NovelToon NovelToon

Cinta Pada Kedalaman 50 Meter

Episode 1

Aku mengejar cintanya sudah lima bulan. Sialnya cewek itu sangat sulit untuk didapatkan. Bak mencari jarum pada tumpukan jerami!

Brigitta namanya. Murid pindahan dari pulau sebelah yang saat ini sedang naik daun di kampus. Sainganku banyak cuy!

Bayangin aja setiap dia lewat di kampus banyak cowok-cowok yang ngantri buat nyapa dia. Dan aku bagaikan debu yang tertiup angin topan.

Wuusssssss! Terbang menghilang!

Aku selalu tak terlihat di pelupuk matanya.  Padahal banyak cewek yang tergila-gila dengan katampananku ini.

Sialnya itu tak berlaku bagi cewek jangkung berhidung mancung, Brigitta!

Bagaikan model yang berlenggak lenggok di catwalk, ia berjalan dengan tersenyum kepada siapa saja yang  menyapanya.

“Sok cantik banget sih!” Gerutu Priska yang tak menyukai kedatangan murid baru itu.

“Emang dia cantik.” Ketus Degta yang merupakan musuh bebuyutan Priska.

“Ndra, cantikan gue kan dibanding dia?” tanya Priska padaku dengan nada manja.

“Dia lah!” jawabku.

“Kok kamu gitu sih! Aku kan pacar kamu.” protesnya.

Tanpa memperdulikan Priska, aku berjalan tergesa untuk mendapatkan perhatian dari anak baru itu. Perlu kalian ketahui bahwa aku bukan play boy. Priska memaksaku untuk menerima cintanya.

Aku terpaksa!

Dia hampir mati karena putus asa. Jujur, sampai saat ini aku tidak mencintai dia.

Semakin lama menjalin hubungan dengannya, aku semakin tertekan. Banyak aturan yang dibuat dengan alasan yang tak masuk akal. Intinya, aku hanya boleh berteman dengan cowok. Dan satu perempuan, yaitu dia sendiri. Gila kan?

Sedangkan aku punya sahabat perempuan yang sangat dekat dengan keluargaku dan sudah dianggap anak sama papa dan mama. Masa iya aku nggak boleh berteman dengan perempuan lain selain dia. Permainan macam apa ini!

“Andra, nanti sore latihan diving yuk. Loe nggak ada jadwal kan?” tanya Yossy.

“Ntar sore nggak ada jadwal sih. Tapi Priska ngajak gue ke acara ulang tahun temannya.” jawabku.

“Loe masih aja diperbudak sama dia.” ketusnya.

“Maksud loe apa ngomong kayak gitu?” tanyaku tak terima.

“Loe nggak sadar? Loe itu kayak bonekanya dia. Disuruh kesana nurut disuruh kesitu nurut! Capek gue ngelihatnya.” tutur Yossy.

“Asal loe tahu, gue ngelakuin itu biar dia senang. Ya mungkin emang nggak selamanya sih. Tapi setidaknya gue pernah membuat seseorang bahagia.” jelasku.

Priska yang merupakan korban broken home pasti tidak pernah merasakan kasih sayang. Aku tahu gimana rasanya ngelihat orang lain bahagia dengan keluarganya yang tak bisa dirasakan oleh pacarku.

Orang tuanya bercerai ketika dia masih duduk dibangku SD. Ibunya selingkuh ketika ayahnya bekerja di luar kota. Dan ia melihat dengan mata kepalanya sendiri saat ibunya sedang becumbu dengan laki-laki lain.

Sungguh sakit!

Mengingat hal itu, ingin sekali aku menampar dan menghabisi nyawa garangan tersebut. Laki-laki sialan!

“Terserah loe deh. Ntar hubungin gue kalau loe jadi latihan. Kalau nggak, gue berangkat sendiri sama Brigitta.” terangnya.

“What?” sahutku dengan mata terbelalak.

“Iyalah. Masa iya pacarnya dibiarin berangkat sendiri.” jawab Yossy.

“Maksud loe? Kalian pacaran?” tanyaku penasaran.

“Hahahaha. Iya lah. Kok loe nggak tahu sih.” jawabnya ngeledek.

“Bohong loe!” kataku.

Seakan tak percaya dengan apa yang kudengar, ia mengulangi lagi ucapannya.

“Kita udah pacaran sejak satu jam yang lalu!” Jelas Yossy dan berlalu ninggalin aku yang masih termangu di kelas.

Mereka pacaran? Kenapa dia milih Yossy? Bukannya aku yang paling keren di kampus ini?

Ahhh, aku baru sadar.

Ketampanan tak menjamin seseorang untuk jatuh cinta. Bisa saja Brigitta menyukai Yossy karena dia termasuk murid yang rajin, pandai, wangi dan bersih. Sedangkan aku? Wangi dan tampan saja tak cukup jika tak diimbangi dengan kecerdasan.

Memang, murid baru tersebut terkenal kepandaiannya. Jadi wajar kalau dia mengincar lelaki yang kemampuan otaknya tak jauh dari dirinya. Sepadan lah.

***

Sore ini kuputuskan untuk mengantar Priska ke salah satu butik dekat kampus. Ia menjajal beberapa gaun yang akan dipakai ke acara ulang tahun temannya.

“Sayang, bagus nggak?” tanyanya.

Aku yang sedari tadi sibuk dengan ponselku langsung menatap indah tubuhnya. Panjang rambut dan cantik wajahnya.

“Cantik.” Setengah sadar aku memuji dan menghampiri perempuan itu.

Pacarku kegirangan. Tapi naas, aku berjalan melewati tubuhnya yang berdiri disamping cermin. Mataku tetap tertuju pada sosok wanita cantik yang kupuji.

“ Brigitta, kamu cantik sekali?” kataku.

“Kamu? Sepertinya aku pernah melihatmu.” sahutnya.

“Aku temannya Yossy.” jawabku.

“Andra! Apa-apaan sih kamu!” Gerutu Priska yang sejak tadi merasa kesal dengan sikapku.

Ia menarik dan membawaku ke ruang ganti.

Sial!

“Apa aku kurang cantik? Kurang sexy? Apa sih kelebihan cewek itu?” Tanyanya kesal sambil menatap mataku.

“Sorry, Pris.” Jawabku dan keluar dari ruangan tersebut.

Aku duduk menunggu pacarku dan tetap memperhatikan Brigitta. Sambil membolak-balikkan lembaran majalah, aku menemukan sebuah iklan dari butik itu sendiri.

Terpampang wajah perempuan sebagai modelnya yang tak lain adalah Brigitta. Dari situ aku mengetahui bahwa pemilik butik tersebut adalah mamanya.

Tak lama, Piska kembali dengan membawa gaun yang telah dibelinya. Ia langsung mengajakku pergi dari tempat tersebut. Tanpa pamit dengan anak pemilik butik, aku dan pacarku langsung cabut dan segera mempersiapkan diri untuk ke acara ulang tahun temannya.

Sebagai bentuk kepedulian, aku akan menemani Priska dan melupakan latihan diving bersama Yossy.

Aku tak tahu entah sampai kapan aku mengalah dan mengorbankan perasaanku ini. Perlahan ia akan tahu bahwa aku menerima cintanya karena kasihan. Dan aku yakin cepat atau lambat ia akan mengerti dan memaklumi.

“Priska, maafin aku ya soal di butik tadi.” Ucapku sambil menggenggam erat tangannya.

“Nggak apa-apa kok. Brigitta emang cantik dan mampu membius siapa saja yang melihatnya. Aku nggak marah.” jawabnya.

“Bagus deh kalau kamu nggak marah.” pungkasku.

Setelah mengantar ia pulang, aku juga kembali ke rumah untuk mandi dan bersiap diri.

Sampai rumah, papa dan mama menampakkan raut wajah yang tak sedap dipandang.

“Andra, kenapa kamu meninggalkan latihan diving? Bukankah hari ini Yossy mengajakmu latihan?” tanya Papa.

“Sorry, Pa. Hari ini Andra mau pergi sama Priska.” jawabku.

“Apakah pergi bersama Priska lebih penting daripada latihan diving? Ha!” bentak Papa.

“Untuk kali ini penting, Pa.” bantahku.

“Oh, kamu sudah mulai berani membentak Papa dan Mama ya!” ucap Mama.

“Bukan begitu Ma, Pa. Please, kali ini aja ijinkan Andra pergi bersama Priska.” pintaku.

“Nggak bisa. Kamu nggak boleh pergi kemana-mana! Sini kunci mobil kamu.” Ucap Papa sambil merampas kunci mobil yang kupegang.

Dengan kasar papa menyeretku masuk kamar dan mengunci pintunya.

Blarrrr!!!!

Episode 2

Kepopuleranku yang sudah tak diragukan ini sering mengharumkan nama keluarga. Aku kerap menjuarai diving di berbagai perlombaan. Itu semua berkat dukungan papa dan mama yang sejak dulu mengarahkanku untuk menjadi seorang penyelam yang hebat.

Tapi semenjak aku pacaran dengan Priska, sering kali mereka  kecewa dengan sikapku yang mulai membantah. Tak jarang pula aku bolos latihan bersama teman-temanku.

Tuling!

Hp ku berbunyi.

“Kamu dimana sih sayang? Kok jam segini belum jemput?” tanya Priska.

******! Aku mau jawab apa nih.

Aku tak membalas pesan tersebut. Beberapa menit kemudian, hp ku berdering lagi. Aku tahu pasti Priska sudah menungguku.

“Andra, kamu dimana sih? Harusnya kamu udah jemput aku.” ucapnya.

“Sorry, Pris. Kayaknya hari ini aku nggak bisa nganterin kamu. Papa ngurung aku di kamar.” jawabku jujur.

“Kok bisa sih kamu dikurung?” tanyanya.

“Kamu berangkat sendiri nggak apa-apa kan?” tanyaku balik.

“Yaudah.” Pungkasnya dan menutup telpon.

“Aku yang sekece ini dikurung dalam kamar? Hahahah, kayak anak perawan aja!” gerutuku kesal.

Untuk menanggulangi bencana galau dalam hati, kunyalakan musik sekeras mungkin. Aku hanyut dalam musik rock yang kemudian membawaku pada kenangan masa lalu. Tepatnya ketika aku masih SMP. Ada satu perempuan yang rela mati-matian buat jadi pacarku. Ia sampai berani datang ke rumah untuk bertemu denganku.

Gadis itu tinggi, kurus, wajahnya lumayan tak membosankan. Lagi-lagi karena aku merasa kasihan dengannya akhirnya kuterima cintanya. Sikap cuek dan dingin selalu kuperlihatkan di depannya. Tapi entah kenapa lama-lama aku jatuh cinta beneran dengan gadis yang biasa dipanggil Sahira itu. Setiap aku ngelarang dia buat ngejauhin teman cowoknya, ia nurut. Aku sangat posesif saat itu.

Aku ngelarang dia untuk tidak mengikuti kegiatan sekolah seperti ekstrakurikuler dan lainnya. Padahal Sahira merupakan murid yang sangat aktif mengikuti kegiatan sekolah. Ia sangat bodoh menuruti kata-kataku. Dia rela di bully temannya gara-gara aku. Pernah satu kejadian dia ikut kegiatan sekolah yang tak kusukai dan aku memarahinya hingga ia menangis. Aku mutusin dia karena hal itu.

Dia selalu ngajak balikan dan berjanji untuk tidak mengikuti kegiatan apa pun. Aku heran, kenapa dia mau bertahan dan mengorbankan semuanya. Kenapa dia sangat bodoh?

“Sahira, jika aku jadi kamu pada saat itu, aku akan menampar laki-laki yang bernama Andra. Kenapa kamu mau diperbudak olehnya?” ucapku di depan cermin.

Aku memang sangat keterlaluan saat itu. Dan sekarang kembali terulang. Aku menerima perempuan lain juga karena terpaksa.

Cekrek!

Tiba-tiba terdengar suara pintu kamar terbuka.

“Andra. Ada Yossy di bawah. Temuin dia sekarang.” ucap Papa.

“Ngapain dia kesini? Bukannya dia mau latihan diving.” batinku.

Aku segera keluar kamar dan menemui temanku itu. Ia berpakaian santai dengan balutan kaos dan celana pendek. Sepertinya ia baru saja menyelesaikan latihannya dan mampir kesini.

“Ngapain loe kesini?” tanyaku sambil menghampiri.

“Gue mau ngasih tau loe kalau minggu depan ada festival diving di pantai Gapang. Loe kalau mau ikut, mending latihan dari sekarang biar nggak keok.” jelasnya.

“Ah, males gue.” kataku

Ehm!

Papa yang dari tadi mengamatiku, tiba-tiba mendehem menandakan ketidak setujuan dengan jawabanku mengenai festival yang dikatakan Yossy.

“Kamu harus ikut!” perintah Papa.

Huft! Mana mungkin aku bisa menolak perintah papa.

“Gimana, loe ikut kan?” tanya Yossy.

“Hah! Iya deh iya.” jawabku kesal.

Beberapa menit kemudian, Yossy pamit pulang dan aku kembali ke kamar. Besok kuliah pagi, jadi jangan sampai telat. Aku juga harus mengasah otakku supaya encer.

Lantas, kuakhiri nostalgiaku bersama kenangan masa lalu yang terlintas di pikiranku. Aku harus fokus kuliah dan

latihan untuk menyambut festival minggu depan.

Aku suka menghabiskan waktu di pantai. Awalnya aku hanya bermain di bibir pantai hingga kemudian aku jatuh dan terseret ombak sampai tak sadarkan diri. Orang-orang berduyun-duyun menyelamatkanku.

Dari situlah aku mulai belajar berenang dan kemudian belajar menyelam. Telingaku sangat menyukai suara deburan ombak. Kumanjakan mataku dengan melihat bawah laut dan bertemu dengan hewan kecil disana. Aku selalu mengabadikannya dengan kamera yang kupunya.

Aku juga selalu memposting penyelamanku di akun sosial media untuk memberitahu pada mereka yang berteman denganku tentang wisata bahari. Dengan begitu mereka juga tahu dibawah laut itu seperti apa dan ada apa saja.

Dulu aku pernah belajar menyelam dengan Sahira. Ia sangat lincah bak ikan yang sedang berenang. Tapi sekarang, aku tak tau dia dimana. Andai bertemu lagi, aku akan menantang dia untuk berenang sejauh mungkin di lautan.

Malam yang sunyi!

Kuputuskan untuk tidur dan menyambut esok hari.

***

“Andra tunggu!” panggil Priska.

Aku menghentikan laju motorku tepat disampingnya.

“Ada apa?” Tanyaku sambil membuka helm.

“Mobil kamu mana? Kok pakai motor?” tanyanya.

“Bosen pakai mobil mulu.” jawabku.

Lagian apa masalahnya aku ke kampus naik apa. Yang penting kan aku sampai kampus dengan selamat!

“Nanti aku ikut kamu pulang ke rumah ya.” ucapnya.

“Hah? Mau ngapain?” tanyaku.

“Main aja. Pengen deket sama keluarga kamu.” jawabnya.

“Sorry, Pris. Nanti aku mau langsung ke pantai buat latihan diving.” kataku.

“Kalau gitu, aku ikut ke pantai aja.” pintanya.

“Oke. Tapi kamu jangan pergi jauh-jauh.” kataku.

Ia pun berlalu dan aku melanjutkan perjalananku menuju parkiran motor.

Sampai sana aku bertemu Brigitta dan Yossy sedang bergandengan tangan.

Sial! Aku sendirian lagi!

Aku pura-pura tak melihat mereka dan sibuk dengan ponselku.

“Sok sibuk loe!” ucap Yossy saat melihatku sedang bermain hp.

“Apaan sih loe.” jawabku.

Setelah mereka berlalu aku langsung menuju kelas dan mulailah belajar bersama dosen yang galaknya minta ampun.

Matanya seringkali melotot kepada setiap siswa yang tak fokus ketika diajar. Gebrakan meja sudah biasa dilakukan saat mengetahui anak didiknya tidur ketika dijelaskan.

Aku mencari posisi aman dengan duduk di bangku paling pojok depan. Sedangkan Yossy yang duduk dibangku tengah kena damprat dosen karena lupa tak mengerjakan tugas yang diberikan.

Tumben!

“Kalau lagi kasmaran jangan sampai hilang ingatan!” sindir Dosen.

“Andra! Keluarkan tugas kamu!” suaranya yang melengking membuyarkan ketenanganku.

Aku segera mencari tapi ...

Tapi?

"Kok nggak ada sih?" tanyaku dalam hati.

Sial! Aku juga lupa. Memangnya tadi malam aku ngerjain tugas yang mana?

“Mana tugas kamu? Ayo cepat keluarkan! Atau jangan-jangan, kamu juga sama dengan Yossy?” tanyanya dengan garang.

“Maaf, Bu. Saya salah mengerjakan tugas.” kataku.

“Apa? Kalian berdua keluar dari kelas! Sekarang!” perintahnya.

Akhirnya aku dan Yossy meninggalkan kelas dan menuju kantin.

Kita makan sepuas-puasnya.

“Loe nggak nyesel keluar dari kelas?” tanyaku pada Yossy.

“Nyesel lah. Emangnya loe? Disuruh keluar malah ngajak makan.” jawab Yossy.

Tanpa memperdulikan rasa penyesalan Yossy, aku langsung pesan mie ayam bakso pedas dua porsi dan air minumnya. Ditengah menyantap makanan yang paling enak di kantin kampus, tiba-tiba seseorang datang menepuk bahuku.

Plak!

Aku merasakan tangan kekar telah mendarat di bahuku. Siapa dia? Apakah kepala hantu kampus telah datang menghampiri murid nakal? Oh Tuhan...

Episode 3

Semua kampus pasti memiliki sisi horor. Entah itu di tamannya, gedungnya, kantinnya, dan masih banyak lagi. Begitu pula di kampusku. Bangunan ini sudah lama berdiri dan memang ada makhluk tak kasat mata yang sering nimbrung bersama mahasiswa.

Pertama kali aku masuk kuliah, semua mahasiswa heboh dengan kabar yang beredar. Seorang siswi terjun dari lantai lima hingga tewas. Kepalanya pecah!

Prakkk!!!

Sejak peristiwa tersebut, banyak kejadian mistis yang sering dialami temanku lainnya. Saat itu ia sedang di kampus hingga malam. Siswi tersebut berjalan menuju perpustakaan yang bersebelahan dengan kantin. Tiba-tiba seseorang memegang bahunya sampai ia tak bisa menggerakkan kaki dan tangan.

Setelah ia menoleh, ternyata sosok kepala manusia berambut panjang dengan wajah berlumuran darah sedang melotot kearahnya. Tanpa leher, tangan, dan anggota tubuh lainnya. Siswi itu berteriak histeris hingga jatuh pingsan.

Dan kini, giliran aku yang akan mengalami hal itu. Tapi mana mungkin hantu muncul di siang bolong? Aku melirik Yossy yang sedang menyantap bakso yang telah di pesan. Anak itu sangat lahap sekali.

“Loe kenapa?” tanya Yossy padaku.

“Tadi loe megang bahu gue nggak?” tanyaku.

“Kapan? Ngapain juga megang bahu loe.” jawabnya.

Tiba-tiba saja bulu kuduku berdiri. Kepalaku sedikit berat.

Aku terdiam dan membaca do'a dalam hati. Mungkin hantu itu sedang gentayangan dan iseng untuk menakut-nakutiku.

Tak selang berapa lama, tubuhku terasa nyaman lagi.

Kuhabiskan jadwal kuliahku hari ini dengan menyantap bakso. Setelah itu, aku menunggu Priska di parkiran dan berangkat ke pantai. Bersama Yossy dan pacarnya, kami berempat menuju lokasi.

“Wah, sore-sore gini seru juga ya main di pantai.” ucap Priska.

“Norak banget sih loe. Kayak nggak pernah ngerasain udara pantai di sore hari.” ketus Brigitta.

“Blagu banget sih loe?” jawab Priska.

Melihat mereka yang tak rukun, kuajak Priska ke gazebo yang biasa kupakai untuk istirahat. Sedangkan Yossy yang sudah menceburkan diri ke pantai tengah gesit latihan menyelam.

Brigitta yang dari awal sudah sangat populer, menjadi pusat perhatian wisatawan yang ada disana untuk minta foto bareng. Ya, anak itu sering muncul di majalah untuk memamerkan berbagai model gaun buatan ibunya.

“Huft! Kayak artis aja tuh anak.” ucap Priska.

“Biarin aja kenapa sih.” kataku.

“Kamu belain dia?” protesnya.

“Bukannya belain. Tapi aku nggak mau kamu ngurusin hidup orang. Terserah dia mau ngapain. Nggak usah dikomentarin. Yaudah, aku mau latihan dulu. Kamu tunggu disini ya.” kataku.

Secepat kilat aku meninggalkan pacarku di gazebo dan menyusul Yossy.

Byurrr!!!

Aku tenggalam bersama ganasnya ombak lautan. Sepertinya cuaca hari ini kurang begitu bagus. Anginnya lumayan kencang tapi aku tetap bertahan. Kujelajahi tempat dimana ikan-ikan kecil bersembunyi.

Aku juga melihat terumbu karang yang cantik, kuda laut bersama temannya sedang hilir mudik disampingku. Yossy mengajakku untuk menyelam lebih dalam lagi. Ia penasaran dengan binatang yang katanya bisa memangsa manusia itu.

Paus!

Gila tuh anak. Udah tahu si paus bisa melahap dirinya hidup-hidup, masih aja ia penasaran. Aku nggak mau. Aku menyeret tubuhnya naik ke permukaan.

“Ngapain loe narik gue? Gua penasaran sama ikan itu!” bentaknya.

“Loe pengen mati? Ha!” bentakku balik.

“Kita nggak bakal jadi mangsa dia. Tau loe!” ucapnya.

“Loe kesini mau latihan atau mau nyari ikan paus? Nyari ikan paus sama aja loe pengen mati.” kataku.

Byur!!!

Ia kembali menyelam dan tak mempedulikan omonganku.

Aku tak tinggal diam. Kutarik lagi dan kuseret tubuhnya ke tempat dimana Brigitta berada.

“Apaan sih loe, Ndra!” berontak Yossy sambil menendang kakiku.

“Diam!” bentakku.

“Nih, lihat pacar kamu. Kepalanya seperti batu!” kataku pada Brigitta.

“Kalian kenapa sih?” tanyanya.

“Dia nyari mati!” jawabku.

“Maksudnya?” tanya Brigitta lagi.

“Dia kesini bukan untuk latihan, tapi nyari paus. Dia penasaran dengan ikan itu.” jelasku.

Mendengar ucapanku, mereka terdiam dan saling memandang. Brigitta menghela napas dan pamit pulang.

“Kalau kamu mau nyari ikan paus, yaudah cari sana! Aku mau pulang.” katanya pada Yossy.

“Tunggu Bri! Aku anterin kamu pulang ya.” Ucap Yossy sambil menarik lengan pacarnya.

Dia takut pacarnya marah! hahahaah...

Akhirnya kami pun pulang dengan rasa kurang senang. Latihan hari ini bisa dikatakan gagal total.

Aku senang Yossy memiliki rasa penasaran yang cukup tinggi terhadap biota laut. Tapi untuk mencari sosok paus adalah hal yang sangat gila bagiku. Semua orang juga tahu ikan ganas itu memiliki susunan gigi yang sangat tajam dan kuat, ia juga sangat agresif. Gigi hiu mampu mencabik-cabik mangsanya. Nggak kebayang gimana ngerinya hiu makan manusia.

Setelah mengantar Priska, aku kembali pulang lalu mandi. Papa dan mama yang hari ini masih menikmati siaran televisi tak menyadari kepulanganku.

“Hai, Ma...Pa....” ucapku pada mereka.

“Kamu udah pulang?” tanya Papa dan Mama.

“Udah.” jawabku.

“Gimana tadi latihannya? Lancarkan?” tanyanya.

“Lancar apanya. Orang Yossy bikin kacau!” jawabku kesal.

“Kok bisa?” tanya Mama dengan wajah penasaran.

“Dia mau nyari hiu, Ma. Gila kan!” jawabku.

“Hahahahaha.” Tawa mereka meledak mendengar jawabanku.

“Ngapain hiu dicari? Yang ada hiu yang nyari kalian.” Jawab Papa sambil ketawa.

“Kamu harus hati-hati saat menyelam. Jangan terlalu dalam karena semakin dalam kamu menyelam semakin berbahaya. Hewan laut yang tinggal disana juga bermacam-macam. Jadi tetaplah waspada.” Mama menasehati.

“Iya, Ma. Yaudah Andra ke kamar dulu mau istirahat.” Ucapku dan berlalu ke kamar.

Temanku yang satu itu sangat membahayakan. Ia anak yang pandai di kampus, tapi paling **** di dalam laut. Bukan soal menyelam, tapi soal keselamatan dirinya sendiri. Keingintahuannya yang cukup tinggi membuatku khawatir. Yossy juga pernah mengatakan bahwa ia penasaran dengan kapal pesiar yang tenggelam.

Kurasa, aku sendiri tak cukup untuk menasehatinya. Ia kini sedang kasmaran dengan Brigitta. Aku akan minta bantuan padanya untuk mengingatkan pacarnya itu.

Baiklah, aku akan berangkat sekarang!

Melihat aku berjalan tergesa menuruni anak tangga, papa dan mama langsung menghadangku di depan pintu.

“Mau kemana kamu malam-malam begini?” tanya Papa.

“Keluar sebentar, Pa. Nemuin Yossy.” Kataku supaya diperbolehkan pergi.

“Ke rumah Yossy?” tanya Mama.

“Bukan, Ma. Di tempat biasa kita nongkrong.” jawabku.

“Oke, jangan lama-lama!” kata Papa.

Huft! Aku benar-benar seperti anak perawan.

Sebenarnya aku pergi untuk menemui Brigitta, bukan Yossy. Biasanya dia nongkrong di cafe bersama temannya untuk mengerjakan tugas.

Sampai lokasi, aku segera mencari dimana keberadaannya. Banyak muda mudi yang tengah nge-date diantara kerumunan mahasiswa yang sedang sibuk dengan notebook nya.

Kusapu semua area tersebut hingga menemukan titik terang.

Di pojok belakang!

Aku mendekat dan sedikit lancang menarik tangannya untuk keluar dari kursi duduknya.

“Brigitta, aku mau ngomong sebentar.” ucapku.

“Kamu? Ngapain kamu kesini?” tanyanya.

Tanpa menjawab pertanyaan dia, aku langsung membawanya keluar dari cafe.

“Ini tentang Yossy.” kataku.

“Yaudah, kamu ngomong aja sekarang.” katanya.

“Aku minta tolong sama kamu. Tolong nasehati Yossy supaya tidak melakukan hal gila lagi di dalam laut. Terserah kamu gimana caranya, yang penting dia bisa melupakan rasa penasarannya terhadap sesuatu yang membahayakan bagi dirinya sendiri.” jelasku.

“Kenapa kamu begitu peduli dengan Yossy? Padahal dia adalah saingan kamu untuk mendapatkan hatiku?” tanya Brigitta.

“Iya, itu mungkin dulu. Sekarang bukan saatnya untuk membahas soal hati.” jawabku.

“Tapi kamu masih suka kan sama aku?” tanyanya lagi.

Sial! Ngapain sih dia nanya kayak gitu. Aku tidak masalah dengan siapa ia berpacaran. Ya mungkin memang itu yang terbaik baginya. Lagi pula aku juga sudah jadi pacar Priska meski karena terpaksa. Tapi aku menghargai keberadaannya.

“Aku nerima cinta Yossy karena terpaksa.” kata Brigitta tiba-tiba.

“Jadi kamu nerima aku karena terpaksa Bri?” tanya Yossy yang secara tiba-tiba muncul bak jaelangkung.

"Oh My God!" batinku.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!