Anak-anak Sang Pencipta, itulah sebutan dari Seven Deadly Sins dan Seven Heavenly Sins. Mereka diciptakan oleh Sang Pencipta untuk menjadi keseimbangan dari ciptaannya yang paling sempurna yaitu Manusia.
Saat Sang Pencipta menciptakan mereka, Sang Pencipta menganggap mereka sebagai anak-anaknya yang paling berharga. Dengan membuat tempat tinggal ideal untuk mereka, akhirnya kehidupan mereka semua sangat bahagia.
Walaupun para Seven Deadly hidup di Neraka dan yang lainnya hidup di Surga, tetapi kehidupan mereka masihlah menyenangkan, karena tempat tinggal mereka sangat cocok untuk diri mereka masing-masing.
Semua anak-anak Sang Pencipta hidup dengan damai dan bahagia disana, sambil menuntun para manusia menjalani kehidupan mereka. Namun kedamaian itu harus berakhir, setelah akhir hidup Sang Pencipta mulai terlihat.
Dengan kematian Sang Pencipta, anak-anaknya terpaksa harus turun ke dunia manusia, karena tempat tinggal mereka sepenuhnya hancur. Tetapi malangnya, kekuatan mereka sepenuhnya menghilang dari tubuh mereka dan harus menjalani kehidupan mereka seperti manusia pada umumnya.
Namun berita baiknya, Anak-anak Sang Pencipta bisa mengembalikan kekuatan mereka dengan mengikuti sifat asli mereka. Dan hal ini pula yang menjadi kehancuran mereka saat tinggal di dunia manusia.
“Hm.... cerita yang sangat menarik” kata seorang wanita yang menggunakan seragam sekolah, sambil memegang sebuah selembaran dan sedang memperhatikan seseorang yang sedang menjelaskan sebuah kisah.
Bukan hanya wanita itu saja yang berada di sana. Beberapa anak-anak remaja berseragam juga sedang menikmati perjalanan mereka yang sedang melakukan kunjungan pada sebuah bangunan kuno, yang dipercaya sebagai tempat tinggal para Seven Deadly Sins saat berada di Bumi.
“Baiklah, jika kalian bisa melihat disebelah kiri, kalian bisa melihat gambar pertarungan yang terjadi saat pihak Dewa Olimpus, mencoba mengusir para anak-anak Sang Pencipta dari dunia ini” balas seseorang yang merupakan pemandu wisata dari bangunan kuno tersebut.
Semua orang yang berada disana mulai menatap satu persatu gambar yang terpampang pada tembok bangunan kuno itu, yang bisa terlihat seorang manusia dengan sambaran petir pada tangannya sedang memimpin beberapa orang dibelakangnya dan sedang melawan 14 orang.
“Lalu bagaimana nasib para anak-anak Sang Pencipta setelah kejadian tersebut?” tanya seorang siswi wanita yang menggunakan kacamata, karena penasaran dengan lanjutan kisah dari Para anak-anak Sang Pencipta.
“Memang banyak versi cerita tentang akhir kehidupan mereka. Namun para sejarawan meyakini dalam peperangan tersebut, semua pihak yang terlibat sudah tewas, bahkan beberapa Dewa dari Nordik, Sinto dan para kultivator kuno dari masa kerajaan Cina dulu tewas karena keikutcampuran mereka dalam peperangan tersebut” Balas sang pemandu wisata.
Semua orang di sana hanya mengangguk paham dengan perkataan sang pemandu wisata ditempat itu. Hingga akhirnya, mereka semua mulai dituntun oleh sang pemandu wisata untuk memasuki bangunan itu semakin dalam.
Bentuk bangunan yang sangat eksotis, membuat tempat itu sangatlah indah dan membuat beberapa orang pengunjung tempat tersebut sangat senang mengunjunginya. Tempat ini sangat terkenal bagi kalangan para wisatawan, karena bangunan ini merupakan salah satu dari tujuh warisan dunia yang dilindungi.
“Baiklah, dibalik pintu besar ini, terdapat sebuah ruangan yang diyakini sebagai makam dari para Seven Deadly Sins.” Balas sang pemandu wisata saat kelompok yang dipimpinnya sudah berada disebuah pintu besar dari sebuah ruangan.
“Apakah mereka benar-benar dimakamkan ditempat ini?” tanya seorang lagi, sebelum kelompok itu memasuki ruangan tersebut.
“Memang didalam ruangan ini ada tujuh buah Peti batu yang diyakini sebagai peti mati dari para Seven Deadly Sins. Namun hingga saat ini, peti-peti tersebut belum bisa dibuka menggunakan apapun karena sangat keras” balas Sang pemandu.
“Sepertinya memang benar mereka terkubur ditempat ini” gumam salah satu orang, yang meyakini para Anak Sang Pencipta memang benar terkubur ditempat ini.
“Baiklah, apakah kalian siap untuk melihat makam dari para Seven Deadly Sins?” tanya sang pemandu wisata.
“Siap!” teriak para kelompok itu serempak, dengan suara khas dari beberapa orang yang sedang mengikuti karya wisata.
“Ingat, kalian tidak boleh melewati garis batas yang sudah ditentukan oke” kata Sang Pemandu dan dijawab oleh anggukan oleh semua siswa yang mengikuti karya wisata ditempat tersebut.
Sang Pemandu Wisata mulai membuka pintu besar dari sebuah ruangan. Namun alangkah terkejutnya dirinya saat mendapati seorang wanita yang sudah terkapar tak sadarkan diri disebelah sebuah benda yang diyakini sebuah makam.
“Nona Catherine?!” teriak pemandu wisata itu panik, karena melihat seorang wanita yang dikenalnya sedang terkapar tak sadarkan diri.
Tanpa memperdulikan para siswa yang dibimbingnya, Sang Pemandu Wisata tersebut langsung berlari melewati pembatas yang hanya boleh dilewati oleh para staf ditempat tersebut, dan menghampiri wanita yang sedang tak sadarkan diri itu.
“Tim medis, cepat datang keruang makam. Ada seseorang tak sadarkan diri ditempat ini” kata Sang Pemandu yang mengeluarkan Walkie Talkie miliknya sambil memeriksa kondisi dari wanita yang tidak sadarkan diri tersebut.
Namun setelah memastikan bahwa keadaan wanita itu hanya pingsan, dirinya mulai bernafas lega. Tetapi pemandu wisata itu mulai menyadari, bahwa peti batu yang berada disebelahnya sudah terbuka.
“K-Kosong?”
.
.
Satu bulan Kemudian.
“Uangnya 50 ribu ya Kak.. jadi kembaliannya 4 ribu” kata seorang pria tampan yang berada dibalik meja kasir dan menyerahkan dua lembar uang dua ribuan kepada orang yang berada dihadapannya.
“Terima kasih Mas... kalau boleh, bisa sekalian minta nomor ponsel masnya ngaa?” tanya seorang wanita yang mengambil kembalian yang diberikan oleh pria tampan yang berada didepannya.
“Maaf Kak... tapi saya tidak mempunyai ponsel” Kata pria itu bohong dan membuat wanita didepannya hanya tersenyum kecut sebelum wanita itu meninggalkan tempat tersebut.
“Cih... hanya seorang kasir aja belagu.” Gumam wanita itu sebelum melangkahkan kakinya keluar dari supermarket tempat kerja dari Kasir yang menolak memberikan nomor ponselnya kepada wanita tersebut.
“Sudah 25 orang yang meminta nomor ponsel Kakak, kayaknya Kak Zen akan memecahkan rekor Kakak dua hari yang lalu” Balas seorang wanita yang berada disebelah kasir dari pria tampan tersebut.
“Benarkah sudah 25, kukira baru 15” balas pria yang dipanggil dengan Zen itu, lalu mulai mendaratkan kepalanya pada meja kasir didepannya dan mencoba untuk menutup matanya.
“Cih... Kakak niat kerja tidak sih.. Kalau dilihat boss Kakak selalu bermalasan pasti Kakak akan dipecat” kata wanita tersebut yang mencoba menyuruh rekan kasirnya itu untuk tidak bermalasan.
“Kakak hanya beristirahat sebenar, lagipula tidak ada pelanggan saat ini” Balas Zen dengan nada yang malas.
“Ya... tetapi kegiatan Kakak bisa dilihat dari orang-orang diluar” Kata wanita itu sekali lagi.
Tindakan pria bernama Zen itu memang sudah menjadi kebiasaan. Sudah 2 minggu dia bekerja ditempat ini, tetapi tindakannya yang senang bermalasan sepertinya sudah mendarah daging pada dirinya karena tindakannya selalu seperti itu.
Wanita yang berada disebelahnya juga sudah pasrah dengan perilaku dari rekan kasirnya itu, dan hanya membiarkannya saja karena sudah bosan menegur rekannya itu, karena selalu tidak dihiraukan.
Suasana ditempat itu mulai sunyi, karena memang tempat ini belum dimasuki pelanggan. Hanya suara televisi saja yang menemani kesunyian dua orang yang sedang berada dibalik kasir ditempat tersebut.
“Berita selanjutnya, kasus pencurian barang peninggalan kuno pada Seven Deadly Sins Temple, hingga saat ini belum menemukan titik terang.”
Suara televisi dengan gambar seorang pembawa acara sedang membacakan sebuah berita, sedang didengarkan oleh sepasang manusia yang saat ini masih setia melakukan tugas mereka, karena memang tuntutan pekerjaan yang mereka sedang lakukan.
“Memang apasih yang dicuri, hingga sudah sebulan berita ini terus diulang-ulang” kata seorang wanita yang saat ini menyaksikan tayangan tersebut.
Disebelahnya, rekan kasirnya masihlah dengan posisi yang sama, yaitu menyandarkan kepalanya pada meja kasir miliknya sambil duduk pada sebuah bangku. Tidak seperti biasanya, pria itu juga ikut mendengarkan berita yang sedang disampaikan tersebut.
“Menurut saksi mata kejadian ini, yaitu Catherine Miles yang merupakan seorang peneliti dari tempat tersebut. Dirinya melihat seorang pria yang langsung melarikan diri setelah dirinya berhasil membobol dan merusak salah satu aset yang diyakini sebagai makam dari tempat tersebut” kata sang pembawa acara atau bisa dibilang News Anchor.
“Hm... namanya Catherine Miles ya...” gumam pria yang merupakan Zen yang mulai mengangkat kepalanya yang sebelumnya sedang bersandar pada meja kasir didepannya.
Tentu saja tindakan Zen membuat rekan kasirnya juga ikut terkejut, karena ini pertama kalinya dia melihat Zen mengangkat kepalanya dengan kemauannya sendiri, bahkan sedang menonton sebuah berita yang sedang ditayangkan.
“K-Kak Zen tumben Kakak tidak bermalasan.” Kata wanita tersebut setelah melihat orang yang selalu bermalasan sedang menonton sebuah berita.
Namun Zen tidak menjawab dan terus menonton tayangan tersebut, hingga kegiatannya itu harus dia sudahi karena seorang pelanggan sedang memasuki mini market yang sedang dia jaga.
Waktu berlalu dengan cepat, namun tidak untuk Zen yang merasa waktu berjalan dengan sangat lambat. Saat ini dia sedang mengganti pakaiannya diloker tempatnya bekerja dan bersiap untuk kembali kerumahnya.
“Kakak yakin tidak ingin aku traktir?” tanya wanita yang sedari tadi menemaninya dalam menjalani pekerjaan yang sedang dijalani oleh Zen.
“Terima kasih Angel, tetapi aku saat ini sangat lelah” balas Zen yang menolak ajakan wanita yang lebih muda darinya itu.
“Cih... perasaan Kakak selalu saja lelah, padahal saat bekerja kerjaannya hanya bermalasan” kata wanita yang bernama Angel itu.
“Bermalasan juga sangat melelahkan Angel, coba kamu rasakan sendiri.” Balas Zen dan mendapatkan tatapan aneh dari rekan kerjanya itu.
“Baiklah kalau begitu. Hati-hati dijalan ya Kak” kata Angel yang melambaikan tangannya dan beranjak dari sana menuju kearah rumahnya.
“Hah... sepertinya sifat para saudara sepupuku sangat dominan terhadapnya.” Balas Zen yang ikut beranjak saat melihat keberadaan Angel yang sudah menghilang dari pandangannya.
Zen berjalan dengan perlahan menuju kekediamannya. Namun anehnya, jalan yang dia tuju untuk mencapai rumahnya, tidak menunjukan bahwa dirinya merupakan seorang yang sedang bekerja sebagai kasir sebuah mini market.
Saat ini Zen sudah berada digedung yang memiliki 50 lantai, dimana saat ini dirinya sedang menunggu lift untuk naik menuju kediamannya yang merupakan sebuah apartemen mewah yang terdapat digedung tempat dirinya berada.
Dengan menekan tombol lantai paling atas, lift itu membawa Zen menuju kediamannya. Langkahnya yang santai, akhirnya membawa Zen menuju apartemen miliknya yang saat ini sedang dia coba masuki.
“Kakak sudah pulang?” kata seorang yang sudah berada didalam apartemen milik Zen.
“Yo.. Azrael. Sedang apa kamu disini?” tanya Zen yang sedikit terkejut tentang kedatangan adiknya ketempat ini.
“Hanya berkunjung Kak Belph- ah tidak Kak Zen” balasnya.
“Berkunjung atau kau sedang dimarahi oleh Kakakmu Mikhael?” tanya Zen yang langsung duduk diatas sebuah sofa disamping Azrael.
“Aku hanya berkunjung. Lalu bagaimana proses Kakak dalam berbaur dengan Manusia?” tanya Azrael kepada Kakaknya yang sudah menunjukan sifat aslinya.
“Ya... seperti yang kamu lihat, Kakak cukup berhasil” Balas Zen yang sudah bersandar pada sandaran sofa tempat dirinya duduk.
“Cih... siapa yang percaya. Bahkan aku saja melihat Kakak kerjanya hanya tiduran tadi” Balas Azrael yang mengikuti kegiatan Kakaknya yaitu mulai bersandar pada sandaran sofa tempat dirinya sedang duduk.
“Lagipula, mengapa Kakak memilih menjadi seorang kasir untuk terbiasa menjalani kehidupan Manusia?” tanya Azrael kembali.
“Karena hanya pekerjaan itu saja yang menerima Kakak” balas Zen enteng yang membuat adiknya itu memberikannya senyum prihatin kepadanya.
Sloth atau Sifat Malas merupakan wujud dari Zen yang sebenarnya. Saat dirinya mencoba mengembalikan kekuatannya dahulu saat tiba didunia manusia, dirinya malah tertidur hingga ribuan tahun.
Setelah bangun dari tidurnya sebulan yang lalu, Zen mulai menyadari bahwa peradaban tempatnya tinggal sudah berubah. Dan mau tidak mau dirinya harus mencoba beradaptasi, walaupun saat dahulu dirinya langsung bermalasan saat sampai didunia manusia.
“Kakak tidak akan membalas perbuatan para Dewa yang membunuh saudara kandung Kakak bukan?” tanya Azrael kembali, setelah menurutnya inilah waktu yang tepat menanyakan permasalahan tersebut.
“Tenanglah, Kakak hanya bergerak jika mereka berani mencari masalah terlebih dahulu dengan Kakak” balas Zen yang membuat Azrael merasa sedikit lega atas jawaban Kakaknya tersebut.
Seluruh saudara kandung Kakaknya atau Sloth telah dibunuh. Tetapi bukan pihak Dewalah yang sengaja memburu mereka, tetapi saudara-saudara Zen yang memang mencari masalah kepada pihak Dewa.
Adik pertama Zen, Pride dengan tingkah angkuhnya malah menantang seluruh Dewa yang berada didunia ini hingga menyebabkan dirinya terbunuh. Lalu si Envy, terbunuh karena kecemburuannya dengan kehidupan para Dewa yang makmur dan mencoba mengadu domba mereka tetapi gagal.
Wrath yang entah mengapa hampir memusnahkan seluruh dunia hanya karena dirinya mabuk, dan dihentikan oleh pihak Dewa dengan cara dibunuh. Lalu Gluttony yang hampir memakan seluruh spesies laut yang ada didunia ini hanya karena pertama kali memakan sushi yang menurutnya sangat enak dan menyebabkan dirinya dibunuh juga oleh pihak Dewa.
Selain itu Lust, malah menggoda beberapa Dewa bahkan hampir memperkosa Dewi Perang Athena dan Dewi kecantikan Aphrodite secara bersamaan dan membuatnya mati konyol. Dan terakhir Greed yang ingin menguasai seluruh Dunia dengan membuat peperangan pada dunia manusia yang akan menyebabkan kehancuran dan mengakibatkan dia diburu oleh pihak Dewa.
“Lagipula, bukankah mereka mati karena kesalahan mereka sendiri” Kata Zen yang mengingat bagaimana para saudara kandungnya telah mati.
“Syukurlah kalau begitu.” Kata Azrael.
Ketakutan Azrael dan saudara-saudara yang lainnya, yaitu Kakaknya Zen akan membalaskan dendam adik-adiknya dan menyebabkan peperangan kembali terjadi dan membuat para pihak Dewa akan membunuh dirinya, sehingga membuat keluarga mereka akan kembali meninggal.
“Lalu, Kakak tidak ingin mengubah pekerjaan?” Kata Azrael kemudian.
Sebenarnya Azrael tidak mempermasalahkan bahwa Kakaknya akan berkerja sebagai kasir, atau bisa dikatakan berbaur dengan manusia dengan cara menjadi seorang Kasir. Namun karena status keluarga mereka, Azrael tidak ingin Kakaknya terlihat seperti pesuruh.
“Tenanglah. Lagipula tidak ada yang mengetahui identitasku yang sebenarnya” Balas Zen yang mengetahui kecemasan dari Adiknya itu tentang statusnya.
“Memang, tetapi didalam Nama Kakak, nama keluarga kita juga tersemat didalamnya”
Azrael Gwillyn, merupakan salah satu dari Seven Heavenly Sins yaitu Patience atau kesabaran. Sebulan yang lalu, dia tidak sengaja merasakan kekuatan akrab yang tiba-tiba saja muncul entah dari mana dan membuat dirinya sangat terkejut.
Kakaknya Mikhael sang Charity langsung menyuruhnya untuk menyelidiki hal tersebut, dan betapa terkejutnya dirinya bahwa dia menemukan Kakak sepupu tertuanya ternyata masih hidup. Dan saat dia bertemu dengannya, Kakaknya sedang bersitegang dengan pengawal kediaman para saudara sepupunya yang sudah meninggal.
“Lalu, kapan kamu akan kembali ke Vatikan?” tanya Zen kemudian.
“Kenapa? Kakak tidak senang dengan keberadaanku saat ini?” tanya Azrael yang merasa dirinya sedang diusir secara halus oleh Kakaknya.
“Bukan begitu, hanya saja Kakak harus beristirahat karena besok Kakak akan kerja pagi” balas Zen.
Siapapun yang mendengar ini dahulu, akan sangat terkejut dengan perkataan Zen itu. Seorang Sloth berinisiatif untuk pergi bekerja atas kemauannya sendiri. Bahkan mungkin jika Zen seperti itu pada jaman dahulu, mungkin neraka akan langsung hancur karena perubahan sifatnya.
“Hahh... memang tidak bisa dipungkiri, Sifat kemalasan Kakak memang sudah menghilang sedikit” Kata Azrael yang sedikit khawatir dengan keadaan Kakaknya itu.
Saat Zen bangun dari tidur panjangnya, entah mengapa sifat asli pemalasnya seakan berkurang dan malah tersebar pada dunia manusia. Hal ini cukup aneh memang, karena sifat dari para Deadly Sins akan tersebar jika diri mereka mati.
Namun berbeda dengan Zen yang seakan sifatnya memang tersebar secara tidak sengaja, dan sampai saat ini mereka belum tahu mengapa bisa terjadi seperti itu.
“Ya... Kakak juga bosan jika terus bermalasan” balas Zen yang mendapatkan tawa ejekan dari Adik sepupunya itu.
“Semoga saja perubahan Kakak ini bukanlah sesuatu yang buruk” Kata Azrael yang akhirnya mulai bangkit dari tempat duduknya.
“Baiklah, karena Kakak akan bekerja besok, sebagai adik yang baik aku akan membiarkan Kakak beristirahat” balas Azrael yang mulai beranjak meninggalkan kediaman Kakaknya.
“Kamu tidak ingin menginap disini?” tanya Zen kemudian.
“Tidak usah, aku harus mewakili Kakak Mikhael pada sebuah acara di Amerika” Balas Azrael dan dibalas anggukan oleh Zen.
Azrael mulai mengambil mantel miliknya dan langsung mengenakannya. Tetapi sebelum dia beranjak, Azrael sempat melirik Kakaknya yang masih dengan tenang bersantai sambil bersandar disofa tempatnya duduk tadi.
“Lalu, apa yang Kakak akan lakukan kedepannya? Apakah Kakak akan membuat kerajaan harem Kakak kembali didunia ini?” tanya Azrael.
“Cih... kerajaan harem. Aku menikahi semua gadis di Neraka karena aku malas menolak dan memilih mereka. Jadi biar gampang aku menikahi saja mereka semua” balas Zen santai.
“Baiklah... Baiklah. Ingat jika Kakak ingin membuat kerajaan harem lagi, pastikan wanitanya jangan terlalu banyak. Cukup memusingkan memanggil semua wanita dengan panggilan Kakak Ipar” Balas Azrael dan mulai beranjak pergi meninggalkan Kakaknya itu.
Suara pintu tertutup membuat tempat yang ditinggali oleh Zen kembali sunyi. Jika kehidupannya dahulu, dia akan senang jika suasana ini kembali menyelimutinya. Namun berbeda dengan sekarang, yang dimana sebagian kecil sifatnya sudah menghilang dari dirinya.
Berbeda dengan dahulu yang dimana Zen seakan tidak memperdulikan apapun karena kemalasan yang dimilikinya. Saat ini dirinya mulai merasakan perasaan peduli, penasaran dan sebagainya yang membuat dirinya sangat berbeda dengan kehidupan dahulunya.
“Baiklah, mari kita tidur. Besok aku akan kembali kerja” balas Zen yang mulai masuk kekamarnya untuk beristirahat.
Keesokan harinya, Zen yang sambil menguap sedang berdiri didepan sebuah lemari pendingin minuman. Memang tugasnya hari ini dimulai dengan menyusun barang-barang pada tempat yang semestinya sebelum dijual pada pelanggan.
Memang mini market yang cukup besar ini memperkerjakan beberapa karyawan, termasuk beberapa orang lainnya yang saat ini sedang bekerja bersama Zen. Tapi memang Zen hanya akrab dengan Angel saja, karena sifatnya yang memang cukup malas jika dibilang.
“Hahh... kapan ini berakhir” keluh Zen, walaupun dia masih melakukan tugasnya dengan tekun.
Angel memang akan bekerja jika dirinya pulang sekolah. Berbeda dengan Zen yang bekerja secara full time ditempat ini, Angel bekerja ditempat ini sebagai part time karena dia bekerja sambil sekolah.
Dan begitulah pagi hari Zen dilewati dan saat ini dirinya sudah berada dibelakang meja kasir dan melayani para pelanggan termasuk beberapa wanita yang mencoba merayunya untuk sekedar meminta nomor ponselnya.
“Selamat siang Kak.” Kata Angel dengan raut wajah cerianya, yang bersiap untuk memulai pekerjaannya.
Zen hanya membalas sapaan gadis itu dengan senyum manisnya namun matanya saat ini sedang menatap sesuatu pada bagian tubuh dari Angel.
“Hari ini, dibagian dibawah dada ya” gumam Zen, setelah menyudahi memeriksa keadaan rekannya itu.
“Apakah ramai hari ini Kak?” tanya Angel kemudian.
“Lumayan, sama seperti sebelumnya” balas Zen malas dan mulai menyandarkan kepalanya diatas meja kasir.
Keadaan kembali sunyi, karena memang jam-jam segitu ditempat itu para pelanggan mulai sepi. Namun Angel yang berada disebelah Zen mulai memberanikan dirinya untuk bertanya sesuatu kepada Zen.
“Kak Zen, bisakah nanti malam aku mentraktir Kakak makan malam?” tanya Angel, walaupun dia tahu bahwa Zen akan kembali menolak permintaannya itu.
“Hm... maafkan aku Angel, tetapi sepertinya aku akan langsung pulang kerumah” balas Zen yang kepalanya masih bersandar dengan nyaman pada meja kasirnya.
“Tetapi bisakah Kakak mengabulkan permintaanku yang ini? Karena hari ini ulang tahunku” balas Angel.
Mendengar perkataan Angel itu, Zen yang sebelumnya sedang tertunduk pada meja kasirnya langsung bangun dan menatap kearah Angel. Jika dirinya yang dulu mendengar perkataan itu, tetap saja Zen akan menolaknya, namun entah mengapa saat ini dirinya mulai merasa bersalah menolak permintaan Angel tadi.
“Hahh... baiklah, baiklah. Tetapi karena hari ini ulang tahunmu, biarkan aku saja yang mentraktirmu” balas Zen yang kembali menyandarkan kepalanya diatas meja kasir.
“Benarkah?” kata Angel yang cukup senang mendengar perkataan dari Zen. “Tetapi biarkan aku saja yang mentrak-”
“Jika kamu tidak mau, aku tidak akan makan malam bersamamu” balas Zen yang memotong perkataan Angel.
“B-Baiklah” jawab Angel, walaupun sebenarnya dia sangat ingin dirinyalah yang mentraktir Zen.
Dan begitulah hari kembali berjalan dengan cepat, hingga saat ini Zen sedang mengikuti seorang gadis remaja yang sedang menuntunnya menuju sebuah kedai sederhana dari ayam bakar. Zen dan Angel mulai memasuki tempat makan tersebut lalu mulai memesan makanan mereka.
“Apakah kamu meragukan aku tidak bisa membayar makanan apapun yang kamu pesan?” tanya Zen.
Sebenarnya Zen ingin mengajak Angel kesebuah restoran yang cukup mewah untuk merayakan ulang tahunnya. Namun sayangnya, Angel menolak dan memaksanya menuju kedai ayam bakar sederhana ini.
“Bukankah tempat ini bagus. Makan ayam bakar paling enak memang ditempat terbuka seperti ini. Dan juga Kakak jangan khawatir, aku jamin makanan ditempat ini akan enak” Balas Angel sambil tersenyum.
Zen hanya tersenyum saja mendengar perkataan dari Angel dan saat ini sedang menunggu pesanannya. Namun selang beberapa lama kemudian, bukannya pesanan mereka yang datang, tetapi sesuatu yang merepotkan mulai menghampiri mereka.
“Itu dia tuan, Putriku. Bukankah dia cantik?”
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!