"Liam bangun... ikut mamah yuk" ajak ibu ku sembari membungkuk.
"kemana mah?" tanya ku yang masih begitu mengantuk.
"mamah mau kenalin liam sama temen mamah". ucap nya sembari memegang tangan kanan ku.
Saat itu aku masih berusia 7 tahun, ketika aku sedang tidur, tiba-tiba saja ibu mengajak ku pergi. Saat itu aku sangat senang ketika ibu mengajak ku, karna sangat jarang sekali ibu mau keluar dari kamar nya apa lagi untuk mau bermain dengan ku.
"mamah... kita mau ketemu siapa?" tanya ku kembali.
"udah liam ikut aja... nanti liam juga tau" balas nya dengan senyum.
"gelap mah... liam takut". ucap ku
"kan ada mamah... liam tenang aja ya..". balas nya sembari mengelus kepala ku.
Padahal saat itu menunjukan pukul 12:30 malam, Ia membawa ku menuju ke pekarangan belakang rumah, pekarangan belakang rumah kami cukup luas dengan pohon-pohon tinggi menjulang di setiap sudut, dan ada sebuah pohon beringin di tengah yang di balut dengan kain berwarna hitam dengan taburan kembang tuju rupah di sekitar nya, pembantu kami setiap hari selalu menyiram sekitaran pohon tersebut dan akan mengganti kembang dengan yang baru, entah maksud apa dan tujuan nya, saat itu aku hanyalah anak lelaki yang begitu polos.
Ibu mengajak ku pergi mendekati pohon beringin tersebut dengan sebuah lentera yang ia bawa, setelah sampai di depan pohon tersebut, tiba-tiba saja bulu kuduk ku merinding hebat, bahkan kaki ku tidak bisa berhenti begetar, namun ibu seperti mengerti rasa ketakutan ku, ia pun mengecangkan genggaman tangan nya. Lalu ia menaruh lentera di tanah, dan mengajak ku untuk duduk dengan posisi kaki di lipat, lalu ibu menempellan kedua tangan nya dan menggosok-gosok nya, seolah ia sedang berdoa. Aku hanya bisa kebingungan melihat apa yang ia lakukan saat itu, aku yang duduk di samping nya hanya bisa diam tanpa berkata apa-apa dengan badan yang semakin sulit untuk tidak gemetar, aku ingin sekali menangis saat itu, karna jujur saja.. aku merasa kami sedang di awasi oleh banyak orang, walau pun hanya ada ibu dan aku saat itu di situ.
Ibu sembari terus menggosok-gosok tangan nya sembari terus mengucapkan sebuah rapalan yang sama sekali aku tidak mengerti saat itu, ia seperti berbicara dalam bahasa arab, namun terkadang aku mendengar ia juga seperti berbicara bahasa jawa, entah apa maksud nya. Lalu tidak lama setelah itu, udara yang memang sudah dingin, tiba-tiba saja terasa semakin dingin dan terus mendingin, ranting dan daun-daun di sekitar mulai bergoyang, padahal aku sama sekali tidak merasakan ada nya angin. Suara rapalan ibu juga semakin kencang dan kencang, untuk sekian kali nya aku sangat ingin menangis. Sampai....
"IRANA...".
Tiba-tiba saja terdengan suara Pria yang begitu kencang bergemah di atas ku dengan memanggil nama ibu ku, aku pun langsung berdiri dan segera ingin kabur karna begitu takut, namun ibu ku langsung memegangi badan ku dan memberikan isyarat untuk ku diam dengan tangan nya.
"Yang termulia, agung, nan penyayang... Aku membawa anak ke dua ku, kini ia sudah berusia 7 tahun". ucap ibu.
"IRANA... JAGALAH DIA, DIDIK LAH DIA, TUNTUN LAH DIA, SEPERTI SAAT IBU MU MELAKUKAN NYA PADA MU" Sebuah suara bergemah yang entah dari mana sumber nya.
Lalu aku melihat pemandangan yang sungguh, bahkan sampai saat ini aku masih trauma jika mengingat nya, yaitu senyum ibu, begitu menyeramkan. Sangat berbeda dari senyum yang ia tunjukan beberapa saat lalu pada ku. Senyuman licik sangat jelas tergambar di wajah nya saat itu, seolah ia berhasil meraih sesuatu yang sudah lama ia nantikan.
"Baik". ucap ibu sembari menundukan kepala nya.
Setelah itu udara dingin yang ku rasakan seperti menusuk tulang ku sebelum nya mulai memudar, dan ranting-ranting pohon pun sudah tidak lagi bergetar.
"Kamu dengar itu Liam.... Dia memilih kamu, ahhh ibu bangga sama kamu".
Sembari memeluk ku ia mengatakan itu, saat itu aku tidak mengerti dengan ucapan nya, karna yang ada di kepala ku adalah tentang senyuman tadi, yang masih tidak bisa kuhilangkan dari dalam benak ku. Aku pun hanya diam dan tidak merespon ucapan nya, lalu ibu dengan wajah senang nya ia kembali mengajak ku untuk kembali ke dalam sembari mengelus kepala ku sesekali. Sesampai nya kami di kamar, ia menyuruh ku untuk tidur, sembari menemani ku tidur ia terus mengelus kepala ku.
"Liam... sekarang kamu adalah penerus ibu, penerus darah keluarga kita"
Itulah ucapan terakhir yang aku dengar sebelum aku tertidur, karna kejadian tadi seperti sangat menguras mental dan batin ku.
_______________________________________
"Liam... Liam...".
Terdengar suara seorang wanita memanggil nama ku beberapa kali. Aku pun perlahan membuka mata ku.
"Dimana ini?".
Aku begitu kebingungan di tempat aku berada, aku berada di atas air, dan sejauh aku memandang aku tidak bisa melihat apa-apa selain air, seperti aku sedang berada di tengah lautan, dengan pemandangan langit malam yang begitu indah, beberapa kali aku melihat bintang-bintang berjatuhan di atas sana.
"Liam..". panggil seorang wanita .
"ka..kamu siapa?" tanya ku dengan panik.
Terlihat seorang wanita dengan wajah yang begitu cantik, bahkan sampai saat ini bagi ku ia adalah wanita tercantik yang pernah kulihat, dengan mengenakan dress putih yang sampai menutupi kaki nya, ia perlahan mendekati ku, lalu mengulurkan tangan nya untuk membantu ku berdiri.
"Kamu bisa menyebut ku apa pun yang kamu ingin kan". ucap nya dengan senyum tipis.
"m..maksud nya? dan... kita ada dimana?". tanya ku kembali.
"Ini adalah dunia yang aku ciptakan... indah bukan?". jawab nya sembari menatap langit.
Aku hanya diam dan tidak merespon, karna aku tidak tau lagi apa yang harus aku katakan.
"Liam... Menurut mu Dunia saat ini, bagaimana?". tanya nya.
Aku kembali tidak merespon ucapan nya, karna sekali lagi saat itu aku hanya lah bocah 7 tahun yang tidak mengerti apa-apa.
"maaf maaf... seperti nya pertanyaan ku berlebihan.... bagaimana kalau aku bertanya, dunia apa yang kamu inginkan?" . tanya nya kembali.
"Yang aku inginkan?.... Aku ingin dekat dengan kedua orang tua ku dan juga kakak ku". jawab ku.
"itu saja?". tanya nya.
"A..aku tidak tau apa lagi yang aku inginkan... tapi... jika aku di perbolehkan untuk meminta sesuatu, aku ingin dunia dimana semua orang dapat terawa bahagia". balas ku dengan begitu polos nya.
"hmmm bahagia kah... kalau aku... aku ingin membuat sebuah tombol, yang jika ku tekan... maka dunia ini akan ter reset ulang, kembali ke semula". ucap nya dengan senyum lebar
"mengapa memang nya?". tanya ku kembali.
"maaf... tidak usah di fikirkan". balas nya.
Aku begitu penasaran dengan sosok wanita yang berada di depan ku ini, siapakah dia? apa maksud nya mengajak ku kesini?.. Tapi aku tidak membohongi perasaan ku, aku merasa begitu nyaman untuk dapat berbicara dengan nya saat ini.
"Liam... mulai sekarang... aku akan menjaga mu".
Setelah mengatakan itu, ia mendekati ku, lalu ia menempalkan kening nya dengan kening ku.
"tidur lah"
Itu lah kata terakhir yang ia ucapkan sebelum aku secara tiba-tiba merasa begitu mengantuk dan pandangan ku pun ikut memudar dan gelap.
*10 tahun setelah kejadian itu*
Aku sedang berada di kelas, sedang mengikuti kegiatan belajar seperti biasa, aku duduk di bangku paling belakang, tempat favorite ku yang paling dekat dengan jendela. Aku beberapa kali menguap karna masih mengantuk, karna pelajaran begitu membosankan, mungkin karna aku nya saja terlalu malas untuk memperhatikan pelajaran. Lalu beberapa saat kemudian ada seseorang mengetuk pintu kelas kami, Guru kami pun membuka kan pintu untuk nya.
"Double cheese dengan Double meat large size, untuk Liam?" Ucap seorang pria yang ternyata adalah pengantar pizza.
Aku pun mengangkat tangan dan segera mengeluarkan uang, tentu saja.. aku tidak lupa untuk mengucapkan terimakasih dan memberikan nya tips.
Mungkin kalian heran, mengapa aku di perbolehkan untuk memesan makanan di kelas, di tambah sekarang bukan waktu nya istirahat. Yaitu.. Karna aku... adalah Raja di sekolah ini. Setidak nya itu yang mereka fikirkan tentang ku, tidak ada yang berani menegurku di sini, bahkan guru atau pun kepala sekolah sekalipun, mereka hanya akan berpura-pura tidak melihat jika aku melakukan sesuatu yang salah di sekolah, entah apa pun itu.
Mungkin kalian bertanya-tanya, siapa kah aku? mengapa aku dapat melakukan nya? dan mengapa mereka tidak ingin mencari masalah dengan ku?..
Baiklah.. perkenalkan, nama ku adalah Liam, aku sekarang duduk di kelas 2 SMA, di salah satu sekolah swasta terbaik di jakarta, tepat nya di jakarta Selatan. Lalu apa yang membuat ku spesial? tentu saja karna kedua orang tua ku, kami adalah keluarga yang sangat... sangat kaya, ayah ku memiliki banyak bisnis di dalam dan luar negeri, salah satu bisnis nya ialah minyak dan pertambangan, lalu untuk ibu ku... lebih baik aku menceritakan tentang ibu ku di lain waktu saja. Oia ayah ku juga adalah pemilik yayasan yang juga sekaligus menaungi sekolah ku sekarang ini, dan juga beberapa universitas swasta di dalam negeri. Bisa di bilang, walau pun aku hanya tertidur di seluruh kelas sampai waktu aku lulus SMA bahkan sampai universitas, tidak akan ada seorang pun yang mengatakan bahwa aku adalah manusia yang gagal, kenapa? karna kehidupan ku sudah terjamin. Jika kalian merasa bahwa kehidupan ini tidak adil, maka aku akan mengatakan satu kalimat untuk kalian..
"Selamat datang di dunia yang busuk ini".
___________________________________________
Bel istirahat berbunyi, seperti biasa aku bersama teman dekat ku Bima pergi ke kantin, walau pun sebenarnya kami berdua sudah kenyang memakain pizza tadi, kami hanya akan menghabiskan waktu disana sembari mengobrol.
Sesampai nya di kantin, aku meminta Bima untuk membelikan Kopi susu dingin kesukaan ku, sembari menunggu nya, aku pun mencari tempat duduk yang kosong, namun entah mengapa setiap aku mendekati kerumunan murid yang sedang makan, mereka selalu menawarkan ku untuk duduk atau membiarkan ku untuk mengambil tempat duduk mereka. Namun jangan salah sangka, aku tidak suka membully atau membuat ke onaran kepada murid yang tidak mencari masalah dengan ku terlebih dahulu. Aku pun menolak tawaran mereka dengan senyum dan memutuskan untuk duduk di tempat yang kosong dan akhir nya ku temukan, tapi ketika baru saja aku baru mau duduk, tiba-tiba saja ada seorang murid perempuan duduk di tempat ku, aku pun tidak mempermasalah kan nya dan duduk tepat di samping nya, karna tidak ada lagi meja yang kosong dan kebetulan meja makan di kantin kami memiliki meja dan juga kursi yang panjang.
Wanita dengan rambut lurus panjang itu tidak terlihat risau dengan keberadaan ku, ia begitu sibuk bermain game di console PSP nya, lalu aku pun memutuskan untuk menegur nya.
"lagi main apa? kaya nya seru". tanya ku sembari melihat ke arah nya.
"hmmm? ohh lagi main Monster hunter". jawab nya sembari menengok ke arah ku sebentar.
"ohhh aku juga pernah main". balas ku singkat.
"wohhh kamu tau monster hunter". tanya nya dengan wajah berbinar.
"ia dong, aku selalu main di rumah". balas ku dengan senyum.
Kami pun terus mengobrol, ia terlihat begitu bersemangat dan tidak bisa diam dalam meng ekspresikan ucapan nya, seperti tawa nya. karna pada umum nya wanita yang ku kenal akan selalu mencoba untuk menutupi mulut mereka ketika mereka sedang tertawa, namun wanita ini seperti tidak perduli dan hanya tertawa terbahak-bahak yang kadang di ikuti dengan pukulan ke pundak ku. Namun... aku tidak membenci sifat nya.
"nih kopi nya". ucap Bima yang baru saja datang.
"oh ia kenalin nih Bima....". ucap ku.
ia pun hanya tersenyum sembari menganggukan kepala ke arah bima.
"oia nama kamu siapa? kita belum kenalan". tanya ku.
"aku Dhafina.. kelas 2C". ucap nya dengan senyum sembari menaruh hp nya.
"aku liam dari kelas 2A dan Bima juga sekelas dengan ku". balas ku.
"ohhhh kamu liammmm". ucap nya yang agak kaget.
"kenapa emang nya?" tanya ku.
"ah gpp... aku denger banyak omongan tentang kamu". balas nya.
"ohh omongan kaya gimana". tanya ku kembali.
"banyak sih... ada yang bilang, anak sultan arab lah, orang nya sombong, dan ada juga yang bilang jangan buat masalah sama kamu". ucap nya sembari meminum es teh milik nya.
Aku dan Bima pun hanya tertawa mendengar ucapa nya, karna sebenarnya aku tau bahwa banyak gosip di belakang ku, namun aku tidak pernah memusing kan nya, mungkin maksud sombong yang mereka maksud ialah aku tidak pernah bergaul selain dengan Bima di sekolah, mungkin jika di lihat orang lain aku ini memang orang yang dingin dan jarang berbicara jika memang tidak di perlukan, tapi aku sebenarnya cukup sering berbicara dengan teman kelas ku, namun entah mengapa mereka terlihat takut ketika berbicara dengan ku, seperti begitu hati-hati untuk mengeluarkan kata-kata yang akan mereka ucapkan ketika berbicara dengan ku, padahal aku bukanlah orang yang sebegitu sensitif nya atau mudah marah karna hal kecil.
"hmmm terus menurut kamu.. aku orang nya gimana?" balas ku sembari menengok ke arah nya.
"hmm gimana ya... aku sih dari dulu tipe orang yang ga pernah perduli apa kata orang lain, sebelum aku ngeliat nya sendiri... dan menurut aku.. kamu biasa aja, ga seperti yang mereka gosipin". ucap nya dengan senyum.
"hahaha bagus-bagus... yaudah dhafi, aku mau balik ke kelas dulu, see ya". ucap ku sembari berdiri.
"tu..tunggu...". ucap nya dengan wajah malu.
"hmmm kenapa?". jawab ku.
"besok.. kita ngobrol lagi disini". balas nya dengan senyum lebar.
Aku pun meng ia kan ajakan nya dan pergi menuju kelas bersama Bima, di tengah jalan menuju kelas, aku mendapat kan sebuah pesan dari ibu, namun aku memutuskan untuk melihat isi nya nanti.
"Tugas?". Tanya Bima setelah mengetaui ibu ku mengirim pesan.
"Apa lagi emang nya". jawab ku.
.
.
Singkat cerita, setelah sepulang sekolah aku pun menunggu jemputan bersama Bima. Oia Bima adalah anak dari Karyawan(Pendamping) ibu ku, dan ia juga tinggal bersama ku di rumah belakang, yang masih dalam 1 area rumah ku. Setelah menunggu sekitar 5 menit, mobil jemputan kami pun datang.
lalu sekitar 30 menit perjalanan lebih kami pun sampai di rumah, setelah memasuki pagar, terlihat salah seorang Pembantu peremuan menunggu di depan pintu.
"Ibu menayakan, apakah mas Liam sudah membaca pesan nya". ucap nya sembari sedikit menundukan kepala.
"entar". balas ku singkat.
aku pun langsung menuju ke kamar ku dan menyuruh bima untuk segera ke kamar ku setelah berganti baju, sesampai nya di kamar aku hanya duduk merebahkan badan, namun tiba-tiba saja ada seseorang yang mengetuk pintu ku.
"Liam... ini mamah". ucap ibu ku yang terus mengetuk-ngetuk pintu ku.
"buka aja". jawab ku singkat.
"udah baca pesan dari mamah? itu harus malam ini di selesaikan". tanya nya.
"ia tau". balas ku singkat
Lalu ia pun kembali menutup pintu dan pergi.
hubungan ibu dengan ku memang tidak begitu harmonis, bukan hanya dengan ibu, bahkan dengan ayah dan juga kakak perempuan ku, tidak ada satu pun dari mereka yang dekat dengan ku, begitu lah sedikit gambaran tentang bagaimana kondisi keluarga ku.
Tidak lama kemudian Bima datang ke kamar ku sembari membawa sebuah Kotak hitam besar, tidak lupa ia pun berpakaian serba hitam juga. lalu ia membuka kotak tersebut dan mengambil beberapa peralatan, seperti kain putih bertuliskan Raja(Arab Gundul), yang di sisipkan beberapa aksara jawa.
"mau sekarang?". tanya ku yang masih belum beranjak dari kasur.
"nanti aku yang di marahi kalo telat". balas nya.
Aku pun beranjak dari kasur dan mengoles kan minyak menyan ke kedua kelopak mata ku sembari duduk sila lipat, lalu menarik nafas panjang dan menahan nya untuk beberapa saat, lalu mengucapkan...
"dua jiwa, dua ruh, tiga harakat... aku akan membuka paksa... satu jiwa, satu ruh, dua harakat".
.
.
.
.
.
"dua jiwa, dua ruh, tiga harakat... aku akan membuka paksa... satu jiwa, satu ruh, dua harakat".
________________________________________
Setelah mengucapkan kalimat tersebut, aku pun menutup mata, seketika suasana menjadi begitu hening, Bima juga seperti nya sudah memulai bagian nya. Aku mulai merasakan hawa dingin seperti sedang menyergap seluruh tubuh ku, perlahan-lahan oksigen di sekitar ku perlahan menghilang, aku mulai kesulitan bernafas, sampai....
"Bukalah mata mu". ucap seseorang.
Aku pun mulai membuka mata ku secara perlahan, kini aku sedang berada di depan sebuah kuil usang, ada 2 lonceng berukuran cukup besar yang tergantung di pintu depan kuil tersebut. Lalu sesosok pria yang memanggil ku tadi, ia berpenampilan seperti pria berumur 50 tahunan, dengan rambut, kumis dan juga janggut berwarna putih. Ia tidak memiliki titik hitam di mata nya, mata nya hanya polos berwarna putih. Dan ia adalah penjaga kuil ini.
"Apa kau membawa batu pengganti nya?". tanya nya.
"tentu". balas ku singkat.
Lalu aku mengeluarkan batu hitam yang berbentuk oval dan menunjukan nya, setelah ia melihat nya, ia pun menyuruh ku untuk mengikuti nya. Kami pun berjalan pelahan menuju ke dalam kuil tersebut, ada dua wanita yang juga memiliki rambut putih, tanpa memakai busana sama sekali, namun aku tidak pernah melihat warna mata mereka, karna mereka selalu memejam kan kedua mata nya.
Mereka berdua mendorong pintu kuil yang begitu besar untuk membuka nya, ketika memasuki kuil, aku melihat banyak lilin-lilin di gantung di langit, dan banyak sekali lukisan di dinding-dinding (maaf saya tidak di perbolehkan untuk menjelaskan lebih detail tentang lukisan nya). Dan juga karpet merah panjang membentang dari pintu masuk.
Di ujung kuil aku melihat sebuah kursi berwarna emas dengan lapisan kulit berwarna merah, Aku melihat sebuah batu yang sama persis dengan yang aku bawa di kursi tersebut, kami pun mendekati nya.
"Tukar lah batu tersebut". ucap nya.
Aku pun menuruti instruksi nya dan menukar batu yang ku bawa dengan yang ada di kursi, setelah selesai ia mengatakan untuk jangan lupa untuk merapalkan amalan, yang tentu nya aku sudah tau amalan apa yang ia maksud. Setelah semua proses selesai, ia kembali mengantarkan ku untuk keluar kuil, sesampai nya di luar kuil, ia tidak mengatakan sepatah kata pun dan hanya membungkuk ke arah ku. Seolah mengerti, aku pun duduk bersila lipat dan kembali memejamkan mata ku lalu mengucapkan.
"3 Harakat, 2 raga, 2 jiwa... aku mempersilahkan mu untuk mengantarkan... 2 harakat, 1 raga, 1 jiwa".
Lalu ketika aku kembali membuka mata ku, aku melihat Bima yang masih tidak berhenti merapalkan amalan tanpa mengeluarkan suara sedikit pun, dengan tangan yang terus memegangi kriss.
"udah bim". ucap ku sembari menepuk kaki nya perlahan.
Lalu ia pun menunjukan beberapa gerakan yang di akhiri dengan menyarungkan kriss tersebut, ia langsung memegangi kepala ku sekedar untuk memeriksa apa kah yang berbicara dengan nya saat ini adalah aku, atau aku yang....
Setelah memastikan nya, ia pun membuka mata nya, dan berhenti merapalkan amalan. Setelah ritual singkat yang cukup melelahkan tersebut Bima pun merapihkan seluruh perangkat yang ia bawa tadi dan di masukan ke dalam kotak hitam, lalu izin kepada ku untuk pergi menaruh kotak tersebut di rumah nya di pekarangan belakang.
"lelah" ... gumam ku sembari merebahkan badan ke kasur.
Ini bukan pertama kali nya untuk ku, aku sudah melakukan hal ini sejak umur ku beranjak 13 tahun, dan setiap 3 bulan sekali pada bulan genap di minggu ke 3. Aku selalu melakukan penukaran batu tersebut, yang sampai saat ini pun aku tak mengerti apa tujuan dari ritual penukaran tersebut, karna setiap kali aku menayakan nya kepada ibu, ia selalu mengatakan nanti dan nanti. Dan tentang Bima tadi, ia sebenarnya bukan lah anak kandung karyawan(Pendamping) ibu ku, namun ibu menyuruh penamping nya tersebut untuk mengangkat bima menjadi anak nya, untuk menjadi pendamping dan juga sekaligus budak keluarga ku. Setiap anak yang terlahir dan terpilih di keluarga ku harus memiliki pendamping seperti bima dan tidak bisa memilih sembarang orang. Lalu bagaimana cara menemukan nya? keluarga ku memiliki pengetahuan lebih tentang kadar ghaib seseorang, yang sudah di tentukan dari lahir, dan ada beberapa syarat mutlak yang harus di ikuti,seperti..
Harus lahir pada bulan dan tahun yang sama dengan keluarga yang akan di dampingi.
Lahir sungsang (tidak harus)
Tidak menangis sesaat di lahirkan, dan masih tetap hidup.
Memiliki background keturunan petarung dari leluhur nya
Tidak hanya itu saja, dari kecil para pendamping akan di didik untuk tidak boleh berkata tidak, selalu siap jika harus berkorban nyawa, tidak boleh berhubungan **** dan juga tidak boleh menikah seumur hidup nya. Dan akan terus mengikuti orang yang di dampingi sampai ajal menjemput, namun apa yang terjadi jika orang yang di dampingi tersebut lebih dulu mati? maka para pendamping akan di asing kan di suatu tempat yang jauh, karna "ia" menganggap jika seseorang yang di dampingi tersebut mati terlebih dahulu dari sang pendamping, maka berarti ia telah gagal menjadi seorang pendamping entah bagaimana pun kemataian nya, tidak ada alasan.
Oia bagaimana dengan kakak perempuan ku? apakah ia memiliki pendamping sama seperti ku dan apakah ia juga memiliki tugas seperti ku?... Tidak. Karna "ia" hanya akan memilih satu dari keturunan sebelum nya, jadi seperti ibu ku yang memiliki 2 keturunan, maka hanya 1 lah yang akan di pilih, dan entah kebetulan atau tidak yang "ia" pilih adalah aku.
_._._._._._._._._._._._._._._._._._._._._._._._._._.
Tidak ku sadari aku tertidur dan terbangun di tengah malam, dengan wajah yang begitu sayup, aku beranjak dari kasur dan menyalakan lampu kamar, terlihat bima tertidur di karpet sebelah kasur, aku pun membangun kan nya dan menyuruh nya untuk tidur di kasur. Setelah itu aku pun turun ke lantai 1 untuk mengambil sebungkus rokok milih ayah yang biasa di taruh di laci bawah TV, walau pun aku masih SMA aku adalah perokok aktif, dan seluruh keluarga ku tau dengan hal itu, namun tidak seorang pun dari mereka menegur atau pun melarang untuk ku merokok. Setelah itu aku pergi ke dapur untuk membuat segelas kopi susu hangat dan langsung pergi menuju teras depan rumah untuk mencari udara segar. Tidak lama aku duduk di depan, aku melihat ada sebuah mobil sedan hitam berhenti di depan rumah ku, dan tak lama keluar seorang perempuan berambut pendek yang tidak lain ia adalah kakak ku, Kristin. Dia sudah biasa pulang jam segini.
"belom tidur?" tegur nya pada ku.
"cowo baru?" tanya ku kembali yang enggan menjawab pertanyaan nya.
"brisik". ucap nya yang langsung masuk ke dalam rumah dengan membanting pintu.
Aku dan kakak ku memiliki perbedaan usia 4 tahun, dan kini ia sudah menjadi mahasiswi semeter 4, seperti yang aku katakan sebelum nya, hubungan ku dengan nya memang tidak harmonis, kami hanya saling menyapa jika di perlukan atau hanya sekedar untuk saling menyindir. Kakak ku juga memiliki kebiasaan buruk selain sering pulang malam, ia sering sekali ber gonta ganti pria, terkadang dalam sebulan aku bisa melihat nya datang dengan 3-4 pria berbeda, entah apa alasan nya ia tidak pernah membawa mobil sendiri ke kampus nya, padahal dia memiliki 2 mobil pribadi yang di berikan oleh ayah.
Tidak lama setelah itu, Bima datang menghampiri ku..
"ga jadi tidur? " tanya ku.
"kamu pasti abis berantem lagi sama kristin? ngedumel aja di dalem rumah, aku jadi ga bisa tidur, untung ayah kamu lagi ga ada". ucap nya sembari duduk di sebelah ku.
"biarin aja... kaya gatau dia aja". balas ku.
"oia Am... Wisata ke bali minggu depan kamu mau ikut?" ucap nya sembari menyalakan rokok.
"tumben nanyain wisata... kenapa? kamu mau ke bali?" tanya ku kembali.
"ya gpp sih, kita kan setiap wisata sekolah ga pernah ikut, terakhir waktu SD kelas 6 ke bandung, sekali-kali bisalah liburan... apa lagi ke bali". ucap nya.
"boleh". jawab ku singkat.
Sebenarnya aku malas ikut dalam wisata sekolah kemana pun tujuan nya, namun karna jarang sekali Bima meminta sesuatu kepada ku, aku jadi tidak tega. Karna aku sudah menganggap nya seperti saudara kembar ku, karna kami sudah saling mengenal dari kecil dan selalu bersama sampai saat ini, walau pun ibu ku pernah memperingatkan ku untuk tidak terlalu dekat dengan "Pendamping" namun aku tidak memperdulikan nya, Karna aku menganggap Bima seperti keluarga di banding keluarga ku sendiri.
"oia ngomong-ngomong... tentang penyembuhan kemarin... kamu mau ambil?" tanya Bima .
"nolak juga ga bisa". jawab ku.
.
.
.
.
.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!