NovelToon NovelToon

CINTA AISYAH

CA 01 # TA'ARUF

Pagi itu Seperti biasa Aisyah mengerjakan rutinitasnya sebagai seorang pengajar di sebuah pondok pesantren ternama di kota tempat tinggalnya.

Ayahnya memberinya nama Aisyah karena dia sangat menginginkan putrinya itu memiliki sifat dan keberuntungan seperti Aisyah RA putri Abu Bakar Sidiq yang juga merupakan istri Rasulullah Saw.

Sebagai seorang yang dipercaya sebagai pengurus asrama putri Aisyah selalu memberikan laporan keadaan santri putri kepada mas Bhumi putra sang pemilik pondok.

Bumi Dirgantara adalah seorang lelaki sholeh, tampan dan berwibawa, sebagai putra seorang kyai ia nyaris sempurna hingga membuat banyak santriwati yang tergila-gila padanya. Namun ia selalu menundukkan wajahnya ketika bertemu dengan lawan jenisnya, selain itu suaranya yang merdu ketika sedang membaca kalam Illahi menambah daya tariknya dimata kaum hawa.

Hampir setiap hari Aisyah selalu bertemu dengannya, untuk sekedar melaporkan keadaan santriwati atau sekedar sharing bagaimana cara untuk membuat pesaantren itu lebih maju lagi. Kebersamaan diantara mereka menumbuhkan benih-benih cinta diantara keduanya yang tak sempat terucapkan, karena tentu saja Aisyah merasa segan pada laki-laki yang sangat dihormatinya itu. Sedangkan Bhumi ia tidak berani mengambil keputusan tanpa persetujuan ayahnya, hal inilah yang membuat hubungan keduanya berjalan tanpa status.

Keduanya tampak serasi dan banyak yang mengira jika mereka berdua pacaran, karena seringnya melihat keduanya selalu bersama dalam mengurus pesantren itu. Namun keduanya memiliki prinsip yang sama yaitu menentang pacaran sebelum menikah karena dianggap hanya akan menambah dosa dan maksiat, sehingga membuat keduanya hanya memendam perasaan mereka satu sama lain, tanpa berani mengungkapkannya.

Hingga pada suatu hari Kyai Hasan Syamsuri yang merupakan ayah dari Bhumi Dirgantara memanggil orang tua Aisyah untuk membicarakan hubungan putra putri mereka.

Ayah Aisyah Latief Husein adalah sahabat dekat Hasan Syamsuri, karena kedekatannya maka Hasan Syamsuri ingin merubah hubungan keduanya menjadi sebuah keluarga. Oleh karena itu ia mengutarakan niatnya untuk melamar Aisyah untuk menjadi calon istri putranya.

Betapa bahagianya perasaan Latief Husein ketika menerima lamaran dari sahabatnya itu, betapa tidak?, ia sudah sangat memimpikan putrinya Aisyah akan mendapatkan suami seorang Hafidz nan sholeh.

"Baiklah Kyai, aku akan membicarakan hal ini dengan Aish, karena bagaimanapun juga dia yang akan menjalaninya, makanya aku harus menanyakan dulu padanya." ucap Latief

"Tentu Mas, saya setuju, nanti kita adakan ta'aruf saja, agar keduanya bisa saling mengenal satu sama lain," jawab Hasan

"Baiklah Kyai, kalau begitu saya permisi dulu, assalamualaikum, " ucap Latief

"Waalaikum salam,"

Latief kemudian pulang kerumahnya dan memberikan kabar bahagia itu pada putrinya.

Mata Aisyah berbinar-binar ketika mendengar ucapan ayahnya, hatinya sangat bahagia karena ia akan dipinang oleh lelaki yang sangat ia kagumi. Ia pun segera mengiyakan kemauan ayahnya itu.

"Aish setuju abi, " jawab Aisyah dengan senyum sumringah

"Apa kau serius nak?" tanya Latief

"Tentu abi, apa Aish terlihat main-main?" tanya Aisyah

"Tapi abi dan Kyai Hasan mau kalian ta'aruf dulu supaya lebih mengenal satu sama lainnya." ucap Latief

"Baik abi, kapan ta'aruf nya diadakan?" tanya Aisyah yang tak sabar ingin segera menjadi istri Bhumi Dirgantara

"Mungkin lusa nak," jawab Latief

"Iya abi, Insya Allah Aish siap kok," jawabnya mantap

Hari ini Aisyah tak henti-hentinya melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur'an, sebagai cara untuk mengungkapkan kebahagiaannya kepada Sang Pencipta, atas nikmat yang ia dapatkan hari ini.

"Terima kasih ya Rob, akhirnya kau kabulkan doa hamba, memberikan hamba seorang calon imam yang sholeh dan juga seorang Hafidz Qur'an, semoga hubungan kami dimudahkan hingga hari pernikahan kami," doa Aisyah setelah sholat lima waktu.

*******

Hingga hari yang ditunggu-tunggu itu tiba, yaitu hari dimana Aisyah dan calon suaminya akan dipertemukan.

Latief membonceng Aisyah menggunakan sepeda motor bututnya, menuju rumah kyai Hasan.

Setibanya disana ia melihat rumah Kyai Hasan sudah ramai menyambut kedatangan keduanya.

"Assalamualaikum, " sapa Latief

"Waalaikum salam warahmatullah, akhirnya kau sampai juga mas Latief, " Kyai Hasan segera menyambut sahabatnya itu

"Monggo silahkan masuk mas Latief, Aisyah, " sapa Nyai Sa'fiah istri Kyai Hasan

Aisyah segera masuk kedalam setelah mencium lengan Nyai Sa'fiah.

"Ayu tenan awakmu nduk, pasti Banyu seneng entuk rabi ayu tur sholeha koyo awakmu, " ucap Sa'fiah

(cantik banget kamu nak, Banyu pasti suka punya istri cantik dan sholeha sepertimu)

Aisyah kaget ketika mendengar nama Banyu, karena setahu dia, putra Kyai Hasan tidak ada yang bernama Banyu, yang ada hanya Bhumi Dirgantara lelaki yang memang dekat dengannya.

"Kenapa jadi Banyu, bukannya anak Kyai itu cuma mas Bhumi dan dia kan yang akan ta'aruf dengan aku, bukannya Banyu," gumam Aisyah.

Aisyah segera duduk di ruang yang sudah dipersiapkan untuknya.

"Monggo dibaca dulu, itu CVnya Mas Banyu," Nyai Sa'fiah menyodorkan sebuah CV kepada Aisyah.

Wajah Aisyah langsung berubah pucat ketika membaca CV itu, betapa tidak?, itu bukan Curriculum Vitae mas Bhumi melainkan Banyu Al Birunni. Ia memastikan lagi nama yang tertera dalam CV itu, dan begitu jelas tertera disana nama BANYU AL BIRUNNI seorang pemuda berusia 25 tahun lulusan Tahfiz Qur'an Universitas di Cairo Mesir.

"Sudah dibaca nduk?" tanya Sa'fiah

"Sampun Nyai, " jawab Aisyah

"Yaudah ayo ikut Nyai, buat nemuin mas Banyu yang sudah menunggu kamu, " Sa'fiah mengajak Aisyah menuju ke sebuah Taman di halam samping rumahnya

Aisyah melangkah dengan ragu-ragu, karena suasana hatinya sudah tidak karuan setelah membaca CV yang diberikan Safi'ah tadi.

"Nah itu Mas Banyu yang duduk di sebelah air mancur, monggo kamu kenalan dulu sama orangnya, " ucap Sa'fiah

Aisyah berjalan perlahan mendekati air mancur yang berada ditaman itu.

Ia melihat seseorang lelaki tampan yang sedang duduk dikursi roda sambil memberi makan ikan.

Tubuhnya semakin lemas setelah melihat laki-laki dihadapannya, betapa hatinya hancur karena calon suaminya bukanlah mas Bhumi yang sangat ia cintai tapi seorang pria berkebutuhan khusus yang harus memakai kursi roda untuk membantunya berjalan.

Aisyah menundukkan wajahnya ketika pria itu menatapnya.

"Assalamualaikum, pasti kamu Aisyah putri Ustadz Latief Hasan bukan?" Sapa Banyu

"Waalaikum salam, Inggih mas, " jawab Aisyah

Lelaki itu hanya tersenyum mendengar jawaban Aisyah, dan langsung menggerakkan kursi rodanya untuk mendekat kearah air mancur.

Ia tersenyum kecut sembari melempar makanan ikan ke air mancur yang dipenuhi oleh ikan mas itu.

"Hmmm, kamu pasti kecewa bukan setelah melihatku, karena aku tidak sesuai dengan ekspektasi mu, " ucap Banyu dingin

"Bagaimana ia bisa tahu kalau aku kecewa padanya, " batin Aisyah

CA 02 # Perasaan Bhumi

"Hmmm, kamu pasti kecewa bukan setelah melihatku, karena aku tidak sesuai dengan ekspektasi mu, " ucap Banyu dingin

"Bagaimana ia bisa tahu kalau aku kecewa padanya" batin Aisyah

Aisyah hanya diam tak menjawab pertanyaan dari Mas Banyu, karena begitu banyak tanya yang berkecamuk dalam pikirannya saat ini.

Beberapa orang anak kecil datang menghampiri Banyu dan mengajaknya bermain.

"Mas Banyu!!, bagi pakan ikannya dong!" rengek beberapa orang anak kecil padanya, sedangkan yang lainya mendorong kursi rodanya hingga nyaris tercebur kedalam kolam ikan. Beruntung Aisyah yang melihatnya segera menarik kursi rodanya yang berada di bibir kolam.

"Sayang, gak boleh ya dorong-dorong kursi Mas Banyu, nanti kalau jatuh gimana??" Aisyah menasihati anak-anak itu dengan lembut dan kemudian menggeser kursi roda Mas Banyu menjauh dari bibir kolam.

"Gak usah repot-repot, saya bisa sendiri kok, " tukas Banyu sambil menggeser posisi kursi rodanya

Aisyah kemudian berjalan disampingnya, dan Bhumi berjalan mendekati mereka.

"Mas banyu tidak apa-apa?" tanya Bhumi

"Tidak apa-apa bro, gak usah panik gitu, " jawab Banyu

"Oh iya, kalian udah kenalan belum?" tanya Bhumi mencairkan suasana canggung diantara ketiganya

"Ehhh, sampai lupa, Saya Aisyah, " Aisyah memperkenalkan dirinya sembari menelungkupkan tangannya di dada sebagai seorang santriwati memang ia tidak pernah bersentuhan dengan lelaki yang bukan muhrimnya.

"Banyu, teman-teman ku biasa memanggilku Bi" jawab Banyu

Aisyah segera membuka tasnya dan mengeluarkan CV yang belum ia serahkan pada Mas Banyu. Ia kemudian memberikan CV itu kepada Mas Banyu.

"kamu tidak perlu repot-repot memberikan CV kamu segala, toh aku sudah tau semua tentang kamu dari abah, " jawab Banyu menolak CV Aisyah

Mendengar ucapan dari Banyu Aisyah segera memasukan lagi CV itu, namun seperti tahu keadaan hati Aisyah yang kecewa dengan penolakan dari Banyu, Bhumi segera menarik kertas itu dari tangan Aisyah.

"Mas Banyu tetap harus membacanya, karena tidak semua yang diceritakan oleh abah itu benar, jadi harus baca langsung dari sumbernya biar lebih jos!" ucap Bhumi sambil menyodorkan CV itu pada Mas Banyu

Aisyah menatap ke arah Bhumi yang sedang membujuk kakanya agar mau menerima CV miliknya.

"Kenapa kamu begitu peduli padaku Mas, padahal dia juga sudah menolak CV ku, dan aku tau kau pasti tidak ingin melihatku kecewa bukan?, tapi perhatianmu ini justru membuat kuncup cinta dihatiku menjadi mekar untukmu mas Bhumi. Menjauhlah dariku agar aku bisa menjalani semuanya tanpa perlu kau tahu betapa sedihnya hatiku, " batin Aisyah.

"Udah kamu aja yang bacain!!, biar aku dengerin!!" perintah Banyu

"Gak bisa dong Mas, Mas harus baca sendiri nanti kalau aku yang baca terus aku jadi suka sama Aisyah gimana?" goda Bhumi

"Hahaha!!, aku tahu kamu bukanlah tukang tikung bro, jadi aku percayakan semua padamu, " balas Banyu

"Aish, boleh tidak aku yang membacakan CV itu buat mas Banyu" Bhumi meminta izin pada Aisyah

"Iya gak apa-apa Mas, monggo, " balas Aisyah

"Tuh Aish saja setuju, buruan baca!!" teriak Banyu

"Yaudah, biar mas Bhumi tidak canggung bacanya, Aish akan meninggalkan kalian berdua, " ucap Aisyah

"Isshh!, gak asik banget si kamu, jangan baperan gitu dong, masa gitu aja ngambek, " cibir Banyu

"Maaf Mas Banyu, Aish gak ngambek kok, aku cuma gak mau bikin Mas Bhumi merasa canggung karena ada saya disini," jawab Aisyah

"Ini orang kenapa sih nyebelin banget!!" batin Aisyah kesal dengan ucapan Banyu

"Oh gitu, aku kira kamu ngambek terus nanti ngadu lagi sama abah gara-gara masalah CV ini, " ucap Banyu sinis

"Mas tidak perlu khawatir, aku bukan tipe orang yang suka ngadu kok, " jawab Aisyah yang kemudian pergi meninggalkan mereka

Ada rasa kecewa dihatinya ketika mendengar ucapan Mas Banyu yang sepertinya tidak menyukainya.

Bhumi menatap kepergian Aisyah , ia tahu gadis itu pasti sakit hati dengan ucapan kaka angkatnya. Jujur Bhumi memang tidak suka dengan sifat sombong dan arogan dari kakaknya itu, yang tak pernah berubah meski ia sudah sempat mati suri, gara-gara kecelakaan maut yang dialaminya. Hingga membuatnya menjadi lumpuh sampai sekarang.

"Kenapa kamu tidak berubah juga Mas, padahal Allah sudah menegurmu melalui kecelakaan itu agar kau merubah sikapmu, tapi kau tetap saja tidak bisa belajar dari pengalaman hidupmu, " gumam Bhumi

"Mas kok ngomongnya gitu, kasian kan Aisyah pasti sakit hati, " ucap Bhumi yang meletakkan CV Aisyah diatas pangkuan Banyu dan mengejar Aisyah

"Ciih!!, gak usah sok peduli denganku Bhumi, aku tahu kau menyukainya makanya kau berbuat seperti ini padaku, " ucap Banyu

"Kejarlah dia!! dan nyatakan perasaan mu padanya, agar aku bisa terbebas dari perjodohan yang akan membuat hidup seseorang jadi tak bahagia bersamaku, " ucap Banyu sambil menatap CV Aisyah

Aisyah sengaja memilih tempat yang sepi untuk menyembunyikan kesedihannya, ia mengeluarkan tisu dan menyeka air matanya yang mulai membasahi pipinya.

"Disini kau rupanya, aku sudah mencarimu kemana-mana tapi ternyata kau ada disini, " ucap Bhumi yang berdiri dibelakangnya

Aisyah menarik nafas panjang sebelum membalikkan badannya, untuk menenangkan emosi dan kesedihannya yang mulai mencuat.

"Ada apa mas mencariku?" tanya Aisyah berusaha terlihat tenang

"Apa kau marah dengan ucapan mas Banyu?" tanya Bhumi

"Hmm, tidak mas aku tahu dia berkata seperti itu karena keadaannya, dia pasti tidak mau membuatku kecewa, makannya dia bicara seperti itu, " ucap Aisyah bersikap tegar didepan Bhumi, ia tak mau memperlihatkan kesedihannya kepada siapapun termasuk laki-laki yang sangat ia cintai Bhumi.

"Katakanlah kalau kau kesal Aish, supaya aku bisa membantu meredakan amarahmu, supaya aku bisa mendengar keluh kesah mu dan aku akan berusaha membuatmu tersenyum kembali, karena aku sangat menyukaimu Humairahku dan aku tidak ingin melihatmu bersedih, sebenarnya kalau boleh jujur, aku sangat kecewa ketika Abah mengatakan akan melamar kamu untuk Mas Banyu yang jelas-jelas tidak menyukaimu, tapi apalah dayaku yang cuma seorang anak pungut, aku tidak bisa komplain ataupun merebut sesuatu yang memang sudah diputuskan oleh Abah, karena aku tahu jika Abah sudah memutuskan sesuatu tidak bisa diganggu gugat oleh siapapun termasuk maya Safi'ah " batin Bhumi

"Syukurlah, kalau begitu, mohon jangan dimasukkan ke hati semua perkataan Mas Banyu, dia itu orangnya baik dan penyayang kok, cuma karena kecelakaan yang menimpanya membuat hatinya sedikit terguncang, hingga ia bersikap seperti itu, " Bhumi berusaha menenangkan hati Aisyah

"Iya aku tahu Mas, inysya Allah aku berusaha untuk menerimanya apa adanya, " jawab Aisyah

Deg!!, denyut jantungnya seakan berhenti ketika mendengar ucapan terakhir Aisyah.

"Apakah benar kau akan menerima lamaran dari abah untuk menjadikanmu istri Mas Banyu," gumam Bhumi sedih

.

.

.

.

.

.

Hallo Readers semua, semoga suka ya dengan novel ini. Jangan lupa tinggalkan jejak kakian setelah membaca novel ini ya. Caranya dengan Kasih LIKE, KOMEN, JADIIN FAVORIT ❤️, dan jangan Lupa vote juga biar aku semangat ngelanjutin Chapter selanjutnya.

HAPPY READING GUYS

SALAM MANIS ZAHRA CHAN

Muuuuaaaccchh. 😘😘😘😘.

CA 03 # Haruskah aku Menolaknya?

"Iya aku tahu mas, insya Allah aku berusaha untuk menerimanya apa adanya, " jawab Aisyah

Deg!!, denyut jantungnya seakan berhenti ketika mendengar ucapan terakhir Aisyah.

"Apakah benar kau akan menerima lamaran dari Abah untuk menjadikanmu istri Mas Banyu, " gumam Bhumi sedih

"Mbak Aish dipanggil Nyai!" Seorang anak kecil menarik-narik gamisnya

"Iyah, mbak akan segera kesana, " jawab Aisyah

"Mas, Aish tinggal dulu ya, " pamit Aisyah

Ia berjalan menggandengnya anak kecil disampingnya, meninggalkan Bhumi yang masih terus menatapnya.

"Tolong kamu berikan obat ini sama Banyu ya nduk, Maya (panggilan ibu) lupa tadi karena terlalu sibuk mengurusi masakan didapur, jadi minta tolong ya cah ayu!!" ucap Sa'fiah sambil menyodorkan nampan pada Aisyah

"Inggih Nyai, " jawab Aisyah

"Mulai sekarang jangan panggil Nyai lagi, panggil saja Maya" kata Sa'fiah

"Baik maya, " Aisyah berlalu meninggalkan Sa'fiah menemui Banyu.

Ia melihat sosok Banyu yang lebih ceria kali ini, wajahnya terlihat bahagia ketika ia sedang asyik bermain bola bersama anak-anak kecil yang merupakan keponakannya itu.

**Braaakk!!!

Kursi roda Banyu tergelincir dan jatuh ketika laki-laki itu hendak menangkap bola yang dilemparkan oleh keponakannya.

Aisyah buru-buru meletakkan nampannya dan membantu Banyu agar bisa kembali duduk dikursi rodanya.

"Huuftt!! merepotkan saja, seandainya aku ini tidak cacat pasti aku tidak akan merepotkan orang lain!!" sesal Banyu sambil membersihkan bajunya

Aisyah membantunya membersihkan beberapa daun kering yang menempel di baju lelaki itu.

"Maafkan aku, jadi merepotkan mu, " ucap Banyu sembari menatap Aisyah yang masih membersihkan bajunya

"Tidak merepotkan kok Mas, sebagai mahluk sosial memang kita harus saling tolong menolong, jadi tidak usah sungkan, karena mungkin suatu saat aku juga perlu bantuan dari Mas Banyu, " jawab Aisyah

Banyu memandang takjub hijaber cantik dihadapannya.

"Cih!!, apa kau akan terus sabar seperti ini sampai kita menikah nanti, " batin Banyu

Aisyah kemudian mendorong kursi roda Banyu menuju kesebuah tempat duduk ditepi taman, tak lupa ia mengambil nampan yang berisi obat-obatan milik Banyu.

"Mas Banyu minum obat dulu ya?" Aisyah memberikan beberapa butir obat padanya

Banyu segera meraih obat itu dari tangan Aisyah dan kan meminumnya.

"Terima kasih, " ucap Banyu datar

"Sama-sama mas, " jawab Aisyah yang kemudian meninggalkan pria itu

"Sungguh wanita yang sholeha, ku harap Allah akan memberikanmu jodoh yang sempurna bukan orang cacat seperti ku, " gumam Banyu

Lelaki itu kemudian mulai membaca CV yang diberikan oleh Aisyah.

"Kenapa Abah begitu tega menjodohkan wanita sholeha dan pintar seperti dia dengan diriku yang cacat ini. Apakah kau tak memikirkan kebahagiannya Bah?, kenapa kau hanya mementingkan egomu saja tanpa tahu apa dia menerimanya dengan ikhlas atau terpaksa karena segan dengan mu. Kau menggunakan nama besarmu untuk menjerat seorang gadis lugu agar masuk ke penjara yang disebut pernikahan yang akan mengubur semua cita-cita, cinta, dan kebahagiannya, " ucap Banyu lirih

*************

Aisyah Memandangi Abinya yang terlihat sangat bahagia, ia sedang bercengkrama bersama dengan Kyai Hasan dan koleganya. Niatnya untuk memberitahukan tentang keinginannya untuk menolak lamaran Kyai Hasan mendadak sirna karena ia tidak tega menghapus kebahagiaan yang baru saja dirasakan oleh Abinya itu. Seumur hidupnya baru kali ini ia melihat Abinya tertawa begitu lepas, biasanya pria itu hanya tersenyum tanpa pernah tertawa. Mungkin karena derita yang ia rasakan karena ditinggal oleh istrinya setelah melahirkan Aisyah gara-gara masalah ekonomi. Ayah Aisyah menderita penyakit yang mengakibatkan dirinya tidak boleh bekerja berat dan tidak boleh terlalu capek, oleh karena itulah Latief hanya menggantungkan hidupnya dari pendapatnya mengajar ngaji anak-anak di tempat tinggalnya.

Pendapatannya tidak besar karena ia tidak memadang tarif kepada murid-muridnya, ia bahkan lebih banyak menggratiskannya karena banyak anak yang tidak mampu dikawasan tempat tinggalnya. Hal inilah yang membuat Rinjani istrinya terpaksa meninggalkannya karena dianggap tidak bisa memenuhi kebutuhan hidupnya.

Dari kecil Aisyah belum pernah sekalipun bertemu dengan ibunya, ia hanya tahu wajahnya dari fotonya saja. Ayahnya memang mendidiknya sangat keras agar ia menjadi wanita yang tangguh, namun Latief bukanlah sosok yang otoriter yang selalu memaksakan kehendaknya pada putrinya. Ia selalu bertanya dulu pada Aisyah jika ia memutuskan sesuatu untuk masa depan putrinya itu.

Aisyah mengurungkan niatnya, ia kemudian duduk diantara rerimbunan bunga bakung yang banyak tumbuh di taman itu sembari membaca Qur'an yang selalu ia bawa dalam tas kecilnya.

"Kamu sudah selesai nduk kenalannya?" suara Latief membuat Aisyah segera mengakhiri membaca Qur'annya.

"Sampun abi, apa abi juga sudah selesai urusannya dengan Kyai Hasan?" jawab Aisyah sembari memasukan Al-Qur'an mininya kedalam tasnya.

"Sudah nduk, sekarang ayo kita pulang?" ajak Latief

"Ayo Bi, " Aisyah kemudian menggandeng Abinya

Setelah pamitan dengan keluarga Kyai Hasan, Latief kembali membonceng putri kesayangannya untuk kembali ke rumahnya.

"Nanti kita mampir dulu ke warung mbok Ginah dulu ya, buat makan nasi pecel, laper Abi, " ucap Latief

"Iya Bi, Aish juga kangen masakan mbok Ginah, sudah lama kan kita tidak makan pecel disana, " jawab Aisyah

Latief kemudian menghentikan motornya didepan warung nasi pecel mbok Ginah.

"Assalamualaikum mbok dhe, " sapa Latief

"Waalaikum salam Mas, monggo pinarak Mas ustadz, " jawab mbok Ginah

Mungkin agak rancu ya kenapa banyak yang memanggil Latief ayah Aisyah dengan panggilan Mas, itu karena Latief memang masih terlihat awet muda diusianya yang sudah memasuki lima puluh tahun namun masih terlihat seperti pria berusia tiga puluh tahun.

Beberapa menit kemudian mbok Ginah membawa dua piring nasi pecel pesanan mereka.

"Monggo, selamat menikmati, " ucap Mbok Ginah

"Matur nuwun mbok dhe, " jawab Aisyah dan Latief

"Unjukkanne nopo Mas?" tanya Mbok Ginas

"Teh manis anget dua mbok dhe, " jawab Aisyah

"Inggih mbak Aish, " Mbok Ginah segera mengantar dua teh hangat untuk mereka

"Gimana nduk, apa kamu mau lanjut atau mundur?" tanya Latief

"Maksud Abi gimana?" Aisyah balik bertanya

"Kamu sudah tahu kan kondisi mas Banyu, Abi tidak mau memaksakan kamu untuk harus menerima lamaran mereka, kalau kamu mau menolaknya tidak apa-apa, nanti Abi akan sampaikan pada Kyai Hasan. Abi tidak mau kamu terpaksa menikahinya, karena itu akan membuatmu menderita kedepannya. Aku ingin melihat anak kesayangan Abi bahagia, " ucap Latief sambil mengusap lembut kepala Aisyah

Aisyah cukup lama terdiam mengumpulkan kekuatan dan keberanian untuk menjawab pertanyaan dari abyinya itu. Dia sebenarnya ingin sekali membahagiakan orang tuanya itu, tapi sebagai manusia normal ia juga sangat menginginkan kebahagiaan dan mendapatkan suami yang sempurna untuk menemani hidupnya hingga akhir hayatnya.

.

.

.

.

.

.

JANGAN LUPA, LIKE, KOMEN DAN JADIIN FAVORITE YA. BERIKAN JUGA DUKUNGAN KALIAN AGAR NOVEL INI BISA NAIK RANKING DENGAN CARA VOTE MENGGUNAKAN KOIN ATAUPUN POIN.

HAPPY READING ALL 😘😘

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!