NovelToon NovelToon

Sahabat Beda Alam

BAB I # Disini lah ku mulai cerita ku # 1

Tak seperti hari hari biasanya, Fityah yang biasanya ceria, sumringah, dan  sangat periang, hari ini terlihat sangat berbeda....

" kak Fit...." teriak Wilani. Tumben lemes aja?

biasanya jam segini udah nelpon ngajak jogging?   namun teriakan Wilani tidak dihiraukan oleh Fityah.

Wilani adalah sahabat Fityah yang sudah dianggap seperti saudaranya sendiri. Wilani pun juga kuliah dikampus  dan fakultas yang sama namun mereka berbeda jurusan. Fityah dan Wilani sudah mulai akrab sejak pertama kali menjadi mahasiswi baru.

Wilani terus memanggil manggil temannya itu. " ahh,mungkin dia lagi ngelamun" oceh Wilani. sesampainya di kos, Wilani pun menelfon Fityah, " kenapa sih kak Fit? " omel Wilani." aku panggil kok kak Fit enggak jawab?" tambah Wilani.

"hhaah?, masa iya?"jawabku,  mungkin karena masalah KKN ini wi bikin aku gak fokus.

" ya sudahlah lah, lima menit lagi aku nyampe, tunggu ya..?" tegas Wilani.

Tidak lebih dari lima menit ternyata Wilani sudah berada di kos Fityah. Setelah bercerita panjang lebar tentang masalah yang sedang membebaninya belakangan ini, akhirnya Wilani mengerti.

" Memangnya kamu aja yang mau KKN..?, aku juga ikut" sambung Wilani.

"Bukannya kamu udah ngebatalin KKN di KRS mu wi? tanya ku.

Wilani kemudian menceritakan semua alasannya dibalik rencananya mengambil KKN kembali di lembaran Kartu Rencana Study nya. Memang sebagian mahasiswa sangat antusias dengan program ini, dan ada sebagian juga yang "ga tertarik".

Salah satu mahasiswa yang masuk kedalam option kedua diatas adalah Fityah. Dia punya alasan mistis dibalik itu. Dahulu Fityah adalah seorang anak indigo. Heemmm.. kira-kira sejak berusia  balita dia sudah bisa merasakan

hal hal yang tak kasat mata disekelilingnya. Hanya saja hal itu bukannya tidak berimbas apa apa baginya, bagi

sebagian orang mungkin indigo dianggap kelebihan, tapi tidak untuk dirinya.

Keesokan paginya, saat Fityah hendak keluar dari kamar kosnya, ia dikejutkan oleh suara ketukan pintu. Kemudian dengan tangan yang penuh dengan kertas dan map, ia mencoba membukanya. "wooooowww"

teriak Wilani. "

ohh kamu wi," sambung Fityah.

"Lho kok masih datarnya ekspresimu kak Fit? aku jamin sebentar lagi kamu pasti beda 100 %” ujar Wilani..

"haaaa???, beneran wi..??" terdengar suara sumringah dari Fityah.

"tuhkan, aku bener" tebak Wilani. rupanya Wilani membawa kabar yang benar benar merubah suasana hati sahabatnya itu. Fityah merasa sudah kembali kedunianya.

" Nah, mulai hari ini, kak Fit jangan galau lagi ya, kita kan satu grup"  celetuk Wilani.

"O iya, besok pagi jangan lupa ya kita ngumpul di Biro jam 10. Ntar kita ketemuan disana.

******

Keesokan harinya, dengan langkah cepat Fityah melaju ke parkiran kampus untuk mengambil motornya, tiba tiba matanya tertuju ke blok P. Parkiran dikampus ini memang sangat penuh sesak oleh beratus motor mahasiswa

kampus, tapi anehnya enggak ada satupun mahasiswa yang mau memarkirkan motornya di Blok paling ujung tersebut. "Mungkin karena inilah mungkin alasannya," gumamnya dalam hati.

Hari itu udara memang sangat dingin, mendung dan sedikit gerimis, dari tempat Fityah memarkirkan motornya, ia melihat sosok perempuan dengan almamater biru tua. Perempuan itu tidak terlalu tinggi, rambutnya terikat rapi kebelakang dengan sedikit poni belahan samping dan wajahnya begitu pucat. Ia terus melihat kearah Fityah. Saat itu Fityah merasa hanya ada dia dan perempuan itu disana, padahal masih banyak mahasiswa yang bolak balik

diparkiran tersebut.

Tubuh Fityah terasa lemas, kakinya terasa berat dan yang anehnya suaranya seakan akan tersendat untuk memanggil orang - orang yg ada disekitarnya "Oo..My Gosh, matilah aku" pikirnya dalam hati.

Dulu Fityah memang bisa merasakan, bisa melihat, bahkan bisa berinteraksi dengan makhluk astral. Namun kelebihannya yang ada pada dirinya itu seakan akan membuat dirinya jenuh bahkan sering membuat dirinya jatuh

sakit.

Berbagai macam penampakan makhluk tak kasat mata sering ia lihat setiap hari. Mulai dari yang bentuknya sangat cantik sampai kebentuk yang sangat membuatnya ketakutan. Kebanyakan dari makhluk tersebut selalu

membayanginya ditempat tempat yang memang tidak banyak orang dan sepi dari keramaian.

Awalnya Fityah merasa menjadi orang yang tidak senormal manusia lainnya. Ia selalu terganggu dengan suara tangisan, rintihan, ataupun cekikikan yang hampir tiap hari didengarnya.

Tapi seiring berjalannya waktu, dia sudah merasa biasa dengan hal itu. Sampai suatu ketika, saat dirinya masih duduk dikelas 3 SMP, disaat jam sekolah telah usai.

Pada waktu ia sedang menunggu jemputan dari tukang ojek langganannya, ia mendengar sesorang yang seolah olah memanggil namanya tetapi dengan suara yang ia tidak pernah didengar sebelumnya. Suara itu begitu pelan.  Sejenak Fityah mencoba membandingkan dengan suara teman, guru ataupun bu kantin sekolah, tapi tetap aja berbeda.

Pada saat itu Fityah merasa berada pada dimensi lain, tiba-tiba gedung sekolah tampil dengan warna yang berbeda. Warna dinding ruangan kelasnya pun berbeda. Warnanya begitu kusam dan terasa lembab.

Tiba- tiba matanya tertuju pada sosok anak kecil dan seorang ibu yang menggandengnya. "Siapa kalian??" tanya Fityah kepada sang ibu. Tapi pertanyaan Fityah tersebut tidak mendapata jawaban langsung.

Berselang beberapa menit kemudian, barulah ia mendengar sesuatu berbisik lembut ditelinganya.

" Ikutlah dengan kami." kata suara misterius itu. Fityah merasa begitu takut, tapi ia sungguh tidak bisa berbuat apa apa, ia seperti terkena hipnotis. Fityah pun berjalan mengikuti ibu dan anak tadi menuju gudang sekolah.

Tanpa Fityah sadari, ternyata dari tadi ada seseorang yang terus memperhatikannya, ia adalah pak Kardi, lebih tepatnya pak SuKardi. Usianya sudah hampir 70 tahun. Beliau adalah seorang penjaga sekolah di SMP tersebut, sekaligus tetangga Fityah.

Ditengah langkahnya mengikuti ibu dan anak tadi, Fityah tiba-tiba dikejutkan dengan suara teriakan,

"Fityah..Fityah...!" teriak pak Kardi.

Sesaat  itu juga Fityah tersadar. Ia merasa bermimpi lama sekali, mukanya pucat, tangannya basah oleh

keringat dingin, jantungnya berdetak kencang. Ia langsung menoleh kebelakang. Dilihatnya pak Kardi berlari kecil sambil membawa sapu lidinya.

"Neng Fityah mau kemana..?" tanya pak Kardi dengan logat sundanya.

Fityah hanya terdiam. Ia pun diajak pak Kardi duduk dibangku di depan labor Biologi untuk menghilangkan ketakutan yang masih terlihat jelas di wajahnya.

"Neng, boleh bapak bertanya?, Tadi itu neng Fityah diajak ke gudang belakang itu ya..?" tanya pak Kardi .

"Loh, kok pak Kardi tau..? jawab Fityah.

"Sebenernya neng Fityah lagi ngikutin siapa sih jalan kearah sana? " tanya pak Kardi lagi.

Fityah pun diam sejenak, ia lagi berpikir sebenarnya kejadian yang barusan ia alami itu nyata atau mimpi. ditengah lamunannya, tiba-tiba pak Kardi berujar,

"  apa tadi ada yang ngajakin neng Fityah ke gudang belakang?"

sesaat itu juga Fityah mengangguk.

"Oo rupanya mereka masih disini" ujar pak Kardi.

***Bersambung...

BAB I # Disini lah ku mulai cerita ku # 2

"Maksud pak Kardi...?" tanya Fityah kebingungan.

Lalu pak Kardi menjawab pertanyaan Fityah dengan menceritakan kisah yang terjadi disekolah tersebut 30 tahun yang lalu.

Rupanya pernah terjadi kebakaran hebat disekolah itu dulunya. Hampir setengah bangunan gedung sekolah rata dengan tanah, tak terkecuali sebuah rumah dinas yang berada dekat sekali dengan ruangan kelas IX yang sekarang menjadi ruangan belajar Fityah. Rumah dinas tersebut ditempati oleh seorang penjaga sekolah beserta seorang istri dan anaknya.

Disaat kebakaran hebat itu terjadi, penjaga sekolah beserta keluarganya tersebut sedang tertidur pulas, sehingga mereka tidak menyadari kobaran api telah melahap habis rumah yang mereka tempati. Istri dan anak penjaga sekolah tersebut tidak dapat diselamatkan. Sedangkan si penjaga sekolah dapat menyelamatkan diri dengan luka bakar yang parah.

Tapi sayangnya sampai disisa umurnya ia harus hidup dalam kondisi cacat tubuh oleh luka bakar tersebut. Setelah kejadian itulah, pak Kardi diminta oleh komite sekolah untuk menggantikan posisi penjaga sekolah disekolah itu, selain karena pak Kardi orangnya tekun dalam bekerja, ia juga merupakan kerabat dari penjaga sekolah yang lama.

Menurut cerita yang beredar dimasyarakat, dua orang korban kebakaran, yaitu istri dan anak dari penjaga sekolah itu masih sering bergentayangan disekitar sekolah. Hal ini diketahui dari cerita masyarakat sekitar yang sering mendengar teriakan minta tolong dari dalam area sekolah. Bahkan pak Kardi sendiripun pernah mengalami kejadian mistis tentang sosok ibu dan anak tadi.

Saat itu pak Kardi sedang membereskan bangku dan meja yang sudah tidak layak pakai di gudang tua tersebut. pada saat itu hari sudah menunjukkan pukul enam sore. Sebetulnya pak Kardi bisa saja menyambung pekerjaannya esok hari, tapi karena hanya tinggal sedikit lagi yang mau dirapikan, terpaksa ia lanjutkan saja pekerjaannya.

Ditengah kesibukannya itu, dia mendengar suara teriakan minta tolong dari bilik kecil yang ada dibagian sudut belakang gudang.

Karena pak Kardi ini orangnya suka penasaran? ia lantas pergi kearah gudang untuk sekedar mengecek suara yang menurutnya tidak asing baginya. " kok kedengarannya seperti suara Sella ya..?" ungkapnya dalam hati.

Sella adalah anak dari si penjaga sekolah yang lama, tentu saja ia kenal dengan suara tersebut karena semasa mudanya pak Kardi sering mengajak Sella bermain sewaktu ia membantu ayahnya Sella bekerja sebagai penjaga sekolah dulunya.

Setelah pak Kardi mondar mandir beberapa waktu disekitaran bilik tersebut, ia tidak menemukan seorangpun disana. Kemudian ia memutuskan untuk kembali melanjutkan pekerjaannya yang sedikit lagi ia rasa akan selesai.

Tak lama setelah itu, ia kembali mendengar suara yang sama. Kali ini suara itu tidak lagi terdengar seperti meminta tolong, melainkan seperti suara seorang anak yang sedang menangis kesakitan. Tapi kali ini suara anak tersebut membuat bulu kuduknya berdiri.

Pada awalnya pak Kardi tidak merasakan sesuatu yang aneh atau menakutkan, tapi lama kelamaan ia merasa tidak nyaman dengan keadaan tersebut. Suara anak kecil tadi terus menerus terdengar bahkan seolah olah suara itu berada dekat sekali dengan posisi pak Kardi berdiri kala itu.

Tidak lama setelah itu, terdengarlah suara azan maghrib. Pak Kardi pun akhirnya bisa menyelesaikan tugasnya menyusun tumpukan bangku dan meja di gudang tersebut. Anehnya, sejak suara azan maghrib tadi berkumandang, tidak sedikitpun terdengar olehnya suara anak kecil yang menurutnya sangat mirip dengan Sella.

Setelah menyelesaikan pekerjaannya, pak Kardi pun pulang dengan sejuta tanda tanya dibenaknya. Dalam perjalanan, ia bertemu dengan Bu Dwi, beliau adalah seorang penjual jamu yg rumahnya tepat berada di gerbang belakang sekolah.

Bu Dwi pun menyapa pak Kardi. Ia pun bertanya " Darimana pak Kardi..?, kok kayaknya buru- buru?".

Pak Kardi pun menjawab, " tadi habis beresin meja dan bangku rongsokan yang ada di gudang belakang sekolah bu Dwi".

Sesaat itu juga bu Dwi langsung bertanya, " Kok pak Kardi berani sih sendirian aja di gudang itu?"

Rupanya bu Dwi sering mendengar suara - suara seperti yang didengar oleh pak Kardi tadi. Beberapa saat pak Kardi terdiam, ia tidak menjawab pertanyaan dari bu Dwi. Kemudian pak Kardi pun bergegas melanjutkan perjalanannya menuju rumah.

Dalam perjalanan ia baru sadar kalau yang ia dengar tadi itu memang benar suara Sella, bocah yang ikut terbakar hidup- hidup bersama ibunya dalam kebakaran disekolah itu tiga puluh tahun yang lalu.

Sejak saat itu, pak Kardi merasa sudah biasa mendengar hal- hal atau cerita- cerita yang berasal dari sekolah.

"Nah, begitulah ceritanya neng", ucap pak Kardi kepada Fityah.

"Lantas kenapa harus saya yang dibawa untuk masuk ke gudang itu pak?", tanya Fityah.

" Mungkin karena neng Fityah itu istimewa mungkin neng...", celetukan pak Kardi.

Dalam hatinya Fityah berkata, "apa mungkin karena ia indigo, lantas makhluk- makhluk tak kasat mata itu seolah olah ingin berteman dan lebih akrab denganku?, Ahh sudahlah, yang penting, kali ini aku selamat"

Masih banyak kejadian - kejadian mistis lainnya yang dialami Fityah. Keadaan ini sebenarnya membuat ia depresi, tapi dia sendiripun tidak mengetahui bagaimana cara menghilangkan kemampuan yang dimilikinya itu.

Kemampuan yang dimiliki oleh Fityah ini sangat menguras pikiran dan tenaganya. kenapa tidak, karena setiap kali ia bisa merasakan sesuatu, atau setiap kali ia bisa melihat sesuatu yang tak kasat mata, ia merasa energinya terkuras, badannya merasa lemas, dan tak jarang pula badannya panas dingin.

Sejak kejadian di bangku SMP itu, Fityah memutuskan untuk menceritakan semua yang pernah dialami dan dirasakannya itu kepada ibunya. Ia sudah tidak sanggup lagi.

Dulu Fityah memutuskan untuk tidak menghiraukan kemampuannya itu, dan menyembunyikannya dari ayah dan ibunya, karena Fityah takut akan membebani pikiran kedua orangtuanya itu.

Kini Fityah merasa ia harus berkonsultasi lagi dengan kedua orangtuanya, karena kejadian yang baru saja dia alami benar-benar sudah kelewat batas. Kejadian tadi hampir saja merenggut nyawanya.

Andai saja pada waktu ia disuruh mengikuti makhluk tadi ke gudang sekolah, tidak dihentikan oleh pak Kardi, tentu saja ia sudah berada di dunia lain, bahkan bisa saja ia terperangkap selamanya disana.

Sesampainya Fityah di rumah, ia istirahat sejenak sambil berfikir kira-kira bagaimana cara membuka pembicaraan dengan ayah dan ibunya nanti.

"Fityah...Fityah...", terdengar suara ibu memanggilnya dari ruang tamu.

" Ada apa bu?" jawab ku.

" Kamu baik-baik saja nak?, kok kamu keliataannya kurang sehat?", tanya ibu. Fityah menghela nafas panjang, ia bingung bagaimana cara memulai pembicaraan dengan ibunya.

Fityah adalah anak sulung dari 4 bersaudara, ayahnya hanyalah seorang petugas puskesmas, dan ibunya mempunyai usaha kecil- kecilan, untuk membantu perekonomian keluarganya, ibu Fityah membuka warung yang menjual kebutuhan harian.

**bersambung

BAB I # Disini lah ku mulai cerita ku # 3

Fityah pernah mendengar selentingan informasi yang beredar tentang indigo dimasyarakat, bahwa indigo itu tidak bisa disembuhkan. Namun ada sebagian orang lagi yang percaya kalau indigo bisa dikendalikan dengan beberapa cara. Misalkan dengan cara konsultasi ke psikiater atau dengan jalan rukyah. Tapi yang membebankan pikirannya sekarang tentunya adalah masalah dana yang diperlukan untuk pengobatannya tersebut.

Fityah faham benar dengan keadaan ekonomi keluarganya yang begitu pas-pas an. Ditambah lagi dengan tanggungan biaya sekolah ketiga orang adiknya.

"halloo sayang..., lagi mikirin apa sih nak, kok serius amat...,sini duduk dekat ibu", ucap ibunya. Fityah merasakan sedikit beban di kepalanya berkurang dengan pelukan hangat sang ibu. " ayo sini ceritakan, sebenernya ada apa sih cantik...?" bujuk ibunya.

Lalu Fityah menceritakan semua kejadian - kejadian yang pernah dialaminya selama bertahun-tahun yang lalu hingga kisah terakhir yang dialaminya tadi di sekolah. Ibunya sangat kaget mendengar omongan putri sulungnya itu, ia sungguh tak menyangka putrinya menyembunyikan hal ini darinya.

Padahal dulu Fityah pernah bilang ke ibunya, kalau dirinya sudah tidak pernah lagi merasakan keberadaan makhluk tak kasat mata disekitarnya. Rupanya Fityah melakukan hal itu karena semata-mata tak ingin membebani pikiran ayah dan ibunya.

" Ya sudah sayang..., ga usah terlalu dipikirin, nanti ibu bantu cerita sama ayah kamu ya..?" ucap ibu. " Sekarang kamu istirahat dulu dikamar, satu jam lagi keluar ya untuk makan malam..", pinta ibu.

Keesokan paginya, Fityah kembali memulai aktivitasnya sebagai seorang pelajar seperti biasa. Dia berangkat ke sekolah diantar jemput oleh bang ojek langganannya. Sudah setahun ini Fityah selalu berlangganan ojek, karena sang ayah harus bergantian mengantar dua adiknya di sekolah dasar, dan seorang adiknya di taman kanak-kanak.

Sesampainya di sekolah, Fityah langsung masuk ke ruang kelas karena ia telat lima menit.

" Fit...kok telat sih..?", celetuk Cindya teman sebangkunya.

" iya nih bang ojeknya telat, aku nungguin lama jadinya", ketus Fityah. Cindya adalah teman Fityah yang ia kenal sejak kelas satu SD. Mereka sangat dekat, walau sesekali ada ribut kecil. Berbeda dengan Fityah, Cindya berasal dari keluarga yang serba berkecukupan.

"Cin, pinjem bulpen dong, kotak alat tulisku ketinggalan nihh", ucap Fityah.

"Ambil sendiri aja ya sob, aku mau ke toilet dulu", ujar Cindya. Secara tidak sengaja Fityah melihat kantung kain kecil berwarna hitam di dalam tas sekolah Cindya. Ukurannya kira-kira seukuran dua ruas jari telunjuk dan ada tali pegangannya.

" Ini apaan yaa..?, ahh, ntar deh aku tanyain Cindya langsung", ucap Fityah dalam hati.

Tak lama berselang setelah Cindya permisi ke toilet, terdengar suara teriakan. Sontak seisi kelas terkaget-kaget mendengarnya. Sepertinya suara teriakan itu berasal dari toilet sebelah.

" Coba kalian cek ke toilet, cek siapa yang ada didalammya", pinta bu Sisca kepada Andrey dan Aldo.

" Siap bu..!, laksanakan..!!!", sambut mereka.

Beberapa menit kemudian, Andrey dan Aldo berlari menuju meja Bu Sisca.

" Bu, Cindya pingsan tergeletak di lantai masuk toilet bu.." ucap Andrey.

Seisi kelas histeris bukan main. Ada sejuta tanya dibenak masing-masing siswa.

" Tenang.., tenang semuanya, sebentar ibu panggil pak Abdullah dulu di ruangan guru", ucap bu Sisca.

Kurang dari sepuluh menit kemudian, Cindya digotong ke ruang UKS. Setelah dioles sedikit minyak angin di kepalanya, ia pun sadar. Fityah pun hanya bisa melihat Cindya dari kejauhan.

" Cindya, kamu kenapa nak?, apa kamu kurang sehat?, atau belum sempat sarapan ya tadi di rumah..?", tanya Bu Sisca pelan. Tapi tidak ada satu katapun yang keluar dari mulut Cindya. Bahkan memberi isyarat atau anggukan kepala pun tidak dilakukannya.

Bu Sisca lalu memegang tangan Cindya, tangannya begitu dingin, pandangan matanya jauh menembus tembok ruangan UKS. Entah apa yang sedang dipikirkannya.

" Sebenarnya ada apa dengan Cindya..?, apa dia baik-baik saja..? mengapa kemampuanku tidak dapat melihat apapun tentang apa yang terjadi saat ini..?, padahal aku baru aja mau nanyain Cindya soal bungkusan kain hitam ditas Cindya tadi", ujar Fityah dalam hati.

Bu Sisca akhirnya mencoba menelfon orang tua Cindya agar ia bisa dibawa pulang untuk mendapat pertolongan khusus secepatnya.

"Fityah, tolong kamu tungguin Cindya dulu sebentar disini ya menjelang orang tuanya menjemput", pinta Bu Sisca kepada Fityah, dan disetujui oleh Fityah.

Setelah Bu Sisca berlalu meninggalkan ruangan UKS, Fityah kemudian mengambil bangku kecil disamping ranjang, dan ia duduk tepat disebelah kiri Cindya."Cin.., kamu kenapa sih sob?", ucap Fityah pelan. Tiba-tiba Cindya memandangnya dengan tatapan tajam, seolah-olah ingin mengajaknya berkelahi.

"Pergi kau dari sini..!!!", teriak Cindya. Sontak Fityah kaget bukan main.

" SSSiappa kamu??" tanya Fityah ketakutan. Cindya lalu tertawa terbahak-bahak, tapi dari dalam hatinya Fityah bisa merasakan bahwa orang yang ia ajak ngobrol sekarang ini bukanlah teman sebangkunya, melainkan seorang makhluk yang tak kasat mata. Sepanjang pertemanannya dengan Cindya, seingat Fityah, tidak pernah sekalipun sobatnya itu berkata "Kau" padanya, apalagi dengan logat jawa kental seperti tadi.

" Kenapa kau tidak mau ikut denganku kemaren?, anakku hanya ingin bermain sebentar denganmu, dasar manusia sombonggg!!!!" teriak suara itu.

" jjjjjadii kkkaamuu yang di gudang tua kemaren?" tanya Fityah takut.

" Akan kubuat seisi sekolah ini ketakutan, karna kesombonganmu", ucapnya dengan sombong. Fityah lalu lari dengan cepat keluar dari UKS. Dia mencari pak Kardi sipenjaga sekolah yang membantunya kemaren.

Setelah berkeliling dibeberapa ruangan, akhirnya Fityah menemukan pak Kardi. "Pak..., pak Kardi...." teriak Fityah dari depan labor.

" Ada apa neng Fityah?, kok kayak orang dikejar-kejar gitu atuh neng", tanya pak Kardi dengan logat sundanya.

" Wahh, gawat pakkk, gawaaatt", jawab Fityah sambil ngos-ngosan. "Arwah si ibu penjaga gudang belakang lagi meneror Cindya teman sebangku ku pak", tambahnya lagi.

"Tenang dulu neng, ceritanya pelan-pelan aja, bapak dah tua, jadi kurang jelas neng bapaknya", ucap pak Kardi yang keliatan bingung dengan yang sedang terjadi pada Fityah.

"Pak Kardi masih ingat gak dengan arwah ibu dan anak kecil yang ngajakin saya masuk ke gudang belakang sekolah kemaren?", tanya Fityah.

" Ya neng, tentu bapak masih ingat, memangnya ada apa neng.?" sambung pak Kardi.

" Aduhh pak, sekarang arwah tu ibu ada masuk ketubuh Cindya, katanya dia mau meneror seisi sekolah ini pak, iiiiihhh seremmm", kata Fityah sambil ketakutan.

"Jadi maksudnya neng, non Cindya itu lagi kemasukan arwah ibu itu ??", tanya pak Kardi. " IIiiyaaa pak", jawab Fityah singkat

Saat pak Kardi dan Fityah masih mengobrol dilapangan tengah sekolah, mereka melihat Cindya berlari menuju ke gudang belakang. Dengan sigap pak Kardi berlari mencoba untuk mengejarnya. " Non Cindya...non Cindya..." , teriak pak Kardi dengan suara kencang.

**bersambung...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!