NovelToon NovelToon

VILLA

BAB 1

Siang itu, Bella, Silvi, Rendi, Radit dan David sedang duduk santai di kantin sambil membicarakan tentang liburan yang akan mereka lakukan.

“Minggu besok kuliah udah mulai libur semester. Gue bingung mau kemana" ujar Bella

“Naik gunung aja yu. Mau gak, Bell?” ucap Radit.

“Gak deh, Dit. Gue takut sama ketinggian” Bella menolak.

“Kalau ke pantai gimana, Bell?" sahut Silvi.

“Loe gak bosen apa ke pantai terus, Sil?” tanya Rendi.

“Kan pantai enak, Ren. Suasananya bikin hati gue adem,” jawab Silvi.

“Loe benar, Sil. Kita ke pantai aja. Gue mau relaksasi” ujar Bella.

“Benar nih kita ke pantai? Loe mau gak, Dit?”

“Kalau gue ikut aja. Lagi pula di pantai kan banyak cewek seksi"

“Pikiran loe ngeres, Dit” ujar Bella.

“Gimana, loe mau ikut gak, Ren?”

“Terserah loe aja Vid. Yang penting gue bisa liburan” ujar Rendi.

Hari semakin cepat berlalu dan waktu yang mereka tunggu pun tiba. Sebelum berangkat menuju pantai, mereka mengadakan pertemuan dahulu di rumah Bella untuk mempersiapkan perbekalan apa saja yang akan mereka bawa. Namun saat itu, hanya Radit seorang diris yang belum datang.

“Ren, si Radit jadi ikut?”

“Ikut, Sil. Katanya lagi di jalan," Setelah menunggu cukup lama, akhirnya yang di bicarakan pun datang.

“Loe habis dari mana, Dit. Lama banget!”

“Biasalah! Habis beli minum Bell. Gak ada minuman, gak asyik”

“Kerjaan loe mabuk terus, Dit”

“Pikiran loe negatif aja, Sil. Gue habis beli larutan,” ujar Radit.

“Pastiin lagi ya, semua barang jangan ada yang tertinggal”

“Ok, Bell. Udah semua” ujar David.

“Gue mau pamitan dulu sama Mbok Ijah,” ujar Bella.

Sesampainya di dalam rumah.

“Mbok? Mbok Ijah?” panggil Bella. Namun, saat itu tak ada balasan dari Mbok Ijah. Bella pun bergegas menuju kamar Mbok Ijah. Sesampainya di dalam kamar, ternyata kondisi kamar dalam keadaan sepi. Bella pun sempat melihat sebuah kotak misterius yang berada di atas meja kamar.

“Non Bella sedang apa di kamar, Mbok?”

“Si Mbok bikin Bella kaget aja. Ini kotak apa Mbok?”

“Bukan apa-apa kok, Non. Oh ya, Non Bella jadi pergi pantai hari ini?”

“Jadi dong, Mbok. Ya udah Mbok, Bella berangkat sekarang ya. Teman-teman Bella udah pada nunggu di luar"

“Yaudah. Hati-hati ya"

Setelah persiapan selesai, mereka berlima langsung bergegas pergi menuju pantai. Namun di pertengahan jalan, mereka terjebak dalam kemacetan. Perasaan bosan pun mulai mereka rasakan.

“Coba cari jalan alternatif, Vid. Bosen banget dari tadi gak jalan-jalan. Sekali jalan cuma lima jengkal aja” ujar Rendi.

“Iya, Vid. Buang-buang waktu aja” papar Silvi.

“Di sini gak ada jalan alternatif. Kalau nginap di villa gue, mau gak?”

“Villa, Vid?”

“Iya, Bell. Mau gak? Gak jauh kok dari sini, tinggal muter aja di persimpangan jalan yang di ujung sana”

“Emang, loe punya villa, Vid?”

“Punya, Sil. villa itu turun-temurun di wariskan ke keluarga gue. Cari suasana baru"

“Boleh juga ide loe, Vid” ujar Rendi.

“Gimana? Kalian mau gak?”

“Kalau gue sih setuju-setuju aja, Vid” tegas Radit.

“Tapi, villanya seram gak, Vid?”

“Tenang aja, Bell. Meskipun villanya udah tua, di jamin gak seram”

David mengambil arah memutar menuju villa miliknya. Tak lama setelah melalui perjalanan yang lumayan panjang dan melelahkan, mereka berlima pun sampai di tempat tujuan.

Bella, Silvi, Rendi dan Radit tampak terkejut saat melihat villa tersebut. Villa itu terlihat sangat tua.

“Ini villa loe, Vid?” Tanya Bella.

“Iya. Emang kenapa?”

“Kok seram ya!” ujar Bella.

“Santai aja, Bell” ujar David.

“Vid, kok villanya gini banget sih?” Tanya Silvi khawatir.

“Wajarlah. Ini kan villa turun-temurun dari Nenek-Kakek gue. Jadi, villa ya lumayan tua”

Dengan perasaan resah, mereka pun keluar dari dalam mobil dan menghampiri villa yang terlihat menyeramkan itu.

“Yakin, ini villanya, Vid?” Tanya Bella cemas.

“Ya iyalah, Bell” jawab David.

Sesampainya di depan pintu villa. Bella, Silvi, Rendi dan Radit mulai merasa cemas.

“Permisi! Permisi!” teriak David. Setelah lama menunggu, akhirnya pintu villa di bukakan oleh seseorang dari dalam. Terlihat sesosok Kakek bongkok berdiri di depan pintu menyambut kedatangan mereka.

“Itu siapa, Vid?” Tanya Bella berbisik.

“Tenang aja. Dia Pak Darso, penjaga villa ini"

“Gue kira, setan!” bisik Radit.

“Jalan pikiran loe sama kayak gue, Dit!” tegas Rendi.

“Kirain siapa! Masuk, Den!” ucap Pak Darso yang langsung mempersilahkan David beserta teman-temannya untuk masuk. Langkah demi langkah mereka tapaki dengan penuh kecemasan. Sesampainya di dalam, mereka merasakan keanehan.

“Ini villa gak sesuai dengan apa yang gue bayangin,” tegas Radit.

“Benar banget, Dit. Gue kira villanya bagus. Kalau kayak gini, gue gak ikut aja tadi” ujar Rendi.

“Villa apa hotel, ruang tamunya luas?” celetuk Silvi.

Dinding villa itu benar-benar sudah usang, bahkan banyak cat di dinding yang sudah mengelupas. Dan terlihat di setiap pojok dinding terdapat sarang laba-laba.

Pak Darso sepertinya tampak cemas dengan kedatangan David dan teman-temannya.

“Maaf, Pak Darso! David gak bilang terlebih dahulu kalau mau main kesini!” ucap David.

“Gak apa-apa kok, Den. Pak Darso malah senang kalau Den David mau berkunjung kesini. Oh ya, Den David sedang liburan?”

“Iya Pak, Darso. Mangkan nya David sama teman-teman mengunjungi villa ini. David berencana untuk menginap di villa ini Pak Darso. Mungkin sekitar tiga hari"

“Oh, begitu. Tapi Pak Darso sarankan, kalau tengah malam kalian jangan pernah keluar kamar seorang diri atau keluar dari villa ini”

“Iya Pak, Darso. David ngerti, kok" tegas David.

“Emang kenapa sih, Vid?”

“Ikutin aja apa kata Pak Darso, Bell!” ujar David. Pak Darso pun mengantarkan mereka menuju kamar masing-masing yang telah di siapkan nya.

“Ini Den, kunci kamarnya!”

“Makasih ya Pak, Darso?” ujar David. Sebelum pergi meninggalkan mereka. Pak Darso menitipkan satu pesan yang membuat mereka bingung.

“Oh ya, Aden sama teman-teman Aden harus ingat, di ujung sana, dekat kamar mandi ada satu kamar, kalian tidak boleh memasuki kamar tersebut! Apa pun yang terjadi, jangan pernah masuk. Itu kamar terlarang!” tegas Pak Darso.

“Aden ngerti Pak Darso!” jawab David. Pak Darso langsung pergi meninggalkan mereka dengan sikap dinginnya. Mendengar penjelasan dari Pak Darso, Bella dan yang lainnya mulai merasakan ada yang aneh.

“Emang di kamar itu ada apaan, Vid?” Tanya Bella penasaran.

“Bukan apa-apa kok, Bell. Dari dulu itu kamar emang gak boleh di masukin sembarang orang,”

“Kok gue jadi merinding gini ya, Ren?” ujar Radit.

“Kita cuma tiga hari kan di villa ini, Vid?”

“Iya Sil. Cuma tiga hari aja kok!”

“Terus, pesan dari Pak Darso, jangan keluar malam-malam. Maksudnya apa, Vid?” Tanya Bella cemas.

“Di villa ini sering terjadi hal yang aneh-aneh. Pak Darso gak mau kalian ngalamin hal yang aneh itu. Mangkan nya, Pak Darso ngelarang kita keluar malam-malam" ujar David dengan santainya.

“Maksudnya hal aneh kayak gimana, Vid?”

“Ya udahlah, Bell. Gak penting juga untuk di bahas”

“Ini villa jarang di bersihin ya, Vid?”

“Gue kurang tahu, Bell. Terakhir gue kesini 6 tahun yang lalu. Gue jarang ke sini. Mungkin Pak Darso belum sempat buat membersihkannya”

BAB 2

Setelah mendapatkan kunci kamarnya masing-masing, mereka langsung bergegas ke lantai dua menuju kamar yang telah di siapkan oleh Pak Darso.

“Loe tidur di kamar ini aja Bell sama Silvi. Biar gue bertiga tidur di kamar sebelahnya. Kalau mau ke kamar mandi di ujung sana ada kamar mandi Deket kamar terlarang itu" ujar David.

“Pak Darso, kamarnya di mana, Vid?”

“Kalau Pak Darso kamarnya di bawah, Bell”

Mereka pun masuk ke dalam kamarnya masing-masing.

Setibanya di dalam kamar.

“Ini kamar kayak gak pernah keurus aja”

“Iya, Bell. Berantakan banget” ujar Silvi. Mereka pun mulai merapikan kamar yang terlihat berantakan itu.

“Kok bisa ya, Si David punya villa kayak gini?” Tanya Bella sambil menaruh pakaiannya ke dalam lemari.

“Ini sih bukan villa, Bell. Tapi, sarang kuntilanak”

“Kalau ngomong sembarangan aja loe. Oh ya, kira-kira, kenapa ya Pak Darso ngelarang kita masuk ke kamar itu?”

“Gak tahu deh. Mungkin di kamar itu tempat ritual kali, Bell”

“Jangan-jangan kamar terlarang itu, kamar pesugihan, Sil” ujar Silvi.

“Loe dari tadi ngomongnya ngelantur terus, Sil”

Di sisi lain.

Rendi dan Radit tampak cemas memikirkan villa yang saat ini mereka tempati, karena tempatnya tak sesuai dengan harapan mereka.

“Udah berapa lama umur villa ini, Vid?” Tanya Rendi.

“Udah lama banget Ren. Kalau gak salah, villa ini udah ada dari tahun 1920”

“Gila! Berarti, villa ini udah tua banget. Kenapa gak di jual aja, Vid? Kalau gak, loe sewain biar jadi duit?” papar Radit.

“Pesan dari almarhum bokap gue, villa ini jangan pernah di jual!”

“Emang kenapa, Vid?” tanya Rendi heran.

“Gue juga gak tahu, Ren. Dulu Mbok Darsem pernah cerita, kira-kira tahun ’70-an pernah ada keluarga gue mau menjual villa ini, sebelum villa ini terjual. Keluarga gue yang mau ngejual villa ini tewas secara misterius”

“Kok bisa, Vid? Jangan-jangan villa ini udah di kutuk?”

“Mungkin! Sebenarnya gue juga penasaran Dit sama villa peninggalan keluarga gue ini"

“Udahlah. Gak usah bahas yang gitu-gituan. Mending kita nonton video anget aja"

“Benar tuh, Ren. Dari pada ngomongin yang gak jelas mending nonton yang lebih jelas. Jelas hangatnya!” ujar Radit. Rendi pun segera mengeluarkan laptop miliknya dari dalam tas.

“Ah, pikiran loe berdua dari dulu gak jauh dari begituan!” tegas David. Di saat mereka sedang berbincang-bincang, terdengar suara ketukan pintu dari arah luar.

“Pasti si Silvi yang ingin di temenin. Kebetulan banget. Gue ajakin bareng nonton film anget, ah" ujar Radit dengan santainya.

Radit pun beranjak dari ranjang tidur menghampiri pintu kamar dan membukanya.

“Setaaaaaan!” teriak Radit kaget. Saking terkejutnya, dia langsung berlari menghampiri David dan Rendi. David dan Rendi tampak heran melihat tingkah lakunya.

“Kenapa loe, Dit?” Tanya David.

“Ada se-setan, Vid!” jawab Radit gemetaran.

“Setan? Yang benar loe?” Tanya Rendi tak percaya.

“Gue serius, Ren!” jelas Radit. Tiba-tiba pintu kamar yang sudah tertutup rapat langsung terbuka dengan sendirinya, dan terlihat jelas sesosok Nenek tua masuk ke dalam kamar mereka sambil membawa tiga gelas susu hangat untuk mereka.

“Oh, itu bukan setan. Dia Mbok Imah, istrinya Pak Darso!”

“Ini Den, susu hangat”

“Taruh aja di atas meja, Mbok!” ujar David. Setelah menaruh susu di atas meja, Mbok Imah segera pergi meninggalkan mereka.

“Katanya mau di ajakin nonton video anget, kok malah ketakutan?” ledek Rendi.

“Sumpah, Vid! Kalau gue tinggal seminggu di villa ini, gue pasti udah kena serangan jantung!” tegas Radit.

Malam semakin larut. David dan Radit sudah tertidur pulas

“Dit, antar gue yuk ke kamar mandi! Gue kebelet nih!” ujar Rendi. Dalam keadaan setengah sadar, Radit pun mencoba membuka matanya.

“Loe gak inget pesan dari Pak Darso, Ren?”

“Tapi gue kebelet, Dit,” Dengan terpaksa Radit pun mengantarkannya ke kamar mandi. Namun sebelum mereka sampai di kamar mandi, mereka mulai merasakan hal ganjil. Saat itu mereka mendengar suara bising dari arah ruang tamu. Karena penasaran, mereka pun turun tangga menuju ruang tamu dengan hati penuh tanda tanya.

“Loe mau kemana, Ren?” tanya Radit.

“Gue mau ke ruang tamu, Dit?”

“Nekat banget! Loe gak inget perkataan Pak Darso?”

“Ngapain sih dengerin perkataan orang tua yang belum tentu benarnya”

“Tapi, Ren!”

“Loe gak dengar, ada suara keramaian di rumah tamu?”

Saking penasarannya, mereka terus melangkah menuju ruang tamu. Rendi yakin suara itu berasal dari ruang tamu. Sesampainya mereka di ruang tamu, keanehan mulai mereka rasakan.

Tiba-tiba, mereka seperti berada di sebuah pesta tua tahun’80-an.

“Jangan-jangan yang di maksud Pak Darso keanehan seperti ini?” tebak Radit.

Di saat keduanya memperhatikan keanehan di ruang tamu itu, secara tiba-tiba seluruh orang yang berada di pesta itu tampak pusing dan seketika itu juga darah segar langsung keluar dari lubang hidung mereka. Radit dan Rendi tercengang heran. Di saat keduanya tampak kebingungan, tiba-tiba pundak Rendi di pegang oleh seseorang. Dia pun terkejut.

“Sedang apa kalian di sini?” Tanya Pak Darso. Mereka bertambah terkejut ketika Pak Darso sudah ada di belakang mereka.

“Pak Darso? Maaf Pak Darso, tadi saya melihat ada pesta di ruang tamu!” jawab Rendi.

“Pesta? Di sini gak ada pesta. Udah malam, lebih baik kalian tidur,” tegas Pak Darso.

“Benar Pak Darso, di sini ada pesta!” Radit membenarkan.

“Di sini gak ada pesta. Lebih baik kalian pergi ke kamar dan langsung tidur” perintah Pak Darso. Saat Rendi dan Radit mencoba menoleh kearah ruang tamu, mereka pun terkejut bukan main. Karena, keadaan di ruang tamu tampak sepi. Tak ada pesta mewah di sana.

***

Pagi pun tiba. Suasana dingin mulai terasa menusuk kulit. Bella yang sudah bangun terlebih dahulu memutuskan untuk pergi ke dapur.

Namun, dia tidak sengaja melihat Silvi sedang duduk termenung di ruang tamu.

“Ngapain di ruang tamu sendirian, Sil?” tanya Bella.

“Pergi! Pergi ! Tinggalkan villa ini!” ucap Silvi merintih. Bella benar-benar merasa heran dan terus memperhatikan sahabatnya itu. Namun di saat Bella sedang memperhatikan tingkah laku aneh Silvi. Tiba-tiba, ada seseorang yang menepuk pundaknya dari arah belakang.

“Silvi?” ujar Bella terkejut. Bagaimana bisa Silvi berpindah tempat begitu cepat. Padahal dia tadi masih duduk di sofa.

“Loe kenapa, Bell?” tanya Silvi.

“Gak kenapa-napa, Sil” jawab Bella heran.

Dengan tergesa-gesa, Bella langsung pergi ke lantai dua menuju kamar mandi. Namun, disaat Bella mau melewati kamar yang di larang olek Pak Darso, sekilas dia mendengar suara seperti perempuan yang sedang meminta tolong. Karena rasa penasaran, Bella pun mencoba menghampiri kamar terlarang itu. Namun, di saat dia mau membuka pintu kamar itu, tiba-tiba seseorang menarik tangannya.

“Apa yang sedang kamu lakukan?” tanya Pak Darso si penjaga villa.

“Maaf Pak! Tadi saya mendengar ada suara perempuan minta tolong dari dalam kamar ini” jawab Bella gugup.

“Lebih baik jangan kamu dengarkan!” tegas Pak Darso. Karena ketakutan, Bella pun pergi meninggalkan Pak Darso dengan tergesa-gesa menuju kamar mandi.

BAB 3

Menit demi menit telah berlalu. Setelah membersihkan badannya, dengan perasaan cemas, Bella pun pergi kembali menuju dapur untuk menyeduh segelas teh hangat. Namun, Belum sampai di dalam dapur, lagi-lagi Bella merasakan keanehan. Bella mendengar seperti suara pecahan piring yang berjatuhan kelantai. Padahal, saat itu tak ada satu piring pun yang terjatuh ke lantai. Bella benar-benar ketakutan.

“Villa ini, benar-benar angker!” ucap Bella dalam hati. Bella pun langsung pergi meninggalkan dapur menuju kamar.

Sesampainya di kamar.

“ Loe kenapa, Bell?”

“Tadi, sebelum gue pergi ke kamar mandi, gue dengar ada suara yang meminta tolong dari kamar terlarang itu Sil,”

“Siapa yang minta tolong, Bell?”

“Gue juga gak tahu siapa yang minta tolong. Tapi, pas gue mau buka pintu kamar terlarang itu, tiba-tiba Pak Darso udah ada di belakang gue. Kayaknya ngelarang gue banget agar gak masuk ke kamar itu”

“Namanya juga kamar terlarang. Jadi, ya cuma khusus orang tertentu aja yang boleh masuk” ujar Silvi.

“Tapi, gue penasaran banget Sil sama kamar terlarang itu!”

“Oh ya, semalam si Rendi sama si Radit katanya ngalamin hal yang aneh, Bell”

“Aneh gimana?”

“Katanya, mereka melihat sebuah pesta tua di ruang tamu,”

“Loe serius, Sil?”

“Gue juga gak tahu, Bell. Yang pasti, villa ini angker deh,”

“Mungkin mereka lagi ngelindur, Sil!”

“Loe ingat gak apa kata Pak Darso, jangan pernah keluar tengah malam?”

“Inget! Emang kenapa?”

“Mungkin karena keanehan seperti yang di alami mereka berdua, mangkannya Pak Darso ngelarang kita untuk keluar malam-malam"

“Oh ya, Sil. Sewaktu gue lagi di dapur, gue juga ngerasain hal yanga aneh"

“Aneh?”

“Iya, Sil. Aneh. Gue kayak denger ada suara pecahan piring, tapi pas gue cari, ternyata gak ada piring yang ppeca”

“Jangan-jangan, villa ini memang angker, Bell!”

“Sejak pertama gue masuk ke villa ini. Firasat gue memang udah gak enak, Sil”

***

Malam pun tiba. Suara-suara aneh mulai terdengar dari setiap celah dinding yang sudah mulai usang. Apa lagi di padu dengan suara hujan yang mengguyur deras di luar. Hawa dingin pun menyebar di sisi ruangan. Tapi hal itu tidak menghentikan obrolan mereka berlima di ruang tamu.

“Gue punya ide biar liburan kita berkesan. Gimana setiap kita bercerita tentang kisah yang menyeramkan, Setuju?” usul Radit.

“Gak ah. Gue gak punya kisah-kisah gituan” terang Bella.

“Kalau gak mau cerita, berarti saat masuk kuliah nanti harus neraktir kita-kita makan sesuai yang kita mau. Gimana?” ucap Radit dengan santainya.

“Ya udah, biar gue yang cerita dulu. Ini kisah bukan sembarang kisah. Dulu di kampus kita pernah ada mahasiswi yang bunuh diri di kamar mandi dan arwahnya sampai saat ini masih gentayangan. Siapa saja yang malam-malam berani ke kamar mandi sambil membawa payung, maka arwah mahasiswi itu akan menampakan diri,” papar Rendi.

“Loe serius, Ren?” Tanya Bella penasaran.

“Gue serius. Kalian tahu gak kenapa Pak Sapto berhenti jadi satpam sekolah?”

“Memang kenapa, Ren?”

“Dengar-dengar, Pak Sapto pernah ketemu sama hantu perempuan itu. Karena takut, Pak Sapto mutusin berhenti"

“Ah, itu biasa! Ini kisah gue. Benar-benar gue alami. Gue pernah di datangin sama genderuwo"

“Serius loe, Dit?”

“Serius, Sil. Wajahnya seram banget, tubuhnya penuh bulu. Dia selalu ganggu tidur gue. Pas gue bangun tidur, gue nanya sama Ibu gue. Ternyata makhluk itu di sebut Genderuwo"

“Tunggu dulu deh. Loe bilang bangun tidur. Berarti, loe mimpi, bukan kisah nyata dong!” selidik Bella.

“Iya, Bell. Hehehe"

“Ah dasar, loe. Udah bikin bulu kuduk gue merinding, ternyata cuma mimpi!” sahut Silvi.

“Sekarang giliran gue yang cerita. Gue harap loe semua tenang. Dulu, di villa ini pernah terjadi pembunuhan sadis, yang di bunuh itu salah satu penghuni villa ini. Dia di bunuh karena di tuduh melakukan pesugihan”

“Serius loe, Vid?” potong Bella.

“Setahun setelah pembunuhan itu. Setiap malam jumat, perempuan itu menjelma menjadi sosok Kuntilanak dan mengganggu siapa saja yang mendatangi villa ini"

“Real atau hanya karangan belaka aja”

“Itu kisah turun-temurun yang di ceritain sama orang tua gue. Tapi jangan khawatir. Mbok Darsem pernah bilang, kalau Kuntilanak itu sekarang sudah di segel" jelas David.

“Paling itu cuma cerita buat nakut-nakutin anak aja, Vid. Biasanya kan orang zaman dulu mah gitu,” ucap Rendi.

“Oh ya, Vid. Sebenarnya di kamar terlarang itu ada apa, sih?” tanya Bella penasaran.

“Gue saranin, loe jangan pernah masuk ke kamar terlarang itu, Bell!”

“Emang di kamar terlarang itu isinya apaan, sih?” tanya Silvi.

“Mungkin Kuntilanak itu kali, Sil. Hehehe” Jawab David dengan santainya.

“Ah, loe bisanya nakutin aja, Vid" ucap Bella. Namun, tiba-tiba seluruh lampu ruangan padam. Hal itu membuat mereka panik. Di saat mereka sedang kebingungan, muncul Mbok Imah di hadapan mereka sambil membawa lampu lilin.

“Itu pasti setan. Gue yakin pasti setan” tegas Radit takut.

“Itu siapa, Vid?”

“Oh, itu Mbok Imah Bell, istrinya Pak Darso, kalian tenang saja”

“Maaf, Den! Di sini sering mati lampu!” jelas Mbok Imah. Tak lama setelah Mbok Imah menghampiri mereka, lampu pun kembali menyala dengan sendirinya.

Kini suasana villa menjadi berbeda semenjak David menceritakan kisah pembunuhan seorang perempuan di villa yang kini mereka tempati. Bahkan Bella ketakutan karenanya.

“Mau kemana loe, Bell?” Tanya Silvi.

“Gue kebelet, Sil!” jawab Bella.

“Bell, ke kamar mandinya jangan lama-lama ya?” ujar David.

Bella bergegas pergi ke lantai dua menuju kamar mandi.

Menit demi Menit pun berlalu.

Di saat Bella mau pergi meninggalkan kamar mandi, lagi-lagi keanehan pun mulai di rasakan nya. Bella mendengar suara perempuan yang sedang meminta tolong seperti yang kemarin dia dengar. Karena penasaran, Bella mencoba mencari asal suara itu. Dan ternyata suara itu berasal dari kamar terlarang itu.

Dengan menghiraukan saran dari Pak Darso. Bella menghampiri kamar terlarang itu. Dan secara tiba-tiba suara yang di dengarnya pun menghilang dengan sendirinya.

Bella semakin penasaran. Dia mencoba untuk membuka pintu kamar terlarang itu. Ternyata pintu kamar terlarang itu tidak terkunci.

"Kok gak di kunci, apa mungkin pak Darso lupa?" Tanya hati Bella.

Bella pun memberanikan diri untuk masuk ke dalam kamar terlarang itu. Sesampainya di dalam kamar. Bella mulai merasakan hal yang aneh. Seisi dalam kamar tercium wangi bunga melati dan dia juga melihat sebuah sesajen di depan cermin tua yang berdiri kokoh tepat di samping ranjang tidur. Namun, sebelum Bella pergi meninggalkan kamar terlarang itu, dia sempat mengambil sebuah buku aksara jawa kuno yang tergeletak di hadapan cermin tua itu.

“Buku apa ini ya?” ujar Bella.

Dengan perasaan takut, Bella langsung pergi tergesa-gesa meninggalkan kamar terlarang itu sambil membawa buku yang dia temukan. Namun baru saja Bella mau meninggalkan kamar terlarang itu, dia berpapasan dengan Pak Darso.

“Sedang apa kamu di kamar ini?” tanya Pak Darso.

“Sa-saya” jawab Bella gugup. Bella langsung meninggalkan Pak Darso tanpa memberi penjelasan sedikit pun. Tanpa ada rasa curiga Pak Darso langsung mengunci pintu kamar terlarang itu.

“Habis dari mana loe, Bell? Lama banget”

“Tadi sehabis dari kamar mandi, gue sempat masuk ke kamar terlarang itu, Vid"

“Nyari penyakit aja, loe Bell!” sahut Silvi.

“Loe gak dengerin perkataan Pak Darso kemarin apa?” ujar David.

“Habis gue penasaran, Vid. Tadi gue dengar ada suara minta tolong. Gue beraniin masuk ke dalam kamar itu. Pas di dalam kamar, gak ada siapa-siapa, yang ada hanya cermin tua aja. Gue juga nemuin sesuatu,”

“Nemuin apaan, Bell?” tanya Radit penasaran. Bella pun langsung memperlihatkan buku yang dia temukan di kamar terlarang itu.

“Tua banget bukunya!” ujar Silvi.

“Coba gue lihat” Rendi mulai melihat buku itu dengan teliti. Dalam buku itu banyak tulisan aksara jawa kuno yang membuatnya tidak mengerti. Dan dari beberapa halaman buku itu terdapat banyak gambar tentang kuntilanak.

“Kayaknya ini buku semacam untuk ritual, deh” ujar Rendi.

“Buku ginian di Tanah Abang juga banyak, Bell!” tegas Radit.

“Mending loe balikin lagi, Bell” seru David.

“Gak ah, Vid. Gue gak berani. Tadi sebelum gue pergi dari kamar terlarang itu, gue sempat kepapasan sama Pak Darso. Gue takut"!

“Kan dia pernah ngingetin kita, Bell. Jangan pernah masuk ke kamar terlarang itu!” tegas David.

“Coba, Sil. Loe lihat. Loe sama Bella kan ngerti bahasa bahasa kayak gini” Silvi pun mulai mengamati bahasa aksara jawa kuno itu.

“Kayaknya benar, dari tulisan yang gue ngerti. Ini semacam buku untuk ritual”

“Mungkin buku ini buat manggil Kuntilanak!” ujar Bella.

“Mana ada sih buku yang bisa manggil Kuntilanak?” papar Rendi.

“Gue setuju, Ren. Bohong banget tuh buku!” sahut Radit.

Rendi dan Radit sama sekali tidak percaya dengan buku yang di temukan oleh Bella. Keduanya menganggap buku itu hanya bualan semata.

“Ya udahlah, Bell. Lebih baik buku itu loe simpan aja,” ucap David.

Waktu semakin berlalu dan malam berikutnya pun tiba. Saat itu Bella dan Silvi sedang berbincang-bincang di dalam kamar

“Loe ngerti gak, maksud dari buku ini, Bell?” tanya Silvi.

“Sedikit, Sil. Jangan-jangan, Kuntilanak yang di maksud buku ini. Kuntilanak yang pernah di ceritakan sama si David?” tebak Bella.

“Masa sih, Bell"

Di saat Bella mau membuka buku misterius itu, tiba-tiba angin kencang datang di sekitar mereka. Bahkan, sempat terdengar suara pecahan piring.

“Itu suara apa, Bell?” tanya Silvi heran.

“Gue juga gak tahu, Sil. Tapi suaranya persis seperti yang gue dengar sewaktu gue lagi di dapur kemarin,” jawab Bella. Seketika terdengar suara ketukan pintu dari arah luar. Keduanya terlihat terkejut. Tetapi, Bella memberanikan diri untuk membuka pintu. Ternyata Mbok Imah sudah berdiri di depan pintu kamar sambil membawa obat nyamuk bakar.

“Mbok Imah, kiarain siapa, Mbok!” ujar Bella. Setelah memberikan obat nyamuk bakar, Mbok Imah bergegas pergi.

Di tempat lain.

“Gue masih benar-benar gak nyangka, Si Bella berani banget masuk ke kamar terlarang itu" ujar Radit.

“Emang ada apa sih dengan kamar itu, Vid. Kok kayaknya di larang banget?”

“Gue juga belum tahu pasti, Ren. Tapi kata Pak Darso, dulu kamar itu bekas tempat bersemayamnya Kuntilanak penghuni villa ini"

“Jadi, kisah yang pernah loe ceritain itu benar-benar kisah nyata dong?”

“Gue juga belum tahu kebenarannya, Dit”

“Udahlah. Itu cuma mitos!”

“Benar kata si Rendi. Lagi pula itu di zaman modern, mana ada sih Kuntilanak” tegas Radit.

“Oh ya, Vid. Gue yakin loe pasti tahu tentang buku yang di temuin Si Bella!”

“Maksud loe buku aksara jawa kuno itu?”

“Iya, Vid”

“Gue benar-benar gak tahu soal buku itu, Dit,” jelas David.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!