NovelToon NovelToon

Malam Pertama Kana

Kana Oh Kana

Kana berjalan terseok-seok saat dengan tak berperasaannya Moli dan Nea sahabat baik Kana dari SD itu menarik kedua tangan Kana menyeretnya lalu menyuruh Kana untuk duduk di bangku kelas paling belakang, posisi enak untuk mengintrogasi Kana. Itu yang ada di pikiran Moli dan Nea. Untunglah kuliah di mulai setengah jam lagi jadi cukuplah untuk bertanya banyak hal pada Kana.

"Ihh, sakit tau!" rengekan kesakitan Kana gadis cantik bak Barbie dengan kulit putih susu yang halus seperti pualam tak digubris oleh kedua gadis yang menatap Kana tak sabar.

"Jadi gimana Na? Enak gak jadi istri?" Moli terdengar antusias. Memang, di antara sahabat Kana, Moli-lah yang pertama kali histeris ketika mendengar Kana mau menikah dengan Adrian seorang Manager di sebuah perusahaan BUMN. Dan Moli-lah yang sangat bersemangat membantu Kana mempersiapkan pernikahan Kana seminggu yang lalu. Jadi tidak salah kalau Moli terdengar tak sabar mendengar kisah hidup Kana setelah menikah.

"Apa Adrian baik sama kamu Na? Kamu gak dipukuli kan Na? Gak di-KDRT kan?" Nea yang memiliki kadar empati di luar batas itu bertanya sambil mengamati setiap jengkal tubuh Kana.

"Ya gak mungkinlah kak Adrian setega itu sama Kana kita. Lagian liat tuh Kana segar bugar kayak pertama kita lihat sebelum nikah," timpal Moli, Nea mengangguk-ngangguk.

"Jadi gimana, Na?" tanya Moli lagi, masih penasaran dengan pertanyaan dia yang belum dijawab oleh Kana.

"Gimana apa?" Kana balik tanya.

Moli memutar bola matanya jengah. Duhh, temannya yang satu ini sebenarnya cerdas tapi juga rada-rada telat mikir di keadaan tertentu.

"Malam pertama kamu, sukses gak?" tanya Moli masih dengan antusiasme yang menggebu-gebu.

Kana menatap Moli dan Nea bergantian seperti berpikir keras membuat Moli dan Nea tak sabar menanti jawaban keluar dari mulut Kana.

"Sukses dong! Aku menang tujuh kali malah," jawab Kana girang sambil bertepuk tangan.

Membuat Nea dan Moli tersentak kaget.

"Serius??" tanya Moli tak percaya. Mana mungkin, Kana ini kan baru sekali pacaran itu pun waktu SMA.

Menikah sama Adrian yang rentang usianya 11 tahun lebih tua saja karena dijodohin sama papanya walaupun keduanya sama-sama suka sih. Tapi kok bisa dia menang sampai tujuh kali begitu?

"Kamu serius?" ulang Nea setengah berbisik takut yang lainnya dengar.

Kana mengangguk. "Iya."

"Tapikan kamu belum pernah, gak pengalaman begituan." Kali ini Moli berbisik di telinga Kana.

"Siapa bilang? Aku sering kok main begituan," sahut Kana lalu mengambil bedak dalam tas dan mulai memoles wajahnya.

"Apa?!" jerit Moli dan Nea bersamaan buru-buru mereka menutup mulut karena beberapa orang teman menatap ke arah mereka. Ada yang acuh, ada yang menatap mereka kesal karena merasa terganggu tapi ada juga yang kepo ingin tahu.

"Kamu serius? Sering main begituan?" Moli berbisik.

"Iya , aku sering main begituan biasanya sama Gama sebelum nikah. Tapi sekarang udah nikah ya sama kak Adrian," sahut Kana santai.

"What? Gama? Anak SMP depan rumah kamu?" tanya Moli shock. Kana mengangguk.

"Dan tujuh kali itu dalam semalam?" tanya Nea. Lagi-lagi Kana mengangguk.

"Gila!" seru Moli tak percaya . Dan Nea hanya menatap shock ke arah Kana yang asik dengan kacanya tanpa sadar efek dari perkataannya barusan terhadap Moli dan Nea.

"Gak nyangka aku." Nea terlihat kecewa mendengar itu.

Kana menatap kedua sahabatnya binggung.

"Kalian kenapa sih? Masa denger aku jago main uno aja sampai shock begitu sih?"

Ehhh, apa tadi?

"What ?Uno?" Moli cengo. Kana mengangguk.

"Jadi sedari tadi yang kita bicarakan adalah permainan kartu Uno?" seru Nea.

"Iya, abis resepsi itu aku binggung mau ngapain sama Kak Adrian terus dari pada bengong akhirnya kami main uno deh," oceh Kana ceria senyum tak lepas dari bibirnya yang merah cherry itu.

Moli dan Nea menatap ke arah Kana antara binggung, shock dan kesal.

"Astaga Kana jadi sedari tadi kita ngomongin hal yang gak penting." Nea geleng kepala.

"Dari malam pertama kamu sama kak Adrian main Uno ? Atau jangan-jangan sampai sekarang ya?" tanya Moli.

Kana mengangguk, dia heran juga kenapa teman-temannya itu terlihat binggung hanya karena dia bermain uno?

"Iya, malam pertama aku menang tujuh kali tapi malam-malam berikutnya kak Adrian makin jago tau gak? Dia bisa ngalahin aku beberapa kali." Kana bercerita dengan raut wajah yang berubah-ubah. Senang, kaget dan ceria. Tipikal Kana sekali.

Moli dan Nea menatap ke arah Kana tak percaya sebelum akhirnya mendesah panjang.

"Emang kenapa sih kalian ini binggung? Emang salah ya tiap malam main Uno?" tanya Kana.

"Yaiyalah! Gimana sih kamu ini!" hardik Moli tanpa sadar membuat Kana tersentak kaget karena dia belum pernah melihat Moli bicara dengan nada tinggi seperti yang dilakukan Moli sekarang ini.

"Moli kok gitu sih sama aku." Mata Kana berkaca-kaca, wajahnya terlihat sendu. Nea menendang kaki Moli memberi isyarat untuk segera melakukan sesuatu agar Kana tidak tersinggung dan menangis.

Moli menepuk jidatnya. Dia lupa kalau Kana super sensitif dan rapuh kayak egg roll yang digigit sekali aja remahnya sudah ke mana-mana.

"Sorry, bukannya aku marah Na. Tapi gini lho-" Moli membenarkan letak duduknya hingga posisinya berhadapan dengan Kana.

"Ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh sepasang pria dan wanita yang sudah menikah di malam pertama." Moli berkata dengan hati-hati sekali.

"Ohh..kayak main uno gitu?" tanya Kana.

Duhh, bocah ini polos apa naif sih?

"Bukan Na, bukan main Uno tapi-" Moli terdiam sejenak binggung sedangkan Kana mengerjap-ngerjapkan matanya menunggu kata yang akan keluar dari mulut Moli selanjutnya.

"Ehhh,ehmm..kamu aja yang njelasin Nea!" seru Moli pada Nea. Nea gelagapan dia juga binggung mau menjelaskan bagaimana.

"Enak aja. Aku mana bisa njelasin akukan belum nikah dan belum pernah yang begitu-begitu," elak Nea, Moli mendecih tapi otaknya berpikir keras, kemudian seperti ada bohlam yang menyala di atas kepalanya dia mendapat ide yang luar biasa.

"Aku tahu. Sini pinjam hp kamu!" Moli mengambil ponsel dari tas Nea lalu jarinya sibuk menari-nari di layar birunya.

"Nyari apaan?" tanya Nea penasaran.

"Moli mau ngapain?" Kali ini Kana yang kepo dan mengintip sedikit.

"Nih! Aku cariin apa yang harus dilakukan Sepasang suami istri di malam pertama." Moli tersenyum lalu menunjukkan layar ponsel itu ke arah Kana.

"Arghh!" jerit Kana histeris dan refleks menutup kedua matanya dengan telapak tangan yang jari-jarinya merenggang.

Moli buru-buru menutup aplikasi yang baru saja dia buka saat Kana menjerit histeris. Kalau sampai ada yang tahu bisa dilaporin ke prodi berabe dia.

"Moli kok buka begituan sih! Itu dosa tau Mol!" seru Kana matanya masih tertutup.

"Sttts! Jangan keras-keras!" Moli menatap kanan kiri untunglah tidak ada yang sadar.

Nea tertawa melihat Kana yang bereaksi lucu itu. "Kamu belum pernah lihat yang begitu Kana?"

"Ihh Nea, engga lah! Itu..itu.. ihhh tuhkan mata suci aku sama otak aku udah terkontaminasi , semua gara-gara Moli nih," rengek Kana mukanya merah saat mengingat apa yang baru saja dia lihat.

"Apaan sih! Jangan polos-polos banget lah Na. Itu udah bukan hal yang tabu buat kamu yang udah nikah," seru Moli.

Kana mengerucutkan bibirnya lucu. Tak bisa dipungkiri dari ketiga sahabat ini, Kana adalah sosok yang paling menarik manja, polos, lucu , ekspresif dan ngemesin. Dia juga mudah untuk dicintai oleh semua orang.

"Jadi sekarang udah tahukan ?" tanya Nea.

"Tahu apa?" Kana mengerutkan kening.

Astagaaaa...!!!

"Tahu apa yang harus dilakukan suami istri di malam pertamanya Kana Kadella Gufron," seru Moli gemas pengen noyor takut salah.

"Hah, jadi kayak yang tadi?" Muka Kana merah saat bertanya. Moli dan Nea mengangguk.

"Ihh, gak mau!" rengek Kana.

"Itu udah kewajiban seorang istri, Kana. Kalau tidak kamu lakukan kamu udah dzalim sama suami, dosa." Nea memberi pengertian.

"Ta.. tapi.." Kana sedikit ragu.

"Kamu mau punya keturunan enggak, punya anak maksudnya..bayi..bayi?" Moli bertanya.

Kana mengangguk.

"Lha ya udah , kalau kamu mau garis keturunan kamu gak putus kamu harus ngasih cucu buat mama papa kamu," kata Moli.

"Dengan cara yang kayak tadi," sambung Nea .

Mata Kana membulat. " Jadi aku harus... begitu sama kak Adrian?"

"Yaiyalah Na, itu namanya bikin bayi," seru Moli gemas.

"Kok harus gitu sih bikin bayinya?" Kana sedikit keberatan.

"Yeee kamu kira bikin bayi pake tepung aduk-aduk jadi?" seru Moli. Kana cemberut.

"Na, emang selama seminggu kak Adrian gak ngasih kode gitu?" tanya Nea penasaran.

Kana berpikir sejenak. "Kode apaan? Kode brangkas?"

Nah, kan? Kadang-kadang telmi nih bocah!

"Kode ngajak kayak di hp tadi." Moli memperjelas.

"Kayak mungkin dia ndeketin atau apalah gitu?"

Kana mencoba mengingat-ngingat. Iya sih, memang beberapa kali Adrian seperti ingin mengungkapkan sesuatu tapi selalu gak jadi. Atau seperti memeluk dan mencium kening Kana. Apa itu namanya kode?

" Yaiyalah itu kode!" seru Moli, duhh bocah ngapa gak peka begini sih!

"Ohhh gitu ya, aku pikir biasa begitu." Kana mengangguk-angguk mengerti.

"Ati-ati lho Na." Moli memperingatkan.

"Ati-ati apaan?" tanya Kana.

"Ini kan udah seminggu dan Kak Adrian belum mendapatkan haknya sebagai suami." Moli berhenti sejenak menebak-nebak reaksi Kana.

"Lalu?"

"Bisa aja dia cari pelampiasan lain," kata Moli .

Hah???

"Maksudnya apaan?"tanya Kana masih belum mengerti.

"Maksudnya Moli, bisa jadi Adrian cari cewek lain buat diajak uhuy-uhuy kayak di hp tadi." Nea menyambung sambil mengedipkan mata ke arah Moli.

"Hah??? Ihh kok gitu? Gak boleh!" Kana Histeris sendiri.

"Kayak tetangga aku. Istrinya gak mau, ya udah dia nyari dah bini muda." Moli makin membuat Kana histeris.

"Ihhh, gak mau! Amit-amit!"

"Maka dari itu Na. Adrian kan pria dewasa umurnya udah 33 tahun dan kamu udah 22 tahun, menurut ilmu kedokteran juga umur 22 tahun organ reproduksinya udah siap tuh dibuahi," kata Nea menjelaskan dengan gamblang.

Kening Kana berkerut tangannya mengetuk-etuk bangku di depannya.

"Jadi aku harus kayak di hp tadi?"

Moli dan Nea mengangguk.

"Oke!" seru Kana tersenyum penuh semangat. Membuat Moli dan Nea mengadu tinju sebagai usaha mereka yang berhasil.

"Ehh, tapi gimana caranya sih?" tanya Kana polos.

Kana ohh Kana

Moli dan Nea saling berpandangan sebelum keduanya memilih membalikkan badan ke arah depan bersiap menerima perkuliahan siang itu.

"Iihh, kok pada gitu?"

***

Gak peka lu ah!

Kana melempar baju yang ... sudah entah keberapa dia coba. Diamatinya baju-baju yang teronggok begitu saja di atas ranjang lalu mendesah pasrah.

Menyesal dia menuruti ide Moli yang menyarankan untuk tampil beda saat menyambut Adrian yang pulang dari bekerja. Entah kenapa Kana merasa baju-baju yang dia punya sudah tidak layak pakai sudah tidak cocok dengan seleranya padahal baju-baju itu belum lama dia beli.

Dia melirik ke arah jam dinding dan mata bulatnya melebar saat waktu sudah menunjukkan pukul 3 sore itu berarti beberapa jam lagi Adrian suaminya yang super tampan itu akan segera pulang. Dan rumah terutama kamarnya masih berantakan.

Gawat kalau masih berantakan dan Adrian tiba-tiba pulang. Pasti Adrian akan menyangka dia pemalas. Padahal Kana sendiri yang menolak untuk dicarikan asisten rumah tangga.

Kana terbiasa mandiri, di rumah besarnya pun walaupun terdapat banyak asisten rumah tangga Kana dan kakaknya diajarkan untuk bertanggung jawab atas kebersihan kamarnya dan barang-barang miliknya.

Kana beranjak dari duduknya lalu memutuskan untuk membersihkan kamar dan ruangan yang lain dulu sebelum mandi dan menyambut suaminya pulang.

Untuk makan malam dia akan delivery order saja seperti biasanya karena walaupun untuk urusan pekerjaan rumah Kana jagonya, Tapi untuk memasak Kana tidak begitu terampil.

Dia hanya bisa memasak makanan yang simpel saja seperti menggoreng telur, masak air dan mie instan. Itupun kadang hangus.

Jam di dinding menunjukkan pukul 6 sore saat mobil Jazz Ardian masuk ke dalam garasi. Kana bergegas menyambut sang suami di depan pintu yang menghubungkan garasi dengan ruang keluarga.

Alih-alih memakai baju seksi saran Moli, Kana memilih memakai piyama lusuh gambar Doraemon kesayangannya. Membuat Adrian gemas dan ingin segera memeluk gadis yang menggemaskan itu.

Gadis?

Mengingat itu Adrian tertawa sendiri. Bagaimana tidak? Sampai dua minggu pernikahan Adrian belum mendapatkan hak-nya bukan karena tidak mau, tapi Adrian menunggu kesiapan Kana.

Apakah Adrian bisa menahan diri selama dua Minggu?

Jawabannya ... ya.

Tentu saja dengan usaha keras, Adrian selalu berusaha menahan diri untuk tidak memaksa Kana melakukan 'itu' walaupun sebagai pria dewasa Adrian menginginkannya. Apalagi jika pagi hari godaan untuk memaksa Kana melakukan itu sangat tinggi namun, Adrian tetap mampu bertahan.

Sekarang Adrian sangsi apakah hari-hari berikutnya dia mampu menahannya? Apalagi Kana semakin hari semakin terlihat cantik.

Kepolosan dan ketulusan Kana lah yang membuat Adrian jatuh hati. Awalnya, dia hanya menganggap Kana adik karena usianya yang cukup jauh ditambah Kana adalah adik dari sahabat karibnya, Kanda. Tapi seringnya pertemuan keduanya menumbuhkan benih-benih cinta.

Walaupun orangtua keduanya sempat ragu tapi Adrian meyakinkan kalau Kana adalah wanita yang pantas untuknya.

"Kakak wangi ya, walaupun seharian kerja."

Adrian tersenyum mendengar celoteh Kana yang asik memeluknya sambil mengendus-endus dadanya bak seekor anak kucing yang lucu.

"Kamu juga wangi walaupun di rumah." Adrian mengecup hidung mancung Kana membuat Kana terkikik geli.

"Oiya sayang, kamu masak apa?"tanya Adrian menatap meja makan dengan tudung saji yang tertutup.

"Ih, kakak ini ngeledek ya? Akukan gak bisa masak." Kana dan rajukannya selalu membuat Adrian gemas apalagi jika bibir merahnya mengerucut membuat Adrian ingin mengecup dan berlama-lama di sana tapi tidak boleh, nanti dia bisa melakukan hal yang lebih dari itu.

"Bukan tidak bisa, tapi belum bisa. Kalau latihan terus pasti bisa." Adrian melepas pelukannya lalu berjalan ke meja makan dan membuka tudung saji.

Dia berdecak kagum saat melihat isi di bawah tudung saji itu, ada berbagai olahan sea food di sana. Adrian tertawa miris dalam hati. Kalau setiap hari begini terus namanya pemborosan.

"Kakak pengen aku bisa masak ya?" Kana melihat wajah Adrian yang tidak bersemangat saat melihat makanan yang sengaja Kana pesan di restoran favorit keluarganya. Tentu saja lah Adrian bosan dengan makanan luar.

"Ya, kalau boleh sih pengen banget ngerasain masakkan kamu." Adrian tersenyum manis agar Kana tidak tersinggung.

"Ya udah , mulai besok habis pulang kuliah aku mampir ke rumah mama deh buat latihan masak." Kana terlihat bersemangat membuat Adrian lega, dia pikir Kana akan tersinggung lalu merajuk. Tapi sepertinya 'anak mama' ini mulai dewasa.

Adrian memegang kedua bahu Kana lalu memposisikan tubuhnya agar berhadapan dengan Kana. "Kalau begitu mulai besok juga aku jemput kamu di rumah mama ya?"

Kana mengangguk antusias senyumnya cerah secerah matahari membuat getaran lembut di hati Adrian.

"Kenapa sih kamu selalu terlihat cantik, Sayang?" Adrian mencubit pipi Kana gemas membuat rona merah di pipi Kana.

Duh, Kana menyesal kenapa tadi dia gak dandan dulu ya. minimal pakai lipgloss biar tidak terlihat pucat. Besok-besok dia harus tampil cantik jika menyambut Adrian, kayaknya saran dari Moli benar-benar harus Kana turuti.

"Emang aku cantik, Kak? Padahal tadi aku gak sempat dandan lho!"

"Gak dandan aja kamu cantik, gimana kalau dandan. Bisa leleh kakak saking terpesonanya." Tidak ada salahnya gombalin istri sendiri.

Kana menunduk malu.

"Na, May i kiss you?" tanya Adrian dengan suara sedikit serak. Membuat wajah Kana memanas seketika. Kana tak menjawab namun gesturnya menunjukkan kalau tidak ada penolakan.

Adrian tersenyum lembut lalu menarik dagu Kana dan mendekatkan wajahnya ke wajah cantik Kana yang sudah menutup matanya.

Jantung Kana berdebar keras saat napas hangat Adrian menyapu wajahnya. Ini bukan ciuman yang pertama bersama Adrian tapi tetap saja rasanya gugup.

Jarak wajah mereka semakin dekat Kana bisa mencium harum napas Adrian yang menggelitik hidungnya, nyaris bibir mereka bertemu namun ... .

"Hayoo! Pada ngapain!"

Adrian dan Kana tersentak kaget mereka saling menjauh saat mendengar suara menggelegar yang tak asing itu.

"Bang Kanda! Ihh!" Kana terlihat kesal, berbeda dengan Adrian yang salah tingkah merasa ketahuan oleh kakak iparnya.

Kanda yang bersandar di depan pintu itu hanya tersenyum sambil menarik turunkan alisnya. "Makanya kalau mau beradegan dewasa pintu di tutup!"

*

Kana meletakkan secangkir kopi dengan sedikit kasar di depan Kanda yang sedari tadi meledeknya.

"Ngapain sih Bang ke sini?"tanya Kana lalu duduk di depan abangnya.

"Adik durhaka, ya main lah! Gue kangen sama lo!"

Kana mencibir mendengar jawaban Kanda itu."Bullshit banget!" Untung tadi Adrian sedang ijin salat magrib jadi dia gak akan tahu kalau istrinya sedang mengumpat.

"Lagi suntuk Na."

"Suntuk kok kemari. Ke rumah pacar Abang sana!"

Kanda menatap Kana kesal.

"Ups..lupa! Abang kan jomlo abadi." Kana terkikik geli membuat wajah Kanda cemberut.

"Oiya Na, Gimana malam pertamanya?" goda Kanda.

Kana terdiam, pertanyaan yang sama dengan Moli dan Nea. "Emang malam pertama itu semua orang harus tahu ya Bang?"

Kanda tersenyum jahil. Adiknya ini memang kadang polosnya kebangetan, bisa nih digali info buat bahan cengcengan Adrian nanti.

"Iya lah, wajib hukumnya orang lain tahu. Biar lancar rejekinya."

Kana manggut-manggut. Pantesan aja si Moli sama Nea penasaran banget soal malam pertamanya ternyata emang ada artinya.

"Jadi gimana Nanti? Menang berapa ronde si Adrian?"

Kana mengernyit ." Emangnya lagi main tinju pake ronde-rondean?"

Kanda menghela napas. Sabar Nda, punya adik lemotnya level dewa memang harus sabar.

"Maksud gue yang kayak 'begitu-begitu' ." Kanda sampai harus menggerakkan tangannya untuk menggambarkan.

"Oh ... kayak yang di hp si Nea kemarin itu yang katanya bikin baby?"

Kanda menepuk jidatnya. Astaga apa benar ini adiknya? Jangan-jangan dia adik yang tertukar?

"Belum sih." Kana berkata lirih

"Hah?" Kanda memastikan kalau dia tidak salah dengar.

"Belum Na?" Kanda memastikan sekali lagi.

Dan tawa Kanda pecah saat melihat anggukan kepala Kana.

"Astaga terus kalian ngapain aja kalau malam? main gundu?" Kanda tak tahan untuk meledek iparnya habis-habisan nanti.

" Ya tidur lah."

" Ya ampun Kana, lu kagak kasian apa sama Adrian?"

Kana menatap Kanda sendu. "Ya, habisnya kak Adrian gak pernah ngajakin kalau mau bikin baby. "

Tuh kan! Kemana ini bocah waktu pembagian otak?

"Ya, lu baca kodenya lah!"

"Kode apaan sih?"

Kanda mendengus sebal lalu pindah duduk di samping Kana. "Gue nanya, setiap malam si Adrian tiba-tiba meluk atau cium lu gak?"

Kana terdiam mencoba mengingat-ngingat apa saja yang dilakukan mereka setiap malam.

"Iya."

Kanda menjentikkan jarinya. "Nah, itu namanya kode! Gak peka lu ah!"

"Terus gue harus apa?"

Kanda merangkul bahu Kana lalu berbisik. "Lepas segel lu. Kasih hak dia sebagai suami."

Kana menatap Kanda binggung.

Pasti gak ngerti deh ni anak!

"Ingat ya Na, Kalau sampai Adrian belum mendapatkan haknya sebagai suami. Jangan salahkan kalau dia tergoda sama wanita lain . Soalnya cewek di kantor dia gak ada yang jelek." Kanda menepuk bahu Kana membuat Kana memikirkan semua ucapan kakaknya itu.

**

Kak, aku mau!

" Jadi gimana Na?" Moli dan Nea sengaja mengajak Kana ke cafe sepulang kuliah. Mereka terlalu antusias untuk mendengar cerita malam pertama Kana yang benar-benar mereka nantikan. Dengan alasan keamanan dan kebebasan, mereka bertiga memutuskan untuk mengobrol di cafe .

"Apanya?" Kana menatap kedua temannya heran.

"Ish, malam pertama kamu sama Adrian. Gimana Na rasanya?" sahut Moli tak sabar.

"Pasti enak." Nea terkikik geli.

Kana menatap kedua temannya bergantian.

"Oh, yang itu. Belum."

"Gimana sih?!" Moli tanpa sadar memukul meja membuat beberapa pengunjung menoleh ke arah meja mereka.

"Ih, Moli bikin kaget aja deh!" Kana meraba dadanya menetralkan jantungnya yang berdebar kencang.

"Tau nih Moli!" Nea yang ikut kaget menatap kesal ke arah Moli yang cuek itu.

"Ish, gak penting. Terus gimana Na. Kok bisa belum? Kamu gak ngikutin saran aku ya?"

Kana menggeleng. "Aku gak punya baju seksi. Lagian semalam bang Kanda nginep. Kan aku malu kalau pakai baju seksi."

"Ya, kamukan makainya di kamar bukan di depan bang Kanda." Moli gemas sekali dengan sikap Kana yang polosnya ngeselin.

" Eh, iya juga sih!" Kana manggut-manggut. membuat Moli dan Nea menghela napas.

"Emang Adrian gak ngasih kode?" tanya Nea penasaran.

Kana terdiam sejenak mencoba mengingat kejadian semalam. "Semalaman kak Adrian main PS sama bang Kanda. Aku ketiduran sampai pagi."

Astaga Kana!!!! Moli dan Nea menghela napas putus asa.

Kana tersenyum lalu merangkul bahu kedua temannya. "Tenang aja, nanti kalau udah dapat malam pertama aku bakalan cerita ke kalian berdua kok. Soalnya kata bang Kanda habis malam pertama harus dikasih tahu ke orang lain. Biar berkah. Semakin banyak yang tahu semakin berkah."

Moli dan Nea melongo lalu tertawa terbahak-bahak.

"Ih, kalian kenapa ketawa ada yang lucu?"

"Enggak, bang Kanda yang bilang begitu?" tanya Nea di sela-sela tawanya. Kana mengangguk. Duh, dikerjain kamu Na!

Moli dan Nea saling berpandangan lalu menggelengkan kepala heran dengan kepolosan tingkat akut sahabat mereka.

"Ada yang salah?" tanya Kana polos. Moli dan Nea menggeleng.

"Benar kok kata bang Kanda. Tapi Na, bukan berarti semua orang harus tahu. Cukup orang-orang yang dekat saja." Nea berdoa dalam hati semoga saja dosanya tidak akan numpuk karena setuju dengan kata-kata konyol Kanda.

"Tapi kata bang Kanda-"

"Udah lo dengerin aja kata Nea barusan." Moli menyela kata-kata Kana.

"Mending sekarang kita ke mall ajalah. Nyari lingerie buat senjata malam pertama kamu," usul Moli penuh semangat.

"Lingerie itu yang kayak baju seksi itu ya?" Kana sedikit kaget.

"Tepat!!"

***

Kana mematut dirinya di cermin sekali lagi , lalu mendesah frustasi. "Ih, ini kan seksi banget Moli keterlaluan." Kana menggeleng pelan mengamati lingerie pilihan Moli yang menurut Kana sungguh-sungguh seksi, di mana 78 % memamerkan kulit Kana yang putih bersih.

"Malu dong masa pake baju kayak gini." Kana menyandarkan tubuhnya di dinding kamar mandi.

"Adrian suami kamu Kana, udah halal." mendadak suara Moli terdengar di telinga Kana.

"Dia berhak mendapatkan hak-nya Na." Suara Nea seperti menyetujui apa yang dibilang Moli.

"Ingat Na, Adrian adalah pria dewasa. Di kantornya sana banyak cewek cakep." Kali ini suara Kanda yang terngiang di telinga Kana.

Kana mengeleng-gelengkan kepala saat mendengar bisikan-bisikan di telinganya itu. Tepat saat pintu kamar mandi diketuk Adrian.

"Kana, kamu baik-baik saja?"

Kana melihat ke arah pintu dengan panik dia buru-buru menutup bagian dada dengan dua tangannya seolah-olah Adrian akan mendobrak pintu kamar mandi yang sudah dia kunci rapat-rapat.

"Na? Bisa buka pintunya?" Adrian seperti tak sabar ingin menggunakan kamar mandi tapi di telinga Kana kata-kata Adrian seperti kata paksaan untuk membuka lingerie yang dia pakai.

"Sayang ... "

Kana melirik kimono handuk yang dilipat rapi di rak lalu cepat mengambilnya kemudian melepas lingerie menyembunyikannya di laci lemari kabinet yang ada di bawah westafel dan memakai kimono handuk yang baru dia ambil.

"Maaf Kak, kelamaan ya?" Kana tersenyum saat membuka pintu.

"Kamu mandi lagi?" Ardian mengernyit heran.

"Gerah, Kak," cengir Kana mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah. Lalu buru-buru keluar dari kamar mandi. Ardian menatap istrinya binggung lalu mengedikan bahu tak peduli dengan tingkah aneh Kana.

Kana bernapas lega akhirnya dia bisa mendarat di kasur dengan memakai piyama kesukaannya. Kana melirik Ardian yang asik dengan ponsel pintarnya sambil bersandar pada bantal yang sengaja dia tumpuk. Tidak menoleh sedikitpun ke arah Kana.

Kana sedikit gugup lalu masuk ke dalam selimut menariknya pelan-pelan sampai menutup sebatas dada.

Gak malam ini deh, kayaknya kak Adrian lagi males.

Kana menghela napas pelan lalu mencoba memejamkan mata, baru beberapa detik dia merasakan sebuah tangan memeluk perutnya erat dari belakang. Kana tersentak kaget saat Adrian menarik tubuhnya hingga merapat ke dadanya yang bidang.

"Kangen Na," bisik Adrian di telinga Kana membuat Kana merinding seketika.

"Kan, Ki-kita tiap ha-ri ketemu." Suara Kana terdengar gugup. Jantung Kana berdegup lebih kencang saat Adrian mengecup lembut cuping telinganya.

Apa ini kode yang dimaksud bang Kanda?

" Kak..." Kana sedikit kaget saat tangan Adrian menelusup ke bawah baju atasnya.

"Ya, sayang.." Adrian mengecup bahu Kana. Membuat Naya merasakan gelenyar aneh. Apalagi saat tangan Adrian menyentuh bagian tubuhnya yang paling sensitif.

Seperti ada aliran listrik ribuan volt yang mengaliri seluruh tubuh Kana saat dengan lincah tangan Adrian bermain ke sana kemari membuat Kana mengigit bibirnya kuat-kuat agar dia tidak mengeluarkan suara sekecil apapun.

Adrian membalikkan tubuh Kana dan mengurung di bawah tubuhnya. Kana menelan ludah berkali-kali saat melihat bola mata Adrian yang mulai menggelap.

"Na, boleh?" Adrian menyentuh bibir Kana yang mungil itu dengan jempolnya. Kana tak menjawab dia terpesona dengan ketampanan Adrian di atasnya yang entah kenapa dalam keadaan berantakan malah terlihat lebih ... seksi?

Adrian tersenyum lalu mencium bibir mungil Kana hanya beberapa detik saja kemudian menatap Kana lagi.

"Mau ya?" Adrian meminta persetujuan Kana.

Kana lagi-lagi tak bersuara dia masih binggung dengan apa yang sedang terjadi pada dirinya. Maklum, ini adalah pengalaman pertama Kana dalam seumur hidupnya.

Menganggap diamnya Kana adalah sebuah persetujuan Adrian terburu-buru melepas kaos yang dia pakai memperlihatkan perutnya yang sixpack hasil dari olahraganya dua minggu sekali itu. Membuat Kana menelan ludahnya terpesona.

Astaga ini suami aku??? Kana mengigit bibir bawahnya membuat Adrian makin tak sabar.

Adrian hendak mendekap Kana tapi dengan sigap Kana menghadang dada Adrian dengan kedua tangannya. Adrian mengerutkan keningnya heran.

"Kak, aku mau!" seru Kana membuat Adrian tersenyum sumringah.

"A-aku mau pipis dulu ya Kak." Seketika senyum Adrian berubah menjadi senyum kecut. Kana bergegas ke kamar mandi meninggalkan Adrian yang menatapnya tak percaya. Rasanya bagaikan diangkat ke langit yang tinggi kemudian dijatuhkan begitu saja ke inti bumi paling dasar.

"Huh!" Adrian mengacak rambut frustasi lalu menutup wajahnya dengan bantal.

******

visualisasi : Kana

visualisasi Adrian

sumber gambar :

Ig : @nancy.momoland

google.com

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!