Sahh...teriakan para saksi yang hanya di saksikan dengan hanya beberapa orang saja,
Aku pun segara menyalami tangan suamiku. Ya tangan Rian mahesa wiratmaja, ia adalah anak dari majikan ku, yang tak lain adalah mertuaku saat ini,, Kami menikah atas dasar keinginan sekaligus permintaan terakhir beliau. tuan Hendri mahesa wiratmaja
Aku pun tak tau mengapa majikan ku menikahkan Aku dan anak tunggalnya . Yang jelas menolakku mentah mentah, untuk menjadi Istri sekaligus pendamping nya. Para saksipun mulai meniggalkan kami satu persatu. Mulai dari penghulu ,lalu pihak dari KUA. lalu yang lainya. terkecuali pak ustadz dia masih sedia menemani mertuaku.
Beberapa saat kemudian, Mertuaku mengatakan sesuatu dan tangan nya meraih tangan Ku dan Suamiku.
"Rian " ucapnya menggantung serta nafasnya yang tersengal.. "Ayah mohon sama kamu." dan mertua ku melirik ke arahku dengan senyum yang ia terbitkan di bibir pucatnya.
"Tolong kamu perlakukan istimu dengan baik, jaga dia dan jangan sakiti dia. Ayah mohon sama kamu nak." lanjutnya.
Sementara mas Rian dia hanya diam tanpa mau menjawab permintaan sang Ayah.
Dan Ayah melihat ke arah mas Rian dengan wajah memohon dan mas Rian hanya mengangguk kan kepalanya pelan. Meski berat ia lakukan lalu Ayah tersenyum kepada mas Rian yang hanya diam tak membalas senyum Ayah. Setalah Ayah mengatakan keinginan nya lagi. Tiba -tiba kami di kejutkan dengan nafas Ayah yg tersengal, dengan cepat pak Ustadz yang sedari tadi setia menemani kami langsung mendekati Ayah dan membisikan dua kalimat syahadat. Setalah Ayah mengikuti penuturan pak Ustadz perlahan Ayah menutup matanya dengan perlahan untuk menghembus kan nafas terakhir nya. Aku pun tak kuasa menahan air mataku. Aku menangis terisak di pelukan Ayah mertuaku. Sungguh tragis bagiku baru saja aku menikah dan aku juga harus merasakan duka yang mendalam, bagai mana tidak? Di hari bahagiaku aku juga harus melihat kejadian yg sangat memilukan.
Dan aku melihat ke arah mas Rian. Dia mengeraskan rahang nya dan mengepalkan tangannya kuat. Guna menyembunyikan kesedihan yang ia rasankan, lalu ia pergi meninggalkan ku serta yang lainya.
"Maaf nona.." ucap seseorang yang berjalan dari arah luar menghapiriku. Sektika aku menolah ke sumber suara dia adalah Adimas sekretaris mas Rian. "Tuan sudah menunggu anda di mobil, dan masalah ini biar saya yang mengurusnya." Aku pun menganggukan kepala lalu berjalan ke luar untuk menyusul mas Rian.
Sesampainya aku di luar. Aku melihat mas Rian di dalam mobil ia sedang melamun dan menatap kosong ke arah depan, ntah lah apa yang ada dalam fikirnya. Dan sang supir menyambut ku dan membukakan pintu kemudi belakang, Aku duduk di samping mas Rian dengan isak tangisku yang tak bisa berhenti ini. Sesaat mas Rian tersadar dalam lamunannya. lalu ia melihat ku dengan tatapan dingin yang sulit di artikan..
"Apakah kamu bisa diam," ucapnya dengan nada yang menekan. "Tidak seharus kamu menangisi si tua bangka itu." lanjutnya.
Dan aku menoleh ka arahnya. lalu aku menundukan kepalaku dengan membungkam bibirku agar aku bisa memberhentikan tangisku. Saat di tengah perjalanan. Aku menyadri bahwa ini bukan jalan menuju kediaman Mertuaku. Aku mau di bawa kemana sebenarnya ' apakah Aku akan di buang di tengah kota. Apakah dia akan menginggalkan ku di jalanan, gerutuku dalam hati. Sebenarnya Aku ingin menanyakan akan di bawa kemana namun aku urungkan dan aku kembali menunduk dan meremas kebayaku. Tak lama mobil memasuki perumahan elit nan mewah aku keheranan mengapa mas Rian membawaku ke sini dalam benakku. Dan mobilpun berjalan perlahan lalu behenti di perumahan yang megah itu..
Saat mobil sudah berhenti, mas Rian turun duluan tanpa melihat ke arah ku. Tak lama supir turun lalu membukakan pintu untuku.
"silahkan Non ucapnya".
" Terimakasih pak." jawabku.
Aku pun berjalan mengikuti mas Rian dari belakang. Saat aku hendak menaiki anak tangga tiba -tiba mas Rian menyuruh ku untuk berhenti. "Stop " ucapnya lalu menatap ku dengan tatapan dingin nya, tatapan itu berhasil menembus relung jantungku . Hingga jantungku berdebar tak karuan, sesegera mungkin aku menunduk dari pandangan mas Rian. Lalu mas Rian menuruni anak tangga dan berjalan menadekatiku. Lagi-lagi perkataan yang menyayat hati keluar dari mulutnya... "Kamu sebaiknya tidur di ruang tamu jangan harap kamu ingin tidur dengan ku." ucapnya. "Cih..!! tak sudi aku menikah dan menjadikan mu Istriku. dasar pembantu!" lanjutnya dan ia beranjak pergi meninggalkan ku yang menangis mendengar perkataan nyaa..
Mataku mengitari dalam rumah ini. Aku mencari kamar tamu tapi aku tidak tahu di mana letak nya. Seseorang menghampiri ku.. "Non mari saya antar ke kamar Non." ucapnya, lalu aku mengikuti wanita paruh baya tersebut. Kami berheti di kamar tamu di mana kamar ini jauh dari ruang pertama dan ruang tamu. dan hanya ada dua kamar tamu.
"Maaf Non... perkenalkan saya Sari Non, Non panggil saya Bik Sari saja ya. Saya asisten rumah tangga tuan Rian. mari saya antar Non ke dalam." ucapnya setelah memperkenalkan dirinya aku pun masuk ke dalam kamar yang begitu lumayan cukup besar dengan cat berwarna Abu putih, serta dekorasi yang serasi dengan warna cat tersebut.
"Alhamdulillah mas Rian masih mau memperlakukan aku dengan baik. walau aku tidur di kamar tamu yang besar ini" ucapku dalam hati.
"Oiya .Bi, kenalin namaku Maya. dan terima kasih ya bi sudah menyiapkan kamar untukku." ucapku.
"Tidak perlu berterima kasih Non, sudah jadi tugas saya." jawab Bi Sari dan tersenyum kepadaku , "Sebaiknya Non istirahat dulu saja ya dan mandi. nanti saya akan memanggil non untuk makan malam dengan Tuan ." ucap nya kemudian meninggalkan Maya seorang diri.
Maya pun duduk di kasur empuknya.Dan menatap ke araha cermin membayangkan hal yang baru saja ia alami. Fikirannya mulai menerawang akan nasib berikutnya yan akan dia hadapi. Tak terasa cairan bening mulai keluar dari pelupuk matanya dan iya segera menghapus nya. Ia bangkit dari duduk nya dan menyemangati dirinya sendiri dan mengepalkan tangannya, "Kamu harus semangat Maya. apapun yang akan terjadi kamu harus kuat." ucapnya Lalu ia segera kekamar mandi.
Sementara di kamar Rian.
Rian sedang menelpon seseorang, yang tak lain adalah asistennya Adimas,
"Apa kamu sudah mengurusnya dengan baik?" ucap Rian. "Pastikan dia menadapatkan tempat peristirahatan yan cukup baik dan layak untuknya,dan jangan lupa kamu urus juga acara tahlilan nya! sebetar lagi aku akan kesana." lanjutnya.
Rian pun mengakhiri panggilanya lalu menghempas kan tubuhnya dan bernafas kasar. Sejenak ia menatap langit langit yang berwarna putin dan ntah lah ia sibuk dengan fikirannya. tak lama ia bangkit dan menuju kamar mandi...
Bersambung???!!!
Begitu Maya selesai mandi.
Di atas Rian juga sudah siap dengan setelan jas berwarna hitam nya. Lalu Rian mulai menuruni anak tangga dan dia berjalan keruang makan,
"Maaf tuan.Saya akan memanggil Non Maya untuk makan malam bersama tuan." tapi Rian hanya menggerakan tanganya, tanpa menjawab pertanyaan bi Sari.
Tok,, Tok,, Tok,,
"Non...Tuan sudah menunggu di meja makan." teriak bi Sari pintu pun terbuka dan menapilkan sosok perempuan yang mengenakan kerudung dengan baju gamis nya berwarna putih.
Maya tersenyum kepada bi Sari. "Ayok Bi" aja nya Lalu berjalan beriringan..
Saat sampai di meja makan. Tiba- tiba Rian berdiri dan hendak meninggalkan ruang makan, Namun Maya angkat suara menanyakan akan kemana suaminya itu.
"Mas mau kemana? " tanya Maya memberanikan diri.
"Bukan urusan mu." jawab Rian tanpa menoleh kepada Maya, lalu ia pergi meninggalkan Maya yang menampilkan wajah muramnya.
Maya mengejar Rian yang sudah di ambang pintu.
" Mas. bukankan malam ini ada tahlil untuk Ayah?" lagi -lagi Maya bertanya kepada Rian.
"Maya ingin kenasa Mas" lanjutnya.
Rian berbalik lalu nenatap Maya dengan wajah yang datar. "Cih!Apakah ini caramu untuk mendapatkan hati ku, dengan pura -pura perduli kepada Ayah ku. Lalu kamu berpikir aku akan terima kamu menjadi istriku?! jangan mimpi." ucap Rian dengan memberikan penekanan kata terakhir nya lalu ia berjalan menuju mobil dan segara supir membukakan pintu kemudi belakang lalu melesat pergi meninggalkan Maya.
Sementara Maya dia hanya mengelus dadanya. Air mata kembali menggenang di pipinya..."Kenapa kamu memperlakukan aku seperti ini Mas ." ucapnya dalam hati.
Bi Sari hanya melihat Maya iba. Lalu menghampiri majikanya, "Non. Non tidak apa apa?" tanya Bi Sari.
"Tidak Bi," jawab Maya lalu menghapus air matanya cepat, " Aku akan kemar ya Bi." ucap nya.
"Tapi Non? Non belum makan. sebaiknya Non makan dulu baru istirahat ya." ucap Bi Sari.
"Saya tidak lapar bik." jawab Maya sendu.
"Non jangan begitu. ayok makan dulu," Bik Sari membawa Maya ke meja makan, dan mengambil kan nasi serta lauk pauknya.
"Makan yang banyak ya Non." sembari tersenyum,
"Apakah bibik sudah makan? Ayo kita makan." ajak Maya.
"Tidak usah Non, bibik sudah makan tadi." ucapnya.
"Baiklah" jawab Maya!
Tepat jam 10:00 malam, Rian baru pulang kerumahnya, Maya yang menunggu kepulangan Rian hendak menyambut suaminya. Maya mendngar suara mobil yang masuk kepekrangan rumah buru -buru ia membenarkan kerudung nya dan menghambur ke arah pintu.Untuk menyambut suaminya.
Maya membuka pintu. Seyum dari bibirnya ia lebarkan kepada Rian yang sudah turun dari mobil. Tapi sektika seyuman Maya hilang berganti wajah yang muram dan menundukan kepalanya, tatkala ia melihat wajah datar Suaminya. "Mas baru pulang,? " tanya Maya kepada Rian namun yang di tanya hanya melengos melawati Maya dan menghiraukan keberadaan Maya.
"Mas mau minum teh?" tanya Maya yang mengikuti Rian dari belakang.
"Apa mas mau Maya siapkan makan. Mas pasti belum makan. "ucap nya lagi.
Rian merasa terganggu dengan pertanyaan Maya. Lalu memberhtikan langkahnya dan melihat ke arah Maya.
"Heh!! tidak usah sok cari perhatian. Aku peringkatkan kamu tidak usah mengurusi hidupku dan kamu urusilah hidupmu sendiri, karna sampai kapanpun aku tidak akan pernah menganggap kamu sebagai istri ku dan juga di mataku kamu hanyalah seorang pembatu mengerti!" ucap Rian sambil menunjuk- nunjukan jari nya kewajah Maya .
Maya hanya menunduk dan menagis setelah mendengar perkataan dari suaminya sendiri..
******
"Ya allah kenapa mas Rian tidak mau mengakui kalau aku ini adalah istri nya, dan kenapa mas Rian begitu membenci ku" ucap Maya sembail menangis dalam do'anya.
Setelah ia selesai berdo'a dan hendak melepaskan mukena yang ia pakai. Tiba- tiba pintu kamar nya di ketuk, ia menoleh dan berkata. "Iya sebentar ," teriaknya dari dalam.
Maya pun membuka pintu kamaranya dan ia terkejut mendapati suaminya yang berdiri di depan pintu.
"Cek!!. Lama sekali kamu membuka pintu," ucap nya dan langsung masuk ke dalam kamar Maya, lalu matanya mengitari kamar Maya.
kembali lagi menatap Maya yang terpaku dan menundukan kepalanya,
"Harus'a kamu berterima kasih padaku. Karna aku masih berbuat baik kepadamu dan membiarkan mu tidur di kamar mewah ini." ucap Rian bersungut. "Sebagai imbalanya kamu harus memuaskan ku." ucap Rian dan menatap tajam ke arah Maya.
Maya yang mendengar Rian berkata bahwa ia harus memuaskan suaminya.Langsung terpaku dan menegang. Jantungnya bedetak kencang tak karuan lalu bulukuduknya mulai meremang dan merinding, wajahnya begitu pucat dan gelagapan saat ia menatap suaminya yang masih tengah menatap tajam kearahnya.
"Ya, memang sudah sewajarnya aku melayani suamiku dan aku tidak akan menolak suamiku untuk memiliki tubuh ku.Toh semua yang ada dalam diriku hanya milik suamiku, akan aku serah kan semuanya lahir batin ku."ucapnya dalam hati
"Heh kenapa kamu malah berdiam diri di situ?" bentak Rian, dan berhasil menyadrakan lamunan Maya,
"I-iya Mas, " Jawab Maya gugup. Iya bernafas pelan tak tau harus melakukan apa, ia hanya menelan ludahnya susah payah dan menggrauk tenguk yang tak gatal.
semntara Rian dia sudah menunggu Maya di kasur nya,
"Heh ,kenapa kamu malah bengong lagi. Cepat kesini" perintah Rian dengan nada tinggi, dan membuat Maya terlonjak kaget.
"S-sebentar Mas. apakah Maya boleh ke kamar mandi?" tanya Maya gugup dan mengusap- usap punggung tangannya.
Rian hanya menjawab, "Hemm.."
Maya segera pergi ke kamar mandi.
Saat di kamar mandi Maya memegangi dadanya. Jantung nya berdetak kencang tak karuan, ia melakukan buang nafas pelan pelan setalah di rasanya cukup tenang. Ia membasuh wajanya dan menggati pakaian tidurnya..
Maya menghampiri suaminya dan duduk di pinggiran kasur. Rian langsung menarik lengan Maya dan menerkamnya..
Mereka pun melewati malam pertamanya yang panjang. !!!!!!
Pagi hari pun tiba. Sinar mata hari pun menerobos kamar Maya.Ia mengerjapkan matanya perlahan. Dan melirik ke arah samping tempat tidur nya, ternyata suaminya sudah tak ada di sana. Maya menggeliatkan tubuh dan meraba tubuhnya yang tak memakai sehelai benang pun, ia melihat bercak merah lalu tersenyum.
"Apakah setelah ini kamu akan mengakui aku Mas." gumamnya dengan menebarkan senyum di bibir tipis itu, saat hendak bangkit Maya merasakan sakit di bagian pangkal bawahnya. "Aww.." pekik Maya dan memaksakan berjalan ke kamar mandi..
Bersambung!!!!
Maya keluar dari kamarnya dan dia berjalan menuju ruang makan.
"Apakah mas Rian sudah berangkat?" Maya bertanya -tanya dalam hatinya akhirnya Maya memutuskan untuk kedapur.
"Bi Sar, apakah mas Rian sudah berangkat? "
tanya Maya kepada Bi sari.
"Tuan belum berangkat Non." jawab bibik.,,
"Eumm, kalau begitu biarkan aku yang masak buat mas Rian ya. Bik!" Maya membarinakan diri untuk masak buat suaminya.
"Ahh , baik lah Non. Saya bantu siap kan yg lainnya saja kalau begitu"
_
_
🌷🌷🌷
"Alhamdulillah selesai juga. Tdak sia -sia aku memasak semoga saja mas Rian suka" ucapnya dalam hati dan Mayapun tersenyum senang dengan hasil masakannya.
Tak lama Rian pun turun dengan setelan kemeja kerjanya. Maya yg melihat suaminya tak lepas dari pesona sang suami yang tampan juga gagah. Hinggak tak sadar kalo Maya terus senyum dan tangan nya reflek memegangi dadanya. Jantungnya tak kuasa berdetak kencang,dan ia juga mengingat kembali hal semalam betapa agresif suaminya kala permainan tadi malam, wajah Maya sudah memerah bak tomaat kala mengingat itu sampai sampai tak sadar kalau Rian sudah duduk di hadapannya..
"Ehemmmm.." Rian berdehem.
Maya pun sadar dari lamunan nya. Dan dia jadi salting.
"P- pagi mas Rian" sapa Maya kepada suaminya gugup..
"Aku tau aku sangat tampan idak usah melihat ku dengan tatapan menjijikan mu itu" lagi- lagi perkataan Rian membuat Maya sakit hati.
"Untuk apa kamu duduk di sini? Heh aku peringat kan kepada mu, aku tidak sudi makan satu meja dengamu dan lagi.Aku juga tidak sudi memakan masakan mu." ucap Rian dengan menatap tajam kepada Maya lalu melirik masakan yg telah di masak oleh Maya.
Rian memanggil bik Sari.
"Bik.!! bibiik.."
"Iya Tuann, ada apa ?" tanya bik Sari.
"Lain kali jangan kamu biarkan pembantu ini masak. Aku tau dia hanya ingin menarik perhatian ku saja, dan dia ingin kalau aku ini mengakui nya sebagai istriku." ucapnya dengan menatap tajam kearah Maya,
"Cihh" Rian berdecih dan bertolak pinggang. saat dia melihat Maya menangis... "Heh tidak usah akting, dengan pura -pura menangis kamu kira, aku akan bersimpatik kepadamu! jangan harap" lanjutnya lalu pergi meninggalkan ruang makan..
Setelah kepergian suaminya. Maya menjatuhkan tubuhnya ke lantai dan menutup wajahnya menangis sejadi -jadinya. "Ya allah Mas. kenapa Kamu tega sekali kepadaku, apa salahku kenapa kamu begitu membenci ku?" ucap Maya yang masih sesenggukan menangis. Bik sari yang melihat Maya menangis terisak pun tak kuasa menahan tangis nya, lalu menghambur kepada majikannya untuk memeberi semangat.
"Sabar ya Non. Bibi juga tidak menyangka kalau Tuan akan bersikap seperti itu sama Non."
Maya melihat bik Sari dan berkata.
"Bik. apa Maya sebegitu menjijikan nya Bik" ucap Maya dengan suara yang melemah dan menangis, "Kenapa?...Kenapa mas Rian perlakukan Maya kaya gini Bik. apa salah Maya Bik" dengan tangisan yg memilukan. Maya berdiri dan berjalan menuju kamarnya.
Bik Sari masih setia menemani Maya dan mengantarkan Maya ke kamar nya,
"Terima kasih ya Bik." ucap Maya sembari masih menangis. Bi Sari hanya menganggukkan kepalanya, lalu Maya menutup pintu dan mengunci nya.
"Ya Allah, kenapa mas Rian tega kepada ku. kenapa dia terus menyakitiku dengan perkataan tajam nya," dan air matanya kembali menggenang di pipinya, "Tuan rasanya Maya tak sanggup menjalankan amanah Tuan. Kenapa Tuan mau -mau nya menikah kan anak Tuan dengan Maya. yang sudah jelas jelas dia membenci Maya."
🌷🌷🌷🌷
Pukul 20:30 Maya masih setia menunggu suaminya pulang. dan tak lama suara deru mesin pun terdengar di pekaranganRumah. Maya menghambur dan membukakan pintu untuk suaminya.
"Mas." Maya menyapa dan tersenyum manis.
Lagi lagi Rian menatap tak suka kepada Maya. Menadapati tatapan dari Suaminya, Maya langsung menunduk...
"Mas sudah makan? " tanya Maya hati -hati.
"Maya sudah siapkan makanan kesukaan Mas, tadi Maya masak berasama Bibik."
"Aku kan sudah bilang!. Jangan berani- berani nya kamu masak untuk ku, dan lagi jangan mencari tahu apa makanan kesukaan ku. mengerti kamu" bentak Rian dengan memasang wajah merah padam nya.
Bak di sambar petir. Maya langsung menghentikan langkahnya dan mematung di tempat ketika suaminya marah dan membentak nya. Padahal ia hanya berusaha menjadi istri yang baik untuknya, dan juga bukan maksdnya untuk mencari perhatian kembali air mata itu keluar begitu saja dengan perasaan yang sangat pedih.
.~~~~
2 bulan kemudian!!!
"Hoeekkk... Hoeekk.. "
"Non, kita periksa ya.
Sdah seminggu bibik perhatikan , Non muntah muntah terus"
"Tidak bi. Maya hanya masuk angin saja," dan melihat ke arah suaminya yang sedang sarapan.
"Tuan sebaiknya tuan antar Non Maya ke rumah sakit Tuan, Bibik takut Non kenapa- kepana" pinta bi sari.
"Untuk apa Bibik khawatir kan dia," jawab nya
"Mas. Maya ini istri nya Mas kenapa sejak awal kita menikah Mas nggk pernah anggap aku istri mas? Apa mas lupa dengan permintaan terakhir Ayah."
"Cukup" bentak Rian sembari berdiri. Rian mulai emosi dan mengeraskan rahangnya dan mengepalkan tangan nya.
"Bik Sar. sebaiknya telpon dokter saja. Saya mau berangkat," ucap Rian dan pergi meninggalkan Maya dan Bik sari.
Di kamar Maya sedang di periksa oleh dokter.
"Gimana dok dengan keadaan saya?" tanya maya.
Dokter hanya menjawab dengan senyuman ramah.
"Ko dokter malah senyum? "
"Selamat ya bu Maya. Anda sedang mengandung" ucap sang Dokter
Maya menutup mulutnya karna kaget mendengar pernyataan dari Dokter. Matanya mulai berkaca- kaca. " Ya Allah S- saya beneran hamil dok?" ucap Maya tak percaya.
"Iya bu Maya hamil, dan usia kandungan ibu sudah menginjak 3 minggu. Kalau begitu Saya siapkan resep vitaminnya dulu ya Bu." Maya hanya mengangguk. dan memegang perut ratanya....
"Aku hamil Ya allah," ucap Maya di sela do'a nya dan ia juga meminta kepada Allah. Semoga dengan ia hamil suaminya bisa berubah dan bisa menerima Maya sebagai istrinya.
.....
"Mas. Maya hamil " ucap nya, memberanikan diri ketika suaminya pulang.
"Lalu aku perduli? " jawab nya.
"Astagfirullah. Mas, Maya hamil anak kamu. ko Mas jawab nya begitu? Ini darah daging mu mas" jawab Maya,
"Heh. Aku tidak akan perduli kepadamu, urus bayi mu sampai lahir dan setelah dia lahir kamu tinggalkan rumah ini. tak sudi anak ku memiliki ibu seperti kamu"
"Maya akan pergi, dan Maya akan mengurus anak Maya sendiri." tantang Maya,
"Kamu tidak akan pergi sebelum kamu melahirkan anak yang kamu kandung," ucap Rian dan menujuk arah perut Maya.
"Baik lah mas, mas cerai kan Maya dan Maya akan pergi dari rumah mas,"
Rian menyeringai dan menatap tajam kepada Maya. Rian berjalan mendekati Maya lalu di sentuh nya wajah Maya secara perlahan dan berkata di telinga Maya." Aku akan menceraikan mu saat kamu telah melahirkan anak itu." setelah mengatakan itu Rian pergi menuju kamar nya dan meninggalkan Maya yang masih terpaku. Lagi- lagi cairan bening keluar dari pelupuk matanya.
Bersambung!!!
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!