Teeettt ... teeettt ... teeettt ...
Bel tanda waktunya pulang sekolah berbunyi.
Semua murid di SDN 1 Magenang keluar dari lokalnya. Mereka yang bawa sepeda langsung menuju parkiran untuk mengambil sepedanya.
Begitupun dengan Yasser, murid kelas 5, yang mempunyai perawakan tinggi, putih, dan rambut yang ikal.
Dia mendayung sepedanya dengan hati-hati ke arah jalan pulang rumahnya.
Jalannya tidak terlalu ramai kendaraan lainnya, karna memang sekolahnya masuk gang. Dan arah rumahnya tidak harus memotong Jalan Raya.
Dia terus mendayung sepedanya dan menyapa teman-temannya yang berjalan kaki dengan berkata: "Duluan ya".
Dia terus mendayung dan "Bruuuk," tangan Yasser menepuk sebuah tas belakang yang sedang dipakai oleh siswi satu lokal dengannya, mereka tinggal masih satu RW, dan arah pulang mereka juga sama.
"Eeh si hitam gak di jemput ya, pulang bareng sama aku aja yok, tapi naiknya di ban sepeda." Ucap Yasser dengan tawa ejekannya, mengangetkan Silvi yang lagi jalan kaki pulang sekolah. Silvi hanya melihat kelakuan Yasser, kemudian membuang muka dan terus berjalan tanpa menghiraukan ocehan Yasser.
Silvi, siswi berkulit kuning langsat, cenderung lebih gelap dari kulitnya Yasser, makanya Yasser sering memanggilnya dengan si hitam, tapi Silvi memiliki wajah yang oval, dengan lesung pipi kirinya, tidak akan mengurangi ketakjuban orang-orang yang melihatnya, dan akan berkata, "MasyaAllah, manis sekali gadis kecil ini." Begitu lah pujian setiap orang yang baru melihat senyum Silvi.
Yasser dan Silvi bak ibarat Tom and Jerry, yang tak pernah akur.
Dibandingkan dengan postur tubuh Yasser, Silvi lebih pendek dan bertubuh ramping, dan Yasser bertubuh tinggi dan berisi. Dan itu membuat Yasser sering mengganggu Silvi dengan memegang kepalanya.
Silvi terus berjalan mempercepat langkahnya, dan Yasser masih mengganggunya, tiba-tiba dari kejauhan terlihat Umminya silvi dengan motor, Yasser langsung mandayung sepedanya dengan cepat meninggalkan Silvi.
"Assalamu’alaikum kakak Silvi sayang, ummi minta maaf telat jemput sayang ya, yok naik," Ajak Umminya Silvi dengan menghentikan motornya di samping silvi. Kemudian mengulurkan tangannya dan Silvi mencium tangan Umminya.
"Mi Adek mana, kok gak ikut?" Tanya silvi sambil naik ke atas motor.
"Adek lagi tidur, Ummi titipin bentar sama Bibi Ayu," jawab Umminya Silvi.
"Ooo ... ." Jawab Silvi tanpa bertanya lebih lanjut, Umminya Silvi menstarter motor dan pulang kerumah.
5 menit kemudian mereka sampai di rumah.
"Kakak turun ya, buka pintu pagarnya," perintah umminya Silvi dengan menghentikan motor di depan pintu pagar rumahnya.
Silvi turun dari motor dan membuka pintu pagarnya, mamanya memasukkan motor dan memarkirnya di garasi, dan Silvi menutup kembali pintu pagar, Silvi yang sedang mengunci pagar melihat Yasser lewat dengan mendayung sepeda melewati Silvi menuju arah rumahnya Yasser, Yasser hanya melihat sekilas ke arah Silvi, dan Silvi mendengus dengan jengkel.
Silvi membuka sepatu dan masuk ke dalam rumah, "Assalamu’alaikum," ucap Silvi dan Umminya bersamaan.
"Wa’alaikum salam," Jawab Bibi Ayu dari dalam yang lagi duduk dekat ayunan Dedek Ghifari.
"Ada bangun Ghifarinya Kak Yu?" Tanya Ummi sama Bibi Ayu,
"Gak ada Sel, kalau gitu aku pamit Sel ya, belum sholat zuhur," ucap Bibi Ayu,
"Iya kak, makasih banyak Kak ya," ucap Ummi.
"Iya, sama-sama." Jawab Bibi Ayu sambil beranjak untuk pulang.
Bibi Ayu tetangga sebelah kirinya Silvi, dia hanya IRT biasa, anak-anaknya udah dewasa, yang bungsu masih duduk di bangku SMA kelas 3. Ibunya Silvi memanggilnya Kak Yu, karna umur bibi Ayu lebih tua dari Umminya Silvi, dan Bibi Ayu memanggil mama Silvi dengan Selli, karna itu nama Mamanya Silvi.
"Ya udah Kakak Silvi ganti baju, wuzhu, kita sholat dulu ya, baru makan," ucap Umminya Silvi.
"Iya Ummi." Silvi nurut dan langsung ke kamar mengganti seragam sekolah dengan baju biasa. Dan menuju ke kamar mandi untuk untuk berwudhu.
Umminya pun ikut berwuzhu, mereka sholat berjamaah di samping ayunan dedek Ghiffari, biasanya mereka sholat bertiga sama Abinya, tapi Abinya belum pulang kantor. Siap sholat Silvi melipatkan kembali mukena yang dia pakai, dan merapikannya di tempat biasa. Dan langsung menuju meja makan, karna sudah sangat lapar. Umminya pun ikut ke meja makan.
Dia menyendokkan nasi kedalam piringnya, dan mengambil lauk yang udah di masak Umminya
"Ummi, Yasser selalu gangguin kakak di sekolah," adu Silvi sama Umminya.
"Yasser yang mana?" tanya Umminya Silvi.
"Itu Mi, yang rumahnya di ujung gang sana," jawab Silvi
"Ooo ponakan Bi Ayu?" tanya Ummi lagi.
"Iya Mi, Ummi bilangin lah sama dia, jangan gangguin kakak terus, kakak sering nangis gara-gara dia Mi, direbut buku, di pegang kepala, dibuat kaget, pokoknya macam-macam dia buat untuk ganggu silvi mi, kesel Silvi, benci Silvi liat muka dia Mi." Curhat Silvi panjang lebar sama Umminya.
"Man gak ada Silvi lawan?, seharusnya Silvi bilang baik-baik sama dia, jangan gangguin Silvi, karna Silvi gak gangguin dia," Ummi Silvi mencoba memberi nasehat.
"Udah mi, cuma dia nya aja jahat, jahatnya cuma sama Silvi, sama anak yang lain gak ada," ucap lagi Silvi.
"Ya udah, besok Ummi ajak bicara Yasser ya, ya udah cepat habisin makannya, trus tidur siang," perintah Umminya Silvi.
Silvi menghabiskan makanannya dan membawa piring kotor ke tempat cuci piring.
Dia masuk kamar dan merebahkan badannya di kasur empuk miliknya. Tak perlu waktu lama, dia langsung tertidur karna kelelahan.
Sedangkan Ummi nya Silvi ke depan membereskan mainan Ghiffari dan memasukkan nya dalam keranjang mainan. Dan melanjutkan memberes tumpukan dagangan jilbab nya. Umminya silvi mengisi hari dengan jualan jilbab online dan offline sambil mengurus adiknya Silvi yang berumur 2 tahun.
Sedangkan abinya Silvi bekerja di sebuah kantor ekspedisi sebagai manajer, sehingga setiap pagi mobil Abinya Silvi selalu penuh dengan paket orderan jilbab Umminya. Dan sore baru pulang dari kantornya.
Ke esokan harinya.
Seperti biasa, Silvi diantar Umminya kesekolah dengan motor.
“Abi, titip Ghiffari bentar Bi ya, ummi antar Silvi dulu ke sekolah, gak lama, Ghiffari masih tidur di kamar,” Umminya silvi berbicara sama Abinya Silvi yang sedang minum kopi di depan tv.
“iya Mi.” jawab Abi.
15 menit kemudian mereka sampai di sekolah nya Silvi.
"Mi, nanti Ummi marahin si Yasser itu ya, biar dia gak brani ganggu-ganggu Silvi lagi," Ucap Silvi sambil turun dari motor, dan mencium tangan Umminya.
"Iya ... iya ... , Kakak masuk terus, nanti Ummi bicara sama Yasser." Jawab Umminya Silvi sambil membelokkan arah motor.
Umminya Silvi memilih untuk duduk di kantin luar sekolah untuk menunggu Yasser.
Tiba- tiba umminya silvi teringat.
“O iya, saya lupa Ghiffari tadi kan saya titip sama Abi, gak bisa lama-lama ini, nanti Abi telat ke kantor, aduh ... mana udah janji sama Silvi pula buat bicara sama si Yasser, ya udah lah lain kali aja bicaranya, kalau ada waktu, maafin Ummi Silvi sayang ya, Ummi usahain besok yang ter baik untuk kamu sayang ya,” Gumam Umminya Silvi sambil melajukan motor pulang ke rumah.
“Assalamu’alaikum,” Ummi memberi salam sambil masuk ke dalam rumah.
“Wa’alaikum salam Mi, adek udah bangun ni Mi, udah Abi ganti popoknya juga, udah Abi mandiin, udah segeran ini,” Celoteh Abi dengan gaya bicara anak-anak sambil menggoyang- goyangkan badan Ghiffari, Ghiffari tertawa lucu di pelukan Abinya.
“Udah wangi anaknya Ummi, sini sama Ummi, Abi mau brangkat kerja dulu,” Ummi berkata sambil mengambil Ghiffari dalam gendongan Suaminya.
“Oa Bi, paket yang harus Abi bawa udah Ummi masukin semuanya ke mobil Bi ya, nanti jangan lupa seperti biasanya, resinya Abi kirim ke wa Ummi ya,” sambung Ummi lagi.
“Siap.” Abi berdiri tegak dan memberi hormat di depan Umminya Silvi, kemudian mengulurkan tangan untuk Istrinya, Istrinya mengambil tangan Suaminya dan menciumnya sambil tersenyum,
“hehe ... hati-hati Abi sayang ya,” Ummi berkata dengan cengengesan.
Di sekolah Silvi.
Pelajaran dimulai seperti biasanya. Ketika jam istirahat tiba. Silvi berpikir Yasser tak akan mengganggunya, karna dia udah nyuruh Umminya untuk tegur Yasser.
Silvi sedang makan bekal yang sudah Umminya siap kan dari rumah.
Umminya Silvi lebih sering menyuruh Silvi membawa bekal dari rumah, supaya Silvi gak sering jajan sembarangan.
Lagi asyik makan, tiba-tiba
“Plaak.”
“Awww.” Rintih Silvi.
Sebuah benda yang dilempar tepat mengenai kepala silvi dan masuk dalam bekalnya Silvi, dilihatnya benda itu, segenggam es mambo yang udah dihisap yang berhamburan dalam bekalnya, entah siapa pelakunya.
Silvi memutar kepala mencari siapa pelakunya, dilihatnya ada seseorang yang sembunyi di balik kursi.
Silvi memutar pandangannya, seperti mencari sesuatu, dan mengambilnya. Silvi menemukannya, dan di ambilnya batu kecil berukuran jempolnya itu dan menggenggamnya erat-erat, matanya sudah berkaca-kaca menahan amarah.
Dia berjalan pelan ke arah seseorang yang masih bersembunyi itu.
Dan tiba-tiba ...
“Aaa ... kaburrr.”
Anak laki-laki tersebut berteriak keluar dari persembunyiannya, dan itu Yasser, dia lari keluar kelas menghindari dari amukan Silvi.
Tapi naas.
Batu kecil dalam genggaman Silvi pun melayang secepat kilat ke arah Yasser yang sedang berusaha kabur. Dan ...
“Tuk.”
Pantulan suara hasil dari pertemuan batu kecil dengan kepala si Yasser.
“Aduuhh ...”
Yasser meringis sambil mengelus kepalanya dan terus berlari keluar kelas dengan cepat.
Air mata Silvi tumpah secepat batu kecil yang dilemparnya, dia marah, sakit hati, dan sedih. Bekal yang baru di cicipinya di penuhi dengan es bekas hisap orang yang menjijikkan.
“Dasar anak idiot, anak gila kau.” Silvi terus mengumpat ke arah Yasser dengan air mata yang terus mengalir, siswa-siswi lain mulai berkerumun menyaksikan drama di hadapan mereka.
“Kenapa ini, kenapa?” Tiba-tiba salah seorang guru membubarkan kerumunan siswi.
“Kamu kenapa?” tanya pak Rusli pada Silvi.
“Ss ... si Yasser pak,” jawab Silvi terbata-bata karna masih terisak.
“Ya udah ikut bapak aja sini, nanti di ruang BP kalian jelasin, mana si Yasser, panggil si Yasser, suruh ke ruang BP.” Perintah pak Rusli dengan suara marah sambil melangkah keluar kelas di ikuti oleh Silvi.
“Tunggu disini, bapak panggil wali kelas kalian dulu, biar kalian di hukum, asik berantem aja!” Pak Rusli memberi perintah dengan membentak.
Silvi melirik ke belakang nya, ternyata udah ada Yasser di belakang dia, makanya pak Rusli tadi bilang kalian.
“Ehh ... anak-anak bapak, masuk sini,” Pak Anwar keluar dari ruang kantor dan meminta mereka masuk ke ruang BP bersamanya.
“Kamu duduk disitu, dan kamu duduk di situ.” Perintah pak Anwar sambil memainkan telunjuknya ke arah mereka.
Mereka nurut seperti aba-aba pak Anwar, Silvi duduk di kursi dekat dengan dinding, dan Yasser duduk di kursi depannya Silvi yang di pisahkan oleh meja persegi, dan pak Anwar duduk ditengah mereka berdua.
Pak Anwar mengambil kertas dan pulpen.
“Nama kamu siapa?” tanya Pak Anwar pada Silvi dengan mununjuk ke arah Silvi menggunakan pulpen nya.
“Silvia Labiqa Raisya,” Jawab silvi gugup.
“Kamu?” lanjut pak Anwar dengan menodongkan pulpen ke arah Yasser.
“Khaleed Yasser Asy-Syam,” Jawab Sem dengan menunduk.
Pak Anwar menulis nama mereka berdua dikertas, kemudian mencoret satu persatu huruf nama mereka.
“Ooo ... ini banyak bintangnya si Yasser, makanya Yasser sering gangguin kamu Silvi, kalian ber dua Berjodoh ini, ya udah kalian duduk dulu disini ya, Bapak kesana bentar.” Ucap pak Anwar sambil beranjak masuk ke ruang data.
(“Jodoh apaan, liat mukanya aja aku mau muntah, macam anak idiot.”) Silvi mengumpat kasar dalam hatinya.
“Ini minum dulu teh nya ya.” Seorang guru PKL yang piket dapur menyodorkan 2 gelas teh dan 4 potong kue lapis untuk mereka.
Mereka berdua tak berkutik di tempat duduk mereka.
2 jam berlalu, teh dalam gelas mereka berdua udah habis, sedangkan kue belum tersentuh satu potong pun. dan mereka ber dua masih di ruang BP. Tapi tak satu kata pun keluar dari mulut mereka berdua.
Teeettt ... teeettt ... teeettt
Bel pulang sekolah pun berbunyi, Yasser dan Silvi sudah terlihat gelisah, mereka menoleh kesana sini mencari keberadaan pak Anwar.
Tiba-tiba pak Anwar keluar dari ruang data.
“Lho, ternyata kalian masih disini, lupa bapak sama kalian, ya udah kalian pulang, takut nanti orang tua kalian nunggu lama, ingat itu, jangan berantem lagi.” Pak Anwar memberi nasehat yang singkat dan padat.
Tak ada hukuman, tak ada penyelesaian masalah, mereka malah di jamu bak tamu special yang datang ke sekolah.
Mungkin hukuman untuk mereka dengan menyuruh mereka duduk 2 jam lebih tanpa bisa bergerak bebas. Entahlah, terkadang cara pak Anwar menyelesaikan masalah siswi-siswi nya aneh.
Yasser dan Silvi masuk ke lokal untuk mengambil tas mereka, Yasser lebih dulu keluar pulang, sedangkan Silvi harus membereskan tempat bekalnya, masih tersisa banyak nasi dan lauknya.
Di pandangnya lauk kesukaan dia masakan Umminya.
(“Lauknya banyak kali masih, dibuang sayang, di makan jijik,”) Silvi bergumam sendiri.
Kemudian dia berinisiatif menuang lauknya di atas plastik dekat tong sampah, karna biasanya ada kucing liar yang mencari makan dalam tong sampah sekolah.
Silvi keluar kelas, dan menuju gerbang sekolah, sudah ada Ummi dan adiknya Ghiffari dalam gendongan Umminya.
“Assalamu’alaikum kakak,” Ucap Umminya dengan semangat menyambut putri kesayangannya.
“Wa’alaikum salam,” Dengan wajah cemberut Dilvi menjawab salam Umminya, kemudian mencium tangan Umminya , lalu naik ke atas motor, dan Umminya melajukan motor ke arah rumah mereka.
Sesampainya dirumah.
Silvi membuka sepatu tanpa melepaskan kaos kaki dan masuk ke rumah, dan duduk di sofa sambil melempar kasar tas punggungnya ke sofa.
Ummi hanya berdiri menatap tingkah gadis kecilnya sambil menggeleng gelengkan kepala.
“Ummi, tadi Yasser masih gangguin Silvi Ummi,” Silvi mengadu pada Umminya dengan menangis.
“Ummi marahin yang kasar Ummi si Yasser itu, dia tadi jahat sama Kakak, Kakak lagi makan, dia lempar es mambo kena kepala Kakak, es nya masuk ke makanan, padahal baru dikit Kakak makan.” Lanjut nya lagi.
Ummi duduk di sampingnya, membuka gendongan adiknya, dan membiarkan adiknya main dengan mainannya. Kemudian memeluk Silvi sambil membelai rambutnya.
“Besok Ummi bicara sama si Yasser kak ya, Ummi minta maaf, tadi Ummi gak sempat tunggu Yasser, karna adek Ummi titip sama Abi, Abi harus ke kantor.” Ummi menjelaskan dengan hati-hati agar tidak memperkeruh suasana.
Silvi melepaskan pelukan Umminya dan berkata “Jadi Ummi gak jadi marahin si Yasser tadi?”
Umminya menggeleng dan berkata, “ Besok Ummi usahain untuk bisa bicara sama Yasser ya.” Bujuk Umminya dengan mengelus lembut rambut silvi. Silvi hanya mengangguk, dan kembali memeluk Umminya.
“Ya udah, sana ganti baju kita sholat, terus makan.” Kata Umminya, Silvi mengambil tasnya, dan masuk ke dalam kamarnya, melakukan aktifitas rutin seperti biasanya.
Ke esokan harinya.
“Bi, abi bisa telat ke kantor gak untuk pagi ini?” Tanya Ummi sama Abinya Silvi.
“Emangnya ada apa Mi?” Abi bertanya balik.
“Gak bi, si Kakak sering di ganggu sama kawan kelasnya yang laki, jadi mau Ummi tegur baik-baik anaknya, biar bisa berkawan baik-baik,” jawab Ummi.
“Oh ... boleh Mii, nanti Abi telfon kawan bilang abi telat datang,” kata Abi.
“Ya udah kami brangkat dulu Bi ya,"
" Silvii ... salam Abi dulu,” Pamit Umminya Silvi, sambil memanggil Silvi.
Silvi pamitan sama Abinya, dan berangkat sekolah di antar sama Umminya, Ghiffari masih tidur, dan di titip sama Abi.
Silvi dan Umminya sampai di gerbang sekolahnya Silvi.
“Kakak masuk kelas terus ya, Ummi tunggu Yasser di kantin luar,” ucap Umminya Silvi.
“Iya Mi.” Jawab Silvi sambil turun dari motor, setelah salam Umminya, dia pun masuk ke sekolah menuju ke kelasnya.
Dan Umminya duduk di kantin luar sekolah.
Tak berapa lama Yasser sampai di sekolah dengan mendayung sepeda, Umminya Silvi mengikuti Yasser dibelakang yang lagi memarkirkan sepedanya dengan jalan kaki, dan ketika Yasser membalikkan badannya.
"Ehh Tan..Tante." ucap Yasser terbata-bata karna kaget.
"Yasser, boleh Tante bicara sama Yasser sebentar?" Tanya tante Selli Mamanya Silvi.
"Mm bo..boleh Tante," jawab Yasser gugup.
"Ya udah kita duduk disana bentar yok." Ajak tante Selli sambil menunjuk ke tempat duduk kosong di ujung parkiran.
Yasser dan tante Selli duduk berdekatan, karna disana cuma ada satu kursi panjang.
"Yasserrr ..." tante Selli membuka percakapan.
Yasser hanya menoleh ke tante Selli dengan muka tegang.
"Kata Silvi Yasser itu suka gangguin Silvi, tapi Tante yakin, Yasser gak ada niat kan untuk gangguin Silvi?, Yasser hanya ingin bercanda kan sama Silvi?" Ucap Tante Selli dengan penuh kelembutan.
"I...iya Tante." Jawab Yasser yang masih gugup.
"Yasser, Yasser itu anak yang baik, Tante tau itu, Yasser itu anak laki-laki yang kuat, pelindung yang lemah. Tante Selli minta bantu sama Yasser, Yasser jagain Silvi di sekolah ya, belajar sama-sama, main sama-sama, semoga kalian nanti jadi anak-anak yang sukses." Tante Selli memberi petuah.
"Iya Tante" Yasser menjawab dengan tatapan mata masih menunduk.
"Ya udah cuma itu yang mau tante bilang sama Yasser, Yasser jadi pelindung untuk Silvi ya, jangan buat Silvi marah-marah lagi, nanti kalau Yasser udah berkawan sama Silvi, Yasser bisa datang kerumah Tante, nanti Tante kasih kamu es cream, sekarang Tante pulang dulu ya." Goda tante Selli dengan mengelus rambutnya Yasser.
"Iya tante" jawab Yasser dengan malu-malu.
Teettt ... teettt ...
Bel tanda masuk kelas pun berbunyi, Yasser masuk ke kelas, dan tante Selli pulang dengan motornya.
Yasser masuk dengan melirik ke arah Silvi.
Silvi pun melihat ke arah Yasser.
("Kapok kamu kan, di marahin ummi, makanya jangan nakal jadi orang,") gumam Silvi dengan senyum sinisnya.
Yasser dan Silvi menyimak pelajaran yang diterangkan guru mereka.
2 mata pelajaran berlalu dengan suasana kelas yang khidmat mendengar penjelasan guru dan mengerjakan tugasnya.
Teeettt ... teeettt ...
Bel istirahat pun berbunyi.
“Ya udah anak-anak, sampai disini dulu pelajaran kita, kerjakan tugas yang ibu kasih, besok kumpul, sekarang kalian boleh keluar istirahat,” kata Bu guru Aini.
“Baik bu.” Ucap mereka serentak.
Bu guru keluar lokal, begitu juga dengan murid- murid yang lain.
Silvi memilih duduk dalam kelas, karna kebetulan tadi pagi umminya udah buat cemilan untuk bekalnya.
Dia menghabiskan bekalnya dan pergi keluar untuk duduk di halaman sekolah. Ketika keluar, dia berpapasan dengan Yasser yang akan masuk ke kelas.
Yasser menghindar, begitu juga dengan Silvi, Silvi dengan buru-buru lari keluar kelas.
(“Horee ... dia gak gangguin aku lagi.”) Silvi bersorak girang dalam hatinya.
30 menit berlalu, waktu istirahat berakhir, mereka harus lanjut belajar 2 mata pelajaran lagi.
Dan akhirnya bel pun berbunyi 3 kali, tanda jam pulang sekolah. Tak ada kejailan Yasser lagi untuk hari ini.
Seperti biasa, Silvi di jemput Umminya, kali ini ada adiknya Ghiffari yang di gendong umminya dengan gendongan kangguru.
Sesampainya di rumah ...
“Gimana kak, Yasser masih ganggu kakak hari ini?” tanya Umminya Silvi antusias.
“Hari ini gak di ganggu sih mi, semoga sampe selamanya dia gak gangguin Silvi lagi,” ucap Silvi dengan penuh pengharapan.
“Amiinnn ...” Umminya Silvi mengaminin doa anaknya.
Silvi memeluk bahagia Umminya, dan Umminya pun mengecup lembut rambut gadis kecilnya itu.
Hari-hari berlalu ...
Yasser tak pernah lagi mengganggu Silvi, yang dulunya Silvi tak pernah berdiri dekat Yasser, sekarang udah bebas duduk dan berdiri di mana aja tanpa ada orang yang jahilin lagi.
Yasser berubah 100%, Dia selalu menghindar dari Silvi.
Hingga akhirnya mereka semua lulus dari SD.
Mereka akan melanjutkan ke jenjang berikutnya SMP. Sebagian dari mereka memilih Smp di kampung mereka.
Silvi memilih sekolah di SMP 1 Meraksa.
Silvi membujuk Umminya “Ummi, kakak sambung Smp yang di Meraksa Ummi ya.”
“Tapi kan jauh kakak, mamak gak bisa antar kakak, sekarang adek Ghiffari kan masuk paud,” jawab Umminya silvi.
“Ga papa biar brangkatnya sama Abi aja tiap pagi, tapi pulangnya nanti naik bis, turun di depan gang, karna bis sekolah gak masuk ke gang kita,” Sambung Abinya Silvi yang tiba-tiba keluar dari kamar.
“Horee ...” Silvi bersorak girang.
“Tapi arah kantor abi kan beda sama tujuan sekolahnya Silvi Bi,” Sambung lagi Umminya yang di ikuti dengan cemberut rasa kecewa wajahnya Silvi.
“Ga papa, nanti berangkatnya lebih cepat dari biasanya, biar gak telat." jawab Abinya Silvi.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!