NovelToon NovelToon

Tiba Tiba Menikah

Episode 1 Perkenalan

Clemira harus bangun pagi, ini hari pertama Clemira bekerja di sebuah kantor pemerintahan. Dia berbekal ijazah S2 dengan kecerdasan otaknya langsung bisa diterima bekerja di instansi tersebut.

" Mir, bangun nanti terlambat," kata Ibu lembut dengan mendekati Mira yang mulai menggerakan badannya.

" Bu, aku bawa mobil ya," pinta Mira bangun dari tempat tidurnya, karena kantornya cukup jauh, dan rumahnya jauh dari jalan utama. Ibunya mengiyakan.

Clemira usianya 25 tahun, cantik berkulit kuning bersih dan tinggi semampai, tapi dengan usia nya itu belum ada laki laki yang serius mendekatinya, kalau toh ada hanya sebentar terus ditinggal, artinya laki laki yang mendekatinya belum ada yang serius. Akhirnya Mira berpikir,

" Mending menjomblo dulu, lebih bebas, kalau mau pergi tidak dibatasi," gumannya, walaupun teman temannya semua sudah berumah tangga terutama yang cewek, jadi tinggal Mira yang masih sendiri baik teman SMP maupun SMA.

" Mir, kapan kamu menikah? tinggal kamu sendiri lho ceweknya," tanya Fira yang lagi hamil datang bersama suami saat menghadiri pesta pernikahan Yola teman SMA, dan pertanyaan pertanyaan itu yang selalu di dengar kalau kumpul dengan teman temannya, sampai Clemira agak malas ketemu mereka kalau diundang untuk menghadiri berbagai acara.

" Mir, sudah agak siang, kok melamun saja," sapa Ibu, saat itu Clemira berdiri dekat pintu mobil.

" Iya Bu, masih pagi," jawabnya. Clemira mengeluarkan mobil dan keluar dari halaman depan, setelah ijin dan cium tangan Ibunya yang berjuang sekuat tenaga untuk membiayai anak anaknya kuliah hanya mengandalkan usaha snack dan tanah pertanian, juga perkebunan peninggalan Kakek, maka Clemira menjalankan mobil dengan kecepatan standar menuju kantor.

Perjalanan dari rumah menuju kantor memakan waktu sekitar 45 menit kalau tidak macet.

Sampai di kantor dengan ruangan yang tidak begitu luas, Clemira sudah di beri tempat duduk, pekerjaannya mengurusi administrasi pegawai di kantor tersebut.

Dan hari pertama kerja di perkenalkan ke seluruh pegawai.

" Mba Clemira sudah punya pacar?" tanya salah satu karyawan namanya Pak Saeful yang ia baca pada Name Tag dengan tersenyum.

" Belum Pak," jawab Mira polos, karena yang tanya sudah bapak bapak.

" Sebaiknya jangan pacaran, kalau ada yang tertarik langsung nikah ya Mba," timpal Mba Dina pada name tag yang duduk disebelah Mira. Mira mengiyakan. Kantor di kota ini juga hanya 5 hari kerja sehingga pulang sore. Setelah ngobrol ngobrol terus di beritahu pekerjaan yang harus di jalankan, tentu semua pekerjaan sudah menggunakan media elektronika, sesuai bidang yang di pelajari di bangku kuliah, sehingga Mira sudah langsung bisa mengerjakan.

" Mir, nanti jam 7 malam datang ya di acaraku" pesan pribadi dari Dana teman SMA yang sudah S2 dan kerja di Jakarta, saat Mira masih di kantor.

" Dan, acara apa? " balas Mira.

" Lamaran" jawaban pesan pribadinya. Mira merasa sudah mulai tidak nyaman dengan undangan dari Dana, karena yang datang juga beberapa alumni SMA satu kelas. Pulang kantor Mira menepikan mobil di jalan depan rumah yang baru jadi, karena lebih mudah untuk markir mobil, dan keluar untuk menuju rumah Siska teman kuliah S1 di belakang rumah ini, di pintu gerbang ada cowok ganteng memperhatikan Mira, sebagai orang timur Mira menganggukkan kepala sambil tersenyum, pria itupun tersenyum, karena baru pulang kantor apalagi menggunakan sepatu berhak, Mira akhirnya tidak jadi ke rumah Siska tetapi menghubungi lewat telpon seluler di ujung jalan sempit dekat pintu gerbang rumah baru ini yang di depan garasi terparkir mobil buatan Jerman.

" Sis, nanti temani aku ya siap siap habis Magrib" suara Mira.

" Koq mendadak, ya insyaAllah nanti" suara Siska disana, Mira mengakhiri percakapan dengan Siska, dan pria yang berdiri di pintu gerbang, posisinya hanya berjarak kira kira 2 m dari mobil minta kenalan, dengan mengulurkan tangannya.

"Rafassya panggil saja Raffa," ucapnya mata nya menatap tajam.

" Clemira, panggil saja Mira," ucap Mira datar.

" Boleh aku meminta nomer hp mu?" pintanya, Mira memberikan nomernya tanpa pikir panjang, Rafassya mengambil hp di saku celananya dan mengetik nomer Mira, terus miscall,

" Itu nomerku, simpan Mir," katanya tersenyum, Mira minta pamit karena sudah menjelang Magrib.

Sampai rumah Mira di vicall oleh Rafa,

" Halo Mira, sudah sampai rumah? " suaranya lembut.

" Iya Fa. "

" Aku nanti menemani acaramu Mir" suara Raffa disana tanpa menanyakan dulu boleh apa tidak ke Mira. Mira yang lagi di panggil ibunya menjawab " ya" dengan posisi hp masih ada di depan wajahnya.

" Bu, Mira mau datang ke acara lamaran Dana, ditemani Siska," ijin Mira ke ibunya.

" Rumahnya mana Mir?" tanya ibu,

" Dekat rumahnya Siska, Bu," jawab Mira.

Mira berangkat menuju rumah Siska, mobil di parkir di jalan depan pagar rumahnya Rafa, saat mobil dihentikan Rafa keluar mendekati mobil Mira, Mira keluar mendekati Rafa,

" Fa, maaf aku mau menghubungi Siska dulu," kata Mira dan Rafa mengangguk.

" Halo Sis, aku sudah nunggu parkir di depan rumah baru, " suara Mira di depan mobil.

" Mir, maaf aku harus menyelesaikan tugas kantor, tadi baru di hubungi Kepala ku, " katanya diujung hpnya, Mira sangat kecewa, sementara Dana menghubungi terus.

" Ditunggu Mir, teman teman dengan suaminya sudah datang nunggu kamu" pesan pribadi Dana, Mira dalam keadaan bingung akhirnya Rafa yang sudah siap menemani diterima saja.

Mira dan Rafa menuju rumahnya Dana.

"I want to meet your parents, Mir," katanya dengan menyetir mobil Mira, Mira yang tidak begitu pinter bahasa Inggris, tapi bahasa yang diucapkan sederhana akhirnya tahu maksudnya.

" Kamu harus menjawab Ya!" lanjutnya memaksa, tanpa memberi kesempatan pada Mira untuk menolaknya.

" Suatu paksaan," jawab Mira. dengan memperhatikan jalan menuju rumahnya Dana.

" Ya begitu caraku," jawabnya santai.

" Fa, belok ke kiri rumah Dana, sebelah kanan rumah ke 3 dari jalan utama," pandu Mira ke Rafa.

Sudah berkumpul teman teman Mira dengan pasangan dan ada yang sudah punya anak. Rafa berjalan disebelah kanan Mira, dan Rafa mengenalkan diri ke teman teman sebagai kekasihnya, refleks Mira kaget dengan pengakuan Raffa. Rafa menatap wajah Mira agar ia mendukung ucapan Raffa, walau dalam hati Mira bingung, ia mau bilang kalau Rafa teman yang baru di kenalnya takut kalau dia tersinggung, akhirnya dia hanya diam dan di anggap oleh Rafa menyetujui ucapannya. Teman teman Mira bersalaman dan Rafa selalu menyebut namanya.

" Mir, cepet wedding nya ya, sebelum aku melahirkan," celethuk Yola di depan Raffa.

" Paling lama satu bulan lagi," sahut Raffa tanpa beban, mata Mira melotot ke Rafa, dia tertawa dengan alis matanya dinaikkan ke atas.

Habis Isya menuju ke rumah calon pengantin perempuan untuk acara lamaran sekaligus saling tukar cincin antar kedua calon manten.

Rumah calonnya Dana di dekor dan wanitanya di rias dan keduanya duduk di kursi pengantin, pihak keluarga Dana mewakilkan untuk meminang, dan pihak calonnya juga diwakilkan, acara diakhiri dengan makan bersama.

Rafa duduk tak mau pisah dengan Mira, sehingga Mira merasa kurang leluasa untuk ngobrol dengan teman temannya.

Acara selesai sampai pukul 10 malam,

" Mir, kerumahku dulu," ajak Raffa dengan mobil diarahkan ke rumah Raffa.

" Pulangnya aku nyetir di belakangmu," lanjut Raffa datar.

" Aku bisa pulang sendiri Ffa," jawab Mira datar juga.

" Aku pengin ketemu orangtuamu," jawab Raffa, akhirnya Mira diam.

Sampai di rumah Rafa pintu gerbang terbuka sendiri, mobil Mira langsung di masukkan ke halaman yang cukup luas. Mobil di hentikan, tangan Rafa menyentuh jemari lembut, Mira tersentak dan berusaha menghindarinya.

" Maaf Mira aku tak bermaksud tidak baik padamu."

" Eee, iya Ffa karena aku tak terbiasa apalagi dengan laki laki yang baru ku kenal."

" Ok ok, aku tahu maksudnya."

Akhirnya Mira pulang dengan menyetir mobil sendiri dan Rafa selalu dibelakangnya.

Sampai di rumah Rafa menemui ibu, dan dia tidak menanyakan keberadaan Bapaknya.

" Ibu, besok malam keluargaku kira kira 4 orang datang mau meminang Mira," kata Raffa to the point, karena sudah larut malam. Mira terkejut bukan main, karena baru mengenal sore hari menjelang Magrib, tapi tidak bisa berbuat apa apa.

" Nak Rafa sudah mengenal Mira lama?" tanya ibu Mira dan menceritakan tentang bapaknya yang berada di Indramayu.

" Iya bu, Raffa sudah tahu, dan Raffa sangat kagum dengan Ibu, karena Mira dan Faeyza sukses ditangan Ibu," sanjungnya. Dia pandai juga bermain peran dengan berkata bohong pada Ibu.

Karena sudah malam akhirnya Rafa pamit, Ibu, Mira dan Faeyza mengantarkan sampai mobil keluar halaman rumah, yang tidak menggunakan pintu gerbang.

Ibu menyuruh Mira cepat cepat tidur, karena besok berangkat kerja, dan ibu tidak menanyakan tentang hubungannya dengan Raffa.

" Mir, besok keluargaku yang datang 5 mobil sekitar 33 orang, bilang sama Ibu," pesan nya satu jam setelah kepulangnya dari sini.

" Fa, katanya hanya 4 orang saja, " tulis Mira dengan bingung.

" Mir, aku sudah nyuruh orang pesan makanan, sebelum Magrib sudah diantar ke rumahmu, Ibu tidak perlu menyediakan makanan juga snack, " pesannya, dan Mira menyampaikan ke Ibu, ternyata Ibu juga sudah diberitahu lewat pesan pribadi oleh Raffa.

Mira dikagetkan oleh bunyi seluler di meja riasnya, dia mengambil alat yang berbentuk pipih dilihatnya nama yang menghubunginya,

" hmmm vicall dari Rafa," gumannya.

" Baru bangun Mir?" tanyanya lembut, matanya menatap penuh arti. Mira mengangguk.

" Mir, sudah di sampaikan ke Ibu pesanku, jam habis Isya ya rombongan keluargaku datangnya," lanjutnya.

" Fa, apa tidak dipikir dulu, aku baru kenal kamu kemaren sore?" ucap Mira lirih.

" Aku sudah tahu kamu satu tahun yang lalu Mir, " jawabnya datar. Mira dipanggil Ibu supaya cepat mandi karena sudah agak siang, dan akhirnya vicall ditutup.

Mira berangkat ke kantor melewati rumah Raffa, dia seperti menunggu berangkat Mira kerja karena Raffa ada di depan pintu gerbang. Mirapun membunyikan klakson lirih sambil tersenyum, Raffa yang sudah hafal mobilnya tersenyum juga terus masuk halaman dengan menutup pintu gerbang.

Mira sudah memberitahu Ibu tentang kedatangan keluarga Raffa, walaupun Raffa tidak membolehkan Ibu untuk menyiapkan makanan dan snack yang akan di suguhkan tapi Ibu tetap siap siap masak dibantu karyawannya, kebetulan hari ini ada pesanan dari sekolah dekat rumah.

Saat Mira istirahat siang kebetulan bawa bekal dikejutkan oleh kedatangan Rafa.

" Mir, teman temanmu diundang," desaknya.

" Enggak diundang karena mendadak," kata Mira.

" Diundang, aku sudah memesan makanan," jawabnya, karena Mira di desak terus akhirannya mengundang teman teman satu satu lewat pesan pribadi, dan di grup klas 12 IPA 1 ramai. Tidak lama kemudian Mira di kejutkan lagi dengan datangnya puluhan dus yang di dalamnya bertuliskan undangan Raffassya Aleandro meminang Clemira Anaya Rafaina.

"Koq bisa Raffa tahu nama lengkapnya," guman Mira lirih di depan Raffa.

" Mir, teman kantor mu boleh datang," desaknya.

Setelah Raffa pulang, Mira memberanikan diri mengutarakan ke humas untuk hadir nanti malam bagi yang berkenan dan diutamakan yang rumahnya dekat.

" Mba Mira, insyaAllah untuk perwakilan dari kantor nanti malam datang 2 mobil," kata humas, Mirapun mengucapkan terimakasih.

Episode 2 Di pinang

" Hmmm yang mau di pinang sudah tidak sabar nunggu jam pulang," kata Pak Hardi ngeledek, karena Mira terlihat gelisah dan berkali kali lihat jam. Mira tersipu sipu malu.

Jam pulang kantor yang ditunggu berjalan begitu lambat, Mira yang sedang di depan komputer selain berkali kali lihat jam tangan juga membuka hp.

" Yang, langsung pulang, aku sudah di rumahmu" pesan pribadi dari Rafa dengan menulis Yang, "Secepat itu kamu memutuskan meminangku," guman Mira dalam hati di depan komputer. Dan hari kedua bekerja di kantor ini sudah bisa membuka file file 25 orang pegawai, dan menulis syarat syarat yang belum di masukan di file komputer untuk para pegawai yang sudah diteliti. Mira di rumah belum sempat menscan juga syarat syarat kepegawaian.

" Semoga nanti habis acara bisa menscan Ijazah, SK Pengangkatan pegawai dan lain lain," guman berikutnya.

Mira menatap layar monitor komputer tapi kali ini lagi kurang fokus, sehingga tangan kanannya tidak menggerakkan mouse.

" Mba Mira lagi melamun nih," ledek Mba Efin di belakang Mira sambil membungkung melihat layar monitor, Mira tersenyum.

" Mba Mira, ditutup saja komputernya, kurang 5 menit apel pulang," ucap Pak Muladi mendekatinya.

Setelah apel pulang selama kurang lebih 5 menit Mira cepet cepet lari ke fingerprint yang ada di dekat pintu, teman teman sekantor sengaja memberi kesempatan untuk fingerprint pertama dan absen lewat aplikasi di android juga sudah sukses, buru buru Mira menuju ke mobil setengah berlari, teman teman pada meledek, Mira hanya menanggapi dengan senyuman.

Sepanjang menyetir pikiran Mira selalu penasaran pada Rafa, dan Mira kadang berpikir negatif tentang Rafa, sebenarnya Mira ingin membuka aplikasi media sosial seperti fb atau instagram untuk mencari keberadaan Rafa, tapi di kantor sebagai pegawai baru tidak enak hati. Dan sampai detik ini Mira belum tahu tentang identitas Raffa, yang dia tahu dia berada di rumah baru sebelahnya Siska, rumah Siska yang sederhana memang ada dibelakangnya. Walau disepanjang perjalanan otaknya selalu berpikir tentang keberadaan Rafa tapi Mira yang sudah lincah mengemudi tetap konsentrasi di jalan, dan akhirnya sampai di rumah, Mira terkejut juga karena dipasang tenda juga kursi kursi sudah di tata rapi, Mira disuruh untuk memarkir mobil di rumah tetangga di sebelah rumahnya, yang disitu sudah terparkir mobil mewah Raffa, Mira memperhatikan nomer mobilnya berinisial Raffa, " Mahal tentunya pesen nomer plat mobilnya," gumannya.

" Raffa Raffa kamu membuat aku penasaran," gumannya kembali. Mira yang menggunakan baju hijab seragam kantor masuk ke rumah, Mira melihat teras depan di pasang dekorasi dengan rangkaian bunga sedap malam sehingga bau wangi menyebar di sekitarnya, Raffa menjemputnya dengan senyum menawan, tapi Mira sampai detik ini belum bergetar hatinya, jadi ketemu ya datar saja.

" Hmmm Mira, aku jatuh cinta padamu, tapi kamu kulihat tidak menunjukkan respon cinta padaku," guman Raffa saat menjemput diteras Mira pulang dari kantor.

" Aku tahu kamu penasaran tentangku," guman Raffassya selanjutnya, Raffa mengikuti Mira sampai ikut masuk kamar, dan di kamar Mira pada meja riasnya ada beberapa tangkai bunga sedap malam yang diletakan di vas kristal bening yang di beri air, dan Raffa duduk disisi kasur.

" Mira, nanti sekalian kita menikah siri," kata Raffa lembut dengan menatap Mira tak berkedip.

" Apa apa Ffa, aku tidak setuju!" ucapnya dengan nada protes.

"Mira berpikir tentang Raffa kayak di berita yang beredar di media sosial tentang lelaki banyak uang bisa melakukan apa yang diinginkan setelah itu akan ditinggalkannya, seperti laki laki yang berusaha mendekatinya beberapa hari terus pergi tanpa kata," gumannya dalam hati.

"Atau jangan jangan Raffa orang kurang sehat otaknya," guman selanjutnya.

" Apa kata mu Mira, aku lelaki waras kok ," Mira kaget.

" Kok Raffa tahu yang aku pikirkan, tadi aku bukankah ngomongnya lirih, aneh lho jangan jangan ia punya panca indra ke enam yang bisa dengar omongan lirih orang lain," Mira wajahnya terasa panas, mungkin merah kayak udang di goreng, dan Mira memberanikan diri bicara agar Raffa keluar dulu dari kamar.

" Ffa, aku enggak enak merasa tubuhnya bau kecut, tolong keluar dari kamarku dulu."

" Ok, jangan lama lama lho ya, pakai baju yang bagus biar nanti terlihat paling cantik sendiri," Raffa berdiri dari tempat duduknya terus keluar kamar sedang Mira mengunci pintu kamar sampai dua kali,

Mira mengambil baju di almari masuk ke kamar mandi di kamarnya terus pintunya di tutup, sengaja tidak di kunci karena pintu kamar juga suda terkunci.

" Mas Raffa, Mba Mira sudah selesai? nanti habis Magrib mau dirias," ujar Mba Dina salon rias yang di booking Rafa.

" Ya sebentar lagi, dia sedang mandi," jawab Rafa datar. Mirapun selesai bersih bersih tubuhnya, masuk kamar terus menghubungi Siska.

" Sis, kamu kenal Raffa, yang rumah baru bersebelahan sama rumahmu? hari ini dia meminangku, " vicall Mira ke Siska.

" Selamat Mir, semoga kamu dulu yang menikah baru aku menyusul, aku nanti datang Mir, dan kenapa kamu baru ngabari aku?" jawabnya datar tak bisa di potong omongannya.

" Sis, dijawab pertanyaanku tentang Raffa ini" desaknya.

" Mir, mau Magrib dulu" jawab Siska menutup sambungan vicallku, pintu kamar diketuk dari luar, suara Rafa memanggil

" Mir, Sholat Magrib dulu," lembut suaranya. Mira berpikir" jangan jangan si Rafa punya kepribadian ganda."

Dan Mira keluar menuju ke tempat wudlu dekat Mushola rumah, Raffa mengikuti dari belakang.

Sholat Magrib yang menjadi imamnya Raffa.

Sehabis Sholat, Mba Dina yang sudah nunggu mengajak Mira segera dirias di kamarnya, baju hijab warna putih tulang dari bahan brukat yang terlihat mahal sudah disiapkan, bajunya terlihat baru.

" Sepertinya semuanya sudah disiapkan oleh Rafa," pikir Mira yang awalnya sempat bingung pada kostum yang akan dipakai, bahkan Ibuku juga sempat kebingungan, yang berhubungan dengan makanan yang akan di suguhkan, sehingga hanya menyediakan ala kadarnya, karena Rafa tadi malam berbicara dengan Mira dan Ibu yang datang cuma 4 orang, sehingga Ibu juga hanya menyediakan porsi 15 ditambah dengan keluarga.

Katering datangnya habis Magrib, molor dari kesepakatan, tetangga satu RT Mira dan Rafa di kirim dus dusan.

" Mba Mira bisa cantik banget," sanjung Mba Dina yang merias.

" Aku puas dengan hasilnya," lanjutnya, dan berkali kali Mira di jeprit pakai kamera, katanya untuk dimasukkan ke fb maupun instragram untuk dijadikan model buat promisi salonnya.

" Yang, aku mendatangkan penghulu sekalian untuk nikah siri," kata Raffa setelah Mira selesai dirias sedangkan Mba Dina keluar kamar, karena Rafa ingin berbicara dengan Mira.

" Kamu tadi sudah ngomong, tapi jangan coba coba kamu meminta lebih dariku," Mira yang masih tetap bingung dengan langkah tergesa gesa yang di ambil Raffa tanpa berdiskusi dulu dengannya maupun dengan Ibu, Mira sempat matanya berembun, Ibu sudah tak punya siapa siapa, kakek neneknya sudah wafat, sedang Ibu anak tunggal, ada sih saudara jauh itu juga tak ada di kampung, saudara jauh semua ada di luar kota, paling pada Oom Iqbal adik Bapak yang sering datang untuk meminta ibu jadi pendamping, sebab beliau seorang dudaa.

" Apa karena status Ibuku, juga karena Ibu hidup jauh dari saudara sehingga Raffa meremehkan kami?"

" Mira, kamu jangan berprasangka buruk padaku, aku serius kok, percaya padaku ya, ok," tangannya di angkat kayak mau mengusap air bening di pojok mataku tapi aku cepat cepat melengos.

" Kok ia tahu juga yang ku pikirkan, ah Raffa tentu punya panca indra ke 6 lelaki di depan ku," Raffa tersenyum.

" Ok, Mir, paling tidak kita sudah khalal, dan satu minggu lagi kita ijab kabul resmi," jawabnya tanpa beban, tapi matanya menatap Mira sampai ke dalam hati.

" Mir, kecantikanmu tidak jauh dengan di foto, aku tidak salah memilihmu."

Mira semakin penasaran tentang Raffa, dan hanya mampu diam dalam keadaan sekarang.

Acara dimulai setelah Isya, tamu tamu sudah memenuhi tempat duduk, Siska dengan calon suami datang, tapi aku belum bisa bertanya tentang Raffa, dan tamu tamu yang datang sebelumnya sudah menyalami Mira dan Raffa, tamu tamu kagum melihat kecantikan Mira. Raffa tak mau jauh dari Mira.

Acara pertama meminang, keluarga Raffassya memperkenalkan diri, juru bicara Raffa mengenalkan Ibunya Siska sebagai Ibu kandungnya, dan memperkenalkan suami Ibunya yang merupakan ayah tiri, juga Ayah kandung dan Ibu tirinya yang mengasuhnya menjadi orang sukses juga di kenalkan, saat itu Mira mulai tahu tentang Raffa, dan Mira tidak habis pikir kenapa Siska tidak cerita. Dan berikutnya acara memasang ring di jari manis terus dilanjutkan ijab kabul tetapi baru nikah siri, dan ijab kabul resmi diputuskan hari Sabtu depan, Raffa menghendaki hari Minggu ini, tapi keluarga Mira keberatan karena perlu persiapan.Jam 11 malam sudah selesai, para undangan sudah bubar, Raffa karena sudah merasa syah sebagai suami tidur sekamar dengan Mira.

" Mir, sekarang kita sudah syah secara agama tanpa takut dosa," kata Rafa lembut di pembaringan,

" Ya, tapi jangan macam macam, aku ngantuk besok harus berangkat kerja, jangan banyak ngomong."

" Kamu ketus terus Mir." Mira terlelap tidur disebelah Rafa drngan posisi memunggungi, sementara Rafa tak bisa memejamkan mata sedikitpun, dia hanya mampu mengelus rambut Mira yang tebal dan halus, juga memandangi punggung Mira.

" Ya aku harus sabar menghadapi Mira, toh ini karena sikap ku yang sejak awal, aku tahu tidak mau mendekatinya, aku hanya melihatnya dari jarak paling dekat 50 m," dan akhirnya Rafa hanya mampu tidur 2 jam saat menjelang pagi, sehingga bangun kesiangan.

" Mira, aku antar ke kantor sekalian aku mau ngurus syarat syarat yang di butuhkan untuk menikah resmi," Mira sudah siap siap berangkat ke kantor dan mengajak sarapan pagi, Mira sekarang cenderung lebih banyak diam, tapi menyetujui ajakan Raffa diantar ke kantor.

Mira yang berniat menscan syarat syarat file kepegawaian belum terlaksana, akhirnya file dokumen dimasukkan ke tas ransel, berniat nanti di kantor bisa menscannya. Raffa hanya bisa melirik ke Mira, yang hanya diam.

" Mira, kamu marah terus ke aku," tanya Raffa lembut di mobil setelah lama diam diperjalanan menuju kantor Mira.

" Hmmmm," katanya tanpa melihat Raffa yang menyetir santai, mata Mira hanya memandang ke depan lewat kaca mobil.

" Mira, aku tahu marahmu, karena langkah yang ku ambil tanpa memperhatikan perasaanmu."

Kali ini sepertinya Raffa tidak tahu yang berkecamuk dalam benak Mira.

Yaah Mira masih belum percaya dengan dirinya yang secepat ini menikah dengan orang yang sama sekali belum pernah dikenalnya.

Episode 3 Diajak ke Rumah Baru

"Mba Mira, selamat ya, acaranya tadi malam sukses, tentunya direncanakan sangat matang," kata teman teman baru di kantor, Mirapun hanya bisa berucap terimakasih.

Di kantor, Mira yang terlihat lelah, ada waktu untuk menscan syarat syarat kepegawaian terus langsung di masukkan ke E file, terus melanjutkan pekerjaan kemaren.

Mira sebenarnya penasaran tentang Rafa, sambil istirahat mencari Rafassya Aleandro baik di fb maupun instagram tetapi tidak menemukan, karena rasa penasaran dan juga menginginkan kejelasan tentang Rafassya satu satunya jalan mendesak ke Siska.

" Sis, tolong ceritakan tentang Raffa, aku sebagai istrinya ingin tahu tentangnya, " pesan Mira.

" Mir, pokoknya jangan kawatir tentang Raffa, paling nanti kamu dibawa ke Jerman," pesan dari Siska.

" Sis, bukan jawaban itu yang aku mau, " pesan balasan Mira.

" Mir, aku sibuk maaf ya, " pesan dari Siska. Mira semakin galau memikirkan semua ini, sampai pekerjaan di depannya sesiang ini baru dapat 2, dan hp di saku bajunya bergetar, emmm pesan pribadi dari Rafa.

" Mira, syarat syarat untuk ijab kabul sudah selesai, nanti tidur di rumahku ya," pesan Rafa,

" Aku tidak mau tidur di rumahmu Fa, " pesan Mira tegas.

" Percaya denganku, nanti Ibu dan Bapak juga Siska tidur di rumahku, " pesan Raffa.

" Kamu tadi nanya tentangku pada Siska, nanti akan aku jelaskan, " tulis selanjutnya.

" Aku tadi pulang ke rumahmu dan minta ijin pada Ibumu kalau kamu aku ajak tidur di rumahku, " tulisnya lagi,

" Fa, aku belum bawa ganti untuk kerja besok, " pesan balesan Mira.

" Ya sudah nanti pulang dulu, habis Magrib langsung ke rumahku, " pesan balesan Rafa.

Pulang kantor Mira di jemput Rafa yang sudah menunggu sekitar 10 menit yang lalu, dengan mobil di tepi jalan dekat pagar halaman kantor.

" Mira, mendekat kesini," ajak Rafa lembut, dengan tatapan mata sendu. Mira yang penat tenaga dan otaknya menuruti ajakkannya,

" Mir, aku pengin ngajak kamu ke rumahku, sebentar saja kok," pintanya.

" Tapi aku tidak mau masuk ke rumahmu," jawab Mira.

" Ok, kamu mau di mobil saja."

Hanya seperempat jam sampai di rumah Raffa, mobil langsung masuk ke halaman dengan pintu gerbang di buka pakai remote, sehingga Raffa tak perlu turun,

" Mir, turun dulu masuk ke rumah, jangan khawatir padaku," desaknya.

" Janji Ffa," tandas Mira.

" Sueer," jawab Rafa. Maka kedua sejoli itu turun dari mobil, pintu di buka oleh Raffa, Mira diajak keliling ruangan, rasa kagum Mira luar biasa, saat diajak ke ruang makan di depannya ada teras dan taman dengan tanaman anggrek dari berbagai jenis menempel di dinding dinding pagar yang dibuat menggunakan batu alam, dibawahnya ditanam bunga mawar putih yang sudah mulai berbunga dengan aroma harum menyebar di taman itu. Setiap ruangan sengaja tidak di beri hiasan, Raffa tidak senang dengan hiasan menempel pada dinding, lampu gantung dari kristal juga sederhana baik yang menggantung diruang tamu, ruang keluarga dan ruang makan. Perabotan semua dari kayu, dan marmer, semua serba simpel dan mudah dibersihkan. Rafa membiarkan Mira melihat lihat semua ruangan, hanya yang tidak berani di lihat oleh Mira kamar.

" Mir, tidak lihat lihat kamar," kata Raffa, Mira menggeleng.

" Kamu bisa lihat kamar, aku ke dapur buat minuman," lanjut Raffa.

" Enggak, aku ke taman saja," sahut Mira menuju taman di depan ruang makan dan duduk di kursi teras, sambil memandang anggrek yang sudah berbunga.

" Mir, diminum tehnya," suruh Rafa sambil membawa kue kering monde.

" Mir, rencana kamu akan aku bawa ke Jerman, aku sudah cerita sama Ibumu, Ibu menyetujui," kata Raffa lembut.

" Aku masih berat meninggalkan pekerjaanku," ucap Mira menunduk.

" Gajinya berapa nanti ku ganti," jawab Rafa.

" Ffa, sudah lama, aku mau pulang." Pinta Mira mulai gelisah, tapi melihat Raffa selama masuk di ruangan dia menepati janji tidak melakukan apa apa, hatinya agak tenang.

" Tapi nanti kamu tidur disini," jawabnya lembut, tangannya mulai memegang bahu Mira, dan Mira mulai takut karena sampai sekarang dia belum percaya dengan cinta Rafa, dalam pikirannya selalu Rafa akan meninggalkannya kalau sampai memberikan miliknya, Rafa seolah tahu apa yang selalu dipikirkan, sehingga menuruti keinginan Mira pulang ke rumah.

" Mir, kamu masih tidak percaya padaku," kata Raffa, masih gengsi untuk mengatakan secara langsung sayang dan cintanya pada Mira, saat di perjalanan mengantar Mira pulang ke rumah.

" Ya aku harus waspada padamu Ffa, yang habis aku tidak mengerti keputusanmu untuk menikah cepat padahal baru kenal," kata Mira panjang.

" Sudah kukatakan kalau aku mengenalmu satu tahun yang lalu," jawabnya lembut dengan tetap konsentrasi menyetir.

" Lewat media sosial kah?" tanya Mira penuh selidik.

" Ya bisa begitu," jawabnya santai.

" Tapi aku tidak berteman denganmu baik fb maupun instagram, di WA kamupun baru kemaren minta nomerku," jawab Mira panjang juga.

" Kamu temannya Siska, dan kamu sudah tahu Ibu kandungku ibunya Siska," jawabnya santai juga, dan tak terasa sampai di rumah sudah terdengar Adzan Magrib. Dan perbincangan tidak diteruskan lagi, karena Mira langsung masuk ke kamar terus mandi, Rafa sudah menyempatkan mandi tadi waktu mengajak Mira ke rumahnya.

Raffa duduk di ruang tamu di temani Faeyza adik Mira dan ibu Mira. Rumah yang tadi pagi masih ada tenda sudah di bongkar sehingga sudah kembali seperti biasa.

" Mas, kita Sholat di Mushola saja yuuuh," ajak Faeyza, Rafassya mengiyakan, berdua mereka menuju Mushola yang hanya beberapa meter dari rumah Mira, Rafa walaupun setelah lulus kuliah di sebuah perguruan tinggi bergengsi di Jakarta terus mendapat bea siswa untuk meneruskan kuliah kedokteran di Jerman dan langsung diangkat bekerja di sebuah rumah sakit di Jerman tidak menjadikan dirinya lupa pada tata cara pergaulan di kampung, dia yang memang mudah bergaul juga banyak senyum, disambut baik dengan berjabat tangan oleh jemaah laki laki di Mushola.

Mira dan Ibunya menyusul di belakang menuju Mushola, dan pulangnya bisa bersamaan.

Mira dan keluarganya bahkan keluarga Siska tidak ada yang tahu identitas Raffa, di KK hanya bertuliskan nama tanpa titel dan pekerjaan hanya ditulis kerja di Jerman. Raffa sejak cuti kali ini mengurus kepindahan KTP ikut ibunya, karena sejak tahu tentang Mira di foto profil WAnya Siska langsung jatuh hati pada Mira, dan kepulangannya juga langsung akan meminang Mira. Dan sore itu yang akhirnya ketemu Mira saat Mira mau mengajak Siska ke acara Dana itu suatu kebetulan bagi Raffa, sehingga Raffa dalam hati tidak salah memilihnya menjadi pendamping hidupnya,

Rafa sejak kecil tidak tahu Ibu kandungnya baru satu tahun yang lalu Bapaknya menceritakan tentang Ibunya dan Rafa mencari alamat Ibu langsung ketemu terus membeli tanah dan membangun rumah di dekat Ibu kandungnya. Pertemuan hanya satu hari, karena saat itu harus cepat cepat pulang ke Jerman, nasib Rafa hampir sama dengan Faeyza cuma kalau Faeyza tidak tahu bapaknya waktu kecil dan Raffa bahkan tahunya Ibu kandungnya istri Bapaknya sekarang.

" Makan dulu Nak Rafa," ajak Ibu Mira, dan akhirnya berempat makan malam bersama.

" Gimana Nak Rafa masakan Ibu," tanya Ibu Mira,

" Hmmm enak Ibu, boleh aku nambah," kata Rafa, sambil menyendok nasi di tempat nasi. Ibu mengangguk mau menyuruh Mira untuk mengambilkan nasi tidak jadi karena sudah mengambil sendiri. Mira membantu Ibu mengangkat piring ke dapur dan langsung di cuci, setelah itu ikut bergabung di ruang keluarga sambil nonton tv.

" Fae, kamu ngajar di SMP situ," tanya Raffa datar dengan matanya sesekali nonton berita di tv.

" Iya Mas, jadi dekat sama Ibu," jawab Faeyza yang baru diangkat bersamaan dengan Mira.

" Iya Nak, kalau Mira dibawa ke Jerman aku masih ditemani Fae, semoga Fae kelak dapat istri yang mau menerimaku," jawab Ibu panjang dengan doa untuk Fae.

" Ibu, Mira masih sayang meninggalkan pekerjaan yang baru beberapa hari," kata Mira dengan menekuk alisnya.

" Iya, bisa kedenda juga Mba kalau keluar," timpal Faeyza datar.

" Dendanya nanti aku bayar," sambung Raffassya.

" Aku ikut kalau sudah 3 tahun bekerja, siapa tahu bisa pindah di kedutaan," kata Mira, yang masih ragu pada Raffa, dan saat itu Mira jadi ingat pada Bapaknya yang lebih memilih istri keduanya untuk meninggalkan Ibunya yang harus berjuang menjadi single parent, mungkin trauma masa kecil itu yang membuat Mira sering ditinggal lelaki yang baru melakukan pendekatan.

" 3 tahun, tapi coba aku pikirkan, semoga bisa sebagai bahan pertimbangan!" kata Rafa yang dalam pekerjaan sehari harinya bekerja dalam team sehingga jadi tidak merajuk hatinya apabila usulnya tidak diterima.

" Tapi kamu besok menempati rumah kita yang baru ya," pintanya selanjutnya. Mira mengangguk dengan mata melihat Ibunya untuk meminta persetujuan, Ibunya mengedipkan mata tanda menyetujui.

Sore itu Rafa meminta ijin pada Ibu untuk membawa Mira ke rumahnya, Ibu menyetujuinya. Dalam hati Mira berguman " Ibu kenapa percaya pada Rafa yang baru aku kenal beberapa hari yang lalu," Mira mengikuti Rafa dengan hanya membawa baju kerja untuk sehari dan sepatu kerja. Ibu dan Fae mengantarkan sampai halaman depan, setelah mobil keluar keduanya masuk rumah, dengan diiringi doa, semoga Raffa laki laki yang bisa menjadi imam bagi Mira. Ibu menitikkan air mata ingat suaminya yang tega meninggalkan keluarga demi wanita yang bernama Desy, Faeyza tahu kesedihan Ibu, maka Fae berusaha menghiburnya, dan menemani di ruang tengah meneruskan nonton sunetron kesayangannya di tv.

" Fae, ke mushola sudah Adzan Isya," kata Ibu, dan keduanya menuju ke mushola setelah pintu semua dikunci.

Fae berjalan dibelakang Ibunya yang ketemu dengan ibu ibu tetangga, dan akhirnya Fae mempercepat langkah biar cepat sampai ke Mushola.

" Bu Hanifah, kesabaranmu sekarang mulai memetik hasilnya," sebelum Sholat, Ibu Mun berbisik di telinganya.

" Iya Bu, Aamin dan terima kasih atas doa nya."

Imam sudah datang dan Sholat di mulai, semua kusuk menjalankan Sholat.

Selesai Sholat semua pulang ke rumah, demikian Bu Hanifah yang diikuti Fae di belakangnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!