NovelToon NovelToon

Puteri Bungsu Sang Duke

prolog

Harus menerima kenyataan pahit, ia melihat perselingkuhan pacarnya dengan sahabatnya.

Namun daripada melabrak ia lebih memilih untuk pergi dari sana, menurutnya ia hanya perlu memutuskan pacarnya.

Di lubuk hati yang paling dalam ia bersyukur karena ia selamat dari pacarnya yang ternyata memang buaya darat yang mengaku setia.

Sudah berkencan dengan dirinya juga sahabatnya, di masa kencan mereka pacarnya juga sangat sering dilabrak dirinya dengan seorang gadis tengah berc*uman di tempat umum dulu dia memberi alasan bahwa ia khilaf, namun sekarang.. bukankah ini yang disebut buaya darat?

Ia dulu masih sabar menunggu buaya daratnya berubah, namun realita tak semudah khayalan.

Ia malah melihat sang pacar berselingkuh dengan sahabatnya, cukup sudah kesabarannya saat ini!

Ia kini tengah berada di taman kota melihat hamparan rumput yang hijau, banyak anak-anak berlari kesana kemari namun sayangnya tiba-tiba tubuhnya tumbang begitu saja.

Ia sempat melihat bahwa orang-orang di sekitarnya semuanya berlari mendekat ke arahnya.

Namun...

SLAP

Matanya menutup sempurna tiba tiba ada panggilan yang ia dengar melalui telinganya.

"Hey manusia bangun!"

Ia membuka matanya secara perlahan lalu spontan membulatkan matanya pasalnya ia tidak mengenal tempat ini.

"Jangan terkejut, tapi kamu sudah mati ini kamu d-" ucapan cogan dengan sayap itu terpotong karena cerocosan diriku.

"Apa?! Umurku sependek ini? OMG! Kalau tahu begini tadi aku labrak aja dia astaga! Aku masih kuliah, bagaimana jika mama, papa sama Abang aku tahu?" Cerocos ku memotong perkataannya. Tak peduli apa yang difikirkan dia tentang diriku.

Aku bahkan tidak tahu namanya namun hanya satu yang kutahu, dia bukan manusia! Tentu saja memang ada ya manusia yang memiliki sayap? Mana ada! Kalaupun ada ya berarti manusia gadungan.

"Berisik," ucap orang itu menutup telinganya, telinga orang itu pasti berdengung sangat keras mengingat aku berucap hal demikian dengan agak keras. Namun tetap saja, aku sama sekali tidak peduli.

Eits! Bukan berarti aku bar bar hanya saja aku 'sedikit' bar-bar.

Sebenarnya aku hanya tidak mau diakui bar-bar! Entahlah sifat dan sikapku dari dulu sudah begini! Ah, mungkin ini sudah tercantum di gen ku sebab sifat ku mirip dengan sifat mama. Maka itu bukanlah sesuatu yang bisa ku hindari.

"Siapa kamu?" Tanyaku kemudian lalu menatap orang itu, yah dia cogan! Hanya saja, aku tau dia terlihat berbahaya.

Namun, sebagai seorang gadis tentu saja aku mengidam idamkan cogan, setiap hari aku mencari cogan walau aku sendiri sudah memiliki pacar.

Yah.. apa salahnya? Kan hanya sekedar cuci mata.

"Baru bertanya tentang aku? Aku dewa reinkarnasi," jawabnya singkat.

Seketika kata oh terlintas di benakku, tentu saja! Bukankah aku sudah bilang? dia bukan manusia.

"Sebenarnya temanku dewa pencabut nyawa salah mencabut nyawamu, seharusnya nenek tua yang berada di sekitarmu lah yang meninggal," terang dewa itu tanpa basa basi busuk.

Mendengar hal itu aku jadi merasa kalau dewa itu orang yang cukup to the point.

"Mana temanmu? Bisa bisanya dia ceroboh dalam mencabut nyawa orang! Dia fikir aku tidak ada keluarga? Asal dia tahu! Aku anak kesayangan mereka, bagaimana perasaan mereka? Kenapa temanmu itu merenggut kebahagiaan orang?"

"Apakah dia tidak bahagia disini hingga ingin membuat orang lain bernasib sama sepertinya? Maafkan perkataan ku yang sama sekali tidak sopan, namun aku tidak terima dengan hal ini!"

Tanpa memikirkan apapun aku berucap begitu tanpa jeda hingga membuat dewa itu menggeleng pelan entah apa tanda dari gelengan dewa itu.

Lalu dewa itu terlihat memejamkan matanya dan seperti menarik seseorang lalu..

TYAR

Cahaya terang berada di depanku tiba-tiba ada orang yang sama, seorang cogan dan memiliki sayap namun.. memiliki aura yang lebih gelap datang.

Sifat maupun sikapku memang kekanak Kanakan namun otakku lebih dewasa dari sifat yang ku miliki.

Aku yakin dia itu dewa pencabut nyawa yang mencabut nyawa ku yang sangat berharga.

"Dewa! Aku tahu aku ini hanya manusia biasa namun bisa kau pikirkan bagaimana sedihnya keluargaku terutama kedua abangku? Bentar lagi Abang pertamaku nikah tapi aku malah berada disini tanpa memberinya ucapan selamat. Sekarang mama itu perempuan sendiri di keluarga inti! Bagaimana dewa sepertimu bisa salah? Tolong! Tugasmu itu berbahaya, jangan ceroboh."

Aku makin marah ketika melihat pelaku dari kejadian tiba-tiba yang aku alami namun balasan dari dewa pencabut nyawa itu sangat mencengangkan.

"Aku tidak tahu, aku fikir kau yang harus ku cabut nyawanya." begitu balasan dewa pencabut nyawa.

Mendengar balasan yang tak masuk di akal aku berniat menjambak rambut dewa itu, sudahlah aku tidak peduli! Siapa yang jadi korban disini? Dia yang salah mencabut nyawa! Dia pikir nyawa itu bisa di-refill?

Sepertinya dewa reinkarnasi melihat keadaan yang hampir baku hantam.

Ia langsung berucap "Kamu akan ku kirim ke tubuh salah satu Puteri bangsawan di kehidupan pertamamu, selesaikan masalah mu yang belum tuntas disana."

"Hey! Apa maksudmu? Setidaknya beri tahu aku kemana aku akan-"

Belum sempat aku mengeluarkan seluruh argumentasi yang aku simpan aku keburu hilang akibat sihir dewa itu.

Mataku terpejam, hawa dingin melingkupi tubuhku. Bahkan, aku merasa bahwa tubuhku kini sudah ma ti rasa.

________________________

Huhuhu maaf.. ini novel fantasi kedua author, jadi mohon dukungannya ya!.

- Nadira

01. Aku.. Pamella?

Ketika aku bangun aku berada di sebuah bangunan seperti yang ada di sejarah-sejarah masa lalu, bangunannya yang begitu kuno mampu membuatku terdiam sejenak. Dan tiba-tiba aku mendengar suara langkah kaki mendekat dengan tergesa-gesa.

Sontak, kewaspadaan ku meningkat tajam.

"Pamella, Kamu disini?"

Suara itu terdengar dari arah belakang ku yang baru saja mengalami hal di luar ilmiah.

Kemudian aku berbalik dan menatap sosok pria yang lumayan tinggi dan tentunya.. tampan!.

"Eh an*ing mamak!" Kaget ku pasalnya aku belum pernah melihat orang se-cogan ini! Dan orang ini tiba tiba muncul di belakangku, apa urusannya dengan diriku?

Lalu aku melihat tangan ku sangat putih dan halus, eh tunggu putih? Kulit ku berwarna sawo matang! Bukan putih.

"Kamu itu bicara apa Pamella?" Tanya pria itu penasaran.

Tunggu dulu siapa yang dia panggil? Nama ku bukan pamella! Yang benar saja.

"Mohon maaf! Tapi saya bukan pamella!" Bantahku keras.

Pria itu terlihat bingung dengan ucapan ku seraya membalas "kamu itu kenapa? Pamella jangan membuat kakak takut!"

"Hidih cogan tapi kok ngga jelas! Pamella-Pamella siapa coba yang dipanggil?" Sahut ku tanpa jeda.

Tiba-tiba aku teringat sesuatu, seketika tubuhku menegang. Bukankah.. tadi dewa reinkarnasi bilang kehidupan pertama? Memang aku di kehidupanku sebelumnya itu sebuah reinkarnasi dari hidup pertamaku ya?

Kalau begitu...

"Maksud kamu apa Pamella? Siapa yang tidak jelas?, lagipula nama kamu kan Pamella!" Pria itu terlihat makin bingung dengan ucapan ku.

"E-eh nama ku Pamella?" Tanya ku pada dirinya dengan sedikit ragu.

"Iya! Kamu fikir nama kamu siapa? Dan kenapa kamu terlihat bingung seperti itu?" Tanya balik pria itu padaku.

"Hahaha, aku.. aku tidak tahu," jawab Pamella namun lirih seolah berharap agar pria itu tidak mendengar dirinya.

"Bagaimana bisa kamu tidak tahu nama mu?" Tanya pria itu penuh selidik serta curiga dengan diriku tatapannya yang seperti menginterogasi membuat ku gugup, ternyata telinga pria itu tajam juga!

Ah, aku harusnya tidak boleh bertingkah mencurigakan.

"S—siapa yang bilang kalau aku tidak tahu?" Tanya balik ku berusaha menutupi ucapan ku tadi.

Masalahnya jika ini benar kehidupan pertamaku berarti aku harusnya mati dong? Kan aku nanti bereinkarnasi di masa depan.

Tapi sayangnya reinkarnasi diriku mati gara gara kesalahan dewa ceroboh itu!. Ah sudahlah, makin ku pikirkan maka diriku akan bertambah kesal.

"Kamu tadi bilang begitu! Jangan berbohong Pamella! Kakak ingin kamu jujur, sebenarnya kamu ini kenapa?" Tanya pria itu tegas.

Eh.. tunggu kakak? Aku punya kakak selain abang ku? Apa jangan jangan abang ku juga bereinkarnasi di masa depan ya?

Lah tapi, kenapa yang ini hanya ada satu? Satunya mana? Ada sesuatu yang.. agak menjanggal kali ini.

"K-kakak.. aku hanya.. hanya.. bercanda! Iya bercanda," bela ku atau mungkin kita akan mulai menyebut diriku dengan nama Pamella.

"Benar hanya bercanda? Kamu buat kakak benar-benar khawatir!" Balas kakak cogan itu, entah siapa namanya.

"Kak ini dimana? Nama kakak dan nama keluarga ku siapa?" Tanya Pamella pada orang yang mengaku menjadi kakaknya. Tentunya dengan mengabaikan ucapan orang yang mengaku sebagai kakaknya.

"Kenapa kamu bertanya hal seperti itu Pamella?" Tanya pria itu yang tidak dikenal oleh pamella, aneh sekali kenapa ingatan-ingatan di sini tidak terkumpul lagi di otak sempit nya ini?

Kan biasanya di masa lalu para tokoh yang kembali mengulang waktu akan mendapat ingatannya? Kenapa pamella tidak? Sungguh mengherankan.

‘Jangan-jangan para dewa itu tak ikhlas memberiku kesempatan untuk hidup kembali,’ batin Pamella.

"Kakak, oh ayolah ikutlah bercanda denganku," jawab Pamella, alasan yang cukup masuk akal saat ini.

"Ahahah baiklah-baiklah, kita sedang ada di bukit tertinggi di negeri alpensha, namamu Pamella thomson dan aku Yudha thomson, ayah kita bernama yunusha Thomson ayah kita seorang Duke, dan pelayan pribadi mu adalah sunnie, kau Puteri bungsu dan kesayangan keluarga Thomson."

Jelas kakaknya pada pamella, Yudha Thomson yah itu namanya. Aesthetic tentunya.

"Woah, banyak ya anggota di keluarga kita!" Sorak Pamella yang sebenarnya pura-pura mengagumi pasalnya kepalanya cukup pening ketika mendengar nama-nama asing itu.

Nama itu begitu rumit hingga Pamella agak susah dalam pengucapannya. Namun berhubung Pamella berpendidikan maka ia akan mempelajarinya pelan-pelan.

"Sikap mu benar-benar aneh Pamella, ekspresi mu itu seperti benar-benar terkejut saja," sahut Yudha kebingungan, sifat adiknya bukan seperti settingan!.

"Hahaha, itu berarti aku pandai bersandiwara kak!" Timpal Pamella tertawa kecil.

' tentu saja balasan ku kan bukan settingan peak! Jadi ya seperti kenyataan dong!' batin Pamella.

"Pamella, sudahlah ayo pulang ayah menunggu diri mu," ajak Yudha pada Pamella lalu menarik pergelangan tangan Pamella.

Pamella hanya menurut toh dia tidak tahu dimana letak kediamannya kan? Kira kira bagaimana ayahnya disini? Apa ayahnya akan bertolak belakang seperti kehidupan masa depannya?

Eh tunggu bukankah kakaknya bilang kalau Pamella itu kesayangan keluarga? Berarti ayah nya disini juga menyayangi dirinya kan? Jika ayahnya jahat seperti ‘badjingan’ maka bisa dipastikan bahwa Pamella akan selalu menebar tatapan-tatapan bombastic side eye.

Lamunan demi lamunan mengisi perjalanan Pamella hingga Pamella tidak menyadari jika dirinya dan Yudha sudah sampai di kediaman mereka.

________________________

Sttt jangan seperti tokoh di atas ya! Bagaimanapun juga, kita harus tetap selalu sopan.

Seperti biasa sampai jumpa di chapter selanjutnya, see u again guys!.

- Nadira

02. Kediaman

Pamella terdiam begitu lama hingga Yudha menepuk bahu gadis itu lalu bertanya "kamu kenapa Pamella?"

Dengan sigap dan gelagapan Pamella menjawab "aku baik baik saja kak!"

Dan kini ia bisa melihat bangunan yang menjadi rumahnya mungkin lebih pantas disebut mansion, pasalnya ukuran rumah ini terlalu besar!.

"Kakak ini mansion kan bukan rumah?" Tanya Pamella pada Yudha, kakak laki lakinya. Kalau dilihat dari tingginya, ia dan Yudha harusnya hanya berjarak tiga tahun.

"Ma-manisa?" Tanya Yudha tidak mengerti.

"Bukan Manisa kak! Mansion, m-a-n-s-i-o-n!" Jawab Pamella sambil mengeja setiap huruf agar kakaknya tidak salah lagi.

"Apa itu man-mansion?" Tanya Yudha tidak mengerti.

"Eh tunggu, Ini abad ke berapa kak?" Bukannya menjawab Pamella malah menanyakan hal baru.

"Kamu itu kenapa Pamella? Dari tadi sikap mu sangat aneh, itu terlalu melenceng dari yang biasa kau lakukan," balas Yudha menaikkan sebelah alisnya, kakaknya orang yang cukup hangat disini.

"Lagipula kan ini kediaman kita, darimana pula kau mendapat kosakata aneh seperti itu?" sambung Yudha menatap makin curiga ke arah Pamella.

Lalu kenapa di masa depan udah kayak es batu aja? Di masa depan abangnya ini overprotektif, posesif dan tentunya kutub.

Itulah yang membuat dirinya sedikit di istimewa kan, apalagi sang calon kakak ipar sangat baik padanya, jika saja dewa pencabut nyawa itu tidak salah mencabut nyawa dirinya!

Melihat sifat dan sikap abangnya mungkin di masa depan mungkin sekarang dia sangat sedih karena diriku adik satu satunya, dan sekarang dia..

Ah sudahlah daripada mengenang masa lalu lebih baik jalani yang sedang berlaku!.

"Tidak kok kak, Mana mungkin tadi aku aneh? Orang aku normal begini," Balas Pamella kikuk, belum-belum ia sudah dicurigai seperti ini nantinya bagaimana dong?

Pamella memang sangat tak berbakat dalam bidang ‘akting.’

"Iya, dari tadi kamu aneh oh bukan! lebih tepatnya sangat aneh," sahut Yudha, akibatnya mereka berdua tak segera masuk ke dalam dan hal itu ditangkap oleh pandangan sang ayah yang memang memiliki mata bak elang.

Selain itu telinga ayahnya cukup tajam hingga bisa mendengar suara tapak kaki yang berhenti kira kira sebelum masuk rumah.

Akhirnya ayah mereka menunggu di tempat duduknya agar kedua anaknya selesai berdebat namun setelah mereka berdebat selama beberapa menit ia akhirnya buka suara.

"Yudha, Pamella! Kenapa kalian tidak masuk?" Tanya ayahnya menatap intens ke Yudha dan pamella, lebih tepatnya hanya Pamella.

Biasanya gadis itu selalu manja kesana-kemari, biasanya ia langsung memeluk sang ayah lalu berucap "ayah, aku merindukanmu."

Dan ayahnya hanya bisa tersenyum mengusap kepala anak gadisnya lalu membalas "ayah juga merindukan kamu Pamella", namun sekarang? Apa yang terjadi saat ini?.

"Pamella.. ada apa dengan dirimu? Kenapa kamu terlihat aneh hari ini?" Tanya ayahnya lagi dengan alis mengkerut.

"Benar kan ayah? Pamella aneh sekali hari ini," balas Yudha mendukung sang ayah.

Pamella hanya mampu tersenyum kikuk "aneh bagaimana maksudnya kak, ayah? Aku tidak aneh sama sekali!" Jawab Pamella lalu memajukan bibirnya.

"Huh, ini sudah sore kalian masuk sana, Pamella sunnie sudah menunggu dirimu di kamar. Yudha, kamu juga harus masuk," ajak ayahnya menengahi perdebatan yang hampir terjadi lagi di antara kedua anaknya.

"Baik ayah," patuh Pamella lalu masuk ke dalam, ia tidak mau bertanya posisi kamarnya karena itu pasti akan menimbulkan kecurigaan lagi.

Ia hanya perlu mencari kamar dengan desain menarik, mengapa? sebab ia saat ini menjadi pamella Thomson Puteri bungsu sang Duke juga anak, adik bahkan nona kesayangan.

Tak perlu lama mencari matanya tertuju ke arah pintu dimana desain dan ukirannya sungguh sangat indah, bisa ia pastikan kamar ini adalah kamarnya.

Pamella pun masuk kedalam di dapatinya seorang gadis yang berambut kuning bermata hitam menatapnya senang saat ia memasuki kamarnya.

"Nona, akhirnya anda kembali saya khawatir nona akan melakukan sesuatu yang nekat" ucap sunnie bahagia lalu menunjukkan gaun-gaun yang ia siapkan sesuai selera nona mudanya.

"Tunggu, nekat?" Ulang Pamella hati-hati, ia sungguh lupa dengan semua elemen yang pernah terkumpul di otaknya tentang kehidupan pertama dirinya.

Jadi semuanya terasa membingungkan.

"Benar nona, tapi saya bersyukur nona tidak senekat itu," balas sunnie tersenyum bak matahari sekarang Pamella tahu kenapa gadis itu diberi nama sunnie karena memang senyumnya sangat hangat dan ceria seperti matahari.

"Memangnya kenapa?" Tanya Pamella penasaran, ia ingin tahu semua yang pernah ia lihat, datangi dan sukai, agar ia tak terlihat mencurigakan lagi.

"Nona lupa?" Tanya balik sunnie lalu menunjukkan gaun pada Pamella seraya bertanya namun topiknya berbeda.

"Nona, anda suka gaun yang berwarna biru atau ungu?"

"Sunnie! Jangan mengalihkan pembicaraan dulu!" Sahut Pamella menghela nafasnya kesal.

"Maaf nona, tapi hari sudah mulai sore. Saya hanya khawatir dengan kesehatan nona," ucap sunnie takut-takut, ia hanya tak mau nona muda mereka sakit.

"Ehh jangan takut! baiklah aku memilih gaun yang berwarna ungu," balas Pamella ketika melihat raut wajah ketakutan dari sunnie.

Memang dia se-menyeramkan itu ya tadi?.

Sekalian ungu adalah warna favorit nya, dan ia juga ingin tahu bagaimana wujud dirinya disini.

Yang pasti ia mau menelusuri jejak, bagaimana dirinya bisa meninggal disini dulu.

Ia jelas tak mau mati lagi, ingat! Setahu dirinya ia sudah mati 2 kali, sudah terlalu banyak kematian yang ia alami, lebih baik ia menetralisir masalah agar kematiannya tak cepat-cepat!.

Kematian, yah itu adalah hal yang sangat menakutkan.

________________________

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!