H 4 P P Y R 3 4 D I N G🤗
Cinta Permata Kusuma
Gadis cantik yang malang nasibnya. Aku adalah cinta. Anak pertama dari Aditya Wijaya Kusuma dan Lestari Putri Indah. Hidupku mengalami banyak masalah yang harus ku hadapi entah hari ini, besok atau nanti. Aku memiliki saudari bernama Laura, Laura sih anak manja, adik kecil kesayanganku. Beruntung memiliki adik seperti Laura sebuah anugrah terindah yang pernah aku dapatkan dalam hidup.
Menjalani kehidupan selama 17 tahun tanpa kasih sayang dan belas kasihan begitu menyakitkan bagi ku, tapi hanya Laura yang selalu ada dan mendukung setiap langkahku.
Kehidupan ku dan Laura berbanding terbalik seperti bumi dan langit. Laura dipenuhi kasih sayang dan kehangatan keluarga besar termasuk Papa, Mama. Aku dipenuhi kebencian dan caci maki dari Papa, Mama atas hal yang tidak ku ketahui apa penyebabnya. Meski malang nasibku tidak pernah terlintas di benak ku untuk membenci Laura yang mendapatkan semua yang tidak kudapatkan sejak lahir.
Aku sadar dan sangat sadar Papa dan Mama tidak menyukaiku, meski begitu aku berusaha kuat didepan mereka, aku gak mau terlihat rapuh dengan perlakuan mereka selama ini.
Depan mereka aku bisa saja terlihat kuat tidak ada masalah yang terjadi, tapi tanpa semua ketahui aku terlihat rapuh dalam kesendirian, menangis meratapi nasib sampai kapan semua penderitaan ini berakhir.
Ingin aku teriak sekencang mungkin agar semua tahu penderitaan ini sangat dan sangat menyakitkan.
Melewati dengan pura pura kuat bukanlah hal yang mudah dan gampang karena hati dan pikiran selalu menangis setiap mulut berucap bohong.
•
•
•
Hingga suatu hari kebenaran terungkap alasan Papa dan Mama membenciku. Kabur dan menjauh dari keluarga Kusuma terlintas di benak ku untuk apa bertahan jika terus menyiksa diri, sampai kapan dan selamanya Papa dan Mama tidak akan menyayangiku.
Hidup sendiri tanpa keluarga tidak membuat aku takut dan gentar menghadapi masalah yang mungkin akan terjadi entah kapan.
Aku berharap sebuah keajaiban datang menghampiriku, berdoa pagi malam tanpa henti dengan penuh keyakinan cepat atau lambat akan terkabul.
Menyiksa pasti sangat menyiksa lahir dan batin. Orang tua kandung ku sendiri lebih mempercayai hal gaib tahayul dari pada kenyataan yang ada di depan mata.
Menangis dan mencoba menjelaskan pada mereka rasanya percuma gak ada gunanya. Hati jika sudah dipenuhi dengan hal musyrik susah dijelaskan karena kesadaran seseorang akan ada jika terkena teguran dengan suatu kejadian tersentuh dihati.
•
•
•
Aku kembali menginjakan kaki ke tanah air, tempat aku dilahirkan, banyak kenangan memori tersimpan di otak ku. Susah senang sudah aku lewati bersama teman dan juga sendiri tidak membuatku merasa teroma untuk kembali.
Sebesar apapun kejadian menimpah tidak akan membuat aku down. Aku percaya semua cobaan ini akan berakhir dengan indah pada waktunya.
•
•
•
Iqbal Radit Adijaya. Seorang pria tampan yang dingin dan cuek terhadap wanita kecuali keluarga dan sahabat.
Mencintai gadis kecil yang dijumpai membuat ia tak ingin membuka hati untuk wanita manapun.
Kepercayaan terhadap cinta sejati sungguh besar hingga sahabatnya kagum dan bangga padanya.
Di zaman modern dan canggih serba guna masih ada pria yang bertahan sendiri demi wanita kecilnya, yang bisa saja sekarang wajahnya sudah berubah mungkin tak bisa dikenalin.
Bukan tanpa alasan begitu besar perasaan cinta Iqbal pada gadis kecilnya itu. Awal pertemuan mereka membuat debaran jantung satu sama lain berdenyut kencang.
Pertama kali bertemu membuat Iqbal jatuh hati, meski usianya masih bocah, ia sudah paham.
Hingga suatu hari takdir mempertemukan mereka tanpa sengaja. Kebetulan atau sengaja mereka menjadi dekat dan dekat🤭
__________________💞💞💞_____________________
(Penyesalan datang selalu akhir, jika awal bukan penyesalan namanya. Bahagia pasti ada, tapi setelah melewati Leka liku cobaan.)
(Hidup tak semulus kertas putih yang bersih. Hidup akan sama dengan kertas jika ditulis akan ada salahnya dan pasti membutuh sesuatu untuk menghapusnya.)
Seperti hidupku membutuhkan kesadaran imajinasi...
...(By: Cinta Permata Kusuma)...
...Selamat membaca📖...
semoga suka yah, dengan karya pertamaku.
Dijamin gak nyesal, bacanya.
Ceritanya sangat berbeda dari novel yang lain.
Disini terdapat cerita campuran, dari aliran bawang merah, area anu... anu 21+, persahabatan, percintaan dan baca aja sendiri pasti tahu🤭😁.
Ingat bacanya sampai akhir kalau setengah jalan, dibilang jelek.
Untuk sekarang author lagi tahap revisi untuk menyempurnakan jalan cerita agar terlihat menarik.
Mohon dukungannya yah, agar tahap revisi cepat selesei.
Jangan bosan membaca dan menunggu up terbaru yah.
...Sampai jumpah di episode berikutnya👋...
H 4 P P Y R 3 4 D I N G📖
•
•
•
•
•
Tujuh belas tahun yang lalu lahir-lah seorang gadis yang cantik. Saat yang bersamaan dengan kelahiran bayi tersebut semua harta kekayaan dari keluarga ibu kandung nya hilang dibawah kabur tanpa ada tersisa, semua terjadi karena keserakahan dan kelicikan kakak dan adik-nya sendiri.
Ibu dari bayi tersebut bernama Lestari Putri Indah, biasa di sapa Lestari.
Musibah yang menimpah keluarga kecil yang baru dikaruniai anak tidak membuat kehidupannya bahagia melainkan berantakan.
Tidak pernah terpikir di benak nya adik dan kakak tega melakukan ini padanya disaat kelahiran bayi pertamanya.
Sepeser uang tidak mereka miliki meski itu untuk berjaga jaga atau apa lainnya. Kepanikan dan kebingungan menguasai otak satu sama lain, bagaimana cara membayar biaya persalinan dan juga biaya pemakaman ibu kandung Lestari yang drop setelah mendengar kenyataan kedua anaknya tega melakukan ini pada saudara/i kandungnya sendiri.
Setelah penguburan jenazah ibu Lestari, datanglah sosok misterius yang memakai pakaian dan kacamata serba hitam. Berjalan mendekati Lestari dengan kedua tangan di pojok saku jaket. Tanpa aba atau pemberitahuan ia melempar sebuah amplop tepat di depan Lestari, dengan gerakan refleks Lestari pun menangkap.
"Siapa kamu? apa yang kamu berikan pada saya?" tanya Lestari menatap sosok tersebut dan kembali melihat amplop yang berada di tangan-nya.
Sosok misterius tersebut berhenti mendengar pertanyaan nya, berdiri berbalik arah dengan Lestari.
"Buka dan lihat sendiri!" Jawab sosok misterius lalu berjalan meninggalkan Lestari tanpa ingin tahu ekspresinya.
Lestari masih berpikir dengan apa yang diucapkan sosok misterius. Pikirannya masih berkecamuk bertanya siapa dia, apa tujuannya, dan kenapa secara dadakan memberi amplop yang belum diketahui apa isinya. Terus melamun dalam pikiran akhirnya Lestari tersadar melihat suasana hening, semua telah kembali pulang. Berpikir sendiri tak akan mendapat jawaban, hingga ia memutuskan mencari sang suami memberitahu apa yang terjadi.
"Pa... Papa...." Panggil Lestari berjalan keliling memutari area parkiran, tapi tidak menemukan jejaknya.
Dari belakang punggung Lestari ada tangan kekar memengang pundaknya dan ternyata itu sang suami yang bernama Aditya Wijaya Kusuma biasa disapa Aditya.
"Aaaaaaaaaaa......" Teriak Lestari mengira sosok misterius tadi yang berada dibelakangnya.
"Mama kenapa?" Aditya kaget dengan suara teriakan Lestari menggelegar, mungkin saja bisa membangunkan mayat yang sudah mati🤭
"Astaga Papa bikin Mama jantungan saja. Syukur mama tidak ada penyakit, kalau ada Papa mau tanggung jawab hah?" Marah Lestari setelah melihat siapa sosok tersebut yang membuat jantungnya ingin meloncat maraton saking takutnya.
"Maaf Ma, Papa tidak tahu kalau mama akan kaget seperti ini." Balas Aditya memandang istrinya terpapar jelas raut wajah kesal.
Aditya bingung apa yang terjadi hingga Lestari ketakutan seperti orang linglung yang takut melihat penjahat atau lebih parah hantu terbang🤣
•
•
•
Dirumah sakit banyak orang yang berlalu lalang, Lestari yang sudah pusing tambah pusing melihat mondar mandir keluarga pasien tiada henti melintasi depan mereka.
"Pa tadi di pemakaman Ibu, ada sosok misterius yang kasih mama ini." ucap sang istri menunjukkan amplop yang diambil dari tas nya.
"Emangnya mama kenal dengan sosok tersebut?" tanya sang suami yang masih belum tahu cerita detailnya.
"Mama gak kenal Pa, Mama juga tadi sempat tanya, tapi malah di jawab BUKA DAN LIHAT SENDIRI." Lestari mengulangi ucapan yang dilontarkan sosok misterius tersebut dengan suara khasnya.
"Yah sudah sekarang kita buka saja dari pada penasaran." Usul Aditya yang penasaran.
"Iya Pa, Mama juga penasaran."
Membuka rekatan lem yang tertempel di amplop, perlahan tapi pasti isi dalam nya mulai terlihat, betapa kaget Lestari dan Aditya melihatnya.
"Uang." Kaget Lestari dengan ekspresi bingung bertanya dari siapa, apa tujuannya.
"Itu apa Ma?" Tatap Aditya melihat secarik kertas pada selipan tumpukan uang di amplop.
"Kertas." Balas Lestari.
Mendengar perkataan Aditya, ia segera melihat dan ternyata benar ada kertas.
"Coba Mama buka pasti ada petunjuk dari semua ini." Perintah Aditya melihat kertas ditangan Lestari
"Papa pegang ini." Lestari menyodorkan uang pada Aditya untuk dipengang.
Tangannya mulai membuka lipatan surat yang ditutup dan membaca isi kata satu persatu yang tertulis pada surat tersebut.
HALLO KAKAK-KU TERSAYANG LESTARI. TERIMA KASIH YAH SUDAH PERCAYA SAMA CHELSI DAN KAK BRAM UNTUK MENGURUS SEMUA HARTA KEKAYAAN KAKAK PADA PONAKAN KAMI. KAKAK TAU KAMI SANGAT MENANTI KELAHIRAN PONAKAN KAMI SELAMA INI, HINGGA AKHIRNYA PENANTIAN KAMI HARI INI TERWUJUD, KAMI SANGAT BAHAGIA. SELAMAT YAH KAK ATAS KELAHIRAN BAYINYA, SEMOGA BAYINYA MEMBERI REZEKI YANG BERLIMPAH BUAT KAKAK DAN KELUARGA. UPS SALAH UCAP PONAKAN KAMI ITU, BUKAN MEMBERIKAN REZEKI BERLIMPAH BUAT KAKAK TAPI YANG BENAR BUAT CHELSI DAN KAK BRAM. DAN LEBIH TEPATNYA LAGI PONAKAN KAMI MEMBERI AWAL PENDERITAAN BUAT KAKAK DAN KELUARGA. TULISNYA SAMBIL TERTAWA.
TAPI KAKAK TENANG SAJA CHELSI DAN KAK BRAM BAIK KOK, KAMI BERIKAN KAKAK UANG UNTUK BAYAR RUMAH SAKIT BUAT TEBUS PONAKAN KESAYANGAN KAMI. DAN SISANYA KAKAK GUNAKAN UNTUK BERTAHAN HIDUP YAH. DAN SATU LAGI KAK, KALAU PONAKAN KAMI SUDAH BESAR JANGAN LUPA BILANG KALAU KAMI YANG BIAYA'IN RUMAH SAKITNYA SAAT LAHIRAN, KARENA ORANG TUANYA TIDAK PUNYA BIAYA. TULISNYA SAMBIL TAWA MENGEJEK.
SELAMAT MENJALANKAN AWAL KEHIDUPAN YANG BARU KAKAK-KU SAYANG.
"Aaaaaaaaa kurang ajar kalian." Teriak Lestari setelah membaca isi pesan.
Amarah terpancar jelas diwajahnya, adik dan kakak yang disayangi tega berbuat jahat tanpa belas kasihan.
Menangis, menyesal tak ada gunanya nasi telah menjadi bubur sekuat apapun itu tidak bisa mengubah yang terjadi.
"Sabar Ma, jangan begini ingat ini dirumah sakit." Nasihat Aditya tak ingin Lestari menganggu peristirahatan pasien nanti malah mereka diusir dengan kebisingan Lestari yang sangat menganggu.
"Bagaimana Mama mau sabar Pa... Mama sudah ketipu sama mereka... Mama gak terima. Mama akan cari mereka dan membalas semuanya!" Marah Lestari merobek kertas tersebut tanpa berbentuk.
"Iyah Ma, Papa tau... nanti kita akan cari mereka, yang lebih penting sekarang... kita harus membayar rumah sakit... lalu kita cari kontrakan untuk kita tepati. Okeey." Saran Aditya.
"Tapi Pa... nanti keburu susah buat ditemuin." Bantah Lestari dengan amarah yang masih menguasai dirinya.
Mengingat pertemuannya beberapa hari yang lalu sebelum melahirkan. Membuat Lestari yakin mengenai kehidupannya yang akan sial dan terus mendapatkan musibah setelah melahirkan. Penangkal nya hanya satu segera mengandung dan melahirkan seorang bayi berjenis kelamin perempuan agar terjauh dari keterpurukan dan kesialan.
"Iyah, Papa tau Ma-" belum selesei bicara ucapan Aditya sudah dipotong.
"Pa... ramalan teman Mama benar terbukti, bahwa anak itu anak sial pembawa bencana untuk keluarga. Awalnya Mama gak percaya itu hanya sebuah mitos, tapi setelah melihat langsung Mama jadi percaya."
"Apa yang dikatakan teman Mama?" tanya Aditya penasaran yang membuat sang istri sepintar ini bisa mempercayai sebuah hal ghaib yang tak benar adanya.
"Papa dengar ini." Jelas Lestari menceritakan semua yang dibicarakan temannya pada dirinya saat di restoran tempoh hari sebelum melahirkan.
"Astagaa." kaget Aditya. "Jadi sekarang Mama percaya yang begituan?" Aditya tak habis pikir dengan jalan pikir Lestari, dimana kepintarannya dulu, kepintaran yang selalu di banggakan keluarga karena kecerdasan prestasi yang selalu unggul.
"Awalnya sih enggak, tapi dengan bukti didepan mata sudah jelas Pa."
"Bukan begitu juga, ini sudah takdir yang harus kita jalani."
"Tidak Pa... ini bukan takdir, tapi ini sial karena kelahiran bayi itu." Tunjuk sang istri pada bayinya yang ada didalam ruangan.
•
•
•
Setelah kejadian tadi pagi dirumah sakit, sekarang mereka telah berada di rumah kontrakan yang kecil, terdapat empat ruangan, kamar tidur, dapur ruang makan dan ruang tamu.
Lestari dan Aditya terbiasa hidup bergelimang harta tanpa kekurangan, sekali terpuruk dan terjatuh rasanya sudah terjatuh tertimpa tangga pula.
"Semua ini karena dia. Sekarang hidup kita jadi sengsara Pa!" Tunjuk Lestari yang sangat membenci bayinya.
"Istigfar Ma. Dia anak kita titipan sang kuasa yang harus kita jaga." Tegas Aditya tak suka dengan ucapan Lestari.
"Terserah Papa saja... tapi, ingat jika terbukti... Papa gak boleh belain dia!" tunjuk Lestari meninggalkan bayinya tanpa peduli tangisannya.
"Okey, terserah Mama saja." Balas Aditya memilih mengalah dari pada terus berdebat.
________________💞💞💞_____________________
(Aku lahir bukan pilihanku, kenapa aku harus disalahkan. Jika di suruh memilih, biarkan aku tidak ada di dunia. Lahir menjiksakan, tidak lahir menenangkan.)
(By: Cinta Permata Kusuma)
^Jangan Bosan yah guys ini aku cerita'in awal mulanya, biar kalian gak pada binggung dengan cerita yang tiba-tiba muncul orangtua kandung yang benci pada anaknya sendiri.^
Buat kamu yang gak suka awal ceritanya bisa di skip saja karena Bombay nya gak semua part kok.
...Semoga Suka Dengan KaryaKu🤗...
H 4 P P Y R 3 4 D I N G🤗
•
•
•
•
•
Satu tahun di kota B, tinggal di rumah kontrakan kecil serba kekurangan dengan berbagai kejadian yang dialami keluarga kecil Aditya. Mereka akhirnya di karuniai seorang bayi berjenis kelamin perempuan. Kelahiran anak keduanya membawa banyak perubahan drastis menurut Lestari, tapi tidak dengan Aditya yang masih berpikir jernih semua adalah takdir sang kuasa.
Kedatangan orang tua Aditya ke Kota B mengubah kehidupan serba kekurangan menjadi serba terpenuhi. Lestari terbiasa sejak kecil di penuhi kekayaan tanpa kekurangan. Sekali down akan menyalahkan orang atas sesuatu yang terjadi.
"Aditya." Panggil Papanya melihat sekeliling ruangan yang ditempati anaknya selama satu tahun ini.
"Iya Pa." Sahut Aditya
"Kenapa kamu dan Lestari tidak balik ke Kota A dengan semua yang menimpah kalian? apa kalian betah berada disini? lihat sekeliling ruangan ini, kecil dan kotor." Aditya memandang setiap sudut tanpa terkecuali. "Papa gak yakin kalian betah, dengan kehidupan mewah yang sudah melekat di diri kalian seperti lem, mana bisa kalian terbiasa dengan kehidupan terpuruk begini." Jelas Aditya menatap anak dan Mantunya berdiri mematung.
"Maaf Pa. Adit selama ini tidak bisa hubungi kalian karena handphone Adit hilang. Menghubungi dengan handphone orang lain itu lebih tidak mungkin, Adit tidak hafal kontaknya. Mau tidak mau, terima tidak terima kami harus hidup seperti ini. Papa benar kekayaan yang melekat pada diri susah beradaptasi dengan keadaan yang sekarang ini." Aditya membenarkan perkataan Papanya.
"Tidak apa-apa, semua sudah kehendak yang kuasa yang terpenting kalian baik baik saja. Lihat ini kedua cucu Mama sangat cantik." Senyum riang Sari mengambil bayi pertama berada di lantai yang aktif merangkak.
"Tapi Ma, Papa bel- " Ingin membantah ucapan sang istri perkataannya sudah di potong sebelum selesei.
Wahyu kesal lagi dan lagi Istrinya membela Aditya. Membantah rasanya tidak mungkin ia sangat menyayangi istrinya, apapun yang membuat Sari bahagia akan ia lakukan.
"Papa mau omong apalagi, tidak lihat Mama sedang apa? jangan coba merusak momen bahagia Mama yah." Ancam Sari cepat yang mengendong bayi pertama Aditya.
"Oiyah Papa gak lihat saking kesalnya sama anak ini." Pandang Wahyu melihat anaknya dengan tatapan kesal, tapi langsung berubah saat melihat cucu cantiknya.
Kecantikan bayi pertama Aditya seakan menghipnotis Wahyu yang sejak tadi mengoceh seketika diam.
"Yah sudah sekarang kalian kemasin barang kalian dan kita langsung berangkat ke Kota A tidak ada penolakan." Tegas Sari tanpa mau dibantah oleh anak dan Mantunya.
•
•
***
Tiba di Kota A, mereka langsung menuju kediaman tempat tinggal baru Aditya. Sebelum menyetujui Adit meminta satu permintaan
pada orang tuanya untuk tinggal terpisah, ia ingin hidup mandiri dan membangun keluarga kecilnya.
Awalnya Sari menolak harus berjauhan dengan kedua cucunya, dengan bujukan dan rayuan maut Adit akhirnya Sari mengiyakan permintaannya.
"Ini rumah yang akan kalian tepati, semoga kalian suka." Kata Sari pada Anak dan Mantunya.
"Iya Ma, kami suka kok, terima kasih ya Ma." Bahagia Lestari akhirnya bisa bebas dari keterpurukan serba kekurangan.
Senyum terpancar jelas di wajah Lestari, penderitaan selama satu tahun kini telah berakhir dan tak akan kembali. Lestari semakin yakin pada ramalan temannya.
"Iyah sayang. Tidak perlu terima kasih. Ini juga hak kalian karena Adit dan kamu, anak dan mantu Mama" Jawab Sari melihat keceriaan di wajah Lestari
"Iya Ma. Terima Kasih." Lestari menghambur ke dalam pelukan Sang mertua.
"Iya sayang. Dari tadi bicara Mama belum tahu nama cucu cantik Mama ini?" Sari Melirik Bayi pertama Aditya.
"Oiyah Ma. Kita sampai lupa," Bohong Lestari binggung apa yang harus dijawab.
Lestari tak ingin mertuanya tahu sampai saat ini bayinya belum mempunyai nama. Rasa benci yang sangat besar hingga ia tak Sudi menamainya.
"Terus sekarang nama cucu Mama ini siapa?" tanya sekali lagi.
"Oh itu Ma...." Lestari gelagapan binggung, takut mertuanya marah jika jujur.
"Itu apa Lestari. Bicara yang jelas!" Sari melilrik Lestari dengan tatapan seakan-akan ingin menerkamnya.
"Itu Ma... Lestari dan Aditya belum sempat memberi nama anak pertama kita, Setelah kejadian yang kami alami. Tapi Mama jangan berburuk sangka dulu karena Lestari dan Aditya sudah memikirkan sejak dulu kalau anak pertama kami akan diberi nama oleh Mama." Bohong Lestari, dirinya tidak Sudi memberi nama pada anak pertamanya, meski anak kandung sendiri.
"Okey Mama percaya sama kamu." Kata Sari meski hati kecil belum sepenuhnya percaya perkataan Lestari, tapi tidak mungkin ia bertanya, karena dia yakin Lestari tidak akan menjawabnya.
"Iya Ma. Nama apa yang akan Mama berikan pada anak kami?" tanya Lestari berlagak antusias, hatinya bergejolak malas.
"Cinta Permata Kusuma." Jelas Sari memandang cucunya yang berada di gendongannya.
•
•
***
Flash on.
Sekarang Cinta telah berusia 17Tahun. Nasib kini sedang mempermainkan nya, hinaan, cacian menjadi makanan seharinya, malah semakin menjadi semenjak dewasa. Tidak ada sedikit kasih sayang pada Cinta sejak kecil, melainkan penderitaan yang dirasakan.
Cinta Permata Kusuma, nama yang diberikan nenek sari padaku dengan sapaan Cinta, semua ku ketahui dari asisten rumah tangga yang bekerja di mansion ini. Aku bahkan mendengar percakapan mereka diam diam selama satu tahun dilahirkan aku belum sempat diberi nama oleh Mama dan Papa, hingga akhirnya Kakek dan Nenek membawa kami dari Kota B ke Kota A, untuk mengurus bisnis keluarga hingga sekarang ini.
"Kak nanti pulang sekolah ke toko buku yuk." Ajak Laura sang adik pada Kakaknya.
"Tapi bagaimana dengan sopir kakak dek? masa kakak suruh dia pulang. Tidak Sopan dong. Mending begini saja dek, Kaka temanin kamu, tapi kita beda mobil ya?" Balas Cinta bernegosiasi dengan sang adik.
"Gak mau kak. Laura sejak kecil tidak pernah jalan bareng kakak." Laura sedih mengingat kebersamaan teman-temannya mempamerkan kakaknya masing masing.
Iri sudah pasti hati siapa yang tidak iri melihat kebersamaan dan keakraban adik dan kakak. Wajahnya menjadi sendu mengingat sesuatu yang jarang dilakukan ia bersama kakaknya.
"Yah sudah Kakak ikut kamu, tapi kalau pulang, Kaka sama sopir, agar Mama tidak marah." bujuk Cinta pada adiknya.
Cinta tak tega melihat wajah sedih terpapar di muka adik kecilnya. Membuat Laura bahagia sudah menjadi prioritasnya karena Laura selalu ada saat semua membencinya.
"Iya kak Gak apa-apa." Senyum Laura seketika mengembang mendengar Cinta mengiyakan permintaannya.
"Kakak memang paling yang ter the best di dunia ini. Aku sayang Kakak." Senang Laura memeluk Cinta.
"Kakak juga sayang kamu." Balas Cinta memeluk adiknya.
Di dalam mobil Laura terus berbicara, tidak sedetik pun senyumannya hilang dari wajahnya. Cinta senang mendengar semua cerita Laura ditambah senyuman yang tidak pernah pudar saat berada di mobil.
Tiba di toko Laura terus mengandeng tangan sang kakak. Ia ingin menunjukan pada dunia kalau dirinya juga mempunyai kakak yang cantik, baik hati dan selalu ada saat ia membutuhkannya.
"Yuk kak masuk!" tarik Laura mengandeng tangan kakaknya.
"Iyah dek pelan-pelan nanti kamu jatuh lho." Cinta khawatir melihat adiknya sangat antusias.
"Kak... bukan nya itu, Bunga, Melati dan Inces yah?" Tunjuk Laura kearah teman-temannya.
Laura tak menjawab perkataan Cinta, matanya terlanjur fokus menatap sahabatnya yang juga berada disini.
"Iyah dek itu mereka, tapi ngapain mereka disini yah?" Pikir Cinta yang binggung.
"Yah sudah kak, mending kita samperin mereka saja!" Ajak Laura pada Cinta menghampiri teman-temannya.
"kalian disini juga yah?" tanya Laura pada teman-temannya saat tiba dibelakang mereka.
"Ayam geprek sambal balado... " Kaget Bunga menyebut sembarang kata. "Kalian bikin jantungan saja! Mau aku mati mudah hah?"
"Maaf aku gak tahu reaksi kamu kayak gini jadinya." Balas Laura santai lagipula Bunga yang berlebihan menurutnya.
"Kita lagi cari buku yang diminta guru, besok sudah harus dikumpulkan." Pandang Melati yang baru sadar Laura berdua dengan Cinta. "Kalian sendiri ngapain disini? dan kamu Cinta ngapain disini? bukannya tadi pas kita ngajak, kamu bilang kamu sudah ada bukunya yah?"
"Iya Cinta. Kamu ngapain? kenapa tiba-tiba sudah disini?" Menautkan alis memandang Cinta yang diam mendengar ocehan sahabatnya.
Cinta bingung harus menjawab apa, setiap saat ingin berkata temannya selalu memotong, tanpa memberi kesempatan untuk Cinta menjelaskannya.
"Kalian kenapa sih, seperti emak emak saja. Gak baik berprasangka buruk." Bingung Laura sejak kapan sahabatnya jadi rempong kayak gini. "Asal kalian tahu yah, kakak itu Gak ada rencana kesini. Aku yang bujuk kakak buat ikut temanin aku cari koleksi novel terbaru." Jelas Laura panjang lebar pada sahabatnya.
"Maaf yah guys, aku gak tau kalau Laura mau ngajak kesini." Cinta merasa tidak enak sudah menolak sahabatnya, jika tahu sejak awal tidak akan ia tolak.
"Jangan ngambekkan dong, nanti bisa keriputan. Emang sudah siap jadi tua diusia mudah, kalau aku pribadi sih gak mau. Aku masih ingin belajar tinggi-tinggi mencapai impian dan sukses." Goda Cinta memancing sahabatnya dengan mengatai keriput.
Dan ternyata pancingannya dimakan ikan. Mereka tak terima dikatain Cinta. Masih mudah udah keriput, gimana nasibnya pacar aja gak punya boro-boro yang lagi dekat.
"Cinta.... " teriak Bunga, Melati dan Inces bersamaan.
"Hahahahha," tawa Cinta dan Laura mendengar teriakan sahabatnya.
Cinta puas mendengar suara singa bangun.
"Makanya jangan lebay." Kata Laura disela tawanya.
"Siapa yang lebay?" Pandang Inces menatap Laura yang puas menertawakan mereka.
"Sudah-sudah. mending kita foto dulu. Sudah lama kita gak berkumpul dengan formasi lengkap begini yang jelas semenjak ada yang sibuk." Sindir Bunga tanpa menyebut nama.
Paham dengan sindiran Bunga, Laura merasa tak enak hati yang dikatakan Bunga benar. Belakangan ini Mamanya sering meminta dirinya untuk menemani arisan dengan ibu ibu sosialita.
"Iya iya aku tahu aku sibuk belakangan ini. Maaf yah guys." Tulus Laura meminta maaf.
"Sudah dong guys. Tadi bilang mau foto. Yuk buruan foto, sebelum kita pulang nih." Lerai Cinta, yang tak ingin adiknya sedih.
Perkataan Bunga benar adanya akhir akhir ini formasi perkumpulan mereka selalu 4, dengan kurangnya Laura. Setiap berkumpul Cinta berusaha menjelaskan pada sahabatnya yang mengeluh kurangnya Laura dalam pertemuan.
________________💞💞💞___________________
(Tidak dianggap bukan berarti terpuruk, terpuruk hanya orang yang lemah. Orang yang lemah hanya selalu mengeluh Tapi bukan aku, karena aku tak mengeluh meski tak dianggap.)
(✓ By: Cinta Permata Kusuma)
...Jangan lupa like, comment and vote yah.🤗...
...Tambahin favorite biar gak ketinggalan up terbaru ku📝💞...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!