NovelToon NovelToon

Don'T Forget

忘れないで : Geng Akiko

...Kaze ni natte sotto tsutsumitai...

...Kimi ga iru sekai ni sugu tonde yukitai...

...Aitakute mo aitakute mo...

...Matteru kara tada wasurenaide...

...Sekarang, aku ingin terbang ke dunia di mana kau berada,...

...Walau aku sangat ingin berjumpa denganmu, aku sangat merindukanmu…...

...Aku menunggumu, jangan lupakan diriku...

...(Don't forget by TVXQ)...

Pernahkah kau mendengar kisah legenda Robin Hood? Seorang pria gagah berani yang kerap merampok pelancong kaya raya untuk dibagikan pada fakir miskin secara adil. Karena kebaikannya, rakyat jelata memandangnya sebagai pahlawan.

Di Jepang, tepatnya di kawasan Kobe yang letaknya hanya tiga seperdua jam ke arah Tokyo Selatan, ada sekelompok Yakuza yang sangat disegani tapi juga dielukan warga sekitar. Mereka menamakan diri sebagai Akiko, yang artinya cahaya terang. Hanya saja, kelompok gangster ini berbeda dengan kelompok gangster lainnya di penjuru dunia.

Geng Akiko tidak pernah mengganggu masyarakat kecil. Mereka hanya mempunyai misi untuk mencuri dan merampas harta milik konglomerat yang tak taat pajak dan juga pejabat korup.

Yu Hiroshi adalah pemimpin kelompok Yakuza tersebut. Ia sosok yang gagah rupawan. Dengan tinggi badan 190 cm dan berat badan yang ideal. Kulit putih seperti orang Jepang pada umumnya, rambut hitam pekat, mata yang tajam berhias alis yang tegas, hidung mancung dan bibir yang terbentuk indah bak seorang model sampul majalah. Semua itu belum cukup untuk mendeskripsikan ketampanannya.

Yu bergabung dengan Yakuza pada usia 22 tahun. Di usia 25 tahun, ia telah menjadi penembak jitu terbaik di Jepang bahkan Asia. Ia bisa menewaskan lawan lewat tembakan dari jarak 1,5 kilo meter. Tak hanya itu, ia mempunyai keahlian mengatur strategi sehingga sering membuat lawannya terkecoh. Sementara di usianya saat ini yang menginjak tiga puluh tahun, ia telah mencapai posisi sebagai ketua Akiko yaitu Yakuza yang disegani para mafia Jepang.

Di bawah kepimpinannya, Akiko menjadi geng termasyur di Jepang yang ditakuti seluruh Yakuza Jepang. Bahkan, aparat keamanan dan para petinggi Jepang tak ada yang berani mengusik mereka.

Meskipun namanya begitu terkenal di kalangan Yakuza, sosoknya masih sangat misterius. Ia tidak pernah menampakkan wajahnya ke publik maupun ke anggotanya paling bawah. Itu artinya hanya orang-orang tertentu yang mengenal wujud aslinya.

Alasan ia bergabung ke dunia gelap ganster dan meraih posisi tertinggi sebagai ketua Yakuza tak lain karena untuk mencari adik kandungnya yang hilang. Keduanya terpisah selama lima belas tahun karena peristiwa gempa bumi yang terjadi di kota kecil yang mereka tinggali kala itu.

Malam ini, anggota Akiko akan melakukan penyerangan pada kelompok Yakuza lainnya yang diketuai seorang pejabat Jepang. Penyerangan mereka dipimpin oleh Ken Ryu. Ia adalah adik angkat dan kaki tangan Yu Hiroshi dalam setiap aksi. Umurnya baru menginjak dua puluh tiga tahun, tetapi keahliannya dalam melumpuhkan lawan, tak diragukan lagi. Ia disebut pembunuh berdarah dingin yang tak kenal ampun dalam menghabisi lawan.

Usia muda dan berwajah tampan membuatnya sangat mudah untuk mendekati para wanita. Ia sering bergonta-ganti pasangan hanya sekedar sebagai penghangat ranjangnya.

Saat ini, terdengar suara dentuman senjata memenuhi markas yang mereka kepung. Kedua geng mafia itu saling melempar peluru. Ken berlindung di balik tembok pinggir jendela. Namun, tak lama kemudian terdengar suara peluru yang dimuntahkan lawan ke arahnya mengenai kaca hingga menghamburkan kepingan-kepingan tajam.

Bunyi dentuman senjata yang saling sahut-menyahut terdengar lagi. Ken berusaha menyingkir, akan tetapi ketika ia berlari terdengar suara yang menghentikan gerakannya.

"Jangan bergerak!"

Ken terdiam. Dengan santai ia membalikkan badannya. Ia membuang permen karet yang tertinggal dalam mulutnya, lalu memandang remeh sosok tua di depannya. Di hadapannya saat ini adalah ketua mafia yang menjadi target utamanya. Pria tua berjas mahal tersebut menodongkan pistol tepat ke arah jantungnya.

"Jadi, kau anak buah Yu? Aku tidak menyangka Yu hanya mengirimkan seorang bocah untuk melawanku. Dia benar-benar ceroboh!" ejeknya sambil tersenyum iblis.

Ken masih bergeming. Ia menarik ujung bibirnya ke atas.

"Kau benar-benar tak takut mati. Tetapi, kemampuanmu dalam menghabisi puluhan anak buahku hanya dengan belati kecil benar-benar membuatku berdecak kagum," pujinya sesaat sambil melirik sebuah belati kecil penuh darah yang dipegang Ken.

Tiba-tiba sebuah peluru melesat dengan cepat dari samping kiri mengenai pelipis ketua Mafia tersebut. Dengan satu kali tembakan, pria itu jatuh tersungkur. Di sisa-sisa tombak kematian yang ia hadapi, matanya memandang nanar sesosok pria tampan yang baru saja memuntahkan peluru ke arahnya.

"Ka–kau ... bu–bukankah kau Yu?"

Sayangnya, ia duluan meregang nyawa sebelum pria tampan itu menjawab. Mata pria tampan itu menatap miris ke arah lawannya yang telah tewas seketika.

"Yu-niichan, kau curang! Bukankah kita telah sepakat, pria tua itu akan kuhabisi?" protes Ken dengan wajah kesal.

"Gerakanmu lamban sekali, sampai aku harus turun tangan menghadapi si tua bangka itu," cibir Yu sambil melempar pistol ke arah Ken, lalu berkata kembali, "lebih baik kau ganti pelurunya dengan peluru yang ada dalam pistol itu. Lalu sebarkan semua bukti rahasia tentang kejahatan dan korupsi yang ia lakukan serta skandalnya dengan beberapa wanita malam. Dengan begitu, kematiannya akan dianggap bunuh diri."

Yu berjalan tegap menuju pintu keluar markas itu, tiba-tiba salah satu dari anggotanya berseru, "Yu-sama, kami telah menghabisi semua anggotanya. Tetapi, yang tersisa tinggal gadis ini."

Yu membalikkan badan. Ia memicingkan mata saat melihat sesosok gadis berambut panjang dengan mata yang indah. Dilihat dari tampilannya, seharusnya gadis itu masih berusia dua puluhan. Gadis berambut lurus panjang itu menunduk ketakutan sambil sesekali melirik ke arah Yu dengan tatapan penuh permohonan.

"Jangan bunuh aku! Kumohon ... aku hanyalah gadis yang dibelinya semalam dari pamanku," lirihnya sambil menyatukan kedua telapak tangannya seraya memohon dengan air mata yang mengalir di pipinya.

Yu menatapnya dengan tatapan menilik. Sementara Ken melebarkan mata sambil menelan ludah saat melihat sosok cantik tak berdaya di hadapannya. Jiwa playboy-nya mendesir sesaat.

"Lepaskan dia!" ucap Yu begitu dingin.

Satu perintah yang keluar dari mulut Yu membuat anak buahnya tak bisa membantah dan langsung melepaskan gadis itu. Yu dan Ken lalu berjalan keluar markas menuju mobil mereka. Namun, gadis itu terus mengekor mereka dari belakang.

Yu menyadarinya, ia kembali memutar badan seraya melempar tatapan yang begitu menakutkan. Gadis itu tertunduk takut, tetapi dengan ragu-ragu berkata, "Apa aku boleh ikut kalian?"

Ken langsung menoleh ke arahnya dengan tatapan heran. Bukannya gadis itu seharusnya lari sekencang-kencangnya saat mereka melepasnya? Namun, mengapa ia malah menawarkan diri untuk bergabung dengan kelompok mereka? Apakah ia seorang mata-mata? Namun, wajah cantik gadis ini melumpuhkan nalarnya. Sepertinya ia tertarik dengan gadis itu.

Ken berjalan ke arah Yu, lalu berbisik padanya berusaha membujuk kakaknya agar membawa gadis itu ke markas mereka. Ia sangat kenal betul sifat Yu yang begitu dingin dengan para wanita.

Jika para gangster di dunia menjadikan wanita hanya sebagai pemuas nafsu mereka bak baju sekali pakai, berbeda dengan Yu. Ia mempunyai pemikiran bahwa wanita hanya membuat pria melemah. Ia bukan tipe pria seperti Ken yang senang bermain wanita.

Sekali lagi, wanita hanya melemahkan pria! Itulah yang selalu ia tanamkan di pikirannya.

Oleh sebab itu, ia tak pernah menjatuhkan hatinya ke wanita mana pun, dan hingga usianya menginjak tiga puluh tahun, belum ada seorang wanita manapun yang dapat menaklukkan hatinya.

"Ayolah, Oniichan! Bawa dia ikut bersama kita, kurasa dia benar-benar butuh perlindungan kita," bujuk Ken sambil berbisik di telinga Yu.

Masih dengan menatap tajam ke arah gadis itu, Yu berucap, "Ikutlah!"

Ken langsung berseru dengan riang. Ia mendekati gadis itu sambil berkata, "Ayo, ikut bersamaku. Oh iya, namaku Ken, Ken Ryu."

Ken mengulurkan tangannya dengan seutas senyum di bibirnya dan mata yang berbinar cerah.

"Yuki Tahara." Gadis itu mengulurkan tangannya untuk menjabat tangan Ken.

Namun, pandangan matanya ke arah Yu yang dengan tak acuh langsung masuk ke dalam mobil.

.

.

.

.

.

Minna san...

hajime mashite.

watashi wa Aotian Yu desu.

Ini karya kedua saya di mangatoon/noveltoon

Peringatan! Novel ini dipenuhi adegan kekerasan, vulgar, kejahatan, pembantaian dan sekss bebas. Novel ini bersetting Jepang dengan latar belakang gangster, tidak memakai budaya indonesia. Tidak disarankan bagi pembaca religius, anti free sekss, dan yang tidak nyaman dengan adegan sadis. 🤗😉

Arigatou..

忘れないで : Aksi Yu dan Ken

Mereka telah sampai ke mansion yang dijadikan tempat tinggal sekaligus markas besar Akiko. Rumah besar itu terdiri dari lantai dasar yang digunakan sebagai tempat pertemuan para anggota, lantai dua digunakan sebagai tempat tinggal Yu dan Ken, serta ruang bawah tanah yang merupakan tempat mereka menyembunyikan persenjataan dan harta benda hasil rampasan yang mereka lakukan pada pejabat korup.

Yuki masih mengikuti ke mana Ken melangkah. Mata Yuki berkeliling menatap seisi mansion yang begitu mewah. Tampak beberapa koleksi benda antik menghiasi dinding dan sudut ruangan.

Yuki melangkah ke sebuah ruangan yang terdapat bar mini di dalamnya. Dari kejauhan ia dapat melihat jika ruangan tersebut terhubung langsung dengan kolam renang. Di dalam ruangan itu, tampak Yu sedang berdiri membelakanginya. Gadis itu dapat menyaksikan langsung jika sekarang Yu sedang menuangkan sebotol anggur ke dalam gelas kristal. Yu meneguk anggur tersebut. Ia begitu menikmati seteguk demi seteguk minuman beralkohol itu. Sementara gadis itu masih berdiri mematung di belakangnya.

"Apa yang kau lakukan di situ?" Suara teguran Yu membuat Yuki terperanjat dari lamunannya.

Bukankah mata pria itu sama sekali tak melirik ke belakang? Badannya pun full membelakangi gadis itu. Namun, bagaimana bisa ia mengetahui jika gadis itu sedang berdiri di belakangnya? Itu artinya, orang ini punya tingkat waspada yang sangat tinggi!

Yuki terlihat begitu gugup. Ia meremas ujung bajunya seraya berkata, "A-aku ... hanya kebetulan lewat di sini."

Yu masih membelakangi gadis itu. Ia kembali meneguk anggurnya, merasakan sensasi alkohol yang melewati tenggorokannya. "Apa Ken telah menyediakan kamarmu?" tanya Yu.

Yuki menggelengkan kepala. "Aku tidak tahu. Aku berpisah dengannya di ruang depan dan aku tersesat di ruangan ini."

Yu terdiam. Ia kembali menuangkan wine dari botol ke gelas kristalnya. Yuki memerhatikan gerak geriknya dengan saksama. Dari samping, ia dapat melihat sosok tampan nan rupawan. Pria itu tampak begitu seksi hanya dengan menuangkan segelas anggur.

"Oh iya, aku lupa berterima kasih padamu karena telah membawaku ke sini dan menyediakan tempat tinggal untukku," ucap Yuki dengan hati-hati. Ia tahu betul, jika pria yang berhadapan dengannya adalah seorang bos mafia. Jadi, harus berhati-hati menjaga ucapannya agar tak membuat pria itu tersinggung.

Yu tersenyum remeh. Ia mengangkat sudut bibirnya ke atas. "Apakah begitu caramu berterima kasih pada orang yang telah membiarkan nyawamu selamat?"

Yuki terdiam mengernyit. Ia tak mengerti maksud dari pria dingin itu. Sementara Yu membalikkan tubuhnya menghadap Yuki, lalu melangkahkan kakinya dengan perlahan mendekati gadis itu.

"Dalam dunia gangster, membiarkan satu nyawa dari musuh itu sangat berbahaya. Suatu saat ia akan menjadi bumerangmu sendiri," ucap Yu pelan dan penuh penekanan.

"Aku bukan bagian dari mereka. Aku hanya ...."

Suara Yuki tersekat saat Yu mengangkat tangannya memberi tanda agar gadis itu berhenti bicara.

"Buktikan padaku jika kau bukan bagian dari mereka." Yu mengangkat alisnya sambil menatap gadis itu dengan tatapan mematikan dari ujung kepala hingga ujung kaki.

"Ba-bagaimana aku bisa membuktikannya?"

"Berikan aku tubuhmu!" Jari Yu dengan perlahan mengarah tepat ke dada gadis itu.

Yuki terperangah. Matanya membulat besar. Pipinya merah padam menahan malu. Detak jantungnya berkejaran saat pria itu mengucapkan satu kalimat perintah dengan tatapan menakutkan. Apakah ia diminta untuk melayani pria tersebut? Ia dapat melihat kilat di mata Yu seiring dengan permintaan yang baru saja pria itu ucapkan.

Tubuh Yuki gemetar seketika. Namun, ia tak bisa mengabaikan perintah pria itu. Dengan perlahan tangannya bergerak menuju kancing baju miliknya sendiri. Satu per satu kancing baju miliknya terlepas hingga mengekspos dadanya yang berbalut bra berwarna merah tua. Wajah Yuki tertunduk malu karena sedikit lagi ia akan memperlihatkan buah dadanya bahkan akan melayani pria tampan itu.

Ketika ia hendak melepaskan kamejanya untuk lebih menampakkan seluruh badannya yang mulus, tiba-tiba suara perintah dari mulut pria itu datang kembali.

"Tutup!"

Yuki terkejut. Matanya menatap mata Yu dengan tatapan penuh pertanyaan. Apa maksud orang ini? Ia bahkan baru membuka kancing bajunya.

Yu mengalihkan pandangannya ke tempat lain sambil berkata, "Kancing kembali bajumu."

Yuki menatap heran pria itu. Namun, ia tak dapat mengeluarkan sepatah kata pun untuk bersuara.

"Wanita selalu saja seperti itu. Lemah dan tak berdaya di hadapan lelaki!" cibir Yu sambil tersenyum mengejek dan langsung pergi begitu saja meninggalkan Yuki seorang diri di ruangan itu.

Yuki kembali meremas bajunya. Ia menelaah kembali satu per satu kata yang baru saja diucapkan Yu. Apakah dia tidak begitu tertarik dengan kemolekan tubuhnya hingga memintanya mengancingkan kembali kamejanya? Atau ... sebenarnya Yu hanya sekedar mengujinya? Mungkinkah ia terlihat terlalu murah di hadapan pria itu?

Di tengah kebingungan yang melandanya, Ken datang mengejutkannya dari arah belakang.

"Kau dari mana saja, Babe. Aku mencarimu ..."

Mata Ken mengerjap saat melihat kancing-kancing baju Yuki terbuka dan mengekspos buah dadanya yang masih dibalut bra. Yuki menyadari Ken menatap mesum ke arah dadanya. Dengan cepat ia menutup kamejanya dan membelakangi Ken.

"32 B." Ken menebak ukuran buah dada Yuki.

Yuki meliriknya dengan tatapan kesal sambil sibuk mengancing kembali kamejanya. Ukuran 32 adalah ukuran kecil untuk buah dada wanita dewasa.

Ken kembali melanjutkan, "Yah ... meskipun kecil tidak terlalu buruk. Lagi pula aku sudah bosan mencoba yang besar-besar."

Ken menarik ujung bibirnya sambil mengedipkan satu matanya ke arah Yuki, mencoba untuk menggoda gadis tersebut. Namun, dengan dengan segera Yuki melangkahkan kakinya keluar.

"Eitt ... kau mau ke mana?" Ken menarik tangan Yuki dengan cepat hingga tubuh gadis itu tertarik ke pelukannya.

"Lepaskan aku, Baka!" umpat Yuki sambil memukul-mukul dada Ken.

Bukannya melepaskan gadis itu, Ken malah mencium bibirnya dengan kasar.

Sebuah tamparan mendarat di pipi Ken, hingga wajahnya terlempar ke samping. Ken melepaskan tubuh Yuki secara refleks. Sementara Yuki langsung bergegas lari meninggalkannya.

Ken mengelus pipinya yang baru saja ditampar Yuki. "Menarik! Sangat menarik. Sekarang aku punya mainan boneka Barbie yang bisa berubah menjadi Annabelle!" ucap Ken menatap kepergian Yuki dengan alis yang terangkat dan sudut bibir yang menyungging.

Keesokan harinya, geng Akiko di bawah kepemimpinan Ken kembali beraksi. Kali ini target mereka adalah Tuan Sasomoto Suichi. Yaitu pemilik perusahaan Sasomoto yang baru saja dilantik menjadi anggota parlemen Jepang.

Ia menjadi target geng Akiko karena keberaniannya meminta pemerintah Jepang untuk membubarkan geng Yakuza tersebut dan akan menggusur lahan milik masyarakat Kobe. Ia juga mengusulkan undang-undang yang menyempitkan pergerakan seluruh Yakuza di Jepang.

Yu berjalan tegap masuk ke dalam perusahaan Sasomoto. Berpakaian jas serba hitam dengan kacamata yang berwarna hitam pula, Ia dapat melenggang masuk ke ruang Presiden direktur tanpa ada yang menghalanginya. Yu langsung menduduki kursi empuk milik Tuan Sasomoto. Ia membuka kacamatanya perlahan, lalu memetik jarinya memberi sebuah kode. Dua orang anak buahnya langsung masuk ke ruangan tersebut. Ia memerintahkan anak buahnya untuk membuka brankas milik Tuan Sasomoto. Kedua anak buah Yu langsung mengikuti perintahnya. Mereka membuka brankas tersebut dan mengambil seluruh uang yang ada dalam brankas dengan menggunakan sarung tangan.

Sementara di tingkat tertinggi gedung tersebut, terlihat suatu adegan yang mencengangkan. Tampak Ken dan Tuan Sasomoto sedang berada di tepi atap. Ken memegang pundak Tuan Sasomoto, mengarahkannya di ujung atap gedung yang apabila mereka menengok ke bawah, maka yang terlihat adalah jalanan Tokyo yang begitu padat.

"A–apa ... yang akan ka–kau ... lakukan?" tanya Tuan Sasomoto dengan suara gugup dan tubuh yang gemetar hebat.

"Tentu saja kau bisa menduga apa yang hendak kulakukan," bisik Ken dengan suara seksi dan sedikit menggertaknya dengan mencondongkan tubuh pria tua itu seolah hendak menjatuhkannya ke bawah.

Pria itu berteriak ketakutan. Sangat terdengar jelas suara gemertak giginya. Setengah ujung kaki pria itu telah berada di udara, setengahnya lagi masih menginjak lantai.

"Mohon ... am–ampuni a–aku ... a–aku berjanji tidak akan mengusik kalian la–lagi," ucapnya memohon dengan suara terbata-bata dan napas yang tersengal-sengal.

"Terlambat, Babe! Seharusnya kau melakukan itu sebulan yang lalu saat kakakku tidak menggubris seranganmu di media-media Jepang yang mengakibatkan nama kakakku tercemar." Suara seksi Ken yang begitu menakutkan kembali terdengar di telinga pria itu. "Bukankah kita telah menulis surat wasiat sepeninggalan dirimu?" Ken kembali mengingatkan pria itu akan kejadian beberapa menit yang lalu.

Sebelum ia membawa paksa Tuan Sasomoto ke atap gedung. Ia telah memerintahkan secara paksa pria itu untuk menulis surat wasiatnya sendiri yang berisi pengakuan bunuh diri.

Tuan Sasomoto hanya dapat menarik napasnya dalam-dalam. Kematiannya telah berada di ujung tombak. Sementara, dari ruang presiden direktur, Yu masih duduk santai sambil melipat satu kakinya di atas lutut. Ia mengacungkan jari telunjuknya seolah sedang menghitung.

Satu.

Dua.

Yu menjeda sembari menatap foto Tuan Sasomoto yang terletak di meja kerjanya. Seketika tatapan Yu berubah menjadi tatapan iblis yang memancarkan bola api.

Tiga!

Pada hitungan ketiga, tubuh tuan Sasomoto dijatuhkan Ken dari atap gedung lantai 55. Bayangan tubuh pria itu melintas lewat jendela ruangannya sendiri. Meskipun posisi Yu membelakangi jendela ruangan tersebut, tetapi ia dapat merasakan saat ini tuan Sasomoto telah menemui ajalnya. Seketika senyum licik penuh kemenangan tercipta di bibir indah pria tampan yang menakutkan.

.

.

.

.

.

.

Bersambung

catatan kaki : baka (bahasa Jepang) \= bodoh

nantikan kehadiran karakter-karakter tokoh lainnya di chapter mendatang yaa...kira-kira kalian suka karakter mana yang lebih baddas, Yu yg dingin dan misterius atau Ken playboy dan sangar?

Jangan lupa like dan Komeng.

忘れないで : Belajar Menembak

Mereka memutuskan kembali ke mansion. Ken sangat bahagia karena dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Pria itu berjalan menuju bar mini untuk meneguk anggur favoritnya. Namun, pandangannya terarah ke kolam renang. Dilihatnya Yuki tengah duduk di tepi kolam renang. Ken mengambil sebotol anggur lalu berjalan menuju kolam renang.

Ken mendekati Yuki lalu memosisikan duduk di samping gadis berambut panjang itu. Yuki tampak terkejut melihat Ken yang tiba-tiba duduk di sampingnya sambil tersenyum bodoh. Namun, Yuki tampak tak mau memedulikan pria itu. Ia malah mengalihkan pandangannya ke samping agar tak melihat wajah Ken.

Ken membuka botol anggur lalu meneguknya. Ia kembali menatap gadis itu lalu tersenyum kecut.

"Jika kau ingin tinggal di sini, kau harus bersikap ramah pada Tuan rumahnya," ucap Ken seolah menyindir Yuki yang bersikap ketus padanya.

Yuki terdiam. Ia menyadari apa yang Ken katakan benar adanya. Walau bagaimanapun Ken adalah bagian dari penghuni mansion ini. Ia memang masih kesal pada pria itu karena telah mencium bibirnya secara paksa. Namun, ia teringat kembali, Ken adalah orang pertama yang menyetujui dirinya ikut bersama mereka.

Yuki melirik ke arahnya dengan perlahan. Pria itu langsung menyambutnya dengan senyum menawan.

Tiba-tiba Ken berdiri lalu membuka kaos yang ia gunakan sehingga hanya meninggalkan celana pendek saja. Mata Yuki terbelalak, ia meneguk ludah saat melihat tubuh atletis Ken terpampang jelas di matanya dengan otot perut yang mengagumkan. Pria itu langsung menyeburkan diri ke kolam renang.

Tanpa Yuki sadari, ia terus menyaksikan pria itu tengah berenang dengan gerakan bak perenang profesional. Namun, tiba-tiba Ken seolah menghilang di telan air. Tubuhnya tak tampak dipermukaan untuk beberapa detik. Mata Yuki menelisik ke seluruh kolam untuk mencari jejak Ken.

Secara mengejutkan Ken muncul tepat di hadapannya dari dalam air dan langsung menariknya masuk ke dalam kolam hingga dengan sekejab tubuhnya basah. Ken memeluk pinggang Yuki sambil tertawa melihat ekpresi terkejut gadis itu.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Yuki dengan kesal sambil mengusap wajahnya.

"Apa yang aku lakukan? Tentu saja mengajakmu berenang bersama!" jawab Ken dengan santai.

Senyum menggoda Ken membuat Yuki tidak senang. Ia berusaha melepaskan diri dari pelukan Ken. Namun pria itu malah semakin mendesak tubuh Yuki ke tubuhnya hingga jarak antara wajah mereka hanya terpaut sekian centi.

"Jadilah teman tidurku malam ini!" pinta Ken tanpa basa basi.

Yuki terkejut mendengar permintaan Ken yang menganggapnya seperti wanita murahan. Wajahnya tampak merah padam dan matanya menatap penuh kebencian. Ia kembali berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan tangan Ken yang melingkar di tubuhnya. Namun, kedua tangan itu kini malah menangkupkan wajah Yuki, dengan cepat bibir Ken mendarat tepat ke bibir Yuki. Ia memagut bibir gadis itu dengan lembut. Yuki dapat merasakan perbedaan ciuman Ken yang kemarin dengan sekarang. Meskipun tindakannya kali ini juga tetap memaksa, namun jenis ciuman yang ia berikan begitu lembut dan hangat.

Seketika, Yuki tersadar dari rasa hanyutnya menikmati ciuman Ken. Ia lalu menggigit ujung bibir pria itu hingga membuat pria tampan itu terkejut dan menghentikan ciumannya. Saat wajah Ken sedikit menjauh dari wajah Yuki, gadis itu langsung menolaknya dan langsung berenang ke tepian kolam lalu bergegas lari menuju kamarnya.

Ken mengusap bibirnya yang basah sambil menarik ujung bibirnya ke atas. Ia lalu memutuskan kembali berenang.

Hanya menunggu beberapa jam berlalu, media jepang tengah sibuk menyiarkan berita tentang kematian mendadak Tuan Sasomoto. Mereka memberitakan jika kematian Tuan Sasomoto disebabkan karena pria itu mengakhiri hidupnya dengan cara melompat dari lantai gedung perusahaannya.

Di mansion, Yu tengah menyaksikan siaran berita kematian Tuan Sasomoto di Fuji TV. Yu mengarahkan remote ke televisi untuk mematikan siaran. Dia cukup puas dengan aksi mereka beberapa jam yang lalu.

Pada esok hari, Yuki tengah duduk menyendiri sambil memikirkan masa depannya. Ia tak mungkin pulang ke rumah bibinya karena pamannya pasti akan kembali menjualnya atau memaksanya bekerja di kelab malam dan melayani para pria hidung belang. Di sisi lain, ia juga tak mungkin akan tinggal di sini bersama para mafia. Meskipun mereka terlihat biasa saja di keseharian, tapi tinggal bersama mereka seolah siap menyerahkan nyawanya kapan saja. Apalagi sejak kejadian Ken mencium paksa dirinya, ia menjadi sangat kesal dengan pria itu dan sebisa mungkin menghindarinya hari ini.

Di tengah perasaan bimbang yang berkecamuk di dalam pikirannya, sorot mata Yuki menangkap sosok Yu yang tengah berjalan melewati kolam menuju suatu tempat. Dengan rasa penasaran yang menggerogoti dirinya, ia langsung berdiri dan berjalan mengendap-endap mengikuti arah langkah Yu.

Yu menuju halaman belakang mansion yang begitu luas. Tampaknya ini adalah tempat latihan menembak untuk anggota Akiko. Itu bisa terlihat dari belasan anggota Akiko yang tengah melakukan latihan dengan menggunakan pistol di tempat itu.

Bunyi suara peluru terdengar begitu memekik di telinganya. Yuki masih bersembunyi di balik pohon. Sementara Yu berjalan-jalan di sekitar area, menyaksikan langsung para anak buahnya melakukan latihan menembak dari jarak jauh. Sesekali ia nampak mengajari mereka cara membidik akurat.

Yuki menatap takjub ke arah Yu yang begitu lihai membidik peluru tepat sasaran. Wajah pria itu begitu dingin tanpa ekspresi saat memperagakan cara menembak yang baik. Gadis itu tertunduk sesaat begitu menyadari ia terkesima dengan ketampanan pria itu.

Ini tidak benar! Ia tak boleh menanamkan rasa kagum pada pria itu. Setampan apapun pria itu tetaplah seorang Yakuza yang melakukan banyak kejahatan.

DOR!

Yuki terhentak saat sebuah peluru melesat tepat di samping telinganya. Matanya terbelalak. Hampir saja peluru itu mengenai kepalanya! Lebih terkejut lagi saat matanya mengarah ke depan dan melihat Yu berdiri tidak jauh darinya sambil menyunggingkan senyum simpul. Pria itu dengan sengaja melakukan hal itu pada Yuki.

Tubuh Yuki gemetar seketika. Bagaimana tidak, ia ketahuan sedang mengintip aktivitas mereka. Dan saat ini Yu sedang berjalan ke arahnya. Tiba-tiba ia menarik tangan Yuki untuk masuk ke tengah area latihan.

"Ambil ini!" pinta Yu sambil menyodorkan sebuah pistol pada Yuki.

Yuki menatap bingung ke arah Yu. Yu mengarahkan matanya ke pistol seolah menegaskan kembali perintahnya. Tangan Yuki terlihat gemetar saat mengambil pistol dari tangan pria dingin itu.

"Yang mana mata dominanmu? Kiri atau kanan?" tanya Yu sesaat.

"Ka-kanan, Tuan," jawab Yuki ketakutan.

Yu berpindah posisi, ia berdiri tepat di belakang gadis itu. Tangannya menggenggam tangan Yuki. "Gunakan mata kananmu untuk membidik, sejajarkan bagian depan dan belakang. kau harus fokuskan pandanganmu!"

Yuki mengangguk paham meskipun sebenarnya ia sangat takut. Apalagi ia tidak pernah memegang pistol sebelumnya.

Kini tangan Yu membantu tangan Yuki untuk membidik sasaran.

"Kau lihat papan itu?"

Yuki mengangguk kecil sambil menengok ke ke arah Yu yang membelakanginya. Jarak antara wajahnya dengan wajah pria itu hanya terpaut beberapa centimeter. Yu juga ikut menengok ke arahnya sehingga mata mereka saling bertemu. Yuki terlihat susah payah menelan ludah. Ia tak pernah membayangkan bisa sedekat ini dengan ketua Yakuza itu bahkan ia dapat mencium aroma tubuh pria itu.

"Tembak tepat di bagian tengahnya!"

Yuki mengangguk kaku. Ia kembali berkonsentrasi untuk membidik sasaran.

Jari telunjuknya mulai menekan pelatuk menembakkan peluru ke arah sasaran. Namun, peluru itu malah melesat cukup jauh.

"Ma-maaf ... saya tidak pernah pegang pistol sebelumnya." Yuki membungkuk ketakutan setelah menembakkan peluru asal-asalan.

"Tidak apa-apa. Ini baru latihan perdana. Aku akan melatihmu setiap hari agar kau segera menguasainya," ucap Yu tersenyum ramah.

Ini pertama kalinya pria itu menyunggingkan bibir begitu lebar dan hangat. Hal itu membuat jantung Yuki berdegub kencang seketika. Apa maksud dari semua ini? Mengapa pria itu hendak mengajarinya menggunakan pistol?

Tiba-tiba Ken datang dengan terburu-buru sambil berteriak memanggil nama Yu. Wajahnya begitu terlihat panik.

"Ada apa?" tanya Yu ketika melihat ekspresi tak biasa dari wajah Ken.

"Aku punya berita penting!" seru Ken sambil mengambil napas sesaat.

Yu mengernyit. "Apa itu?"

"Mari kita bicarakan di dalam. Ini ... ini tentang Sano!" ucap Ken dengan cepat.

Mata Yu membulat seketika seolah tak percaya mendengar Ken menyebut nama adiknya yang telah lama menghilang.

"Sano?" Dengan mata yang masih terperangah, Yu mengulang kembali ucapan Ken.

"Iya, aku telah mendapatkan info tentang keberadaan Sano!"

.

.

.

.

.

bersambung

pilih Yu atau Ken?

like dan Komeng...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!