...JANGAN LUPA VOTE DAN KOMENTAR 🌻...
...SELAMAT MEMBACA 🐊...
Seperti kehidupan lainnya, bahwa air dan api mempunyai perbedaan yang sangat realistis. Air digambarkan dengan kebaikan sedangkan api digambarakan keburukan oleh semua orang.
Namun sialnya, kehidupan tidak luput dari kebaikan dan keburukan bahkan mereka diciptakan untuk selalu berdampingan dan saling melengkapi.
Afigesa Deanova Putra, seorang remaja SMA yang menjabat sebagai kapten basket di SMA Pertiwi dengan sifat badboy dan jangan lupakan julukan playboy yang sudah terkenal seantero sekolah.
Aira Kleantha, seorang gadis cupu si kutu buku, pintar dan rajin hingga berusaha menutupi wajah cantiknya dengan kacamata bulatnya.
...🐊🐊🐊...
BRUK..
"M-Maaf kak, aku nggak sengaja nabrak kakak." Ucap Aira saat ia berjalan cepat dengan kepala menunduknya seperti biasa.
Aira Kleantha, atau sering di panggil Aira merupakan siswa culun di SMA Pertiwi. Kutu buku, rajin dan penakut itulah sifat Aira.
Dibalik kecupuan yang ia punya, ada wajah cantik dan ceria jika ia berada di luar sekolah. Tepatnya dirumah bersama keluarga, ia lebih percaya diri dan menjadi Aira yang sopan, cantik dan berkepribadian hangat.
"Bisa nggak kalo jalan itu pake mata?" Ketus Gesa, sang leader dari ketiga sahabatnya.
"M-Maaf ya kak." Jawab Aira ragu-ragu dan segera memunguti semua buku-bukunya.
"Lo niat minta maaf sama gue atau nggak sih? Nunduk mulu, nggak ada uang dibawah sana asal lo tahu."
"A-Aku nggak lagi cari uang kak, tapi aku emang mau mungutin buku yang jatuh akibat nabrak kakak tadi."
"Oh, jadi lo nyalahin gue? Sini lo." Geram Gesa dengan berjongkok di depan Aira yang membuat Aira semakin menciut.
"N-Nggak kak.. N-Nggak gitu maksud aku."
"Kakak mau bawa aku kemana? Kak jangan kak."
"Kak lepasin tangan aku, sakit." Lirih Aira kemudian.
Gesa membawa Aira ke belakang sekolah, tepatnya gedung kosong yang sudah tak terpakai sejak lama.
Gesa menghempaskan tangan Aira dengan kasar, "S-Sakit kak." Ucap Aira dengan mengusap pergelangan tangannya yang memerah akibat cengkeraman tangan Gesa.
"Lo siapa sih? Anak baru?" Ketus Gesa dengan menatap jijik ke arah Aira.
Aira hanya menundukkan kepala, seolah sepatu mahal Gesa lebih menarik daripada wajah tampannya yang sekarang berada di depannya.
"B-Bukan kak. Aku anak kelas 11 kok." Jawab Aira takut-takut.
Gesa tersenyum sinis melihat Aira yang membenarkan kacamata bulatnya dan menunduk sembari tadi tanpa mau melihat wajah tampannya yang sudah diakui oleh warga sekolah.
"Sepatu gue emang mahal." Sombong Gesa.
"H-Hah? Maksud kakak apa ya?" Tanya Aira dengan nada kegugupannya.
"Sepatu gue emang mahal, makanya lo dari tadi liatin sepatu gue mulu." Jawab Gesa dengan ketus.
Dengan cepat Gesa meraih rahang Aira lalu mendongakkan kepalanya dengan kasar.
"Tatapan gue!"
"K-Kak.. Jangan gini, nanti kalo ada yang lewat gimana?" Mohon Aira dengan mata yang berkaca-kaca menatap mata elang milik Gesa.
"Bagus.. Biar ada yang lihat kita dan gue akan sebarin seantero sekolah kalo lo rayu gue."
Mata Aira melotot tak percaya. "Jangan kak, aku mohon jangan.." Mohon Aira dengan suara seraknya karena menahan tangis dan ketakutan menjadi satu.
Gesa memunculkan smirkny lalu menghempaskan cengkeraman tangannya pada rahang Aira dengan kasar.
Sedangkan Aira sendiri mulai mengusap rahangnya yang sakit bahkan sedikit memerah akibat ulah kakak kelas yang ada di depannya ini.
Jujur saja, Aira sangat takut padanya. Gesa selalu memunculkan aura negatif bak seorang iblis yang siap menerkam mangsanya kapan saja.
Bukan rahasia umum lagi bahwa Gesa memang pintar, tampan dan kaya. Banyak anak SMA Pertiwi yang tergila-gila pada Gesa, namun tidak untuk Aira, si gadis cupu, lugu dan penyuka buku.
"Lo mulai berani sama gue?" Geram Gesa menatap Aira yang hanya menunduk takut bahkan memejamkan matanya.
Aira menggelengkan kepalanya bermaksud untuk menjawab pertanyaan yang keluar dari mulut Gesa.
"Lo tau siapa gue?" Tanya Gesa lagi yang dijawab gelengan kepala lagi oleh Aira.
Aira memang tidak tahu siapa Gesa dan itu adalah hal yang masa bodoh buat dirinya.
Setiap hari disekolah yang Aira lakukan hanyalah membaca buku, di bully teman-teman lain dan menghabiskan waktu istirahatnya di ruang perpustakaan dengan membawa bekal sekolah yang telah disiapkan oleh bundanya.
"Angkat kepala lo!" Perintah Gesa yang membuat Aira mendongak seketika menatap mata elang Gesa tak lupa dengan membenarkan kacamata bulatnya.
"Lo jelek dan gue nggak naksir sama lo." Lanjut Gesa yang membuat Aira tersenyum walaupun sedikit.
"Emang jelek dan aku juga nggak minta kakak buat naksir aku." Jawab Aira dengan menahan senyum gelinya.
"Lo berani jawab gue?!" Sarkas Gesa cepat yang membuat Aira bungkam seketika.
Aira dengan cepat menundukkan kepalanya lalu menggelengkan kepalanya cepat.
"Kelas berapa dan kelas mana lo?" Tanya Gesa kemudian.
"Aku kelas 11 IPA 2 kak." Jawab Aira ragu.
Gesa memunculkan smirknya seolah ia sangat bangga mendapatkan mangsa baru untuk menjadi babunya. Culun, cupu dan pasti tidak akan berani membantah dirinya.
"Oh sebelahan sama kelas Gita?"
Aira menganggukkan kepalanya lagi karena takut akan salah bicara saat ia membuka mulutnya nanti.
"Jawab gue! Sebelahan sama kelas Gita?" Ketus Gesa.
Aira dengan cepat menganggukkan kepalanya. "I-Iya kak. I-Iya kelas aku sebelahan sama kelasnya kak Gita." Jawab Aira cepat bahkan sangat gugup dan takut.
Gita Febrianti, seorang gadis seksi dan pelopor bully di SMA Pertiwi dan hampir setiap hari Aira selalu menjadi bahan bully'annya. Entah salah dirinya apa, yang jelas Aira hanya berfikir jika bully ataa dirinya tidak akan berjalan lama karena ia hampir di kelas 12 dan akan lulus begitu saja.
"Gue belum maafin lo atas tabrakan lo tadi. Dan lo harus melakukan sesuatu buat gue.. Harus!!"
"M-Melakukan Apa kak?" Tanya Aira ragu.
Jujur saja ini baru pertama kali Aira berdekatan dengan seorang cowok apalagi ini seorang Gesa sang kakak kelas yang sangat-sangat populer bahkan di idolakan seluruh sekolah.
"Lo jadi babu gue mulai sekarang dan lakuin apa yang gue suruh! Lo taukan siapa gue?"
"Kak kok git-"
"Lo berani bantah gue gadis kecil?" Geram Gesa dengan mencengkram rahang Aira.
Aira menggelengkan kepalanya karena menahan rasa sakit di bagian lehernya, "Nggak kak.. A-Aku nggak bant--tah kakak." Jujur Aira.
"Bagus!!" Ucap Gesa dengan menghempaskan rahang Aira begitu saja.
"Gue tandai muka lo dan pulang sekolah nanti lo sama gue." Ucap Gesa lalu pergi begitu saja meninggalkan Aira yang sedang mengusap-usap rahangnya yang sakit akibat ulah Gesa.
"Awas aja kalo lo berani pulang sebelum gue ke kelas lo. Lo habis sama gue!" Lanjut Gesa dengan ancaman serta matanya yang tajam seperti elang.
...🔥🔥🔥...
"Pagi Gesa sayang." Sapa Gita yang berjalan melewati Gesa.
Afigesa Deanova Putra atau dikenal dengan Gesa adalah siswa paling bandel di SMA Pertiwi.
Seolah Tuhan menciptakan seorang Gesa dalam keadaan bahagia, dimana Gesa yang terlahir cerdas, tampan dan berasal dari keluarga yang terpandang serta kaya raya.
Minus Gesa hanya satu, yaitu sikap dan tingkah laku setiap harinya yang terbilang buruk dan hal tersebut tak membuat semua cewek mundur begitu saja untuk menaklukan seorang Gesa.
"Lepasin tangan lo dari lengan gue atau gue akan patahin tangan lo sekarang juga." Ketus Gesa saat tangan Gita melingkar begitu saja di lengannya.
Gesa memasang wajah datarnya lalu pergi begitu saj menuju kelasnya.
"Gue udah nungguin lo di parkiran lama ternyata udah sampai aja." Ucap Jefri, sahabat Gesa yang menjabat sebagai ketua osis, tampan, cerdas dan tentunya kaya raya seperti dirinya.
"Gue kira lo masih nyiksa babu lo yang lusa kemarin." Sahut Andre, sahabat Gesa juga yang receh, tampan dan tentu saja kaya.
Gesa memiliki dua sahabat sejak masuk SMP dan sampai sekarang masih berlanjut hingga SMA yakni, Jefri dan Andre.
Gesa membanting tas ranselnya begitu saja lalu mengeluarkan rokok yang ada di saku celananya.
Ya, Gesa dan Andre termasuk perokok aktif berbeda dengan Jefri. Menjabat sebagai ketua osis tak bisa membuatnya bebas seperti kedua sahabatnya.
Namun, hal tersebut tetap tak bisa Gesa pungkiri bahwa Gesa sangat bangga akan pertemanannya dengan Jefri dan Andre saat ini.
Sisi baik Gesa saat di sekolah adalah jabatan dirinya sebagai ketua basket dan anak dari donatur utama di SMA Pertiwi.
Semua siswa lain selalu segan pada Gesa termasuk murid gadis yang menggilai Gesa dan berusaha untuk mendapatkan hati Gesa yang dingin tak tersentuh.
Kejam dan diktator. Itulah Gesa!
"Selamat pagi anak-anak semuanya.. Yuk keluarkan bukunya dan simak halaman 217 ya." Ucap bu Dewi selaku guru fisika hari ini.
Mendengar perintah sang guru, Gesa segera mematikan rokoknya begitu saja lalu menelungkupkan wajahnya di atas meja.
"Gesa masuk hari ini?" Tanya bu Dewi karena hafal akan kelakuan muridnya yang satu ini.
Murid kesayangan guru bahkan kesayangan BK juga..
Gesa yang mendengar namanya dipanggil segera mengacungkan jempolnya walaupun tak mengangkat kepalanya sama sekali.
"Masih pagi Ges dan kamu mau tidur?" Omel bu Dewi pada Gesa.
"Kemarin begadang bu." Jawab Gesa seadanya.
"Ngapain begadang? Udah tahu hari ini jadwal sekolah, kenapa masih aja begadang."
Gesa menghela nafasnya lelah, "Begadang di depan komplek bu, begal janda."
Jawaban Gesa asal yang membuat satu kelas ricuh menertawakan jawaban Gesa yang tergolong receh dan membuat mood semakin naik.
Bu Dewi menggelengkan kepalanya. "Sekarang ibu kasih pilihan ke kamu, mau tetap dikelas atau keluar dan lari keliling lapangan basket 10x?" Tegas bu Dewi pada Gesa.
Tanpa menjawab pertanyaan bu Dewi, Gesa segera berdiri begitu saja dan berjalan menuju pintu yang di ikuti oleh Andre dan Jefri di belakangnya.
"Andre sama Jefri mau kemana? Mau ikutan di hukum juga?" Sarkas bu Dewi dengan penggaris papan di tangannya.
"Yakan kita setia kawan bu bukan setia hewan." Jawab Andre yang membuat gelak tawa semakin terdengar di kelas 12 IPA 1.
"Mau rapat osis bu, di ruang osis.. Ibu nggak lupakan kalo Jefri Agenta ketua osis SMA Pertiwi?" Sahut Jefri kemudian.
"Tidak bisa! Untuk kamu Andre.. Kamu tetap disini dan ikut pelajaran ibu."
"Kamu Jefri, selesaikan urusan kamu di ruang osis dengan segera dan cepat kembali ke kelas."
Bu Dewi menatap Gesa dengan sewot. "Dan untuk kamu, Gesa tampan anak pak Deo selesaikan hukuman kamu tanpa diskon dengan cepat lalu kembali ke kelas." Ucap bu Dewi kemudian.
"Lo bu saya kok di kelas sih." Protes Andre tak terima.
"Hukuman kamu tetap ikut pelajaran ibu dan sekarang kamu duduk di bangku kamu." Tegas bu Dewi yang segera di patuhi oleh Andre dengan tampang malesnya.
...🔥🔥🔥...
Gesa yang berjalan santai menuju lapangan basket dengan bola basket di tangannya dan melewati toilet cewek, matanya tak sengaja melihat gadis yang akan menjadi babunya mulai sekarang.
"Lo ngapain disini? Bolos?" Sarkas Gesa yang membuat Aira terkejut lalu mengusap dadanya pelan.
"E-Enggak kok kak, tadi kebelet aja." Jawab Aira takut-takut dengan menundukkan kepalanya lalu berjalan melewati Gesa begitu saja.
"Lo berani cuekin gue?" Ucap Gesa dengan menarik kerah baju Aira bagian belakang.
Jujur saja untuk saat ini Aira sangat takut dengan Gesa, apalagi kejadian beberapa jam yang lalu dengan seenaknya sendiri Gesa mengeklaim kepemilikan atas Aira dengan menjadikannya babu.
"E-Nggak kok kak. Aku nggak cuekin kakak.. Aku cuma mau ke kelas aja."
"Terus kenapa nunduk mulu? Kan gue udah bilang kalo sepatu gue emang mahal.. Lo mau? Besok gue kasih tapi ada syaratnya."
"Jangan kak. Aku masih punya sepatu kok."
"Gue nggak terima penolakan!" Jawab Gesa tegas lalu menarik tangan Aira untuk ikut dengannya.
"Kak ini mau kemana? Kak.." Ucap Aira yang tak dihiraukan oleh Gesa sama sekali.
"Kita bolos berdua lah, menurut lo gimana? Lo kan sekarang babu gue jadi ya harus nurut sama gue."
"Dan gue ingetin sama lo, gue bukan kakak lo dan gue punya nama." Lanjut Gesa.
Dan benar saja ternyata Gesa membawa Aira menuju kantin belakang tepatnya kantin yang jarang dijangkau oleh siswa lain selain Gesa, Jefri dan Andre.
"Kita ngapain disini kak? Aku nggak mau bolos kak, nanti kalo panggilan orangtua gimana? Bunda bisa marah kak." Ucap Aira memohon pada Gesa.
"Kalo nanti ada panggilan orangtua biar mama gue aja yang wakilin bunda lo buat dateng kesini." Jawab Gesa cepat.
"Lo sekarang punya gue! Dan lo harus turutin semua perintah gue, termasuk lo yang nggak boleh punya cowok tanpa seijin gue."
Gesa menatap Aira garang. "Lo faham maksud perkataan gue?" Lanjut Gesa kemudian.
"Sampai kapan kak aku nggak boleh punya pacar?" Tanya Aira dengan polosnya.
"Sampai masa babu lo habis sama gue."
"Tepatnya kapan kak? 1 minggu lagi atau waktu kapan gitu? Masak iya aku jomblo terus, aku mau punya pacar kalo aku udah kelas 12 kak."
"Banyak tanya deh mulut ghaib lo!" Sarkas Gesa yang membuat Aira menundukkan kepalanya dengan cepat.
"Yang jelas bukan waktu dekat-dekat ini, Aira Kleantha.."
...🔥🔥🔥...
...SEE YOU NEXT PART, BRO 🤸...
...SEE YOU NEXT PART, BRO 🤸...
...JANGAN LUPA VOTE DAN KOMENTAR 🌻...
...SELAMAT MEMBACA 🐊...
"Oh jadi lo yang namanya Aira? Bisa-bisanya gue nggak tahu nama siswa yang gue bully tiap hari." Ketus Gita pada Aira yang baru saja keluar kelas.
Jam sudah menunjukkan pukul 4 sore yang artinya semua siswa SMA Pertiwi waktunya menutup buku mereka lalu pulang.
Berbeda dengan Aira, ia melakukan piketnya kelas terlebih dahulu agar keesokan harinya tidak terburu-buru saat berangkat sekolah.
"I-Iya kak, nama aku Aira." Ucap Aira takut-takut dengan membenarkan kacamata bulatnya.
Gita bersama dengan teman-temannya yang notabenya adalah komunitas pengikut Gesa atau tepatnya mengejar Gesa karena sifat tampannya dan pasti kaya raya.
"Lo beneran dilirik sama Gesa? Lo siapanya Gesa?" Tanya Gita dengan melipat kedua tangannya di depan dada.
"Gesa mau punya urusan sama cewek cupu kayak lo? Lo nggak punya kaca atau emang nggak mau ngaca karena muka lo yang di bawah standart." Lanjut salah satu teman Gita.
"Lo nggak ada takutnya ya sama kita-kita? Udah berapa kali gue bilang jangan cari masalah sama kita-kita."
"Udah cupu, jelek, miskin lagi." Ketua Gita dengan mendorong bahu Aira kasar.
"A-Aku nggak ada hubungan apa-apa kok sama kak Gesa, cuma kemarin doang gak sengaja aku nabrak dia dan aku udah minta maaf." Jelas Aira dengan pandangan menunduknya seperti biasa.
"Bodo amat masalah lo minta maaf atau nggak! Yang jelas jauh-jauh dari Gesa.. Lo bukan saingan gue kalo mau dapetin Gesa." Sarkas Gita.
Aira menganggukkan kepalanya cepat lalu pergi begitu saja meninggalkan Gita dan anak buahnya.
"Untung aja mereka nggak kejar aku, kalo iya bisa lari-lari kek kemarin." Gumam Aira pelan dan berjalan menuju halte dekat sekolah untuk naik bus untuk pulang.
BRUMM...
BRUMM.. BRUMMM..
BRUMMM..
Suara motor besar warna hitam yang berhenti tepat di depan Aira yang tengah menunggu busnya datang sembari membaca buku yang ia bawa dari perpus tadi.
"Lo ngapain malah disini? Gue suruh lo tetep dikelas nunggu gue dodol." Marah Gesa pada Aira setelah melepas helm full face'nya.
Aira yang awalnya bodoamat akan orang yang datang di depannya, tiba-tiba mendongak kaget saat ia mendengar omelan yang keluar dari bibir Gesa.
"A-Anu kak.. Tadi itu-"
"Tadi itu apaan? Lo mau kabur dari gue?!" Potong Gesa cepat yang membuat Aira kaget.
Aira menggelengkan kepalanya cepat. "Nggak kak, nggak gitu.. Tadi aku piket dulu terus lupa kalo suruh nunggu kakak, akhirnya aku disini sekarang."
"Maaf ya kak.. Aku beneran lupa." Lanjut Aira dengan menyesal tulus dari dalam hatinya.
"Terus lo ngapain disini?" Ketus Gesa pada Aira.
"Ya mau pulang lah kak, tapi nunggu bus dulu."
"Maafin aku ya kak sekali lagi." Lanjut Aira menyesal karena tak menuruti Gesa yang notabenya adalah kakak kelas terpopuler di SMA Pertiwi yang sekarang menjabat sebagai majikannya.
"Gue akan maafin lo kalo lo traktir gue makan sekarang juga!"
"Boleh sih kak, tapi uangku gak sebanyak uang kakak.. Gimana?" Ucap Aira ragu-ragu.
"Jadi lo nggak mau beliin makan gue pake uang lo?" Tanya Gesa tiba-tiba dengan menaikkan alisnya seolah memojokkan Aira.
"Nggak kak! Bukan gitu.."
"Aku traktir tapi makannya di tempat yang sesuai sama uang aku ya." Tawar Aira kemudian.
Tanpa menjawab tawaran Aira, Gesa segera menaiki jok motornya lalu memakai helm full facenya.
"Lo ngapain masih duduk disitu? Katanya mau traktir gue.. Lupa ingatan lo." Sarkas Gesa kasar seperti biasa.
Dengan cepat Aira memasukkan bukunya ke dalam ransel lalu menaiki jok motor Gesa.
"Jangan kenceng-kenceng ya kak, aku takut naik motor soalnya." Cicit Aira pelan yang membuat Gesa melepaskan kopling motornya begitu sajabdan membuat Aira reflek memeluk pinggang Gesa erat-erat.
"M-Maaf kak." Ucap Aira menyesal setelah melepaskan tangannya dari pinggang Gesa.
"Maaf mulu dari tadi, jadi anak yang berani bisa nggak sih? Pantesan aja lo di bully mulu di sekolah." Ketus Gesa lalu melajukan motornya begitu saja.
...🔥🔥🔥...
"Ini beneran kita makan disini? Lo nggak salah pilih tempat makan?" Tanya Gesa dengan mata memincingnya.
Aira sengaja mengajak Gesa untuk makan di warung pinggir jalan karena uangnya yang pas-pasan dan warung tersebut hanya mempunyai satu menu yaitu ayam geprek.
"Iya kak disini, katanya tadi mau aku traktir yaudah bisaku nraktir ya disini.. Gak nyaman ya." Ucap Aira dengan wajah menunduknya seperti biasa.
Gesa menghela nafasnya lesunya. "Yakali gue makan makanan pinggir jalan kek gini, nanti kalo ada racunnya gimana? Nggak higienis juga."
"Enak kok kak ayam geprek disini, murah lagi.. Aku berani jamin makanan disini higienis dan nggak ada racun." Jelas Aira pada Gesa lalu menarik tangan Gesa untuk mencari tempat duduk.
"Terus nanti kalo ada racunnya gimana? Kalo gue sakit lo mau tanggungjawab." Ketus Gesa.
Aira yang polos tersenyum dengan memperlihatkan gigi putihnya. "Ya nggak gitu juga kak. Tapi aku berani jamin kalo ayam geprek disini enak dan sehat no kuman-kuman."
"Eh neng Aira.. Tumben neng pulang sekolah mampir kesini biasanya kan sore sama mas gantengnya neng." Sapa si pemilik warung tersebut, mang Ujang.
Sedangkan di kursinya, Gesa hanya menatap Aira yang sedang memesan makanan tanpa mengalihkan pandangannya.
"Iya mang. Kakak kebetulan belum pulang lagian juga Aira laper jadi mampir dulu." Jawab Aira dengan tersenyum ramah.
"Lo kenal sama penjualnya?" Tanya Gesa saat Aira kembali duduk di depannya.
Aira menganggukkan kepalanya. "Kenal kak, aku sama kak Geral sering kesini." Jawab Aira.
"Geral siapa? Pacar lo?" Tanya Gesa dengan memincingkan matanya seolah penasaran.
"Bukan. Kak Geral adalah kakak kandung aku."
Gesa menganggukkan kepalanya seolah mengerti dengan jawaban Aira. Entah mengapa Gesa sangat ingin mengenal Aira sampai akar-akarnya namun juga ingin menyiksa Aira secara bersamaan.
Hal itu Gesa lakukan agar dirinya bisa selalu dekat dengan Aira tanpa siapapun.
Pesona Aira yang cupu, kutu buku dan periang tanpa berani membantah Gesa membuatnya semakin ingin masuk ke dalam dunia Aira..
"Loh neng kesini sama siapa ini? Kok ganteng.. Pacarnya ya." Ucap mang Ujang bermaksud menggoda Aira dengan membawa 2 piring nasi ayam geprek pesanan Aira.
"Bukan mang. Namanya kak Gesa kakak kelas aku." Jawab Aira dengan sopan.
"Kakak kelas, teman atau lebih dari teman?" Goda mang Ujang.
"Pacar mang." Jawab Gesa tiba-tiba yang membuat mata Aira melotot.
"Anak muda sekarang emang malu-malu ya, ini silahkan dimakan ayam gepreknya.. Mamang doakan langgeng ya hubungan neng Aira sama mas Gesa ini." Ucap mang Ujang bersamaan dengan menyerahkan dua porsi ayam geprek lalu pergi begitu saja.
"Kenapa pipi lo merah? Jangan baper sama gue.. Gue buaya asal lo tahu."
"Udah tau kok."
Gesa memincingkan matanya menatap Aira. "Tau apa lo tentang gue?!" Sarkas Gesa kemudian.
Aira menggelengkan kepalanya cepat lalu menundukkan kepalanya dan mulai fokus pada makanannya.
...🔥🔥🔥...
"Lo beneran ada hubungan spesial sama Gesa si kakak kelas lo Ra?" Tanya Deva, sahabat Aira yang seumuran dengannya namun tidak satu sekolah dengan Aira di SMA Pertiwi.
Setelah Gesa mengantar Aira sampai rumah, seperti biasa Gesa hanya ketus pada saat Aira mengucapkan kata terimakasih dengan tulus lalu dirinya pergi begitu saja.
"Asal lo tahu ya Ra, nama Gesa.. Afigesa Deanova Putra gebetannya bejibun dan dimana-mana termasuk di sekolah gue."
"Cantik-cantik semua dan Gesa tiap minggu.. Ah nggak tiap minggu lagi bahkan tiap hari dia bisa bonceng beberapa cewek dan itu berbeda."
"Lo mau jadi salah satu gebetannya?" Tanya Deva kemudian.
Aira yang awalnya hanya fokus membaca bukunya mendongakkan kepalanya menatap Deva.
"Aku nggak ada hubungan apapun sama kak Gesa dan aku juga nggak ada niatan bangun atau apalah yang menjerumus ke hal yang lebih dari teman sama kak Gesa." Jelas Aira pada Deva.
"Terus ngapain lo bisa dianter Gesa pulang? Bunda lo sendiri yang cerita ke gue waktu tadi gue baru dateng."
Jujur saya Aira saat ini tengah bingung sendiri harus menjawab apa dan bagaimana dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh Deva untuknya.
"*Ngaku teman yakali aku bisa temenan sama kak Gesa."
"Ngaku pacar mana mau kak Gesa pacaran sama aku yang modelan kek ginian."
"Masak iya aku ngaku jadi babu kak Gesa? Kalo iya dengan alasan apa dan dibayar berapa terus harus jelasin kek gimana sama Deva*."
Itulah beberapa pertanyaan yang muncul di benak Aira mengenai hubungannya dengan Gesa saat ini.
"Hello!! Lo kesambet atau gimana sih Ra? Gue kan nanya hubungan lo sama Gesa itu apaan kok bisa dia anterin lo pulang." Tanya Deva untuk menyadarkan Aira yang tengah melamun.
"Aku kemarin nggak sengaja nabrak kak Gesa dan kena makalah dia dan dia minta aku buat tanggungjawab dengan minta traktir makan pulang sekolah tadi.. Dan akhirnya dianter pulang deh." Jelas Aira yang sengaja berbohong pada Deva.
Aira memang bersalah dengan mencari gara-gara dengan sosok Gesa. Si playboy bandel namun tampan dan kaya raya serta cerdas dan menjabat kapten basket di SMA Pertiwi untuk saat ini.
Semua kejadian beberapa jam yang lalu berakhir dengan Gesa yang mengeklaim kepemilikan atas Aira dan menjadikannya babu dengan waktu yang Gesa mau.
Aira sendiri tidak dapat menolak Gesa apalagi membantahnya. Dirinya yang cupu dan kutu buku yang tidak memiliki satu teman pun di sekolah membuatnya lemah jika berhadap dengan Gesa yang notabenya adalah pangeran tampan SMA Pertiwi dengan segudang prestasi akademik maupun non-akademik.
"Gue ingetin sekali lagi sama lo jangan suka atau punya perasaan apapun sama Gesa, dia playboy kelas kakap asal lo tau aja." Peringat Deva pada Aira.
"Iya-iya Dev.. Aku nggak akan punya perasaan apapun ke kak Gesa, aku cuma ngehormatin dia aja sebagai kakak kelas aku doang di sekolah."
Aira yang awalnya bingung karena Deva lebih tau segalanya tentang Gesa padahal Deva sendiri bersekolah di sekolah yang berbeda dengan dirinya bahkan dengan Gesa.
"Darimana kamu tahu semuan tentang Gesa, Dev? Jangan bilang kamu stalking sosial media dia." Tanya Aira dengan mengerutkan keningnya menatap Deva.
"Jujur ya Ra gue dulu pernah jatuh sama pesona Gesa, apalagi waktu itu Gesa main basket di sekolah gue dan itulah awal gue terpesona sama ketampanan dia."
"Gue stalking semua sosial media dia bahkan gue beberapa waktu lalu punya kontak whatsapp dia. Gue pernah coba deketin dia dan berakhir dengan Gesa yang nggak pernah respon gue.. Chat gue dibales aja nggak dan sampai sekarang mungkin gue udah di blokir."
"Terus darimana kamu tahu kalo cewek kak Gesa banyak? Cantik-cantik lagi." Tanya Aira kembali.
"Siapa yang nggak tahu Gesa sih Ra, si kapten basket sekolah ternama SMA Pertiwi yang tampan, pintar, kaya raya dan anak pengusaha lagi.."
"Apalagi kelakuan dia yang ganti-ganti cewek itu bukan bagian dari rahasia umum lagi, bahkan masih banyak cewek diluaran sana yang mau jadi salah satu gebetan Gesa."
Aira yang mendengar penjelasan dari Deva mendadak merinding sendiri mengetahui kenyataan betapa bangsatnya seorang Gesa diluaran sana.
"Kamu masih suka kak Gesa, Dev? Masih berniat ngejar kak Gesa lagi atau gimana?"
Deva menggelengkan kepalanya cepat. "Gue udah nggak ada perasaan apapun sama Gesa semenjak tau kelakuan dia yang bejat terhadap cewek-cewek di luaran sana." Jawab Deva dengan ringannya.
"Kak Gesa kalo di sosial media kek gimana Dev? Kok aku tiba-tiba kepo ya."
"Jangan bilang lo suka beneran sama Gesa?" Tanya Deva menatap Aira dengan mata menyelidiknya.
"Bukannya suka Dev tapi setelah aku dengar penjelasan kamu, aku jadi penasaran aja kak Gesa yang playboy kalo di sosial media itu dia ngapain aja gitu.. Coba dong gue lihat."
Deva yang awalnya duduk diatas ranjang segera berdiri lalu mendekat ke arah Aira yang tepatnya sedang duduk diatas sofa lalu menyerahkan ponselnya.
"Itu sosial media milik Gesa dan pengikut dia sangat banyak terutama cewek sih menurut gue."
"Yang di ikuti dia nggak ada? Sumpah ini beneran Dev?" Tanya Aira tidak percaya saat melihat instagram Gesa yang tak mengikuti siapapun.
Deva menganggukkan kepalanya. "Bahkan postingan dia hanya satu dan itupun foto masa kecil dia yang sangat lucu dan manis menurut gue."
"Pasti beruntung banget ya kalo ada satu cewek yang bisa dia ikuti di instagram, yang artinya cewek itu spesial di matanya." Gumam Aira tanpa sadar.
"Dulu sih pernah dia pernah ngikutin satu cewek dan temen-temen gue kan selalu update kan kalo masalah Gesa terutama komunitas pecinta Gesa di sekolah gue.. Mereka sempat marah juga dan akan nyerang tu cewek eh ternyata.." Jeda Deva yang semakin membuat Aira penasaran dengan kelanjutannya.
"Ternyata apaan Dev?" Tanya Aira dengan rasa penasarannya.
"Ternyata yang dia ikuti itu adalah instagram mamanya.. Mama cantiknya bukan main dan lebih cocok jadi tantenya dia bukan seorang mama." Jelas Deva kemudian.
"Pantesan aja ya kak Gesa ganteng orang kata kamu mamanya aja cantik."
"Ya gitulah. Tapi gue nggak tau kenapa dia unfollow akun mamanya gitu aja, mungkin masalah pribadi mereka kali ya."
Aira menganggukkan kepalanya dan masih tak percaya bahwa Gesa sepopuler itu di kalangan remaja seantero Jakarta.
"Kemana aja kamu Ra satu sekolah sama kak Gesa kok nggak tahu sama sekali tentang kak Gesa?" Batin Aira bertanya-tanya pada dirinya sendiri.
Aira juga sadar mulai sekarang siapa dirinya dan siapa Gesa. Dan Aira juga memutuskan bahwa ia tidak akan menjatuhkan perasaan pada Gesa apalagi Gesa sudah memperingatkan dirinya berkali-kali untuk tidak terbawa perasaan padanya.
Hubungan mereka nyata dengan Aira yang sebagai babu Gesa dan Gesa menjadi tuan bully sekaligus tukang suruh-suruh untuk Aira.
...🔥🔥🔥...
...SEE YOU NEXT PART, BRO 🤸...
...**JANGAN LUPA VOTE DAN KOMENTAR 🔥...
...SELAMAT MEMBACA 🐊**...
"Mama sama papa mau kamu menikah tahun ini Ges.. Eh bukan tahun ini tapi bulan depan." Ujar Sofia, mama Gesa yang tengah menyiapkan makan malam.
Gesa yang awalnya berjalan menaiki tangga sepulang dari kencannya mendadak berhenti begitu saja saat mendengar ide gila sang mama.
"Menikah? Tahun ini ma? Mama aneh deh." Jawab Gesa asal.
"Mama nggak aneh Ges.. Mama cuma bosen aja dan mama nggak suka kalo tiap hari banyak cewek main kesini dan itupun ceweknya beda-beda."
"Kamu benar-benar keterlaluan tau nggak?!" Omel Sofia pada Gesa.
"Yakan anak kita emang ganteng ma." Sahut Deo, papa Gesa yang tengah membaca masalah bisnis di tab mahalnya.
Terlahir tampan serta anak tunggal kaya raya membuatnya menjadi cowok playboy dengan mantan gebetan hampir setengah cewek yang ada di Jakarta.
"Nggak ma. Aku masih sekolah ya kali nikah.. Sama siapa coba." Bantah Gesa cepat.
"Ya sama pacar kamu yang bener-bener bisa rawat kamu dong. Nggak main-main doang setiap hari kerjaannya."
"Ganti cewek kek ganti baju aja kamu itu, mama gedeg tau nggak lihatnya." Lanjut Sofia kemudian.
"Bukannya kamu udah bisa bisnis Ges? Buktinya kemarin kamu beli saham tuh di klien papa." Sahut Deo yang membuat Gesa semakin panik.
"Pa, itu kemarin cuma-"
"Cuma apa? Papa udah cerita semuanya sama mama. Mama juga nggak akan suruh kamu nikah kalo kamu belum punya penghasilan.. Tapi untuk sekarang kata papa kamu udah bisa tuh pegang perusahaan sendiri dan beli saham malah."
"Jadi mau nggak mau besok kamu bawa calon istri kamu kesini terserah yang mana dan mama akan lihat anaknya.. Kalo sampai besok kamu kabur atau pulang nggak bawa calon istri yang kamu pilih awas aja!"
"Mama akan cari kamu sampai ketemu dan suruh semua bodyguard papa buat nyari kamu dan lebih parahnya lagi mama akan jodohin kamu sama anak temen mama."
Mata Gesa melotot kaget saat mendengar kata perjodohan dari bibit sang mama.
"Oke siapa takut.. Besok Gesa akan bawa cewek kesini dan itu akan jadi istri Gesa dan kalo mama nggak setuju sama pilihan aku besok, mama baru boleh jodohin aku." Tantang Gesa dengan percaya dirinya.
"JANGAN PERMALUKAN MAMA DAN PAPA DENGAN KAMU PILIH CEWEK MURAHAN DILUAR SANA, GESA DEANOVA.." Teriak Sofia saat Gesa mulai berlari menaiki tangga menuju kamarnya.
"Mampus gue mampus! Mau bawa siapa gue dan siapa yang mau nikah sama gue di usia gue yang masih segini.." Gerutu Gesa saat sampai di dalam kamarnya dengan mengusap rambutnya kasar.
"Mikir Ges mikir, lo bawa siapa besok!!"
"Arghh.." Geram Gesa saat pikirannya buntu dan tidak ada ide atau jalan keluar sama sekali.
"Kalo gue sampai dijodohin sama cewek yang nggak gue suka.. Bukan suka lagi, tepatnya yang nggak gue kenal bisa mampus gue terjerat sama cewek itu seumur hidup."
Gesa melepas kaosnya lalu meleparnya ke sembarang arah. Ia sudah tidak bisa memikirkan apapun lagi untuk saat ini.
"Yakali gue bawa gebetan gue yang se-abrek tiap hari gue kencani." Batin Gesa berteriak pada dirinya sendiri yang mencerminkan brengseknya seorang cowok.
Gesa memunculkan smirknya saat ide gila terlintas di otak cerdasnya begitu saja.
"Aira.. Ya, Aira! Gue akan jadikan Aira calon istri gue." Gumam Gesa yang membuat bangga akan dirinya seolah menemukan ide yang sangat brilian.
"Aira yang nggak berani sama gue dan nggak akan bantah gue walaupun dia mampu.. Aira yang takut sama gue dan akan menuruti semua perintah yang gue mau."
"Dia juga babu gue jadi udah kewajiban dia buat nurut sama gue.. Oke besok bawa Aira ke depan mama.. Misi selesai."
Gesa mulai meraih ponselnya untuk mencari kontak gadis yang akan ia jadikan sebagai calon istrinya.
"Gue yakin mama akan suka sama Aira. Secara Aira yang rajin dan kutu buku apalagi cupu pasti banyak nurutnya lah." Gumam Gesa dengan menscroll kontak yang ada di ponsel mahalnya.
"Shitt.." Umpat Gesa saat sadar akan sesuatu.
Gesa mengusap wajahnya kasar. "Gimana mau hubungin dia orang gue aja nggak punya nomor ponselnya.. Gesa bisa-bisanya lo lupa nggak minta kontak dia." Gerutu Gesa yang membuat kepalanya pusing lagi.
"GESA MAKAN MALAM DULU." Teriak Sofia dari lantai bawah yang menyadarkan dirinya untuk tidak memikirkan hal esok.
"IYA MA.." Jawab Gesa tak kalah berteriak.
...🔥🔥🔥...
"Inget pesan mama kamu hari ini harus bawa-"
"Bawa calon istri kalo nggak Gesa akan dijodohin." Potong Gesa cepat setelah bersalaman bermaksud pamit untuk berangkat ke sekolah.
Gesa sudah memutuskan bahwa Aira yang akan ia bawa pulang nanti setelah pulang sekolah untuk bertemu sang mama.
"Cerdas sekali anak mama.. Kamu hati-hati dan semangat sekolahnya." Ucap Sofia pada Gesa.
"Tumben naik mobil, motor kamu kenapa?" Tanya Deo saat Gesa memasuki garasi dengan memainkan kunci mobilnya.
"Gak ada bensin pa." Jawab Gesa dengan menampilkan gigi putihnya.
Deo hanya bisa menggelengkan kepalanya saat mengetahui kelakuan putra semata wayangnya ini.
"Btw, kenapa papa cerita semua ke mama masalah Gesa yang urus kantor papa.. Jadi ginikan endingnya suruh nikah." Gerutu Gesa.
"Papa aja nggak bisa lawan mama kamu saking cintanya apalagi kamu anaknya sendiri.. Tenang aja Ges, nikah itu enak kok."
"Yang enak dimananya pa? Usia Gesa masih segini ya kali nikah.. Bantuin rayu mama buat batalin pernikahan Gesa ya pa." Mohon Gesa pada Deo agar sang papa mau merayu Sofia untuk ide gilanya.
"Kamu pikir papa nggak rayu mama kamu apa?! Udah papa rayu mati-matian kemarin dan hasilnya tetep nggak batal kan.. Itu karena kamu sendiri yang ganti cewek mulu dan itu yang buat mama kamu muak yang berakhir dengan jodohin kamu." Jelas Deo pada Gesa.
Gesa mengusap wajahnya kasar lalu meraih tangan Deo. "Gesa berangkat pa."
"Jangan lupa bawa calon istri pulang ke rumah dan jangan cewek murahan yang biasa kamu kencani. Papa nggak suka." Peringat Deo pada Gesa.
Tanpa menjawab penuturan sang papa, Gesa segera masuk ke dalam mobil mewahnya lalu pergi begitu saja menuju sekolah pagi ini.
"Bener-bener gila sumpah! Nikah beneran gue ya Tuhan." Gerutu Gesa dengan memukuli setir mobilnya.
"Harus Aira! Dia nggak akan berani atur-atur gue setelah pernikahan berlangsung dan gue bebas main sama siapa aja seperti masa lajang gue saat ini."
"Pagi sayang.." Ucap Gita saat Gesa menuruni mobilnya.
Gita merupakan salah satu cewek korban ghostingan seorang Gesa dan sialnya untuk saat ini Gita masih saja mengejar-ngejar Gesa seolah mereka berdua masih memilik hubungan yang lebih dari seorang teman.
"Pagi." Ketus Gesa lalu pergi begitu saja meninggalkan Gita dan antek-anteknya.
"Gitu doang? Seorang Gita yang cantik di cuekin sama Gesa sang pangeran sekolah? Nggak bisa nih kalo gue di giniin terus." Gerutu Gita dengan merapikan rambutnya.
"Lo nggak punya temen apa gimana sih? Berangkat sendiri pulang sendiri." Ucap Gesa yang berjalan di belakang Aira.
Aira yang awalnya hanya menundukkan kepalanya seperti biasa menoleh ke belakang dan mendadak kaget saat menabrak dada bidang milik Gesa.
"Maaf kak nggak sengaja.. Habisnya kak Gesa sih tiba-tiba muncul di belakang aku."
"Jadi lo nyalahin gue?!"
Mata Aira melotot tak percaya dengan ucapan Gesa. "Nggak! Kata siapa?" Tanya Aira dengan polosnya.
"Lo bawa bekal kalo sekolah? Lo nggak ada uang apa gimana?" Ketus Gesa seolah menghina Aira.
Namun hal tersebut sudah biasa menurut dirinya dan Aira bukan tipe cewek yang lemah hanya karena masalah hinaan. Bukan hanya hinaan dari Gesa saja, hampir setiap hari Aira merasakan hinaan dari teman sekelasnya maupun kakak kelas seperti Gita dan antek-anteknya yang tidak suka padanya.
"Ah ini kak, iya aku bawa bekal.. Kalo masalah uang aku ada sih, kenapa?" Tanya Aira dengan polosnya tak lupa tersenyum menatap Gesa.
"Terus ngapain bawa bekal kalo lo ada uang?"
"Hemat kak.. Kalo bisa bawa bekal kenapa harus jajan? Kan lumayan juga uangnya bisa di tabung."
Gesa mengulurkan tangannya yang membuat Aira mengernyitkan dahinya bingung.
"Kenapa kak? Minta apa? Mau bekal?" Tanya Aira kemudian.
"Ponsel Ra. Gue pinjem ponsel lo." Geram Gesa pada Aira.
Dengan cepat Aira mengambil ponsel yang ada di sakunya lalu menyerahkan pada Gesa.
"Buat apa kak? Jangan buka yang aneh-aneh aku masih kecil."
"Banyak bacot deh." Sarkas Gesa kemudian yang membuat Aira diam tak berkutik.
"Lo nggak punya pacar maupun temen chat cowok gitu." Tanya Gesa saat dirinya dengan berani membuka aplikasi whatsapp yang ada pada ponsel Aira.
Aira yang awalnya hanya menundukkan kepalanya mendongak begitu saja dengan membenarkan letak kacamatanya.
"Aku nggak punya temen cowok kak apalagi pacar, mana ada cowok yang mau sama aku orang jaman sekarang mandang fisik semua." Jelas Aira dengan menampilkan gigi putihnya dan itu terlihat imut di mata Gesa.
"Gue udah simpan nomor gue di ponsel lo, bahkan panggilan darurat lo yang angka satu itu nomor gue.. Jadi lo harus nurut sama gue."
"Gue orangnya nggak suka penolakan, nggak suka dibantah apalagi di bentak sama cewek.. Gue akan marah dan berperilaku kasar kalo ada orang yang berani sentuh milik gue."
"Nih ponsel lo." Lanjut Gesa dengan menyerahkan ponsel Aira.
"Lo taukan sekarang lo milik siapa dan harus nurut sama siapa? Kalo lo berani macam-macam sama gue, gue jamin hidup lo di sekolah ini nggak akan tenang."
Aira menganggukkan kepalanya takut-takut. "I-Iya kak aku faham kok." Cicit Aira pelan.
"Gue mau bekal lo!" Ucap Gesa kemudian.
"Tapi kak ini mas-"
"Gue mau bekal lo sekarang juga." Geram Gesa yang membuat Aira semakin takut.
Dengan perasaan ragu akhirnya Aira menyerahkan bekalnya pada Gesa begitu saja.
"Lo boleh pergi ke kelas dan lo harus sigap saat ada perintah dari gue lewat whatsapp maupun panggilan sekalipun."
Aira menganggukkan kepalanya lalu pergi begitu saja menuju kelas.
"*Berani banget si cupu deketin kak Gesa.. Nyari mati emang tu anak."
"Udah cupu sok kecantikan lagi."
"Tumben tu anak nggak bawa bekal, biasanya juga bawa bekal mulu tiap hari."
"Miskin kali makanya bawa bekal."
"Paket komplit ya. Udah cupu, nawarin diri ke kak Gesa, miskin lagi."
"Untung aja si cupu pinter, kalo nggak mana bisa sekolah disini*."
Begitulah hinaan pagi ini yang berhasil masuk ke dalam telinga Aira.
Setiap hari Aira selalu mendengarkan hinaan tersebut, mulai menjelek-jelekkan dirinya bahkan mengejek keluarganya yang miskin.
Sebenarnya Aira ingin menangis jika mendengar hinaan yang dilontarkan oleh teman-temannya, namun menurut Aira itu hanya sia-sia dan hanya membuang waktunya yang bisa ia gunakan untuk membaca buku.
"Jadi lo masih nekat deketin Gesa gue?!" Sarkas Gita yang tiba-tiba saja memasuki kelas Aira dengan memukul meja Aira keras-keras.
"Sini lo ikut gue." Ucap Gita dengan menarik lengan Aira kasar dan membawanya ke dalam toilet.
"Gue kemarin udah bicara baik-baik sama lo buat jauhin Gesa, tapi yang gue lihat tadi lo malah deketin Gesa gue.. Nyari masalah lo sama gue?!" Marah Gita dengan menyiram tubuh Aira dengan air bertubi-tubi yang membuat dirinya tak bisa bernafas.
"M-Maaf kak. Nggak gitu.." Ucap Aira di sela nafasnya dengan tersengal-sengal.
"Dasar murah!!" Umpat Gita dengan mencengkeram rahang Aira hingga kepalanya mendongak.
PLAK!!
Tamparan keras dari tangan Gita mendarat mulus di pipi Aira hingga meninggalkan bekas meras di pipinya.
"Gue peringatin sama lo sekali lagi cupu.. Kalo lo berani deketin Gesa lagi, hidup lo akan lebih hancur dari ini." Tegas Gita dengan mendorong rahang Aira kasar.
"Udah cupu, murah lagi."
"Makanya jangan cari gara-gara sama kita, mampus sendiri kan lo."
"Miskin aja belagu."
Umpatan teman-teman Gita untuk Aira yang sedang terduduk menggigil mendekap kedua lengannya dalam keadaan menahan tangis dan kedinginan.
"Udah hampir 2 tahun ini ya Tuhan aku selalu diperlakukan kek gini, mungkinkah sampai lulus akan seperti ini setiap hari?" Batin Aira mengeluh untuk pertama kalinya dan ini semua berawal dari Gesa..
Berawal dimana ia berdekatan dengan Gesa!
Dengan kaki yang sempoyongan, seragam yang basah kuyup dan penampilan yang jauh dari kata rapi serta rahang yang berdarah akibat cengkeraman kuku Gita, Aira berjalan menuju loker pribadinya.
Loker yang biasanya untuk menyimpan barang-barang dari masing-masing SMA Pertiwi yang disediakan oleh pihak sekolah.
"Pusing banget kepalaku." Gumam Aira dengan memijat kepalanya pelan.
Tes..
Tetesan darah yang jatuh begitu saja dari hidungnya semakin membuatnya panik sendiri. Kepala yang pening serta badan yang kedinginan karena ulah Gita yang mengguyur dirinya dengan air tanpa henti.
...🔥🔥🔥...
"Kak Gesa ngapain disini? Ini dimana?" Tanya Aira saat membuka matanya dan mendapati Gesa yang tengah duduk di sofa dengan melipat kedua tangannya di depan dada.
"Rahang berdarah, mimisan, muka pucat, seragam basah kuyup dan pingsan." Ucap Gesa lalu berdiri mendekat ke arah Aira dan duduk begitu saja di atas ranjang.
Flashback on,
"Ndre, hari kamis ada turnamen di SMA Angkasa ikutan nggak?" Tanya Jefri selaku ketua osis SMA Pertiwi.
Andre menatap Gesa. "Kapten ikut ya semua ikut lah." Jawab Andre kemudian.
Gesa yang tengah merokok di warung langganan mereka bertiga segera menoleh menatap Andre dan Jefri bergantian.
"Nanti kalo ikutan biar gue yang daftarin sekalian gitu lo, soalnya kata osis sama pendaftaran mau di tutup."
"Anak Angkasa juga berharap kalo Gesa si tampan ikut di sekolahnya." Lanjut Jefri kemudian.
"Masih pagi Ges dan lo udah ngerokok aja. Udah sarapan lo?" Tanya Andre kemudian.
Gesa menganggukkan kepalanya lalu membuang rokoknya begitu saja.
"Kata temen-temen kelas lo bawa bekal Ges, tumben.. Mama lo ke luar kota lagi?" Lanjut Jefri bertanya pada Gesa.
"Gue udah sarapan di rumah dan yang gue bawa itu bekal dari cewek gue. Mungkin nanti gue makan waktu istirahat."
Andre menatap aneh ke arah Gesa. "Cewek lo yang mana Ges? Secara cewek lo bejibun dan dimana-mana jadi bingung kan gue cewek lo yang lo anggap serius yang mana."
"Adik kelas, mangsa baru.. Cantik dan penurut lagi. " Jawab Gesa seolah mendefinisikan sosok Aira di matanya.
"Woahh mantap adik kelas, mangsa bar-"
"*GESA!! ANDRE DAN JEFRI..!! KALIAN MASUK KELAS SEKARANG ATAU BAPAK AKAN PANGGIL ORANGTUA KALIAN MASING-MASING*."
Teriakan pak Bowo membuat Andre tak melanjutkan ucapannya.
Mereka bertiga mulai berlari ke dalam kelas untuk menghindari hukuman dari pak Bowo selaku petugas BK hari ini.
"Gue ke kamar mandi dulu, ya kali masuk kelas mulut gue bau rokok." Ucap Gesa pada Andre dan Jefri lalu berlari begitu saja menuju kamar mandi.
Saat menuju kamar mandi dan pasti melewati lorong area loker siswa, mata Gesa melihat postur tubuh yang di kenalnya walaupun itu dari belakang.
"Ngapain tu anak disini? Mau bolos apa gimana si cupu."
Niat Gesa yang ingin membuat Aira terkejut, ia urungkan saat tiba-tiba saja tubuh Aira ambruk begitu saja dan dengan sigap Gesa berlari lalu menangkap badan mungil tersebut.
"Bangun Ra.. Lo denger gue?! Ra.. Aira!!" Ucap Gesa dengan menepuk pelan pipi Aira.
"Shitt.." Umpat Gesa lalu menggendong Aira dan berlari menuju mobilnya.
Tatapan semua anak SMA Pertiwi terutama cewek mengarah pada Gesa yang sedang menggendong sosok cewek cupu yang tengah pingsan di dekapannya.
Mereka semua tengah merasakan iri dan ingin menjadi Aira yang pingsan lalu di tolong oleh Gesa, apalagi dibawa dengan mobil mewah milik Gesa yang harganya terbilang sangat fantastis.
"Minta tolong buatkan surat ijin sakit atas nama Afigesa Deanova Putra kelas 12 IPA 1 dan Aira Kleantha kelas 11 IPA 2. Sekarang! Dan anter ke SMA Pertiwi." Suruh Gesa pada Jordi, asisten sekaligus orang kepercayaan Gesa dari usia Gesa masih kecil hingga sekarang.
"Bisa-bisanya dia basah kuyup kek gini dan dia diam aja." Gerutu Gesa dengan tangannya yang meraih rahang Aira.
"Mimisan, muka pucat dan rahang berdarah."
"Siapa yang berani nyakitin milik gue?!" Geram Gesa kemudian.
Gesa mengeluarkan ponsel dan mencari kontak sang mama. "Mama aku pulang sekarang.. Ini masih di jalan dan aku minta mama buat hubungin dokter Ronald sekarang juga buat dateng."
"Nanti aku jelasin di rumah.. Bye ma." Lanjut Gesa lalu menutup panggilannya begitu saja.
Flashback off.
"Lo kenapa sih sebenarnya? Jujur sama gue siapa yang lakuin ini sama lo." Tegas Gesa dengan menatap mata Aira intens.
Gesa sudah tahu semuanya bahwa Aira sudah lama menjadi korban bully di sekolah bahkan Gesa sudah melihat banyak foto dimana Aira disiksa secara fisik maupun mental oleh siswa lain di sekolah.
Aira menggelengkan kepalanya. "Tadi kepleset di toilet kak, terus basah semua seragam aku.. Btw makasih ya kak udah nolongin aku." Jelas Aira dengan senyum yang tulus menatap Gesa.
Gesa tau bahwa dibalik senyum tulus Aira ada kesakitan mental yang dialaminya. Selama 2 tahun dalam kesendirian di sekolah bahkan di bully setiap hari tanpa satu pun teman.
Dan Gesa mengakui bahwa Aira merupakan cewek kuat dan tulus..
"Kalo beneran kepleset bisa jelasin kenapa semua seragam basah, mimisan, wajah pucat dan rahang lo yang berdarah bekas kuku. Jelasin semuanya.." Ucap Gesa santai dengan melemparkan map berwarna coklat yang berisi semua foto pembullyannya selama 2 tahun ini.
"Kak Gesa dapat darimana?" Panik Aira dan mendekap erat map tersebut seolah takut pada Gesa yang akan memperlakukan hal yang sama seperti yang ada di foto tersebut.
"Gue nggak akan jahat kek mereka semua. Siniin mapnya."
"Siniin mapnya, Aira.."
Dengan ragu Aira menyerahkan map tersebut pada Gesa lalu mengusap air matanya kasar.
"Nangis aja jangan ditahan. Gue tahu lo gak pernah nangis kan bahkan di bully temen-temen lo sekalipun lo nggak pernah nangis.. Nangis sekarang."
"Luapin semua ketakutan, kesedihan dan rasa sakit lo selama 2 tahun ini dengan tangisan lo." Lanjut Gesa yang membuat Aira meneteskan air matanya tanpa sadar.
Gesa yang tak tega melihat keadaan Aira yang terpuruk bahkan secara fisik maupun mental tanpa sadar mendekap erat dalam pelukannya.
"Nangis yang kenceng Ra, keluarin semua rasa sakit lo.. Lo bukan robot yang nggak bisa nangis ataupun sedih." Ucap Gesa dengan mengusap lembut punggung Aira.
"Astaga kok udah peluk-pelukan gini padahal belum sah.. Gesa!! Lepas tangan kamu." Ucap Sofia yang tiba-tiba masuk ke dalam kamar milik Gesa.
Gesa yang sadar akan tingkahnya bersama Aira segera berdiri begitu saja. Sedangkan Aira mengusap air matanya kasar dan menahan malunya setengah mati.
"Kenalin Ra, dia Sofia Deanova mama gue." Ucap Gesa memperkenalkan Sofia pada Aira.
Aira yang berniat bangun dari ranjang segera di cegah oleh Sofia. "Di ranjang aja, mama tahu kamu masih sakit."
"Maaf ya tante, Aira ngerepotin.. Tapi habis ini Aira pulang kok, sekali lagi maaf ya tante." Ucap Aira tulus dengan tersenyum ramah menatap Sofia.
Mendengar ucapan Aira seketika Sofia menolehkan kepalanya menatap Gesa.
"Ges.. Mama suka yang ini, besok kita lamar Aira buat kamu nanti malam mama akan bilang sama papa kamu."
"Untuk kamu Aira, selamat datang di keluarga Deanova dan semoga kamu nyaman ya terutama harus menjadi istri yang baik serta bisa tobatin Gesa buat nggak main cewek lagi." Ucap Sofia pada Aira.
...🔥🔥🔥...
...SEE YOU NEXT PART, BRO 🤸...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!