"Hey apa yang kau lakukan pada kakakku?" Seru seorang gadis yang menahan sebuah tangan kekar.
"Tanyakan saja pada kakakmu itu." Pria itu menghempaskan genggamannya, dan gadis tersebut membalikkan tubuhnya untuk meminta penjelasan pada sang kakak.
"Ashley. Maafkan aku."
"Kakak? Kenapa kau berjudi? Bukankah kau tidak pernah melakukan hal seperti ini sebelumnya?" Gadis itu tampak kecewa pada pengakuan kakak tunggalnya. "Berapa jumlah kekalahan yang harus di bayar oleh kakakku?" Kini gadis tersebut kemnali berbalik, dan memandang pria yang ada di hadapannya.
"Bagaimana dengan dirimu saja?" Pria itu mengusap lembut pipi gadis tersebut.
Merasa di lecehkan, gadis tersebut melayangkan sebuah tamparan pada pria yang sudah menyentuhnya tanpa meminta izin terlebih dahulu. Mendapat sebuah tamparan dari seorang gadis kecil di tengah keramaian adalah hal yang memalukan, hingga membuat pria tersebut hendak membalas perbuatannya.
Ketika tangannya hendak melayangkan sebuah tamparan yang berlipat. Lagi-lagi sebuah tangan menahannya, dan membuat pria itu semakin kesal. Saat tahu yang menahannya, pria itu tampak kikuk, dan langsung menurunkan tangannya.
"Tuan Elden?" Pria itu segera memundurkan langkahnya dengan cepat.
"Kufikir ada keributan apa disini. Ternyata hanya pertengkaran dengan seorang gadis kecil saja. Tapi, tuan Carlos, saat datang ke tempat ini, kau pasti tahu bukan? Jika aku tidak menyukai sebuah keributan." Imbuhnya dengan tatapan tajamnya.
"M-Maaf tuan El. Jika pria itu membayar kekalahannya, dan pelayan casino ini tidak ikut campur, aku tidak akan membuat keributan."
"Kau ribut dengan seorang gadis kecil? Apa itu tidak memalukan?" Nadanya terdengar meremehkan, dan membuat lawan bicaranya merasa tertekan akan ucapannya. "David. Siapkan uang untuk membayar kekalahan orang itu, dan kalian kakak beradik, ikuti aku."
Sepasang kakak beradik itu mengikuti langkah pria yang ada di depannya. Berdiri di belakang orang tersebut sangat terasa menyeramkan bagi keduanya, auranya yang dingin itu pun terasa begitu melekat.
Hingga mereka tiba di salah satu ruangan vvip. Elden duduk di salah satu bangku disana, sedangkan kakak beradik itu hanya diam membeku. Gadis kecil itu merasa sedikit takut, hingga tangannya menggenggam erat lengan kakaknya.
"Saat diluar kau bagaikan kucing liar yang tidak tahu aturan. Kenapa sekarang berubah menjadi kucing penakut?" Ungkapnya yang menuangkan bir ke dalam gelasnya.
"Dengar tuan. Aku bukan kucing penakut. Mengenai hal tadi, aku berterima kasih karena telah menolongku. Namun, melihat pria-pria yang tidak tahu aturan, aku memutuskan untuk mengundurkan diri dari tempat ini." Gadis itu membuka apron yang melingkar di pinggang rampingnya, juga melepaskan topi yang ia gunakan.
"Ashley, apa kau tahu siapa pria ini? Dia adalah Elden Caster. Pemilik casino ini, juga pemilik C.E Star. Perusahaan terbesar di California, dan pria yang berkuasa di negara ini."
"Aku tidak peduli dengan status orang ini. Sekarang kita pulang, dan jelaskan padaku mengenai kejadian ini." Gadis itu menyeru seraya menyeret sang kakak keluar dari sana.
"Kau ingin keluar begitu saja? Lalu bagaimana dengan hutangmu padaku? Kau lupa? Aku baru saja membayar kekalahan kakakmu itu, dan menyelamatkanmu dari serigala buas itu, nona kecil."
Langkah kakinya terhenti ketika mendengar sebuah kata 'hutang' di ungkapkan. Memang benar apa yang di ucapkan oleh Elden saat itu, namun berapa jumlahnya saja ia belum tahu pasti.
"Jumlahnya hanya sebanyak 25.000 dollar." Imbuh Elden yang memainkan gelas.
"Apa kau bilang? Hanya?"
"Kenapa? Jumlah itu masih terbilang kecil untukku. Jadi, nona kecil mau membayarnya dengan cara apa? Tunai? Atau seperti yang di katakan tuan Carlos padamu? Membayarnya dengan dirimu."
"Pria mesum. Kau tenang saja. Aku akan bekerja keras, dan akan kembali ke sini untuk membawa uang itu."
"Mau berapa lama kau melunasinya? Untukku memang jumlah kecil. Namun, untuk kalian? Itu pasti jumlah yang sangat besar bukan?" Serunya lagi yang menyilangkan kedua tangannya. "Ah baiklah, aku tawarkan pekerjaan yang lebih terhormat. Menjadi pelayan di rumahku, bagaimana?"
"Maafkan kami tuan. Kami pasti akan bekerja sangat keras, dan berusaha membayar uang anda." Imbuh pria yang berada di sisi gadis kecil tersebut.
"Aku beri kalian waktu 6 bulan. Jika dalam 6 bulan kalian tidak bisa membayar sebagian, maka adikmu akan bekerja menjadi pelayan di rumahku. Sekarang keluar dari ruangan ini." Imbuh Elden, tanpa memandang mereka sedikit pun. Kemudian mereka pun berjalan meninggalkan ruang tersebut.
Ashley Francia. Dialah gadis pertama yang berani menentang seorang Elden Caster. Banyak orang di luar sana sangat takut ketika bertemu dengannya, karena saat Elden mengambil keputusan, tidak akan ada lagi yang berani menentangnya. Bahkan para pesaing pun takut untuk mengusik perusahaan miliknya.
Keberanian gadis ini adalah bentuk pertahanan dirinya. Sebelum orang tuanya meninggal 3 tahun lalu, keduanya sering berpesan untuk jangan pernah mau ditindas oleh siapa pun. Ketika penindasan itu menghampirinya, maka ia harus segera melawannya, dan itu lah yang tengah ia lakukan untuk membela dirinya, juga kakak tunggalnya, Sam Albert.
Sam Albert. Pria ini adalah satu-satunya keluarga yang di miliki oleh Ashley, dan jarak umur keduanya hanya selisih 8 tahun. Meski begitu, Sam sangat menyayangi adik perempuannya itu.
"Maaf, aku tergiur dengan nominal kemenangannya. Jika aku memenangkannya, kau pasti akan bisa kuliah di tempat yang sangat kau inginkan, Humber Collage."
"Kak, jangan jadikan itu sebagai prioritas utamamu. Aku memang sangat ingin mengambil fakultas kecantikan di Kanada. Namun, jika keadaan kita tidak seberuntung itu, maka kita tidak perlu memaksakannya." Gumam Ashley.
"Kau tenang saja, aku akan bekerja keras untuk melunasi hutangku pada tuan Elden. Setelah itu, aku akan mengumpulkannya untuk biaya kuliah adik kesayanganku ini." Sam menyeru seraya mengacak-ngacak letak rambut adiknya.
"Terima kasih kak. Izinkan aku untuk membantumu." Balasnya seraya membagikan senyum hangatnya.
Bersambung ...
Pagi harinya. Ashley berjalan kesana kemari untuk mencari pekerjaan, dan Sam sebagai kakak yang memang sudah memiliki pekerjaan di salah satu restaurant pun tetap mencari pekerjaan tambahan agar dapat segera melunasi hutangnya.
Melihat gedung tinggi di hadapannya, membuat Ashley tersenyum seraya mengkhayal. Gedung yang tinggi menjulang itu adalah tempat dimana Ashley selalu berharap. Ingin sekali rasanya ia menjadi salah satu bagian dari pekerja disana.
Beauty Garonic. Perusahaan yang memiliki penata rias terkenal, dan tak di sangka, langkah kaki Ashley membawanya menuju ke lobby tempat tersebut. Matanya terbelalak ketika mendapati sebuah brosur pemberitahuan yang tertempel di salah satu papan mading.
'Dibutuhkan dengan segera seorang asisten penata rias. Memiliki kualifikasi di bidang tersebut, dan akan mendapat gaji sebesar 145 dollar/bulan. Jika, kalian merasa pantas, juga berminat segera hubungi receptionist untuk bertemu dengan Meliya Carter.'
Bibirnya menyimpulkan sebuah senyuman. Kemudian, Ashley pun mencabut kertas tersebut, dan membawanya menuju receptionist. Setelah menunjukkan brosur itu, receptionist meminta Ashley untuk menunggunya sejenak.
"Meliya Carter. Dia adalah penata rias favoritku. Aku banyak belajar darinya, dan hari ini aku akan bertemu dengannya, sungguh mendebarkan." Gerutunya.
"Bertemu dengan penggemarku ya?" Sahut seorang wanita yang kini sudah berada di hadapan Ashley dengan sebuah senyuman. "Hai, aku Meliya Carter, dan aku lah yang membutuhkan asisten untuk membantuku." Sambungnya seraya menjulurkan tangannya.
"Aku senang bisa bertemu dengan anda nona Carter." Kemudian, keduanya pun saling berjabat tangan.
"Sebelum kau ku tetapkan menjadi asisten. Aku butuh kau untuk menunjukkan kemampuanmu kepadaku."
"Tentu saja aku bisa." Ashley berseru dengan semangat. Kemudian, Meliya pun membawanya menuju ruang rias
Setibanya didalam, ada beberapa model majalah terkenal disana. Lalu, Meliya memperkenalkan Ashley pada salah satunya. Setelah keduanya saling mengenal, Ashley di minta untuk segera menunjukkan keahliannya.
45 menit berlalu, riasan pun telah selesai di lakukan, dan mereka takjub dengan hasil tangan Ashley. Bahkan sang model pun sangat terkesima dengan hasil riasannya, ia juga mengatakan jika dirinya merasa cocok dengan Ashley.
"Nona Carter, bagaimana jika Ashley saja yang menjadi penata riasku? Lihat bukan? Aku sungguh terlihat sangat muda sekali setelah mendapat polesan darinya." Ujarnya seraya terkekeh.
"Jika kau menyukai hasilnya, maka aku akan menjadikannya sebagai asistenku, dan nona Diane bisa meminta bantuannya juga untuk melakukan riasan untukmu."
"Benarkah? Baguslah jika begitu. Ashley, apa kau bersedia membantuku ke depannya?" Tangan Diane menyambar tangan Ashley begitu saja. Merasa di terima dengan baik, gadis itu pun merasa sangat senang.
•••
Ketika malam tiba. Ashley menunggu sang kakak untuk makan malam bersama, namun sudah pukul 1 dini hari, Sam tak kunjung tiba. Hingga akhirnya membuat Ashley mencoba menghubunginya, dan memintanya untuk segera pulang.
Banyak makanan yang di siapkan olehnya, dengan alasan untuk merayakan keberhasilannya karena dapat bekerja di salah satu tempat yang sudah di incarnya sejak lama.
Terlebih mengetahui jika orang-orang disana begitu baik, dan terbuka padanya, hingga membuatnya merasa begitu nyaman meski baru pertama kali datang.
Tak lama kemudian, Sam tiba, dan langsung duduk di ruang makan. Ashley yang mengetahui hal tersebut merasa begitu terkejut, karena dirinya tidak mendengar sebuah ketukkan pintu, atau pun merasakan kedatangan seseorang.
"Kenapa pulang begitu larut?"
"Aku mengambil beberapa kerja paruh waktu hari ini, dan seterusnya."
"Aku sudah mendapat pekerjaan, dan aku mendapat gaji sebesar 145 dollar/bulan. Jika aku bekerja lebih giat, dan membuat mereka puas, aku akan mendapat kenaikkan gaji. Dengan begitu, kita bisa melunasi hutang kita pada pria mesum itu."
"Maafkan aku Ashley. Jika saat itu aku..."
"... berhenti menyalahkan dirimu sendiri kakak. Jika bukan karena keinginan konyolku, kau tidak akan melakukan hal seperti itu."
"Itu bukanlah hal konyol. Itu adalah mimpimu, mimpi yang harus kau raih, dan aku rela melakukan banyak hal demi membantumu mencapai hal tersebut."
"Terima kasih banyak kakak, aku menyayangimu." Ashley memeluk kakaknya, dan langsung menyiapkan makan malam untuknya.
•••
Di salah satu perusahaan yang begitu sibuk, dan suasana yang menegangkan tengah terjadi di ruang rapat. Saat itu Elden lah yang tengah memimpin rapat, tentu saja karena dia adalah pemilik perusahaan tersebut.
"Aku tidak mau tahu, bagaimana pun caranya, aku ingin kalian menstabilkan harga jual seperti semula. Mengenai pembangunan mall terbaru, aku tidak ingin terjadi kesalahan sedikit pun."
"Baik tuan Caster."
"Rapat selesai. Kalian bisa kembali ke pekerjaan kalian masing-masing."
Setelah rapat dengan beberapa pegawainya. Elden segera kembali menuju ruangannya. Ia melonggarkan simpulan dasinya, dan matanya memandangi sebuah bingkai foto yang berada di meja kerjanya.
Tak lama kemudian, ia pun menutup bingkai foto tersebut ketika seseorang memasuki ruangannya.
"Tuan, nona Carter sudah mendapatkan asisten baru, dan asistennya bertanggung jawab untuk setiap riasan nona Diane."
"Orang seperti apa yang mampu membuat Diane tertarik? Meski dia wanita yang ramah. Namun, ia memiliki selera yang tinggi mengenai riasan."
"Dia tidak memiliki pengalaman sebelumnya. Namun, skill yang ia miliki sangat bagus, dan kompeten ketika melakukan percobaan."
"David, siapkan mobil. Kita akan pergi ke sana sekarang."
"Baik tuan."
Bersambung ...
Setibanya Elden di Beauty Garonic, para pegawai yang mengetahui kedatangannya pun berdiri menyambutnya. Kemudian, ada satu gadis yang mengabaikannya.
Mengetahui ada pegawai yang tidak sopan di sana, dan mengetahui siapa orang tersebut, membuat Elden tersenyum licik. Kemudian, ketika berada dalam ruangan miliknya, ia meminta David untuk segera memanggil Meliya.
Meliya menghadap di hadapan Elden. Disana ia mencari tahu mengenai asisten baru yang bersamanya saat ini. Kebetulan, karena Meliya masih memegang perjanjian kontrak miliki gadis itu, ia pun memberikannya pada Elden.
"Ashley Francia." Gumamnya seraya melayangkan senyum jahatnya. "Aku ingin bertemu dengannya. Bisakah kau memanggilnya kemari? Aku ingin memberikan perjanjian tambahan untuknya."
"Aku akan memanggilnya kemari dengan segera."
Ashley yang mendengar pesan panggilan dari ceo pun segera berjalan menemuinya. Ketika mengetuk pintu tersebut, dan mendapat izin masuk, ia terkejut ketika melihat siapa yang tengah duduk di bangku singgasananya.
Wajah Ashley yang berbinar-binar pun berubah menjadi masam karena kesal. Tak ingin berlama-lama disana, ia pun segera berbalik badan, dan hendak meninggalkan ruangan tersebut.
"Nona Francia. Apa seperti itu sikapmu pada atasanmu? Bukankah kau bekerja demi membayar hutangmu padaku?" Seruan Elden membuat langkah kaki Ashley terhenti. "Jika kau keluar dari sini, maka aku akan membatalkan kontrakmu."
"Maaf tuan. Tapi, dalam kontrak tertulis dengan jelas 'Jika dalam masa trainee kontrak di putuskan secara sepihak, maka pihak pemutus akan memberikan kompensasi atau denda sebesar 500 dollar.' Jadi, anda tidak bisa memutuskan kontraknya seenakmu tuan. Kecuali jika kau ingin membayar kompensasi tersebut. Karena tidak ada yang di bicarakan lagi, aku permisi."
"Gadis cerdik." Elden menautkan kedua tangannya secara tersenyum licik. "Melihatmu, membuatku kembali mengingat akan dirinya."
•••
Hari semakin sore, dan hari itu ada pemotretan di berbagai tempat untuk Diane. Ashley yang menjadi penanggung jawab pun tentu saja ikut dalam partisipasi tersebut. Melihat kerja keras Ashley, membuat Meliya Carter tersenyum bangga.
"Apa menurutmu Ashley Francia gadis yang berbakat?"
"Tuan Caster? Tentu saja, saat pertama kali melihat kemampuannya saja sudah membuatku kagum padanya." Tutur Meliya.
"Begitu rupanya."
Pemotretan sesi kedua selesai, untuk melanjutkan tahap ke tiga, maka proses di hentikan sementara untuk beristirahat. Meski tengah beristirahat, Ashley tetap sibuk menyiapkan segala sesuatunya untuk Diane. Dia juga mempelajari tema yang akan di gunakan pada sesi berikutnya.
Ketika tengah mempelajarinya, seseorang duduk di sisinya seraya menawarkan kopi latte ke hadapannya. "Terima kasih kerja samanya." Ungkap Diane seraya tersenyum.
"Terima kasih kopinya, nona. Setelah ini, aku bisa meriasmu kembali."
"Sebelum itu, bisakah aku bicara dengan penata riasmu?"
"Kak El? Jadi, sejak tadi kau berada disini?" Diane langsung memeluknya seraya menengadahkan wajahnya agar dapat menatapnya.
"Aku ingin bicara dengannya lebih dulu. Bisakah kau tinggalkan kami sejenak?" Imbuh Elden, dan mendengar itu membuat Diane mempoutkan bibirnya. "Setelah pemotretan selesai, aku akan mengajakmu makan malam. Aku berjanji."
"Ternyata pria ini memiliki sisi lembut juga pada wanita. Tapi, apa hubungan mereka? Kenapa Diane memanggilnya dengan sebutan kakak?" Ashley membatin.
Diane yang sudah pergi dengan membawa janji dari Elden pun langsung melangkah menghampiri Meliya yang tengah menyantap camilan yang ada di mejanya saat itu.
Sedangkan Ashley yang tidak ingin ribut di tempat seramai itu pun memilih untuk diam, dan tetap mempelajari materi yang ada di genggamannya.
"Jadi, kau sangat suka merias?" Elden mulai membuka pembicaraan. Namun, Ashley tampak tak mengubrisnya sedikit pun.
Merasa terganggu, Ashley pun pergi dari sana, dan mencari tempat yang lebih sepi untuk memikirkan, riasan seperti apa yang akan ia gunakan untuk sesi pemotretan malam nanti. Tak lupa juga ia menghubungi sang kakak untuk meminta izinnya, jika dia akan pulang terlambat.
Elden yang di acuhkan secara terang-terangan pun mulai merasa kesal. Saat ia berbalik, gadis itu sudah tidak terlihat lagi dari jangkauan matanya.
Hari sudah hampir gelap, dan pemotretan akan kembali di lakukan pada pukul 8 malam nanti. Ashley yang sudah siap untuk kembali melaksanakan pekerjaannya pun langsung kembali dari tempat tersebut.
AAARRRGGGHH~
Sebuah teriakkan terdengar, dan Elden mampu menangkap suara tersebut. Di waktu yang bersamaan, Meliya tengah mencari Ashley yang tak kunjung datang. Mengetahui hal tersebut, Elden segera mencari gadis itu menelusuri hutan di seberang.
Majalah kali ini memang sengaja di ambil dekat hutan, karena tema yang di gunakan adalah tentang flora, dan penghijauan. Kini, El sudah memasuki hutan tersebut, dan meneriaki Ashley dengan harapan jika gadis tersebut mampu mendengarnya.
Hatinya membimbing ia memasuki hutan bukan tanpa alasan. Sangat jelas jika ia mendengar suara teriakkan tadi berasal dari dalam hutan.
"ASHLEY... ASHLEY.. JAWAB AKU, JIKA KAU MENDENGAR SUARAKU." El berteriak lagi seraya memperluar pandangannya.
"Ttttooolllooonnngg. Aku dibawah sini, siapa saja bantu aku."
Menangkap sebuah suara, lekas membuat El menengok ke bawah, dan ternyata terdapat sebuah lubang, disana juga ia dapat melihat Ashley tengah menengadahkan kepalanya dengan posisi duduk.
Kini, sudah pukul 7 malam, dan matahari pun sudah hampir terbenam. Kemudian, El yang sudah membawa perlengkapan berjaga-jaga pun segera melemparkan tali ke bawah, dan meminta Ashley untuk menggunakan tali tersebut.
"Aku tidak bisa. Kaki ku terkilir." Gumam gadis tersebut.
"Baiklah, kau tunggu disana. Aku ikat tali ini sebentar, dan aku akan turun."
Pandangan El kembali meluas untuk mencari sesuatu yang mampu menahan ikatan tali tersebut ketika sedang di gunakan. Melihat pohon yang besar, langkahnya langsung membawanya menuju pohon tersebut, dan langsung mengikatnya.
El menarik tali itu, dan membawanya turun ke bawah. Melihat El yang loncat menghampirinya membuat Ashley terkejut, dan menutup kedua matanya.
"Apa kau bisa berdiri?" Sahut El, dan Ashley langsung membuka kedua matanya.
Dengan cepat, Ashley mencoba untuk berdiri, namun, tubuhnya kembali terjatuh. Kakinya benar-benar terkilir, dan tak mampu untuk menahan tubuhnya. Kemudian, El pun membawanya ke dalam gendongannya, ia menggendong gadis itu di punggungnya. Sedangkan ia mulai memanjat naik.
Bersambung ...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!