Hai readers... sebelum masuk ke cerita, othor perkenalkan dulu sama ke tiga tokoh utama .. Tapi maaf yang satu sudah tiada so tinggal 2 tokoh utama ya.....salam sehat selalu...
Cerita ini bukan plagiat dari cerita manapun ya... Semua murni berdasarkan ide author sendiri... makasih... jangan lupa like dan komentnya ya....
🌹🌹🌹🌹🌹💖💖💖💖💖🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹*
Alfia Madan gadis berusia dua puluh lima tahun, yang bekerja sebagai kasir di salah satu minimarket di kotanya. Ia mempunyai sifat ramah, penyayang, rendah hati dan sedikit cerewet. Ia berencana akan berhenti bekerja setelah menikah agar Ia bisa fokus mengurus suami dan anak anaknya nanti.
Pernikahan yang di impikannya terlaksana dengan lancar. Tapi siapa sangka di hari yang sama Ia harus kehilangan suaminya.
Setelah musibah yang menimpanya, Ia berubah menjadi seorang yang pendiam dan lebih menutup diri. Dan lebih sialnya, Ia harus menikah dengan seseorang yang paling Ia benci, seseorang yang telah menyebabkan suami pertamanya kehilangan nyawa di depan matanya sendiri. Apakah rasa bencinya kepada suami barunya akan menjadi cinta suatu saat nanti? Dapatkah ia membuka hati yang serasa mati terkubur bersama cinta sang suami pertamanya?
Sakti Arviano pengusaha cafe di kota ini memiliki paras tampan berusia 32 tahun. Ia mempunyai sikap lembut, sabar dan sangat menyayangi keluarganya. Malam naas menimpa akibat kecerobohannya yang menyetir secara ugal ugalan. Ia telah membuat seorang wanita yang belum genap sehari menikah menjadi seorang janda dalam waktu sekejap. Gadis itu Ia ketahui bernama Alfia. Rasa tanggung jawab dan rasa bersalah membuat Ia berjanji pada Davi (suami Alfia ) akan menjaga dan menikahi Alfia setelah kepergian Davi. Ia juga berjanji akan membuat Alfia bahagia. Ia akan menjadikan Alfia prioritas utama dalam hidupnya, tentunya setelah wanita yang telah melahirkannya. Siapa lagi kalau bukan Mama tercintanya.
Mampukah Sakti mengubah kebencian Alfia menjadi cinta tulus untuknya? Atau sanggupkah Sakti menghadapi sikap buruk yang Alfia berikan kepadanya?
Temukan jawabannya di bab bab selanjutnya....
Davian Alvaro... Suami pertama Alfia yang saat ini berusia 27 tahun. Ia seorang pengusaha travel terkenal di kota ini. Davi sangat mencintai dan menyayangi istrinya yaitu Alfia Madan. Ia merajut impian pernikahan bahagia bersama Alfi, namun takdir berkata lain, Ia harus pergi meninggalkan istri tercinta untuk selamanya. Ia harus merelakan Alfia hidup bahagia bersama orang telah merenggut nyawanya. Ia berharap Alfia akan hidup bahagia bersama suami barunya karena Ia tak mampu membahagiakan istrinya, maka dari itu Davi menitipkan Alfia kepada orang lain.
🌹🌹🌹🌹🌹🌹💖💖💖💖💖🌹🌹🌹🌹🌹🌹
Hari ini pernikahan Alfia Madan dan Davian Alvaro sedang berlangsung. Para tamu undangan mengikuti prosesi ijab Qobul dengan khidmat. Dengan sekali tarikan nafas, Davi sudah resmi mempersunting Alfia menjadi istrinya.
" Sah?" Tanya Pak Penghulu.
" Sah." Sahut kedua saksi
" Alhamdulillah......
Pak penghulu mengucapkan doa doa setelah akad nikah, acara di lanjutkan dengan khutbah nikah dan prosesi terakhir yaitu penandatangan akta nikah. Tak lupa kedua mempelai bersua foto dengan keluarganya.
Setelah itu para tamu memberikan ucapan selamat dan doa restu mereka kepada pasangan pengantin baru itu.
" Selamat sayang akhirnya kamu resmi menjadi menantu Mama, semoga kalian menjadi keluarga Sakinah, Mawadah dan Warohmah sayang." Ucap Mama Elin, Mama mertua Alfi sambil memeluk menantunya.
" Terima kasih Ma." Sahut Alfi.
Para tamu saling bergantian mengucapkan selamat pada kedua mempelai. Davi merasa sangat bahagia hari ini, Ia merasa bahagia karena telah mendapatkan wanita yang sangat Ia sayangi dan Ia cintai. Tapi entah mengapa Ia terlihat sangat gelisah. Hatinya tak menentu dan merasa tak karuan.
" Mas... Ada apa denganmu? Sepertinya kamu terlihat gelisah dari tadi." Tanya Alfi sambil menggenggam tangan Davi.
" Aku tidak tahu sayang, entah mengapa aku merasa ada yang aneh dengan diriku." Tutur Davi.
" Aneh bagaimana Mas?" Alfi menatap mata Davi.
" Entahlah." Sahut Davi.
" Sayang.... Berjanjilah jika terjadi sesuatu kepadaku jangan pernah kamu bersedih, kamu harus mengikhlaskan aku dan melanjutkan hidupmu ya... Dan kau harus hidup berbahagia walau tanpa aku." Ucap Davi menangkup wajah Alfi, Ia mencium kening istrinya cukup lama.
" Apa yang kamu katakan Mas? Jangan pernah kamu punya niatan untuk meninggalkan aku sendiri, aku tidak bisa hidup tanpamu, aku hanya memiliki dirimu saja Mas, aku mohon jangan pernah tinggalkan aku dan jangan berbicara seperti itu lagi." Ujar Alfi dengan menitikkan air matanya. Entah mengapa perasaannya begitu tak tenang.
" Aku tidak bisa menjanjikan itu sayang." Gumam Davi.
" Kenapa Mas? Apa sebenarnya kamu tidak pernah mencintaiku? Apa pernikahan ini hanya mainan bagimu?" Tanya Alfi.
" Bukan begitu sayang, aku sangat mencintaimu bahkan sangat sangat mencintaimu sayang, rasa sayang dan cintaku ini melebihi apapun yang ku punya di dunia ini, jadi jangan pernah berpikiran kalau aku tidak mencintaimu." Ucap Davi.
" Mas... Aku tidak mau kehilanganmu, aku mencintaimu, ku mohon jangan tinggalkan aku." Alfi memeluk erat Suaminya.
Sebenarnya apa yang akan terjadi? Kenapa pikirannya tidak tenang.
Acara demi acara pun berlangsung dengan lancar dan meriah. Setelah acara resepsi selesai, para tamu undangan berjalan menuju pintu keluar di ballroom sebuah hotel untuk pulang kerumah masing masing. Begitupun dengan kedua mempelai yang sedang diliputi kebahagiaan yang tiada tara setelah pagi tadi saling mengucapkan janji suci sebuah pernikahan.
Waktu menunjukkan pukul 12 malam. Kedua mempelai memilih untuk segera pulang kerumah, karna kebetulan rumah mereka tidak jauh dari hotel tempat resepsi diadakan. Jika di tempuh menggunakan mobil, maka hanya sekitar 20 menit saja.
" Dimana mobilnya pak?" Tanya Davi setelah pak sopir berdiri di hadapannya.
" Di sebrang jalan Tuan." Jawab pak supir, Karena tadi mobil pengantin tidak mendapat tempat parkir di area hotel karna saking banyaknya mobil tamu yang terparkir di sana.
( jangan protes ya, anggap aja tempat parkir hotelnya sempit).
" Mana kuncinya Pak?" Tanya Davi.
Kebetulan malam ini Davi harus menyetir sendiri, karna Pak Sofyan ( sang sopir) pulang bersama para pelayan lainnya yang masih menyelesaikan sisa pekerjaan di dalam hotel tersebut.
" Ini kuncinya Tuan." Sahut Pak Sofyan sambil menyerahkan kuncinya dan langsung di terima oleh Davi.
" Kalau begitu saya pulang dulu Pak." Ucap Davi.
" Hati hati Tuan." Ujar Pak Sofyan.
" Terima kasih Pak, mari Sayang." Davi mengulurkan tangan pada istrinya.
" Ayo mas." Sahut Alfia menyambut uluran tangan suaminya. Davi menggenggam tangan Alfia sambil berjalan menuju pintu keluar.
Keduanya berjalan beriringan sampai di jalan raya depan hotel, sesampainya di pinggir jalan, mereka menoleh kekanan dan kekiri untuk memastikan tidak ada kendaraan yang melintas. Mereka menyebrang jalan sambil bergandengan tangan, sebelum sampai ke tepi tiba tiba ada sebuah mobil yang melintas dengan kecepatan tinggi ke arah mereka.
Sadar akan bahaya yang mengintai, Davi langsung mendorong istrinya ke trotoar tepat di samping depan mobilnya berada. Alfia jatuh dengan lutut bertumpu pada trotoar.
" Awh." Pekik Alfi.
Belum sempat Davi menyelamatkan diri tiba tiba.....
Brugh...
Brak....
Ckiiiiitttttttttttttttttttttttttt
Terdengar suara dentuman dan rem mendadak bersamaan. Alfi membulatkan matanya sambil melongo...
Tiba tiba......
TBC....
*Gimana penasaran gak?.....
Makanya beri Like dan koment untuk mendukung author biar semangat lanjutin ceritanya......
Komentnya yang positif positif saja ya biar gak membuat author amatiran ini Down*.
Jangan lupa..
Di tunggu Like dan Komennya ya....
Brugh.... Brak..... Ckiiiitttttttt
Tubuh Davi terpental jauh ke tengah jalan. Alfi menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya.
" Mas.......". Teriak Alfi sambil bangkit dari duduknya. Ia mencoba berdiri walau sempoyongan menghampiri Davi. Air mata mengalir dengan begitu derasnya saat Ia melihat sang suami tergeletak di tengah jalan dengan bersimpah darah.
Tidak ada satupun orang yang membantu mereka saat ini karna memang suasana di sekitar hotel sudah sepi. Apalagi di tengah malam begini waktunya mereka tertidur lelap. Alfi berlari ke arah suaminya, di angkatnya kepala sang suami ke pangkuannya.
" Mas.... bangun mas... jangan tinggalkan aku, Mas... Ku mohon... Aku mohon kepadamu mas.. Hiks.. hiks...Mas...." Ucap Alfi menepuk nepuk pipi Davi sambil terus mengeluarkan air matanya, Ia berharap Davi mau membuka matanya. Tidak peduli dengan darah yang menempel pada bajunya, Alfi terus menepuk dan memanggil manggil nama Davi.
Berbeda dengan seseorang yang masih setia dengan keterkejutannya yang kini masih berada di dalam mobil. Pria itu masih syok dengan kejadian naas yang menimpanya. Rasa kantuk yang tadi mendera, kini telah sirna entah kemana.
Ia mencoba membuka pintu mobil lalu berjalan mendekati korban yang masih tergeletak di tengah jalan. Ia merasa iba sekaligus merasa bersalah melihat sepasang pengantin baru yang masih mengenakan gaun pengantin terduduk di jalanan, yang mana mempelai wanitanya masih menjerit dengan seorang pria di pangkuannya. Pria itu menyakini bahwa pria yang Ia tabrak tersebut adalah suami sang wanita.
" Masssssss....." Teriak Alfi.
Tak kuasa mendengar tangis dan jeritan wanita itu, pria itu luruh terduduk ke aspal jalanan dengan kedua lutut sebagai tumpuannya, Ia menyugar rambutnya dengan kasar merutuki kebodohannya yang mengemudi dengan kondisi mengantuk, Ia melajukan mobilnya dengan kecepatan kencang karna terburu buru agar cepat sampai ke kota setelah mendengar kabar bahwa sang Mama pingsan karna penyakit jantungnya kambuh.
" Mas... jangan tinggalkan aku.... ku mohon... bertahanlah.... jangan tinggalkan aku.. huuuu... " Ucap Alfi dengan sendu.
" Mas buka matamu, tatap aku Mas... Jangan membuatku takut seperti ini, aku mencintaimu Mas.. Kau berjanji akan selalu menemaniku, ku mohon buka matamu, Bertahanlah Mas." Ucap Alfi dalam tangisannya.
"Tolong.... tolong...". Teriak Alfi.
" Siapapun itu tolonglah aku." Teriakan Alfi menyadarkan Sakti dari lamunannya. Ya pria yang menabrak Davi adalah Sakti.
Sakti segera menghampiri keduanya dan mencoba mengangkat tubuh Davi dari pangkuan Alfi, Sebelum Ia berhasil tiba tiba Davi mengerjapkan matanya dan terbatuk batuk. Sakti dan Alfi menoleh, menatap kearah Davi secara bersamaan.
uhuk uhuk uhuk
" Mas... Mas... Sadarlah Mas... berjuanglah demi aku, ku mohon jangan tinggalkan aku sendiri Mas, aku sudah tidak punya siapa siapa Mas, bertahanlah aku akan membawamu ke rumah sakit, bertahanlah untuk kebahagiaan yang telah kita impikan bersama Mas." Ucap Alfi semakin tergugu, saat melihat mulut Davi mengeluarkan cairan merah yang tak lain adalah darah. Davi tersenyum menatap Alfi dengan mata sedikit tertutup.
Davi menoleh ke samping, Ia menatap Sakti yang saat ini juga sedang menatapnya dengan perasaan kalutnya.
" To..lo..ng.. a..ku.." Ucap Davi terbata bata.
" Aku akan menolongmu bertahanlah, maafkan atas kelalaianku." Jawab sakti sambil mencoba mengangkat tubuh Davi. Davi menggenggam tangan Sakti, sesaat Sakti kembali menatapnya dan menghentikan gerakannya.
" Apa ada yang ingin kau sampaikan? Kau ingin mengatakan sesuatu?" Tanya Sakti.
" Ber.. janji.. lah.. pada.. ku.. Kau.. akan.. me..nikahi.. dan.. menjaga.. istriku dengan... baik.. sayangilah dia... kamu... harus... menggantikan diriku." Pinta Davi kepada Sakti,
Davi merasa waktunya tidak akan lama lagi. Alfi menangis tersedu sedu, tanpa bisa mengucapkan apa apa bahkan sepatah katapun.
" Aku berjanji dengan nyawaku bahwa aku akan menikahi istrimu, aku akan menjaga dan menyanyangi istrimu seperti dirimu yang menyayanginya kawan, aku akanenggantikan dirimu untuk menjaganya." Ucap Sakti lantang, tanpa berpikir panjang.
" Terima.. kasih.." Sahut Davi dengan terbata.
" Alfi... sayang..." Ujar Davi.
" Iya Mas." Sahut Alfi.
" Kalau.. aku... tiada... menikahlah... dengannya." Ucap Davi.
" Tidak Mas... jangan pernah katakan itu, aku tidak bisa hidup tanpamu huaaa.... Mas... bertahanlah demi aku... ku mohon bertahanlah Mas, kau pasti akan sembuh, kau akan baik baik saja, percayalah padaku Mas." Ujar Alfi masih menangis dan sesekali mengusap air matanya.
Davi mencoba menangkup wajah istrinya, membuat Alfi menundukkan kepalanya.
" Berjanjilah... kalau kamu... akan... selalu... ba..ha..gia.. " Ucap Davi. Alfi hanya bisa menganggukkan kepalanya.
" Maafkan.. Mas.. sayang.. Aku harus pergi... Aku... sangat... mencintaimu sayang, aku mencintaimu." Sambung Davi.
Setelah mengatakan itu, Davi menghembuskan nafas terakhirnya dan menutup mata untuk selamanya.
" Tidak... Mas... tidak... jangan tinggalkan aku... ku mohon.. Mas Davi... ku mohon bangunlah Mas... Buka matamu.. Bangunlah Mas.... Mas Davi....." Teriak Alfi.
Melihat Davi yang tidak bergerak, Alfi menatap tajam ke arah Sakti.
"Kamu.... semua ini gara gara kamu, gara gara kamu suamiku jadi seperti ini, jika sampai suamiku kenapa napa, aku bersumpah tidak akan memaafkanmu, aku akan membencimu seumur hidupku." Bentak Alfi.
" Maaf.. maafkan aku, aku tidak sengaja melakukannya, aku tidak bermaksud membuat suamimu seperti ini, sekali lagi maafkan aku, aku akan bertanggung jawab dengan semua yang terjadi padamu dan suamimu." Ucap Sakti.
" Aku tidak butuh kata maafmu, aku butuh suamiku... Hanya suamiku.. Kembalikan suamiku sekarang juga! Kembalikan dia." Teriak Alfi.
Setelah berteriak suara Alfi tidak terdengar lagi dan tidak ada pergerakan dari tubuhnya, ternyata saat ini Alfi sudah tidak sadarkan diri.
Entah siapa yang menghubungi dan kapan, tiba tiba ambulan sudah datang kearah mereka.
" Tuan mari kami bantu membawanya ke mobil ambulan." Ucap seorang bapak bapak yang baru menghampiri mereka.
"Tuan membopong mbaknya saja, sepertinya dia pingsan Tuan." Ucap seseorang.
" Baiklah terima kasih." Ucap Sakti.
" Saya bantu Tuan." Ujar Pak Sofyan menghampiri Sakti.
" Terima kasih Pak." Ucap Sakti.
Orang orang di sekitar yang ternyata sedari tadi hanya melihat tanpa keduanya sadari, kini berusaha membantu, Sakti membopong tubuh Davi ke dalam ambulan. Lalu Sakti kembali menghampiri Alfi. Sakti di bantu pak Sofyan membawa tubuh Alfi dengan mobil lain.
Mereka menuju ke Rumah Sakit terdekat. Pak Sofyan merenungka apa yang terjadi pada majikannya. Ya... pak Sofyan segera keluar hotel setelah mendengar ribut ribut yang mengatakan adanya kecelakaan. Ia berlari menghampiri mobil majikannya namun semua sudah terlambat, Ia datang saat sang majikan telah menghembuskan nafas terakhirnya.
"Maafkan saya Tuan karna saya terlambat datang sehingga tidak bisa menolong Anda." Sesalnya dalam hati. Ia merasa tidak bisa menjaga Tuannya yang selama ini menganggapnya sebagai keluarga. Pak Sofyan merasa berutang budi kepada Davi.
TBC....
Gimana Readers sedih gak si....
Di tunggu Like dan Komen positifnya ya..
*Salam sehat selalu dari othor amatiran in**i
Terima kasih untuk readers yang selalu mensuport author..
Semoga sehat selalu..
Miss U all*...
Cahaya matahari masuk menyinari ruangan melalui celah celah korden yang terbuka. Ruangan bernuansa putih dan bau khas obat obatan, membuat seorang wanita yang sedang terbaring di brankar, mengerjapkan matanya.
Ia mencoba mengumpulkan sisa sisa kesadarannya. Dilihat ke sekelilingnya kamar yang nampak asing baginya. Ia terbaring di tempat tidur dengan selang infus di tangannya membuat Alfi tersadar bahwa Ia sedang berada di rumah sakit.
" Sshh auw." Desis Alfi saat mencoba menyandarkan punggungnya ke kepala ranjang, sebelum berhasil tiba tiba kepalanya berdenyut nyeri membuatnya mengurungkan niatnya.
" Sayang.. Kamu sudah sadar?" Pintu terbuka menampakkan wanita paruh baya yang tak lain adalah Mama Elin ( Mama mertuanya) berjalan mendekatinya.
" Mama bantu." Ucap Mama Elin membantu Alfi menyandarkan punggungnya ke kepala ranjang dengan bantal sebagai sandarannya.
"Terima kasih Ma." Ucap Alfi.
" Sama sama sayang." Jawab Mama Elin.
" Ma... dimana mas Davi? Kenapa tidak menungguiku di sini Ma? Apa dia masih di rumah?" Tanya Alfi menatap Mama Elin. Mama Elin hanya diam saja.
" Dimana dia Ma?" Alfi bertanya lagi.
Mama Elin bingung mau menjawab apa? Jika Ia jujur, Ia takut membuat menantunya down.Tapi Ia juga tidak tega membohongi menantunya. Menantu yang sudah Ia anggap sebagai putrinya sendiri.
" Ma.. Dimana Mas Davi? Kenapa Mama diam saja? Apa yang terjadi Ma?" Tanya Alfi seperti orang linglung karna Ia belum mengingat semuanya.
" Da... Davi.... Dia sedang tidur sayang." Bohong Mama Elin.
" Tidur dimana Ma? Aku ingin menemuinya." Ucap Alfi.
" Ia tidur di rumah iya di rumah, kamu tenang saja ya jangan banyak pikiran, sekarang kamu istirahatlah! Nanti Mama akan menelepon Davi buat ke sini." Ujar Mama.
" Enggak Ma, aku mau nunggu Mas Davi aja, pasti sebentar lagi dia kesini kan Ma, Mas Davi tidak akan meninggalkan aku dalam keadaan seperti ini." Kukuh Alfi.
" Sayang... Jangan menunggu Davi, dia bilang dia akan kesini besok pagi, dia capek sayang... Davi mau istirahat di rumah dulu." Ucap Mama Elin mencoba terus menutupi tentang keadaan Davi.
" Maafkan Mama Nak, Mama tidak tega mengatakan yang sebenarnya kepadamu, Apalagi kondisimu masih lemah seperti ini, Mama takut semua ini justru akan memperburuk keadaanmu sayang... Maafkan Mama." Ujar Mama Elin dalam hati.
" Ma.. Aku mau pulang aja ya, aku mau ketemu Mas Davi, aku kangen sama Mas Davi Ma, ayo Ma kita pulang." Ajak Alfi.
" Kondisimu belum stabil sayang, kata Dokter kamu baru boleh pulang besok, kamu harus banyak istirahat di sini jadi sabar ya." Jelas Mama Elin mencoba menahan Alfi.
" Ma... Tapi aku mau pulang, aku baik baik saja Ma bahkan aku tidak ingat kenapa aku bisa ada di sini Ma." Ujar Alfi menatap Mama Elin.
" Kamu tadi kecapekan lalu pingsan sayang." Ucap Mama Elin.
" Pingsan?" Alfi menatap ke arah Mama Elin.
" Iya." Jawab Mama Elin.
" Masa' sih Ma? Tapi aku mau pulang aja Ma, aku nggak betah di sini kalau nggak ada Mas Davi, pulang sekarang ya Ma, aku mau tidur sambil di peluk Mas Davi malam ini." Ujar Alfi.
" Alfi.... ." Mama Elin terisak, tidak sanggup melanjutkan perkataannya. Cairan bening yang Ia tahan sedari tadi lolos begitu saja.
" Kenapa Ma?" Tanya Alfi.
" Hiks...hiks....Alfi..." Isak Mama Elin.
Alfi bingung melihat Mama mertuanya yang menangis. Sebenarnya apa yang terjadi? Alfi mencoba kembali mengingat ingat apa yang sebenarnya terjadi padanya dan pada suaminya.
" Ma... Sebenarnya ada apa? Katakanlah Ma." Ucap Alfi.
" Alfi... Sebenarnya Davi....." Ujar Mama Elin.
" Mas Davi kenapa Ma?" Tanya Alfi.
"Davi sudah tiada Nak." Mama Elin menangis dengan air mata mengalir deras di pipinya.
" Tiada? Apa maksud Mama?" Tanya Alfi.
" Davi meninggal karna kecelakaan sayang.." Jelas Mama masih dalam keadaan menangis.
" Mama jangan bercanda! Ini nggak lucu Ma, semalam aku sama Mas Davi Ma, tidak mungkin Mas Davi meninggal Ma, Ngepranknya nggak lucu deh Ma.." Sahut Alfi.
" Mama nggak bohong Fi... Davi sudah tiada, apa kamu ingat semalam setelah resepsi selesai kalian berdua pulang, tapi saat hendak menyebrang jalan tiba tiba ada mobil yang melaju kencang, dan Davi tertabrak mobil itu dari depan Nak." Jelas Mama Elin berharap Alfi mengingat semuanya.
" Tertabrak mobil? Mas Davi tertabrak mobil Ma?" Alfi mengerutkan keningnya, Ia mencoba mengingat kejadian itu, Seketika Alfi mengingat suara...
Brugh... Brak... Ckiitttt
Bayangan tubuh Davi yang bersimpah darah berputar seperti kaset film. Deg.. Deg... Jantung Alfi berdetak kencang, nafasnya tercekat membuat sesak di dadanya.
Davi...Davi... Ia mencoba mengingat suaminya.
" Tidaaakkk....." Teriak Alfi tiba tiba sambil menutup telinga dengan kedua tangannya.
Seketika Ia ingat bahwa Davi telah menutup mata untuk selamanya, Davi meninggalkan dirinya dengan membawa cintanya.
" Tidak.. tidak mungkin.. Mas Davi tidak mungkin meninggalkan aku, dia pasti hanya ngeprank aku kan Ma? Mas Davi.... Dimana kamu Mas? Mas... jangan tinggalkan aku sendiri." Teriak Alfi histeris, Mama Elin mendekap tubuh Alfi berusaha menenangkannya.
" Tenanglah sayang! Tenangkan dirimu, jangan seperti ini Mama mohon." Ucap Mama Elin mengelus kepala Alfi. Ia berusaha tegar di hadapan menantunya.
" Mas Davi Ma... Mas Davi berjanji akan selalu berada di sampingku, Mas Davi berjanji akan mengabulkan semua permintaanku, Mas Davi berjanji akan menemani masa masa ngidamku nanti.. Mas Davi mau mengajakku bulan madu ke Bali Ma.. Mas Davi.. Hiks....". Racau Alfi sesegukan.
Semua rencana yang ia rangkai bersama Davi pupus sudah.. Kebahagian yang Ia impikan kini musnah sudah. Hanya satu malam semuanya berubah menjadi kelam. Hidup tanpa Davi di sampingnya akan terasa berat untuk Alfi.
" Mas Davi berbohong Ma... Dia membohongiku.. Mas Davi pergi meninggalkan aku untuk selamanya bersama janji janji dan cintanya Ma... Cintaku ikut mati bersamanya Ma... Hiks...." Alfi menangis tersedu sedu di dalam pelukan mertuanya.
" Mas Davi Jahat.... Mas Davi pembohong, Mas Davi sudah tidak menyayangiku lagi Ma... Mas Davi pembohong... Mas Davi... Bawa aku bersamamu Mas, aku tidak sanggup hidup tanpamu Mas... Lagian tidak ada gunanya hidupku tanpamu Mas.. Bawa aku..." huuuuu Alfi terus meracau sambil menangis.
Mama Elin merasa Iba dengan kondisi Alfi sekarang ini. Sebagai orang tua, Ia ingin yang terbaik untuk putra putrinya. Tapi apalah daya Jodoh Rezeki dan Maut ada Di tangan Tuhan. Manusia hanya bisa berencana tetapi Tuhan yang menentukannya.
" Sabar sayang.. Ikhlaskan kepergian Davi agar Dia tenang di alam sana, cinta dan kasih sayang Davi kepadamu begitu besar sampai Ia bawa ke Surga, Sayang.. jangan pernah ragukan cinta Davi, Davi sangat mencintaimu nak.. dan ingin melihatmu bahagia, walau hanya melihatmu dari sana, kuatkan dirimu Alfi.." Ujar Mama Elin menjelaskan pada Alfi tentang betapa besar cinta Davi kepada Alfi.Seketika suasana menjadi hening sampai tiba tiba......
TBC.....
Hai readers... jangan lupa kasih like dan komennya ya... salam sehat selalu dari othor...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!