"Dasar kau anak gendut!!!"
"Hai tong!!!"
"Satu kursi, aku rasa kurang untukmu."
"Pasti kamu pemakan segalanya ya..."
"Ukuran bajumu pasti XXXL"
"Kamu pasti anak manja."
Bertubi-tubi bully-an sering dilayangkan kepadaku.
Saat ini aku sedang duduk di bangku SMA. Aku berasal dari keluarga yang kaya. Bahkan orang tuaku adalah penyumbang dana terbesar di sekolahku hingga 80%. Oleh karena itu, orang tuaku menginginkan aku untuk sekolah disini.
Tetapi aku meminta kepada orang tuaku agar menyembunyikan identitas diriku dan sopir kepercayaan papaku hanya boleh mengantar sebelum gerbang sekolah. Tidak boleh menggunakan mobil yang bagus. Mobil Avanza bekas cukup untuk menutupi identasku. Padahal, papa sudah memberikan mobil termahal di dunia.
Bugatti La Voiture Noire diluncurkan secara resmi pada Maret 2019 di Geneva Motor Show 2019. Bugatti LVN yang dibanderol USD 18,7 juta atau Rp 262,7 miliaran (Kurs USD 1 \= Rp 14.048).
Namun papa belum menginjinkan aku untuk mengemudikannya.
Aku ingin orang lain menghargaiku bukan karena ada nama belakang Papaku.
Itu karena pengalaman sebelumnya sewaktu di SMP, teman-temanku hanya memanfaatkanku. Termasuk guru dan kepala sekolah. Tetapi di belakangku, mereka membully aku.
Aku tidak bisa menyalahkan orang tuaku karena terlalu memanjakanku. Mereka terlalu khawatir dengan perkembangaku sehingga mereka selalu memberikan makanan dan minuman yang lebih.
Aku juga anak tunggal. Mamaku menikah saat usia sudah menginjak 30 tahun sedangkan papaku usia 35 tahun.
7 tahun setelah menikah, baru mereka bisa hamil dan melahirkan anak pertamanya dengan prematur, yaitu aku. Karena tidak mau ambil resiko di kemudian hari, Papaku dan mamaku memutuskan agar kandungan mama dibersihkan sehingga tidak bisa melahirkan lagi.
Oleh karena itu, papa dan mama sangat sayang dan menjagaku dengan penuh kasih sayang. Ya, kasih sayang yang mereka berikan kepadaku berlimpah-limpah.
Semua kebutuhanku selalu disediakan. Apapun permintaanku selalu dikabulkan.
Aku bersyukur memiliki mereka di hidupku.
Papa dan mama juga over protective terhadapku. Aku tidak boleh keluar rumah sembarangan. Aku juga malas untuk bergerak sehingga berat badanku mencapai 90 kg.
Orang tuaku juga tidak mempermasalahkan dengan berat badanku.
Untuk membuang kejenuhanku, aku selalu membaca buku, mendengarkan musik dan melukis di kamar.
Aku memiliki ruang studio khusus musik sendiri dan ruang melukis sendiri.
Semua disediakan oleh papa.
Aku menjadi anak yang pendiam. Tidak punya teman.
Bagiku, tidak ada teman yang benar-benar tulus mengasihiku dan menerimaku. Mereka dekat denganku karena aku kaya. Apapun yang mereka minta selalu aku kabulkan.
Orang tuaku tidak mempersalahkan atau mempersoalkan jika uang sakuku habis untuk mentraktir teman-temanku.
Orang tuaku bilang, semua kekayaan untukku dan mereka berkerja untuk mencari uang hanya untukku jadi aku bebas menggunakan uang untuk apa saja yang kusuka
Hingga akhirnya, aku bosan dengan semua kepalsuan itu. Aku mulai mengambil sikap untuk tidak bergaul dengan siapapun. Aku lebih banyak mengurung di kamar atau di studio musik atau studio lukis.
Karena aku juga suka membaca, orang tuaku juga menambahkan satu ruangan khusus untuk perpustakaan. Semua macam-macam buku tertata rapi di rak itu.
Agar aku nyaman membaca, orang tuaku membuat ruangan itu senyaman mungkin. Selain itu juga menyiapkan meja dan kursi yang nyaman, ranjang jika aku capek membaca bisa langsung istirahat dan terpampang lukisan-lukisan hasil karyaku.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Hai readers....
Terima kasih sudah mampir di novelku yang kedua...
Semoga kalian senang dan menikmatinya....
Mohon koreksinya ya...
tok
tok
tok
tok
"Ya ma..." Sahut Anne dari dalam selimutnya.
"Bangun nak, hari ini hari pertama kamu masuk sekolah lho... Jangan sampai telat." Anne membuka selimut tebalnya yang sudah menghangatkan tubuhnya semalaman. Lalu beranjak dari tempat tidurnya dan menghampiri mamanya.
cekleeekkkk
Anne membuka pintu.
"Ma, Anne mau home schooling saja." Mama Anne agak terkejut mendengar kemauan anak semata wayangnya. Pasalnya, Anne sudah di daftarkan di sekolah terfavorit di kotanya.
"Boleh mama masuk?" ijinnya. Anne menggeser tubuhnya agar sang mama bisa masuk dan berjalan menuju sofa kamar Anne. Anne pun mengekori dari belakang.
"Sini duduk." pinta mama Anne dengan menepukkan tangannya di sebelahnya duduk.
Anne pun duduk di sebelahnya.
"Dengar nak, kamu harus belajar bersosialisasi. Kalahkan dunia yang kejam ini dengan apa yang kamu miliki. Kalahkan mereka yang sibuk dengan membicarakan hal-hal yang buruk tentangmu dengan prestasimu. Hadapi dunia ini nak..." ucap mama Anne yang tahu maksud Grace dengan meminta agar home schooling.
"Tapi ma..."
"Cobalah sayang. Jika kamu sudah mencoba dan tidak bisa, maka mama akan urus untuk home schooling." sahut mama Anne sebelum Anne melanjutkan perkataannya.
Anne hanya bisa pasrah atas permintaan mamanya.
"Mandilah, mama tunggu di bawah untuk sarapan." mamanya menepuk bahunya Anne dan keluar dari kamar menuju dapur untuk mempersiapkan sarapan.
Anne mengambil handuk dari lemarinya lalu menuju kamar mandi dengan sedikit malas. Membersihkan diri lalu berganti pakaian.
Selesai merapikan diri, Anne menuruni tangga dan duduk di kursi meja makan.
Mama Anne sudah menyiapkan satu gelas susu putih dan roti tawar bertabur keju kesukaan Anne.
"Anne berangkat ma..." pamit Anne sambil mencium punggung tangan dan memeluk mamanya.
"Belajar beradaptasi nak..." usap tangan mama Anne di kepalanya.
Anne siap berangkat. Ia membuka pintu mansionnya.
"Sudah siap non?" tanya sopir pribadinya.
"Sudah pak. Pakai mobil Avanza saja pak." pinta Anne.
"Tapi non..."
"Tidak apa-apa pak. Ayo, nanti Anne telat lho.."
Sopirnya mengeluarkan mobil Avanza itu dari garasi dan berhenti di depan pintu mansiob untuk membawa Anne ke sekolah.
Pak Budi dipercayakan oleh majikannya untuk antar jemput Anne kemana pun perginya.
Mobil Avanza itu keluar dari mansionnya menuju ke sekolahan Anne.
"Sampai disini saja pak." pinta Anne kepada pak Budi agar diturunkan sebelum gerbang sekolah.
"Tapi non... ini masih sekitar 200 meter non."
"Tidak apa-apa pak. Saya jalan saja dari sini. Nanti tolong jemputnya agak jauhan dari gerbang ya pak."
"Baik non. Nanti bapak akan jemput disini saja."
"Oke pak. Saya permisi dulu mau masuk."
"Baik non. Selamat belajar non. Semangat!" Anne menimpalinya dengan senyuman.
Anne memasang headset di telinganya dan memasang lagu untuk mempersiapkan dirinya yang kemungkinan terjadinya pembullyan terhadapnya.
Pak Budi harus memastikan nonanya masuk ke sekolahan dengan aman. Oleh karena itu, Pak Budi tidak langsung kembali ke mansion.
Pak Budi yang sudah bekerja selama 15 tahun sebagai sopir keluarga Saputra itu juga menyanyangi Anne seperti anaknya sendiri.
Dengan pelan, Pak Budi menjalankan mobilnya sambil memperhatikan Anne.
Saat Anne sudah masuk gerbang sekolah, Pak Budi pun meninggalkan tempatnya berhenti.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Hai readers....
Terima kasih banyak sudah mampir ke novel saya....
Semoga senang dan menikmati
Jika ada koreksian mohon untuk menuliskan di kolom komentar ya...
Teeeeetttttg...
Teeeeetttttg...
Teeeeetttttg...
Bunyi bel sekolah tanda sekolah akan memulai belajar.
Anne tiba tepat saat bel sekolah berbunyi agar bisa menghindari orang-orang yang tentunya akan membullynya.
Dalam pemikiran Anne, sudah dipastikan bahwa ia akan menjadikan bahan bully-an teman-teman barunya.
Ini bukan sekedar pemikiran yang negatif atau pesimis. Bukankah sebagian besar orang akan merasa aneh jika melihat orang berbadan besar seperti Anne?
Ini hari pertama masuk sekolah.
Anne mencari kelas yang sesuai ia dapatkan. Yaitu, kelas XA.
Satu per satu ia melihat papan kecil yang bertuliskan nama kelas. Hingga akhirnya, ia menemukan kelasnya.
Dengan hati ragu-ragu ia memasuki kelas itu dengan masih mengenakan headset di telinganya.
Ia menatap seluruh kelas dan mencari tempat duduk yang masih kosong.
Tinggal satu tempat duduk di sebelah seorang cowok ayu di baris depan paling pojok.
Anne mendekati meja itu dan...
"Apakah kursi ini masih kosong? Bisa aku duduk disini?" ucapnya pelan yang sedikit berharap akan dipersilahkan. Cowok itu mengangkat wajahnya dan menatap Anne bingung.
"Hmmmmm." dia menoleh ke segala arah, memang tidak ada tempat duduk lagi.
"Tapi apakah kursi ini muat untukmu?" semua murid tertawa mendengar pertanyaan cowok ayu itu. "Apakah tidak akan patah jika kamu mendudukinya?" lanjutnya dengan maksud membullynya.
"Tidak. Ini cukup." kata Anne pelan.
Lalu Anne meletakkan buku di tangannya di meja dan melepaskan tas di punggungnya pada laci yang tersedia. Selama guru belum masuk, Anne belum melepaskan headsetnya.
Dia meletakkan pantatnya yang besar itu, membuka buku dan membacanya tanpa mempedulikan keributan yang terjadi di kelasnya karena berkenalan satu dengan yang lainnya.
"Hei, apakah kamu akan berdiam diri dan menjadi kutu buku seumur hidupmu?" tanya cowok di sebelahnya. Namun tidak ditanggapi oleh Anne.
Anne masih fokus menatap bukunya.
"Hei, apakah selain badanmu yang besar ini kamu juga tuli?" lanjut cowok yang bernama Jacky Wijaya itu. Anne tetap saja diam.
Jacky menarik headset dari telinga Anne dan merebutnya.
"Hei, dengar kalian semua.... Ternyata cewek di sebelahku ini bukan hanya berbadan besar tetapi juga tuli." teriak Jacky kepada teman-temannya yang dibalas dengan tertawa terbahak-bahak oleh mereka.
"Oh, benarkah?" sahut salah satu teman perempuannya.
"Berikan itu padaku." Anne menyodorkan tangannya untuk meminta headset tersebut tetapi Jacky tidak mau memberikan.
"Berikan!!!" teriak Anne dengan lantang dengan masih menyodorkan tangannya.
"Waaawwww.... waaawwww.... suaramu merdu dan lantang." ejek Jacky yang tidak memberikan headset itu juga.
Tanpa basa-basi lagi Anne sigap berdiri dan mencoba merebut headset itu dari tangan Jacky tetapi Jacky masih tetap mempermainkannya.
Anne maju satu langkah di depan Jacky, matanya tepat di depan matanya, hidung telat di depannya dan bibir sejajar dengan bibirnya.
deggggg!!!
Sontak membuat Jacky tercengang atas keberanian Anne. Kemudian Jacky menarik wajahnya sedikit menjauh.
Semua orang di kelas menatap mereka berdua yang sedang berdiri berdekatan dengan wajah mereka yang tinggal sejengkal.
Dengan cepat Jacky memberikan headset itu secara kasar kepada Anne.
"Cihhhh." ucap Anne lalu kembali ke tempat duduknya dan membaca bukunya lagi.
Jacky masih mematung atas sikap Anne tersebut. Ia menggelengkan kepalanya untuk menghapus memori yang barusan terekam dalam otaknya.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Hai readers....
Terima kasih sudah mampir di novelku yang kedua...
Semoga kalian senang dan menikmatinya....
Mohon koreksinya ya...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!