kau memiliki rencana yang bagus?” ujar Clara memprovokasi.

“Adakan pemotretan megah dengan konsep negeri dongeng. Pernikahan ini akan berlangsung secara virtual dengan bantuan media. Aku benci penonton. Terlebih jika mereka hanya bisa berkomentar tanpa tahu landasannya. Persiapkan dengan baik, buat kami terlihat berbeda dari biasanya. Dengan begitu tak akan ada yang mengenali kami begitu ada di kehidupan nyata.”

****

Begitulah konsep pernikahan negeri dongeng mulai dipersiapkan sesuai naskah yang di susun oleh Jea. Gadis itu saat ini tengah di kurung di dalam kastil empat lantai layaknya seorang Rapunzel yang tak memiliki pintu keluar.

“Ku dengar kau begitu cantik. Ternyata benar.” Tegur seorang pemuda yang tiba-tiba masuk ke dalam sangkar emasnya. ia berkacak pinggang dengan separuh tubuhnya yang bersandar di ambang pintu

“Raga Wibrata Goksel. Kau pikir aku tak mengenalmu? Putra satu-satunya dari nenek sihir cantik, ‘Clara Wibrata’. Apa tujuanmu kemari? Apa kau juga ingin aku menundukkan kepala di hadapanmu? Sama seperti yang berusaha ibumu lakukan?” ujarnya tak bersahabat kepada pemuda itu.

“Kamarku berada persis di bawahmu. Barangkali kau merasa bosan, dan butuh seseorang. Kau bisa menemuiku.” Ujarnya berbasa-basi namun tak mendapat respons dari sang pendengar.

Raga menunggu cukup lama. Gadis itu kini tengah menatap keluar jendela. Sedari tadi, sejak dia masuk dan tak menoleh sedikit pun kecuali saat pemuda itu menegurnya tadi. Gadis itu masih tak bergeming hingga akhirnya ia mencoba untuk sadar diri dan keluar dari kamar itu.

“Kau sendiri tahu, jika pintu itu terkunci ketika kau masuk. Bagaimana bisa kau menawariku untuk keluar?” ujar Jea tiba-tiba membuat Raga terdiam.

Pemuda itu masuk dengan menggunakan kunci yang dia gunakan dari luar. Dia tak menyadarinya. Dia hanya mengira bahwa gadis itu enggan membukanya dan mencoba menerobos masuk dengan kunci master miliknya.

‘Kunci Master’. Sebuah benda yang membuatnya selama ini bebas berlalu lalang di dalam kastil mewah Goksel Kingdom.

“Oh, mereka mengurungmu di sini?” ujarnya terdengar gugup. Ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

“Kau sungguh tidak tahu? Lalu apa kau juga tidak tahu jika kakakku berada di ruangan lain rumah ini dengan kondisinya yang tak baik? Apa begini cara kalian memperlakukan manusia? Dengan mengurungnya seperti binatang!” Ujar jea memprovokasi mencoba mengorek informasi dari pemuda itu.

Gadis itu menoleh setelah meneruskan provokasinya. dia berjalan menghampiri Raga yang berada di sudut lain kamar megah itu.

Kamarnya begitu besar, sehingga membutuhkan begitu banyak langkah untuknya agar bisa menggapai pemuda itu.

“Aku melihatnya di kamar sebelah. Seseorang mengantarkan makanan kepadanya begitu aku masuk. Dia tampak pucat, dan tak memiliki emosi. tetapi bisa-bisanya mereka bersikap seperti iblis dengan mengurungnya kembali setelah itu.” Jawab gadis itu tepat di hadapan Raga.

“Dia akan mengamuk, jika kami tak mengurungnya.” Jawab Raga dengan nada sedikit meniggi seakan terprovokasi.

“Jadi kau benar-benar mengetahuinya?" lirih gadis itu dengan tatapan penuh makna.

"Ya?" nada suaranya lagi-lagi terdengar gugup.

Sesungguhnya dia hanya menerka. Dan siapa sangka bahwa terkaannya itu benar.

"Apa kau tidak pernah tahu apa penyebabnya?”

"Apa yang kau lakukan? Kau mencoba mempermainkanku? Berhenti mencoba memancingku!" bentaknya gusar.

"Bisa saja. tetapi kau tahu bukan siapa aku? Seharusnya kau juga bisa berpikir dengan bijak untuk memihak siapa. Aku tahu di rumah ini tak ada yang saling terkait. Kalian menjalani hidup kalian masing-masing bukan?" ujarnya makin memprovokasi.

"Apa yang ingin kau ketahui?" jawab Raga seakan terpancing.

"mengapa dia seperti itu? mengapa dia bisa mengamuk dan memiliki mental yang tidak stabil?"

“Kepegian Ibu Pertama yang meninggalkan kalian. Aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri. Aku masih terlalu muda saat itu. tetapi aku yakin dengan pasti tentang apa yang kulihat.”

“Apa yang kau lihat?” tanya Jea mencoba menggali informasi.

“Mereka bertengkar. Ayah dan ibumu. Ibu pertama pergi dengan seorang anak dalam gendongannya. Ibu pertama menangis dan anak itu tak sadarkan diri. dia pergi dan tak pernah kembali lagi.”

“Sejak itu dia tak pernah lagi tersenyum dan mulai mengamuk untuk saat-saat tertentu. Dia terus menangis tanpa mengatakan apapun. Ayah membawamu keluar karena itu. Alasannya untuk menyelamatkanmu. Aku tak pernah mendengar suaranya lagi sejak itu.” Jelas Raga yang terlihat seperti seorang yang bersalah.

“mengapa kau menunduk? Tak berani menatapku? Ada apa dengan tatapan itu, dia begitu kosong.” Ujar gadis itu lagi memprovokasi.

“Aku malu. Sebagai kakakmu, aku tak bisa melakukan apapun.” Lirihnya.

“Mau melakukan sesuatu? Untuk menebusnya.” Tanyanya dengan nada mengintimidasi.

“Apa?”

“Setiap malam datanglah ke kamarku. Bawa kunci master itu dan biarkan aku menemuinya. Kau akan berjaga di sini dan aku akan menemui kakakku diam-diam. Buat seolah tak pernah terjadi apa-apa. Jangan biarkan mereka mengetahuinya.” Jelas gadis itu.

“Apa kau benar-benar berusia dua belas tahun? mengapa kau bersikap seperti seorang dewasa?” tanyanya ragu sambil memberanikan diri untuk menatap ke arah gadis itu.

“Karena aku berbeda. Atau, mungkinkah aku istimewa.” Ujarnya lagi dengan tatapan yang dianggap Raga aneh.

“Baiklah, aku akan datang nanti malam.”

Raga gemetar. Dia langsung menutup pintu itu dan menguncinya dari luar. Dia benar-benar terintimidasi. Dia menangkap tatapan membunuh dari wajah Jea. Entah apa kebenaran yang berusaha dia sembunyikan. Tetapi dia tampak terpengaruh.

Dia pun mencoba pergi dengan tenang tanpa membuat siapa pun curiga. Masih dengan pikiran yang begitu kalut, dia melangkah ke arah kamar pribadinya dan mulai menenggelamkan diri di dalam selimut.

Dia meringkuk dengan sekelebat pikiran buruk yang terus menghantuinya. Tentu saja, kondisinya juga tidak baik. Tak ada yang baik dari rumah itu. Dan Jea mengetahuinya. Dia hanya sedang mencoba untuk menyelidiki semua lebih jauh.

BAB 3 : Amukan Rayden

Malam pun tiba. Tepat pukul 00.00 sesuai dugaan Raga benar-benar datang menemui Jea. Pada dasarnya dia memiliki usia sekitar lima tahun lebih tua dibanding Jea. Namun entah mengapa seorang pemuda berusia tujuh belas tahun bisa dengan mudahnya tertipu oleh gadis berusia dua belas tahun.

“Ini kunci masternya. Pergilah! Aku akan berjaga sampai kau kembali.” Ujarnya menyerahkan kunci itu kepada Jea dan menurut untuk menunggu di dalam kamar gadis itu.

"Oh ya, namanya Rayden. Jika kau belum tahu." ujarnya gugup.

"Baiklah." Jea pun keluar dari kamarnya dengan mengendap-endap menuju kamar sebelah yang tak kalah besar dari kamarnya.

Dia membuka pintu kamar itu perlahan dan menemukan seorang pemuda seusianya tengah berdiri sambil memandang ke luar jendela.

“Rayden?” tanyanya ragu.

“Oh benar. Sesuai dugaan.” Ujar gadis itu bersemangat begitu pemuda itu menoleh ke arahnya.

Dia memandang raut wajah pemuda itu lekat-lekat. Garis wajah mereka terlihat benar-benar sama. Hanya saja pemuda itu memiliki tubuh yang lebih tinggi, sekitar 178cm. Melampaui dirinya yang hanya bertubuh mungil dengan tinggi 165cm.

“Kau? Ka…ka…kau masih hidup?” ujarnya dengan bibir gemetar.

“Aku masih hidup. Karena kau juga masih bertahan.” Lirih gadis itu asal masih mencoba membaca situasi.

Rayden pun berjalan mendekatinya dengan ragu-ragu. Dia mendatangi gadis itu dengan perlahan. Tangannya tampak terulur untuk meraih wajah gadis itu yang begitu mirip dengannya.

“Kau baik-baik saja bukan? Apakah aku terlalu lama?” ujar Jea datar sambil menggenggam tangan itu. Tangan yang menyentuh wajahnya dengan begitu lembut.

Pemuda itu menggeleng. Jea menuntunnya untuk duduk di salah satu sisi ranjang.

“Dia bilang kalau kamu sakit. Karena itu aku datang ke sini. Aku bahkan gak pernah dikasih tahu apapun soal kamu.” Ujar Jea membuka pembicaraan begitu mereka berdua tengah duduk berdampingan.

“Mereka bilang, kamu gak pernah ada. Aku anak tunggal. tetapi ada surat yang kasih tahu aku kalau kamu itu ada. Kalau kamu itu saudaraku.” Jawab Rayden lirih.

Jea menatapnya cukup lama dan menyadari ada suatu hal yang tak beres. Matanya memerah dan sangat kosong. Pandangan itu seakan menyiratkan begitu banyak luka. dia merasa seperti hatinya tersayat ketika memandang mata itu dari arah dekat.

“Kamu sakit apa?” ujarnya memberanikan diri untuk bertanya.

“Sejak wanita itu masuk rumah, aku sering berhalusinasi. Menciptakan beberapa karakter baru dan membenci karakter nyata. Aku bahkan bingung apa kamu yang ada di hadapanku sekarang ini adalah nyata atau justru hanya bayangan.” Jelas Rayden dengan tatapan kosong sambil memeluk kakinya erat.

“Tenang. Jangan tegang! Aku nyata. Kamu tadi menyentuh wajahku kan? Aku masih terasa hangat, Aku masih hidup.” jelasnya asal.

Jea melepaskan tangan Rayden yang menggenggamnya sedari tadi. dia melepaskan tangan itu perlahan dan bermaksud untuk membuatnya terlihat lebih santai.

"Bagaimana jika kita berbagi cerita?" dia memutar duduknya menghadap ke arah Rayden.

Jea menatap saudaranya itu lekat-lekat. dia mengangkat dagu Rayden untuk balas menatapnya. “Aku nyata. Dan aku datang untukmu Kak.” lirihnya membuat hati Rayden menghangat.

Rayden pun tergerak untuk memeluk saudaranya itu. dia merangkul gadis itu dan membawanya ke dalam pelukannya. dia menangis tersedu-sedu di pundak kecil itu. dia benar-benar membagi luka itu bersamanya kali ini. Setelah sekian lama dia menutup diri dari siapa pun.

“Kau tahu, aku berhenti memakan obat-obat yang diberikan wanita itu. Halusinasi itu menghilang. tetapi begitu dia datang dan menyuntikkan sesuatu. Aku benar-benar takut. Ada banyak orang jahat. Ada yang mau memukulku. Aku tidak memiliki pilihan selain memakannya.” ujar pemuda itu panik.

Rayden melepaskan pelukannya dari Jea dan bercerita dengan histeris. Matanya memerah, lebih merah dari sebelumnya. dia tampak panik dan *******-***** kasar rambutnya. dia mencoba menyakiti dirinya sendiri di hadapan Jea.

“Hentikan semua ini Kak, kumohon?” lirih Jea mencoba menenangkannya dengan memeluk tubuh ringkih Rayden.

“Siapa kau? Ada apa dengan wajah ini? Siapa kau?” teriaknya histeris begitu ia kembali menatap sang adik.

dia mencoba melepaskan pelukan Jea namun gadis itu memperkuat pertahanannya.

“Tenanglah, aku di sini. Kau tidak sendiri.” Lirihnya.

Rayden masih histeris dan bahkan menjadi lebih parah ketika orang-orang yang mendengar suara mereka mulai berdatangan.

“Apa yang kau lakukan?” hardik Clara kepada Jea yang tengah memeluk Rayden sambil menangis.

“Dia berbahaya. Lepaskan! Atau dia akan melukaimu.” Teriak Clara.

Namun Jea tak bergeming. Ada darah segar yang kini tengah mengucur dalam kepalan tangannya. Rayden meraih pisau dari nakas ketika Jea memeluknya. dia hampir saja melukai dirinya andai saja gadis itu tidak menggenggam pisau itu lebih dahulu.

‘Oh tidak! Aku menyakitimu. Kau berdarah, bagaimana ini?” teriak Rayden lagi makin histeris begitu melihat darah segar dari tangan Jea.

“Aku menyakitimu. Tidak! Aku tidak bisa melindungimu. Aku saudara yang buruk. Aku buruk.” Serunya lagi setelah mendorong Jea menjauh.

Gadis malang itu kini terhempas ke sudut nakas dan kepalanya sedikit terbentur ke ujung meja. dia menangis sesenggukan. Tetapi bukan karena rasa sakit di tangannya melainkan karena melihat kondisi Rayden saudaranya.

Raga yang baru saja bergabung pun langsung meraih gadis itu dan mendekapnya. Jea terisak begitu keras dalam pelukan Raga. dia kehilangan semua kata-katanya begitupun dengan tenaganya.

Raga menuntun gadis itu duduk di salah satu sofa yang berada di sudut kamar dan mulai mengobati luka gadis itu. Namun Jea, dia hanya menatap kosong ke arah Rayden yang tengah di tangani oleh pihak dokter.

Mereka mengikatnya ke sisi tempat tidur. Menyuntikkan sebuah obat dan memasangkannya melaui infus ke dalam tubuh Rayden.

“Obat apa itu? Apa yang berusaha dia jelaskan sebelumnya?” batin gadis itu menerka-nerka.

Jea mereka ulang kembali kedatangannya di dalam kepalanya sendiri. Rayden baru saja meminum sesuatu ketika dia datang. “Ada yang tidak beres.” Pikirnya.

Selagi Raga tengah mengobati tangannya dia menyadari sesuatu. Ada begitu banyak obat-obatan di atas meja di sudut ruangan. Dan ada bekas gelas yang baru saja di minum oleh Rayden disana.

Diam-diam tanpa sepengetahuan Raga dia mengulurkan sebelah tangannya yang lain untuk meraih botol obat itu dan menyembunyikan itu di sakunya. Hanya beberapa butir obat, jika dia mengambil botol itu maka pasti akan mengundang kecurigaan.

Untuk seorang gadis yang baru saja mengalami kejadian traumatis, dia terbilang sangat tenang. dia sama sekali tidak panik dan bahkan masih bisa berpikir dengan jernih. Tidak ada kecurigaan apapun, bahkan tak ada yang mempertanyakan kehadirannya disana.

“Kau sengaja memancingnya kemari?” hardik Tn Sanjaya kepada Raga yang baru saja keluar dari ruangan Jea untuk mengantar gadis itu.

“Aku hanya berpikir bahwa dia adalah obat terbaik untuk Rayden.” Jawabnya.

“Obat terbaik bagi mereka adalah tidak dengan tidak saling mengenal satu sama lain. Paham!” bentak Tn Sanjaya yang langsung berlalu dari sana.

"Tetapi dia mau berbicara. dia berbicara dengan Jea tetapi tidak dengan kita." jawab pemuda itu namun tidak dihiraukan oleh Tn. Sanjaya

Raga mematung untuk sesaat. dia mencoba menelaah kembali apa yang baru saja terjadi. Entah itu adalah kesalahan atau justru adalah hal yang benar dia lakukan. tetapi dia sama sekali tak memihak siapa pun di rumah besar itu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!