NovelToon NovelToon

Destined To Be Empress

Chapter 1 - Memori Masa Lalu

Namaku Prof.Dr.Amber Hawysia, seorang profesor dokter termuda dengan predikat "Magna Cum Laude" dalam Anti-Aging Medicine Specialization di Paris, juga memiliki gelar master dalam preventive dan anti-aging medicine di International University RX, Jerman.

Kebanggaan, kehormatan, dan pekerjaan adalah tiga prioritas hidup yang kujunjung tinggi dalam bekerja, hingga semua kerja keras dan passion membuat banyak yang berdecak kagum padaku.

Pekerjaanku sebagai seorang dokter kecantikan, tak lepas dari latar belakang keluargaku yang memiliki perusahaan skincare dan make up. Ayah dan ibuku, Albert dan Mary Hawysia, pemilik Hawysia Corporation yang memproduksi merek produk kecantikan ternama.

Aku memiliki seorang kembaran laki-laki yang bernama David Hawysia. Kami berdua memiliki hubungan yang sangat dekat karna sering menghabiskan waktu bersama bila dibandingkan bersama dengan kedua orang tua kami.

Sedari kecil orang tua kami selalu sibuk mengurusi perusahaan dan jarang dirumah. Berbicara mengenai keluargaku, aku tak begitu punya kenangan yang bagus. Setiap pulang kerumah, hal yang kami dengar hanyalah pertengkaran.

Meski ayah dan ibu selalu memberikan apapun yang aku dan David inginkan. Namun, makan malam bersama keluarga, liburan keluarga, semua bentuk kerhamonisan keluarga yang kalian pikirkan, kami berdua tidak pernah mengalaminya.

Kejadian paling berbekas dalam hidupku adalah suatu malam, aku mendengar suara pintu rumah terbuka dengan keras. Sontak aku terbangun dari tidurku. Terdengar dari dalam kamar suara teriakan ayah dan ibu.

Pertengkaran ini bukan hal baru bagiku. Tapi malam ini, keributan ayah dan ibuku seperti berada di puncaknya. Kubuka pintu kamarku sedikit, kuintip dari pintu kamarku, ayah dan ibu tengah beradu mulut hebat.

"Apa kau sudah gila? mengapa kau menemui laki-laki *aknat itu lagi?!" teriak ayah dengan keras sembari menarik kuat rambut ibu dan menyeretnya ke sofa diruang tamu.

"Kau sudah tahu, aku sama sekali tidak pernah mencintaimu. Kau bisa memiliki tubuhku, tapi kau tidak akan pernah bisa memiliki hatiku! CAMKAN ITU!" teriak ibu.

*PLAKKKKKKKKKKKK

(terdengar sebuah tamparan keras)

Ibuku mengerang kesakitan, di pelototinya ayah dengan tajam. Melihat itu, ayah menjadi lebih emosi lagi. Ia kembali menampar pipi kiri ibu dengan pukulan yang semakin keras.

*PLAKKKKKKKKKKKKKKKKK

Aku hanya mendengar suara tangisan terisak-isak ibu sekarang. David yang tengah terlelap tidur pun terbangun mendengar suara keributan itu.

"Kakak, apa yang sedang terjadi? apa ayah dan ibu bertengkar lagi?" tanya David seraya mengucek matanya yang masih mengantuk.

"Sssshhhhhhhhhhh..." Aku menutup mulut David menggunakan jari telunjuk kananku.

"David, tidur lagi ya. Kakak akan disini menemanimu," ujarku lagi sambil mengelus kepalanya. Aku membawa David kembali ke tempat tidur dan menyelimutinya. Dari dalam kamar, masih terdengar jelas suara teriakan ayah dan ibu yang terisak menangis.

Ayah menatap ibu sinis. "Sekali lagi kudapati kau bertemu dengannya, kau akan merasakan perlakuan yang lebih mengerikan daripada ini!!!"

Ancam ayah sambil mengapitkan kedua pipi ibu dengan kuat.

Aku ketakutan melihat perlakuan ayah pada ibu, kakiku tak berhenti gemetar daritadi. Tapi jika aku tidak melakukan sesuatu, apa yang akan terjadi pada ibu nanti?

Aku tidak bisa membiarkan ibu dipukuli lebih dari ini, aku takut akan terjadi sesuatu yang buruk padanya jika pertengkaran mereka terus dibiarkan.

Kukumpulkan keberanian dalam hatiku untuk menghentikan ayah. Aku berlari keluar kamar dan kupeluk ibu erat dengan kristal bening yang keluar dari pelupukku deras.

"Hentikan ayah! Kumohon hentikan.." pintaku memelas.

Ayah pun melepaskan tangannya.

"Amber, kembali kekamarmu sekarang!" teriak ayah.

Aku tidak beranjak sedikitpun, tetap kupeluk erat ibuku karena aku tidak mau ibuku dipukuli lagi oleh ayah. Melihat aku yang tidak beranjak kembali ke kamar, ayah menarik tanganku dan menyeretku kembali ke kamar.

"Sakit ayah, tanganku sakit!" rintihku.

Ayah kembali ke ruang tamu, dilemparnya semua barang-barang diruang tamu, suara teriakannya yang menyayat hati terdengar dengan sangat jelas dari kamar. Dua hari setelah kejadian itu, ibuku bunuh diri. Ia menggantung dirinya dikamar. Ayah yang pertama kali menemukan jasad ibu saat ia pulang kerja.

Ayah sangat terpukul dan kehilangan setelah ibu meninggal. Setiap malam saat pulang dari kantor, kerja ayah hanya mabuk-mabukan dan membawa pulang wanita yang berbeda setiap harinya.

Kalau ayah memang mencintai ibu, kenapa ia memukuli ibu? dan kalau mereka tak saling mencintai, kenapa mereka harus menikah dan memiliki kami berdua? sebenarnya kami ini apa bagi mereka?

Ingatan terburuk dalam hidupku itu yang membuatku berpikir, pernikahan dan cinta hanyalah ilusi semata dan tak berguna. Sementara prestasi dalam bidang akademis dan skill, jauh lebih berguna dan menyenangkan.

Dan aku cukup beruntung karena aku memiliki kemampuan photographic memory, kemampuan yang membuatku dapat dengan sekali melihat, membaca dan mendengar, mengingat semua dengan cepat.

Meskipun begitu, kadang aku juga risih dengan kemampuanku ini. Untuk apa bisa mengingat dengan jelas, tapi yang diingat hanya kejadian-kejadian pahit dalam hidup?

Kadang aku lebih memilih untuk tidak melihat, mendengar, dan tahu sesuatu daripada itu pada akhirnya hanya akan menyakitiku. Namun kemampuan ini setidaknya memberikan hasil buatku.

Aku bisa disebut sebagai anak perempuan jenius yang lulus sekolah dasar dalam empat tahun, lulus sekolah menengah dalam dua tahun, dan lulus sekolah menengah atas dalam dua tahun, tak lepas dari pengaruh kemampuanku ini.

Tidak ada hari dimana aku tidak belajar, aku belajar hampir setiap waktu. Aku maniak belajar? YAP! Selain belajar pelajaran sekolah, aku juga mengikuti kursus keterampilan lain seperti melukis, balet, piano, gitar, dan beryanyi.

Dulu sebenarnya aku tidak tertarik jadi dokter, aku lebih tertarik menjadi pebisnis. Tapi ayah menyuruhku mengambil jurusan kedokteran bagian kecantikan agar aku bisa membantu mengembangkan penelitian produk-produk kecantikan baru di perusahaannya.

Aku katakan padanya kalau begitu aku akan berkuliah di luar negeri tepatnya di University Oxfordant Inggris. Ayahku pun menyetujuinya dan aku pun berangkat ke Inggris untuk berkuliah.

Banyak penelitian yang telah aku lakukan setelah selesai berkuliah kedokteran spesialis kecantikan yang aku selesaikan hanya dalam waktu lima tahun itu. Aku tertarik dengan membuat penelitian tentang anti-aging karena banyak wanita didunia ini yang bersedia merogoh kocek mereka hanya untuk awet muda.

Penelitian ini menjadi topik disertasiku di International University RX Jerman dan setelah penemuan itu berhasil aku ciptakan, aku pun berhasil akan diberikan gelar Profesor dari Anti-Aging Medicine Specialization di Paris pada usiaku yang ke dua puluh enam tahun.

Hari dimana aku diberi gelar profesor pun tiba. Pencapaian terbaik yang akan jadi kebanggaan seumur hidupku. Kuperhatikan sekelilingku, keluarga dan sahabat para calon profesor lain mulai berdatangan. Setiap canda tawa dan kebahagiaan yang menyelimuti mereka membuatku bersedih hati. Tanpa sadar wajah yang sudah aku rias ini dibasahi oleh tetesan-tetesan air mata.

Tidak mungkin ayahku akan datang, hari ini ia sedang ada rapat pemegang saham di kantor. Entah sejak kapan terakhir kali aku bertemu dengannya. Setidaknya David telah mengatakan padaku bahwa ia akan datang.

Aku sangat menantikannya.

Lima belas menit sebelum acara dimulai, David datang dengan membawa seribu bunga mawar merah dan kartu ucapan yang bertuliskan "Happy Graduation Sister".

Seketika aku tersenyum lebar, spontan aku memeluk David dengan erat dan kucium pipi kanannya. Aku katakan dengan suara bergetar menahan tangisku "Thank you my sweet brother."

David membalas pelukanku dan membelai pelan kepalaku. "You're welcome my mellow Prof.Amber! I am proud of you!" ucapnya. Aku terkekeh mendengar ucapannya. Dia memang tidak pernah berubah, selalu saja bermulut manis.

Kulepas pelukanku dan mengajak David masuk ke aula kampus. Upacara penobatanku berlangsung dengan lancar. Selesai penobatan, aku dan David langsung otw pulang. Ketika aku dan David sedang dalam perjalanan pulang, tiba-tiba

*BBOOOOMMMMM *DDDDUAAAAARRRRRR

Mobil didepan mobil David meledak. David segera keluar saat ia melihat hal itu.

"Keluar Kak, cepat keluar!!!" teriak David sambil berusaha membantuku membuka pintu mobil sebelah kanan.

Sialnya pintu mobil sebelah kanan tempat dudukku tidak terbuka-buka juga. Bergegas aku membuka jendela untuk keluar dari mobil David. Naasnya, mobil didepan mobil David itu termundur dan meledak sekali lagi. Dengan sekuat tenaga aku mendorong David menjauh dari mobil itu.

*BBOOOOMMMMM *DDDDUAAAAARRRRRR

"Kakakkkkkkkk !!!!" teriak David

- To be continued

...****************...

...Teruntuk kamu yang baru nemu dan baca episode satu DTBE, terima kasih sudah membaca. 🧚...

...Cus lanjut episode berikutnya....

...➡...

Chapter 2 - Keluarga Luksemburg

"ARGHHHHHHHHHH !!!!!!! panasnya ya Tuhan!!!!!!mengapa aku harus mati mengenaskan?! padahal aku selalu jadi anak baik yang tidak sombong dan rajin menabung. Belum lagi masih banyak yang mau aku capai. Hiks.. hiks..malangnya nasibku.." batinku.

Siapa yang menyangka, hari dimana aku menerima gelar profesor dokterku adalah hari tersial seumur hidupku? Ya, sangat sial! karena hari dimana aku disematkan gelar "profesor" nan membanggakan itu, aku mati..

Namun mendadak pandanganku menggelap, kesakitan yang aku rasakan sampai ketulang-tulangku perlahan tidak kurasakan lagi. Entah apa yang terjadi padaku sekarang, tapi satu yang pasti. Aku lega. Ya, sangat lega. Akhirnya aku terbebas dari rasa sakit tak berkesudahan itu.

Aku mencoba perlahan membuka mataku, kulihat setitik cahaya yang semakin membesar hingga membuatku menutup kedua mataku dengan telapak tangan.

Saat kupastikan kilatan cahaya itu menghilang, perlahan aku mencoba membuka mataku kembali. Betapa terkesiapnya aku saat mendapati diriku berada dalam gendongan seorang wanita yang sangat cantik.

Ahh..Apa aku sudah berada di akhirat? mungkinkah wanita ini sejenis bidadari atau mungkin malaikat?

Ia berambut panjang bewarna blonde dengan iris mata birunya yang terlihat seperti batu permata sapphire, dan kulitnya pun putih mulus dan bersih.

Siapa gerangan dia**?

"Selamat Nyonya Duchess, bayinya sangat cantik seperti anda. Semoga ia tumbuh menjadi anak yang cerdas dan bijaksana," ucap pengasuh Joy.

Wanita itu tersenyum melihatku. "Terima kasih bibi Joy, bantu aku menjaganya ya," ucapnya seraya menciumi pipiku.

"Aneh, daritadi putriku ini belum menangis bibi. Apa ia baik-baik saja? wajahnya terlihat pucat," tanya wanita itu khawatir.

Sementara dalam benakku, "Ini nyata bukan?! Aku masih hidup! Aku masih hidup!! horeee aku masih hidup!!!!" ungkapku bahagia, seketika aku menangis dengan keras.

*Oeeeee *Oeeeee *Oeeeeee

Tangis lega bercampur bahagiaku menggelegar dalam ruangan kamar itu. Udah bodoh amat pokoknya!

Wanita itu terlihat lega setelah mendengar tangisanku. Ia mengelus kepala dan pipiku perlahan dengan tatapan penuh kasih sayang dan kelembutan.

Selang beberapa menit kemudian, datang seorang pria tinggi, dengan rambut berwarna hitam, iris matanya bewarna hijau seperti Emerald, dengan bentuk badan yang bidang dan gagah. Ia menghampiri wanita yang menggendongku.

Aku berhenti menangis saat ia mengelus lembut kepalaku perlahan dengan mata berkaca-kaca dan diciumnya keningku perlahan. Dikecupnya juga kening wanita yang menggendongku.

"Terima kasih sayang, lengkap sudah kebahagiaan kita," ucapnya seraya merangkul wanita itu.

"Siapa kalian?" tanyaku. Aku syok saat mendapati ucapanku yang terdengar lain dari apa yang kumaksudkan. Pertanyaanku malah menjadi "Gagagu Eng Bububu?"

Mataku membola saat menyadari kalau tubuhku berubah menjadi bayi. Ini bohong bukan?!

"A-a-aku jadi bayi?! Holy shit!" benakku.

Melihat keadaanku sekarang, aku justru semakin tenggelam dalam perasaan kesal bercampur marah pada Tuhan atau Dewa atau siapapun itu yang membawa semua kemalangan ini untukku.

"Entahlah Tuhan atau dewa yang membuat kesialan beruntun ini padaku. Apa masalahmu denganku?! tidak cukup kau membuatku mati terbakar? dan sekarang kau membuatku jadi bayi. Penghinaan macam apa ini?!" protesku dalam hati.

Sungguh aku sangat sedih dan sangat tidak nyaman. Aku yakin mau aku marah-marah berjam-jam pun, percuma saja. Situasi tidak akan berubah, ditambah lagi menguras emosi. Rasanya bingung apa yang harus aku lakukan sekarang?

Merasa ketidaknyamananku, tiba-tiba wanita yang menggendongku seperti menyadari ada yang mengangguku, ia menggoyang-goyangkan pelan diriku sembari tersenyum tulus menatap dan mengelus pelan pipiku.

Hangat.

Dari perkataan dan perlakuannya, nampaknya dia adalah ibuku. Sementara pria yang berdiri disebelahnya dan merangkulnya adalah ayahku.

Aku termenung membayangkan semua yang terjadi padaku, semuanya terjadi secepat kilat.

Give me a break Oh God!

Aku sangat bingung harus bagaimana sekarang, pasalnya tak ada yang bisa kulakukan. Apa yang bisa diharapkan dari tubuh bayi bayi berumur satu hari?! Ini benar-benar bencana!

Dalam pikiranku, aku menghela nafas kasar. Sepertinya tidak ada pilihan lain bagiku, selain berusaha menerima kondisiku sekarang. Aku harus bisa bertahan hidup dulu. Aku tidak bisa bertindak sembarangan dengan tubuhku yang masih rawan ini.

Saat sedang asik dengan pikiranku sendiri, wanita itu menciumi pipiku dan tanpa sadar aku tersenyum geli. Aku merutuki diriku yang bisa-bisanya tersenyum akan hal memalukan semacam ini.

Tak bisa kubayangkan akan seperti apa hari-hariku menjadi seorang bayi tak berguna yang kerjaannya cuma makan, tidur, dan poop.

Cuma ya.. haha.. ya cuma!

Mereka berdua menatapku dengan senyuman lebar yang tak luntur dari wajahnya. Reflek aku membalas senyuman mereka dan saat wanita serta pria itu melihat senyumanku, mereka menatapku dengan sorot mata berbinar.

"Putri kita murah senyum sekali ya istriku?" ujar pria itu.

Wanita itu mengangguk sambil membuka kancing bajunya dan mendekatkan wajahku ke dadanya.

Tunggu?! Tunggu dulu?! aku tidak mau?!!!!!tidak!!!! ini menggelikan?! setidaknya kasih aku susu botol saja?!

Aku berusaha menggerakkan setiap tubuhku untuk menunjukkan ketidaknyamananku, tapi badanku tidak mau bergerak sesuai keinginanku. Melihat aku yang tampak tidak nyaman, bukannya berhenti, wanita ini malah lebih mendekatkan dadanya ke bibirku.

Yang lebih parah dia sedang berusaha memasukkan nipp**nya kedalam mulutku. Aku berusaha menghindar selama hampir 5 menit, hingga di sinilah aku sekarang. Menyusu padanya dan mulai merasa sangat mengantuk.

Sialan! hancur sudah harga diriku..

Saat mataku hampir tertutup, rasa kantukku memudar saat tiga orang anak laki-laki masuk menghampiri kami.

"Kemarilah nak, lihatlah adik perempuan kalian," ucap wanita itu yang ternyata setelah aku dengar-dengar dari orang-orang yang sepertinya para pelayan dirumah ini adalah seorang Duchess Luksemburg.

Mereka bertiga pun mendekat. "Ibuuu.. adik perempuanku kecil sekali ibu, hihihi.." ucap Stanley.

"Enak saja! adik perempuanku kali kak!" sambung Arthur.

"Emm.. dia cantik sekali. Tapi kalian berdua salah, dia adikku. Adik perempuanku!" gumam Halbert.

Pria tampan yang tadi menciumku, dia dipanggil para pelayan disini, Duke Luksemburg. Ia merangkul ketiga anak laki-laki itu yang tampaknya adalah kakakku. "Sudahlah kalian! jangan meributkan hal tidak penting. Dia adik kalian bertiga dan kalian bertiga sama-sama kakaknya," ucapnya tegas.

"Hehehe.. iya ayah, kami hanya bercanda. Benar kan Arthur, Halbert?!" tanya Stanley berkeringat dingin.

"Benar benar," jawab Arthur dan Halbert bersamaan mengangguk cepat. Mereka bertiga amat menggemaskan, ukhh. Tapi itu lima menit yang yang lalu, sekarang bagiku mereka hanyalah anak-anak yang menyebalkan karena mereka tak berhenti memperhatikan setiap sudut wajahku dan mendoel-doel pipiku.

"Dia seperti kombinasi antara ayah dan ibu," ucap Halbert tersenyum lebar.

"Kau benar, rambutnya berwarna hitam seperti ayah dan matanya berwarna biru seperti ibu," sambung Arthur.

Duke Luksemburg mengelus ketiga kepala anak laki-laki nya.

"Ia cantik seperti ibu kalian, kalian harus menjaganya dan ibu ya karena kalian adalah jagoan-jagoannya ayah dan ibu," ucapnya.

"Ayah, ibu, tenang saja..kami akan menjaga dan melindunginya," ucap Stanley.

"Tentu saja ayah, ibu" sambung Arthur.

"Pasti kami akan menjaganya," ucap Halbert.

"Ayah, apakah ayah sudah memberikannya nama?" tanya Stanley.

"Iya, ayah dan ibu sudah mempersiapkan nama untuknya. Namanya, Zwetta Ellaria Luksemburg. Kita akan memanggilnya Ella," ucap Duke.

"Nama yang bagus ayah!" ucap Halbert. Stanley dan Arthur menganggukan kepala setuju dengan Halbert.

"Nama yang indah," ujar Stanley menatapku berbinar-binar.

"Benar, nama yang cocok sekali untuknya," ucap Arthur penuh antusias.

Zwetta Ellaria Luksemburg? nama yang cantik dan terdengar bergaya. Aku melihat mereka berlima yang sedang bercengkrama dan tertawa, sungguh gambaran sebuah keluarga yang hangat dan penuh cinta seperti di negeri dongeng. Sangat jauh berbeda dengan keluargaku dulu.

Dan sekarang, aku bagian dari keluarga ini. Aku tersenyum lebar pada mereka berlima, kuharap mereka bisa merawat dan membesarkanku dengan baik. Saat mereka tersadar dengan senyumanku, mereka berlima terpesona dengan senyuman polos bayi mungil cantik ini.

****

Enam bulan telah berlalu sejak aku terlahir kembali, setiap hari aku berlatih untuk menggerakkan badanku ini. Awalnya kupikir ini akan mudah dilakukan, tapi ternyata tidak semudah itu Ferguso! masalahnya badanku tidak mau menuruti apa yang ku kehendaki.

Dengan susah payah aku latih badanku hari demi hari agar bisa bergerak sesuai keinginanku.

Bibi Joy bertepuk-tepuk tangan.

"Iya Nona Ella, terus.. terus.. sedikit lagi.."

Sedikit lagi darimana?! ini bahkan belum sampai pertengahan bibi. Batinku.

Ngggghhh (aku berusaha menahan sakit agar bisa duduk)

*Hepppp

Akhirnya aku pun sudah bisa duduk dan merangkak di usiaku yang keenam bulan.

Huhuhuhuhu.. bangganya aku pada diriku ini, kau benar-benar sudah bekerja keras wahai diriku!

Bibi Joy pengasuhku beserta ayah, ibu, dan kakakku yang melihatku dapat duduk dan merangkak dengan cepat, begitu bangga padaku. Kata mereka aku bayi cantik yang jenius. Padahal tidak tahu saja mereka, seberapa rajin dan keras aku melatih tubuhku ini -_-.

Dikehidupanku yang sekarang, aku sih ingin lebih menikmati hidup. Maka dari itu aku berusaha maksimal untuk cepat beradaptasi disini. Setelah enam bulan disini, aku telah mengetahui semua tentang keluargaku yakni keluarga Luksemburg. Mari aku perkenalkan Keluarga Luksemburg.

Ayahku bernama Duke Ardolph De Luksemburg, ia adalah salah satu Duke yang memegang pilar kerajaan karena berkuasa atas kekuatan militer kerajaan Magentia. Ia diberi julukan legend warrior dan merupakan jendral militer yang memerintah setiap pasukan kesatria kerajaan Magentia.

Ibuku ialah Duchess Sapphira Odelia Luksemburg. Sebelum menikah dengan ayah, ibu adalah putri dari Marquess Frederick. Ibu disebut-sebut sebagai salah satu wanita tercantik di kerajaan Magentia ini.

Setelah enam bulan mengamati ibu, ia adalah wanita yang lemah lembut namun tegas dan anggun. Aku tidak heran melihat ayah klepek-klepek dengannya. Bayangkan sampai bisa punya anak 4 loh?! xixixixixixi...

Ibu juga pandai menyulam, aku sering mengamatinya dan hasil sulaman ibu sungguh indah. Lalu semua urusan keuangan dan jamuan keluarga Luksemburg diurusi oleh ibu, ia adalah cerminan seorang wanita bangsawan yang bisa di andalkan.

Kakak pertamaku bernama Stanley Aylward Luksemburg. Ia berusia sepuluh tahun dan sangat mirip dengan ayah. Seperti ayah versi kecil, dengan rambut hitam pekat dan iris mata berwarna hijau.

Kakak pertamaku Stanley, sejak kecil ia sudah memiliki jiwa kepemimpinan. Ia selalu peduli pada kami adik-adiknya, setiap hari ia menemani dan bermain bersama kami bertiga. Kalau Arthur dan Halbert berkelahi, ia yang akan menjadi penengahnya.

Sedangkan kakak keduaku, Arthur Robert Luksemburg. Ia berusia delapan tahun, ia memiliki warna rambut light beige dan iris mata berwarna biru seperti mata ibu.

Kakak keduaku Arthur, ia juga seorang yang jenius sepertiku. Sejak kecil, sifat khasnya adalah kelicikannya dalam memperoleh apa yang dia inginkan. Stanley dan Halbert sering menjadi sasaran kelicikannya itu. Tapi pada akhirnya setelah ia mendapatkan apa yang ia mau, ia akan membagikannya pada kami bertiga.

Kakak ketigaku, Halbert Tarver Luksemburg. Ia berusia enam tahun dan memiliki rambut berwarna light beige seperti ibu dengan iris mata hijau seperti ayah.

Kakak ketigaku Halbert, sejak kecil kemampuan fisiknya sangat kuat. Ia sering bercanda dan berkelahi dengan Arthur sejak kecil. Namun, ia sangat manja dengan Stanley.

Lalu yang terakhir adalah aku, Zwetta Ellaria Luksemberg. Usiaku sekarang enam bulan. Aku memiliki rambut hitam seperti ayah, dengan iris mata berwarna seperti ibu.

Kesimpulannya kakak pertamaku kuat dalam kepemimpinan, kakak keduaku dalam pemikiran, dan kakak ketigaku kuat secara fisiknya.

Keluarga Luksemburg memperkerjakan bibi pengasuh Joy untuk membantu menjaga anak-anak keluarga ini. Kakak-kakakku juga diasuh oleh bibi Joy. Kepala butler, asisten kepala, pelayan, dan kesatria di kediaman Luksemburg ini juga baik-baik dan ramah.

Enam bulan setelah aku lahir kembali, aku terlahir di keluarga ini. Keluarga Luksemburg yang penuh kehangatan, membuat aku perlahan mulai mengecap manisnya kehidupanku di Kerajaan Magentia.

- To be continued

Chapter 3 - Permata Keluarga

Tanpa terasa satu tahun telah berlalu, kini semua penghuni kediaman Luksemburg mengagumi kecepatanku dalam belajar. Ya bukannya apa-apa nih, kalau masalah belajar aku tak heran bila mereka kagum padaku seperti itu?

Aku gitu loh..hehe..

Aku sudah bisa berjalan dengan lancar, membaca dan menulis. Melihat perkembanganku yang terlalu cepat, awalnya semua nampak sangat terkejut. Namun kemudian mereka pun lama kelamaan akhirnya terbiasa.

Ketiga saudaraku pun mendadak terbiasa memanggilku dengan panggilan 'jewel'. Mereka bertiga memberikanku julukan Jewel of Luksemburg. Jangan kalian kira semulus itu usahaku untuk membuat mereka takluk begini.

Aku harus rela pipiku diciumi setiap hari, tersenyum manis walaupun sedang tidak ingin, bermanja ria, menunjukkan kepintaranku, dan masih banyak lagi. Walaupun agak jijik dengan diriku yang seperti itu, aku tetap melakukannya supaya mereka senang dan tidak berebutan menarik-narik badanku terus.

Entah sejak kapan mereka bertiga mulai memanggilku begitu. Tapi ku akui, itu tidaklah buruk.

****

Memasuki usiaku yang kedua, ayah dan ibuku memanggil pamanku dari pihak ibu yang bernama Ronald El Frederick untuk mengajariku beserta kakak ketigaku Halbert. Ronald adalah adik kedua dari ibuku yang adalah seorang cendekiawan ternama di Kerajaan Magentia.

Aku isi hari-hariku dengan belajar dan membaca buku di perpustakaan keluarga Luksemburg bersama paman Ron dan juga Halbert. Setelah aku pelajari, ternyata di dunia ini selain terdapat ilmu berpedang, ekonomi, kedokteran, kesenian, agrikultural, aritmatika, sejarah, terdapat juga ilmu sihir.

Sihir di dunia ini dikenal sebagai sihir alamiah. Terdapat enam elemen sihir alamiah dari setiap insan di kerajaan Magentia yakni api, air, angin, tanah, cahaya dan kegelapan. Setiap orang pasti akan memiliki elemen sihir dasar ini.

Selain ke enam sihir alamiah itu, terdapat unique magic. Unique magic ini sangatlah langka, tidak semua orang memilikinya. Di seluruh dunia ini saja, kata Paman Ron hanya ada sebelas orang yang memilikinya.

Hohohoho.. aku tidak sabar untuk mengetahui sihirku sendiri nanti. Membayangkan diriku bisa melakukan sihir seperti dalam dunia fantasi membuat diriku berdebar-debar.

Aku diberitahu oleh paman Ron kalau Duke Luksemburg adalah satu dari kesebelas orang itu.

"Wahhhh..ternyata ayahku hebattt! aku tambah kagum padanya. Tidak hanya tampan, bergelimang harta, dan memiliki jabatan tinggi, ternyata ia juga sangat kuat," ucapku dalam hati sambil tersenyum bangga.

Selesai pembelajaran dengan paman Ron, aku langsung bergegas menuju ruangan kerja ayahku.

"Nona, pelan-pelan jalannya. Bibi takut nona terjatuh nanti," ujar bibi Joy memperingatiku.

Bukannya melambat, aku malah berlari lebih cepat. "Tidak bibi, cepat..cepat..aku ingin segera bertemu ayah. Ada hal yang ingin kubicarakan dengannya."

Melihatku yang buru-buru, bibi langsung menangkap dan menggendongku dari belakang.

Bibi Joy menghela nafas dan terkekeh melihatku yang tidak sabaran.

"Baiklah Nona Ella, bibi akan membawamu kesana. Pegang bibi dengan erat yaa," pinta bibi Joy.

Aku mengangguk dan mengalungkan tanganku di leher bibi Joy.

"Bibi Joy memang yang terbaik," balasku sambil mencium pipinya. Bibi tersenyum senang dan bergegas pergi ke ruangan kerja ayah.

Setiba aku dan bibi Joy disana, bibi menurunkan aku dan mengetuk pintu ruangan kerja Duke. Asisten kepala kediaman Luksemburg, Morgan Laurence pun membukakan pintu.

"Ada apa bibi Joy ?" tanya Morgan datar. "Nona Ella hendak menemui Tuan Duke. Apakah Tuan sedang sibuk?" tanya bibi.

"Tuan sedang sibuk memikirkan strategi untuk perang di wilayah utara. Mohon agar membawa Nona Ella kembali ke kamarnya," kata Morgan datar.

"Tapi Morgan.."

"Tidak apa-apa bibi, ayahku sedang sibuk. Aku tidak ingin menganggu ayah," ucapku memotong pembicaraan bibi Joy.

"Morgan, maaf bila kami telah menganggu," ujarku.

"Terima kasih atas pengertiannya Nona," balas Morgan dengan menundukan kepala memberi hormat. Morgan yang biasanya ramah dan selalu dengan senang mempersilahkanku masuk, tadi ia terlihat sangat serius tadi. Apa akan terjadi perang besar?

Saat aku tengah berjalan menuju kamarku, aku berpapasan dengan ibu. Aku yang sebelumnya sedang memikirkan tatapan Morgan, seketika itu juga melupakan kejadian itu dan berlari kearahnya.

"Ibuuuuuu..." Panggilku sedikit berteriak.

"Ella!!!" pekik ibu seraya merentangkan tangannya hendak menangkapku dalam pelukannya. Aku berlari dengan ceria dan masuk dalam pelukannya.

Ia mencium pipiku bertubi-tubi lalu membelai kepalaku lembut, "maafkan ibu tidak bermain bersamamu hari ini. Ibu sedang sibuk nak. Ibu harus mempersiapkan keberangkatan ayahmu ke utara. Bisa melihat dan mengecup pipimu seperti ini benar-benar melepas penat ibu." Gumamnya senang.

"Tidak apa-apa ibu, Ella mengerti. Oh iya, kapan ayah akan berangkat ke utara bu?" tanyaku penasaran.

"Dua bulan dari sekarang nak. Emm..bermainlah bersama kakak-kakakmu ya, ibu harus bergegas ke ruangan kerja ayahmu sekarang," pintanya padaku.

"Baiklah bu," Kuciumi pipi ibu, lalu ia menurunkanku dari gendongannya. Ibu segera pergi menuju ruangan kerja ayah. Sementara aku pergi ke ruang keluarga dan tampak disana ketiga kakakku sedang bersantai.

"Kakakk!!!" teriakku dari jauh seraya berlari pelan.

"Jewel, kau jangan berlari seperti itu. Bagaimana kalau kau jatuh?" tanya Stanley yang tengah berjalan ke arahku. Ia menangkapku yang tengah berlari pelan lalu menggendongku.

Aku tersenyum lebar. "Terima kasih Kak Stanley!" ucapku ceria.

Arthur dan Halbert mendekat ke Stanley. Arthur mengelus kepalaku. "Jewel, kemarilah, biar kakak keduamu ini yang menggendongmu. Kakak akan memberikanmu permen lingkar kesukaanmu nanti," ucapnya sambil merentangkan lengannya, menunggu aku masuk kedalam pelukannya.

Anw permen lingkar itu sejenis lolipop ya.

"Eitssss..jewel lebih suka berada di pelukanku kak. Lanjutkan saja membaca buku sihirmu itu oh si kutu buku!" balas Stanley yang langsung membalikan badannya dari Arthur untuk menyembunyikanku.

Arthur kesal melihat Stanley yang selalu menghalanginya untuk memelukku. "Kakak! Kau jangan curang! aku juga mau menggendong Jewel," ucap Arthur menatap jengkel Stanley.

Arthur berusaha menarikku dari gendongan Stanley.  Tulang-tulangku benar-benar terasa akan lepas. Aku menangis karena kesakitan. Melihat itu, Halbert buru-buru datang melepaskan genggaman Stanley dan Arthur lalu mengambilku dari gendongan Stanley.

Dengan nada tinggi ditanyanya, "Apa kalian berdua sudah gila Kak?! Kalian ingin membunuhnya dengan menariknya kuat seperti itu?"

Aku masih sesenggukan usai menangis cukup keras. Beribu terima kasih kuucapkan padamu Dewa Agung Yeshua karna masih memberiku seorang kakak laki-laki yang mengerti jeritan hati seorang balita.

Kedua kakakku yang sibuk beradu mulut dari tadi, mendadak langsung diam dan berjalan mendekatiku dan Halbert.

"Maafkan kami Jewel, apakah kau baik-baik saja? " ujar Stanley.

*Baik baik saja dari Hongkong! Untung sayang, kalau tidak sudah kugigit daritadi. *

Aku menenangkan diriku agar tidak terlalu terisak lagi. "Aku tidak apa-apa Kak. Jangan tarik aku terlalu kuat lagi, ini sakit," ujarku sedikit memalingkan wajahku dari mereka berdua dan bersender di pundak Halbert.

Mereka mengangguk dan mengecup pipi kanan dan pipi kiriku. "Maafkan kedua kakakmu ini ya jewel, kami kelepasan tadi," ucap Arthur sambil mengelus kepalaku.

"Benar, kami tidak akan mengulanginya lagi," sambung Arthur. Aku hanya mengangguk pelan.

"Malam ini, mari tidur di kamarku Jewel," ajak Halbert.

"Baiklah, aku dan Arthur akan tidur di kamarmu malam ini Halbert," jawab Stanley.

"Siapa yang mengajak kalian berdua?! aku hanya mengajak Jewel," ketus Halbert.

Stanley dan Arthur tampak sebal mendengar penuturan Halbert. "Halbert, kau tidak boleh mendominasi Jewel seperti itu. Selama ini juga kita selalu tidur berempa di setiap kamar kita secara bergiliran," ucap Arthur dengan sorot mata marah.

Mereka bertiga mulai mengeluarkan aura-aura pertengkaran. Aku menyerah! daripada mereka bertiga bertengkar dan akan memperebutkanku lagi. Sebaiknya aku keluarkan jurus keimutanku!!!

"Kakak, maukah kalian bertiga tidur dikamar Ella saja malam ini? Ella takut tidur sendiri, kalau Ella tidur bersama dengan kalian bertiga, Ella merasa aman," ucapku dengan mata berseri-seri.

Wajah yang tampak kesal tadi pun berubah menjadi ceria. "Jewel, tanpa kau minta pun. Kakakmu ini akan menemanimu," balas Stanley.

"Jewel, kakak mengerti, kakak akan menemanimu tidur malam ini," balas Arthur.

"Kau yakin tidak mau tidur dikamar kakak Jewel?" tanya Halbert.

Aku memaksakan wajahku tersenyum manis. "Terima kasih tawarannya Kak, tapi Ella hendak mengajak ketiga kakakku ini untuk memainkan sebuah permainan seru sebelum tidur dan permainan ini hanya ada di kamar Ella," ungkapku.

"Baiklah kalau itu keinginanmu, kami bertiga akan tidur dikamarmu juga malam ini," ucap Halbert seraya mengelus kepalaku.

-To be continued

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!