NovelToon NovelToon

Mencintaimu Karena Terbiasa

Pertemuan

Jalan cinta itu beragam, ketika mencintai pada pandangan pertama maka detik itu juga akan ada desiran berbeda yang terasa dalam jantung kita saat menatapnya. Seterusnya kamu akan selalu suka pada semua hal tentangnya, caranya tersenyum, caranya tertawa, cara bicara dan semua yang ia lakukan.

Namun dalam hal lain cinta datang tanpa disadari. Bahkan ketika dengan sekuat hati kamu membencinya, kamu tak akan bisa mengelak untuk mencintainya. Karena kamu sudah terbiasa dengan kehadirannya.

Kilas balik 20 Tahun yang lalu.

"hiks..hiks.. Sakiiit... ibuuu.... hiks...." seorang gadis kecil menangis sambil memegang kakinya yang berdarah.

Saat itu juga ada anak lelaki yang sedang berjalan-jalan di taman belakang sebuah Panti Asuhan dan tak sengaja mendengar suara tangisan itu.

"Hey...kamu kenapa?" sambil mendekati gadis keci itu. "kenapa kakimu bisa berdarah?" ia terlihat khawatir namun tetap tenang.

"sakit kak...hu..huu.."

"Sebentar, aku akan balut lukamu" dia mengambil sapu tangan biru dari saku celananya, dan membalut luka gadis itu.

"Ayo aku gendong, aku akan mengantarkan mu pulang." gadis itu mengangguk sembari naik ke punggung nya..

Tanpa sadar Navya tertidur dalam gendongannya, anak lelaki itu hanya tersenyum saat terdengar dengkuran halus dari Navya.

"apa dia terlalu lelah menangis ya, sampai-sampai dia tertidur begitu."

Dia membawa Navya ke rumah Panti Asuhan, karena dia berfikir Navya adalah salah satu anak penghuni Panti tersebut.

Di teras sedang duduk diu orang wanita berbeda generasi, yaitu nenek Rima dan pengurus Panti, ibu Hafizah.

"Vya kok minta gendong ?" Hafizah terkejut melihat Vya digendong oleh seorang anak laki-laki.

"Dia tidur Tante,,tadi sepertinya dia terjatuh. Kakinya berdarah, jadi aku bantu antarkan dia pulang."

"Ya ampun nak, sampai merepotkan kakak Al." ucapnya sambil mengangkat Vya dari gendongan anak itu. "Terimakasih ya Al."

"Tidak masalah Tante, Nek aku ke mobil duluan ya, permisi Tante" ia berlalu menuju mobil.

"iya nak."

"Ya, pergilah.." kata Nenek Rima.

"Hafizah, Aku juga harus segera pamit. Besok aku akan berangkat ke Luar Negri bersama suami dan cucuku. Kami akan tinggal lama di sana, mungkin sampai pendidikannya selesai. Aku tidak tega melihatnya di sini selalu murung, karena di setiap sudut rumah ada banyak kenangannya bersama Syifa dan Indra."

" Ibu benar, kasihan Al, dia masih sangat membutuhkan orang tuanya tapi takdir berkata lain. Semoga perjalanan Ibu lancar, terimakasih atas semua bantuan Ibu selama ini untuk anak-anak di sini."

"Tidak usah sungkan, itu sudah kewajiban kita untuk menjaga mereka dan memenuhi kebutuhan mereka. Jika nanti kau membutuhkan bantuan apa saja jangan ragu untuk menghubungi aku. Aku sudah menganggap mu sebagai anakku sendiri" sambil memeluk Hafizah, Nek Rima berpamitan.

"Sampaikan salam ku juga pada suamimu, dan jangan lupa bersihkan luka di kaki anak mu" Nek Rima membelai kepala Vya.

"Ah,, iya Bu." sambil menatap Vya di pangkuannya. "Nanti salam dari Ibu akan saya sampaikan kepada Mas Wisnu "

"Baiklah, Aku pergi dulu. Assalamualaikum"

"Hati-hati Bu,, Waalaikumsalam."

Nanar Hafizah menatap kepergian Rima.

Tiba-tiba Vya terbangun sambil meringis, "sssshhh... ibuuu kaki Vya sakit.."

"iyaa sayang, ayo ibu gendong ke dalam ya. Biar kita obati lukanya"

Vya membalas dengan anggukan kepala.

***

"Kenapa bisa luka begini sayang"? Wisnu yang baru pulang kerja bertanya pada gadis kecilnya.

"Vya digangguin sama Bagas Yah, trus Vya kejar dia tapi malah jatuh. Untung aja tadi ada kakak ganteng yg nolongin Vya"

"Kakak ganteng?"

"Iya yah.."

Penasaran, Wisnu menatap istrinya.

"Itu loh mas, Al cucu nya Ibu Rima donatur tetap kita."

"Oooh anak almarhum sahabat kamu ?"

"Iya Mas"

"Ibu,,nanti sapu tangannya dicuci ya, mau aku balikin ke kakak ganteng"

"Iya sayang, sapu tangan nya ibu cuci kok. Tapi kamu simpan aja ya nnt kalo kakak gantengnya udah balik lagi ke sini baru di kembalikan. Sekarang Vya bobok ya, udah malem!"

"Ok Bu" Vya lalu mulai memejamkan mata sambil Hafizah mengelus kepala putrinya.

"O ya Mas, Bu Rima tadi udah transfer uang donasi. Besok kan kamu libur, kita belanja keperluan buat anak-anak ya." Sambil memperlihatkan bukti transfer dari Bu Rima di handphone nya.

"Banyak sekali sayang, inikan lebih dari biasanya!"

"Iya, karena Bu Rima akan pergi ke Negara X bersama Al dan suaminya. Al akan disekolahkan di sana sampai pendidikannya selesai. Aku juga kasihan dengan Bu Rima, seandainya dulu anak perempuannya tidak pergi. Mungkin sekarang dia tidak merasa kesepian sekarang."

"Itu semua sudah takdir Tuhan. Suatu saat Tuhan yang akan menunjukkan jalan terbaik untuk semuanya."

"Tapi setidaknya Bu Rima dan Suaminya tidak akan terlalu terpukul seperti sekarang, karena ia masih memiliki 1 anak perempuan." kenang Hafizah.

"Memang sebaiknya Al di bawa ke sana sayang, di sini dia akan selalu teringat dengan kepergian kedua orang tuanya"

"Iya mas, aku juga kasihan pada Al. Karena jujur, aku sendiri saja sangat kehilangan Syifa. Apalagi Al yang masih sangat membutuhkan perannya sebagai seorang ibu. Aku gak kebayang mas, kalau suatu hari sesuatu terjadi pada kita. Bagaimana Navya dan anak-anak di sini."

Sambil menatap penuh sayang putrinya yang terlelap.

"Heeiii.. kamu ngomong apa sih sayang. Jangan bicara seperti itu. Mereka akan tumbuh dengan kasih sayang orang tua, termasuk anak kita Navya"

"Astaghfirullah,,maaf ya mas. Aku hanya terbawa perasaan, ketika membayangkan Al. Tapi Al beruntung memiliki Nenek dan Kakek yang sangat sayang padanya."

"Kita doakan saja, semoga dia akan menjadi anak yang kuat dan sukses di masa depan."

"Aamiin"

"Ayo tidur, aku lelah. Tadi seharian aku menemani Pak Damar melihat proyek pembangunan Hotelnya di Kota B." Ajak Wisnu sambil memeluk istrinya.

"Iya Mas."

Hafizah dan Wisnu adalah sepasang suami istri yang sangat menyukai anak-anak. Sebelum mereka menikah, mereka sering meluangkan waktu mereka untuk mendatangi anak-anak jalanan dan memberikan makanan seadanya. Dan membentuk komunitas pemerhati anak jalanan.

Mereka menjalani kegiatan itu bersama kedua sahabat Hafizah. Sampai akhirnya masing-masing dari mereka menikah dan Hafizah dan Wisnu memutuskan untuk mendirikan sebuah Yayasan untuk merawat anak-anak terlantar.

Syifa yang juga sudah menikah dengan Indra Mahendra tidak pernah putus memberikan donasi. Begitu juga dengan keluarganya yaitu Ibu Rima dan Suaminya. Sampai pada suatu hari Syifa dan Indra mengalami kecelakaan yang merenggut nyawa keduanya.

Meninggalkan seorang anak laki-laki semata wayang mereka, dan sejak kejadian itu anak mereka menjadi pendiam dan dingin.

Maka dari itu Ibu Rima beberapa kali mengajak cucunya untuk mendatangi Panti Asuhan yang dikelola oleh Wisnu agar Al bisa bermain bersama anak-anak di sana.

Tapi hal itu juga tetap tidak bisa mengembalikan keceriaan Al seperti dulu. Akhirnya Bu Rima dan suaminya memutuskan membawa Al ke luar negri.

Sebenarnya Bu Rima memiliki seorang anak perempuan yang juga merupakan Sahabat Hafizah dan Syifa, namun karena hubungannya dengan kekasihnya tidak direstui oleh Ayahnya dia memutuskan untuk pergi dari rumah dan memilih menikahi kekasihnya.

Keluarga nya tidak pernah tahu kemana anak perempuannya berada, tidak juga kedua sahabatnya.

Maka itu Rima juga menyayangi Hafizah seperti anak nya sendiri, Karena ketika melihat Hafizah dia akan teringat dengan anak nya.

Bersambung.

Bertemu kembali

Suatu pagi di Panti Asuhan Cinta Kasih.

"Sayang, hari ini Bos ku akan datang ke sini"

"Pak Damar ya Mas ?"

"Ya siapa lagi sayang. Tapi dia akan datang bersama istri dan anak nya."

"Aku penasaran Mas, bagaimana ya istri Pak Damar itu." Hafizah penasaran.

"Aku pernah beberapa kali bertemu, tapi tidak pernah berbicara langsung padanya."

"Tapi kenapa tiba-tiba dia ingin datang ke sini ?"

" Pak Damar bilang, Dia berencana mengadopsi salah satu anak perempuan dari Panti kita"

" Wahh... aku senang sekali Mas. Aku akan siapkan beberapa makanan ringan untuk mereka. Selama ini mereka juga kan sudah menjadi donatur tetap untuk Panti Asuhan ini."

"Baiklah sayang, aku akan menemui anak-anak dulu dan mengajak mereka berkegiatan di halaman." Wisnu berjalan keluar rumah.

" Iya Mas."

***

Sebuah mobil mewah berhenti di halaman Panti Asuhan. Anak-anak Yang sedang bermain di sana teralihkan perhatiannya ketika para penumpangnya keluar dari mobil tersebut.

"Assalamualaikum.." Sapa seorang laki-laki seumuran dengan Wisnu.

"Waalaikumsalam.." Serentak anak-anak menjawab.

"Selamat siang Pak Damar." Wisnu melangkah menyambut Bosnya.

"Wisnu ini istri dan anak saya." Damar memperkenalkan istri dan anaknya kepada Wisnu. " Ayo Dafin, Salim sama om Wisnu" Titahnya pada sang anak.

Sementara Wisnu terkejut melihat wanita di samping Bosnya yang ia sebut sebagai istri itu.

"Finny ?" Gumamnya, tapi masih bisa didengar oleh Damar

Wanita itu tersenyum menatapnya sambil mengangguk.

Sadar dengan keadaan yang mengejutkan ini Wisnu kemudian beralih menatap Damar,

"Maaf Pak, tapi istri Bapak ini adalah.."

"Saya tau Wisnu." Damar memotong ucapan Wisnu.

"Istri saya sudah cerita semuanya pada saya. Dan sebenarnya dia ingin datang ke sini selain akan mengadopsi anak, ,Finny juga ingin menemui sahabatnya."

"Hafizah ada Mas?" sambil menatap ke arah Hunian berwarna Biru dan merah muda di depannya.

"Ada, dia ada di dalam. Mari kita masuk." ajak wisnu.

Mereka berjalan menuju ke rumah.

"Assalamualaikum, Fiza...Sayang... " panggil Wisnu pada istrinya sambil ia berjalan menuju ke tempat istrinya berada.

"Waalaikumsalam... Iya Mas Sebentar.." suara dari dalam rumah.

Sementara itu Finny merasa tegang, menunggu pertemuannya dengan sahabatnya. Dia genggan tangan suaminya yang dibalas dengan senyum oleh Damar.

"Selamat siang Pak Damar dan Ibu......" Hafizah terkesiap melihat siapa orang yang duduk di sebelah Damar.

Finny berdiri dan langsung memeluk Hafizah yang hanya terdiam tidak membalas pelukan nya. " Apa kabarmu sayang?" mengurai pelukannya.

Masih terpaku dengan keadaan yang tiba-tiba ini, Hafizah hanya menatap Finny namun matanya berkaca-kaca mengisyaratkan kerinduan yang teramat.

Finny masih tersenyum. Hafizah memeluk Finny lagi dengan erat sambil sesenggukan. "Finny, kamu datang." Tak bisa bicara banyak, mereka hanya berpelukan sambil menangis untuk beberapa saat.

***

Setelah drama pertemuan yang mengharukan, mereka sudah bicara dengan santai di teras.

"O ya Bu Finny, kata Mas Wisnu kalian ingin mengadopsi seorang anak ?" Hafizah bertanya.

"Apasih kamu, jangan aneh-aneh lah manggilnya."

"Tapi bagaimana pun kamu kan istri Bos mas Wisnu, gak enak lah aku sama pak Damar kalo seenaknya manggil kamu seperti biasa."

"Gak apa-apa Hafizah, seperti kalian biasanya saja. Saya gak ada masalah dengan itu." suara Damar menyahuti ucapan Hafizah

"Terimakasih Pak."

"Kami sebenarnya ingin punya ank perempuan, Karena menurut medis sulit untukku menjalankan program kehamilan lagi" raut sedih di wajah Finny.

" Aku turut prihatin ya Fin. Allah pasti punya rencana baik di balik musibah mu. Nanti kita berkenalan dengan anak2 di sini ya."

"Baiklah." Tampak berfikir sejenak, Finny memberanikan diri bertanya. "Apa ibuku sering datang ke sini ?"

Saling pandang dengan sang suami, Wisnu kemudian menjawab rasa penasaran Finny. "Ibu Rima sudah pindah ke Negara X Minggu lalu Fin. Dia membawa anak dari Syifa dan Mas Indra."

"Kenapa ?"

" Karena mereka sudah meninggal dunia." Wisnu yang menjawab, membuat Finny terkejut tidak menyangka.

" innalillahi wa innailaihi rojiun...Mas Indra, Syifa.. Mama pasti sangat terpukul." Finny menangis sambil memeluk suaminya.

" Kamu ingin menghubungi Bu Rima, Fin ?" tawar Sahabat nya.

" Aku tidak tau, Aku hanya belum siap menghadapi Papa."

Finny mengingat, bagaimana dulu ia diusir oleh Papanya, Sultan Mahendra saat ia memilih menikah dengan Damar.

" Sudah lah sayang, kita pasti bisa bertemu lagi dengan Mama suatu saat nanti."

" Iya Pa, insyaallah.."

"Ayo Fin, Kita temui anak-anak. mereka pasti ada di halaman. Nanti aku perkenalkan dengan putri kecilku, Navya."

***

"Navya, ini Tante Finny. Sahabat ibu."

"Hallo Tante.. " sapa gadis itu sembari menyalami Finny.

"Hai sayang,, kamu lucu sekali. Imut." disentuhnya pipi Navya dengan gemasnya.

" Kamu aja deh yang Tante bawa pulang, mau ?

Nanti Tante kenalin sama kak Dafin. Pasti dia seneng banget. " seloroh Finny

" Hahaha kamu ini Fin, yang ada aku dan mas Wisnu yang kebingungan kalo gak liat Navya. Si bawelnya kami."

" hahaha, ya mungkin saja kamu bolehin aku bawa Navya, ntar kamu sama mas Wisnu bisa bikin lagi."

"Bikin apa bu ?" Si polos Navya bertanya dengan bingung pada ibunya.

" Hahahaha....." Kedua sahabat itu tertawa bersama mendengar pertanyaan Navya.

" Gak bikin apa-apa sayang, kamu main lagi aja ya sama teman-teman kamu."

"Iya Bu,, dahh Tante"

"Daaahh Navya cantik."

"Fin, kenapa Dafin gak ikut ke sini ?"

"Dafin di rumah za, sebenarnya Dafin gak mau kalo kami mengasuh seorang anak. Dia berfikir kasih sayang aku dan mas Damar akan terbagi.

Aku hanya ingin dia punya teman di rumah, karena dia susah untuk berteman dengan anak-anak seumurnya. Dia terlalu pendiam."

"Bagaimana jika dia tidak bisa menerima ketika kalian tiba-tiba membawa seorang anak nanti?"

" Tidak apa-apa, paling dia hanya marah sebentar saja. "

"Finny !"

Damar dan Wisnu datang menghampiri mereka berdua. " Iya Mas.. "

" Kita harus berpamitan sekarang, Kasihan Dafin di rumah."

"Baiklah Mas. Hafizah, mas Wisnu, Kami pamit ya. nanti aq datang lagi mengajak Dafin. Supaya dia bisa berkenalan dengan anak-anak di sini. Mungkin saja bisa membuat mereka jadi akrab."

"Iya Fin."

"Wisnu, sesekali ajaklah istri dan anak mu mengunjungi rumah kami."

"Baik pak, kapan-kapan saya akan ajak mereka berkunjung." Balas wisnu

"Baiklah, kami pamit yaa Fiza." Finny dan Hafizah berpelukan.

"Sampai ketemu lagi ya Fin".

Wisnu dan Hafizah mengantarkan suami istri itu menuju ke mobil mereka. Tapi sebelum pergi Finny melihat Navya.

" Sebentar mas. Navya! " panggilnya

Gadis itu menoleh. Finny menghampiri nya diikuti oleh Hafizah. " Sayang, Tante pulang dulu ya. Nanti main ke rumah Tante bareng ayah dan ibu ya." Finny memeluk Navya

"Iya Tante" Dia menyalami Finny juga Damar.

"Anak yang manis." Ucap damar sambil mengusap kepala Navya.

"Kalo dia ga boleh jadi anakku,,gimana kalo jadi menantuku saja ?! Dijodohin sama Dafin." Finny menyenggol Hafizah.

Hafizah menggelengkan kepala sambil tersenyum mendengar ucapan Finny. " Terserah kamu deh Fin." Menganggap seloroh ucapan Finny.

"Kamu ini, anak-anak masih polos udh ngomongin perjodohan aja sayang."

" Kalo jodohkan gak ada yang tau Mas, ya kan Mas Wisnu ?!" Finny mencari pembelaan.

Wisnu dan Hafizah tersenyum menanggapi kata-kata Finny.

Damar suaminya hanya bisa tersenyum mendengar ocehan istrinya itu.

" Ya sudah, kami pamit pulang ya Wisnu." Damar sudah duduk dikursi kemudinya.

"Hati-hati Pak Damar."

Mereka pun berpisah dan saling melambaikan tangan.

Bersambung

Janji

Seminggu setelah pertemuan mereka, Finny berniat mengundang Wisnu dan Hafizah untuk datang ke kediaman mereka.

Finny menyiapkan beberapa masakan untuk menjamu kekuarga Wisnu. Dia juga mengirimkan makanan ke Panti Asuhan untuk bisa dinikmati oleh anak-anak di sana.

" Mi, kok banyak banget makanannya?" Dafin yang bertanya.

" Sahabat mami mau datang sayang, nanti kamu ajak anaknya Tante Navya main ya. Dia lucu loh, gemesin, cantik lagi."

" Males ah mi. Anak cewek tuh manja, gak bisa diajak main bola, main PS, bisanya cuma nangis." Ejek Dafin.

"iihh kamu gak boleh gitu sayang, Navya imut loh. Kamu pasti Suka sama dia."

"Males! Aku mau baca komik aja di kamar." Dafin naik ke lantai atas menuju kamarnya.

"dasar Dafin, Sifatnya gak seperti aku dan mas damar. Lebih mirip alhmarhum Mas Indra, Keras kepala dan cuek." Finny bergumam sambil geleng-geleng kepala melihat tingkah anak nya.

"Tapi, Bagaimana kabar Al ya sekarang. Usianya kan tidak jauh dari Dafin, Kasihan dia hanya tinggal bersama Mama dan Papa. Seandainya saja...." Finny bicara sendiri, tanpa sadar suaminya sudah ada di belakangnya.

"Seandainya apa sayang?"

"ohh, Mas, bikin aku kaget saja"

" Habisnya, kamu ngomong sendiri gitu. Mikirin apa ?" Damar sudah duduk di meja makan.

" Aku kepikiran Mama dan Al, anaknya Mas Indra. Bagaimana kabar mereka ya Mas. Al pasti sedih sekali setelah ditinggal Mama dan Papa nya. Dan Mama pasti berat sekali menerima semua itu sambil harus menguatkan Al."

"Aku paham sayang. Maafkan aku, karena aku kamu harus jauh dari keluargamu."

"Mas, jangan bicara begitu" Finny segera menggenggam tangan suami nya. " Ini bukan salah kamu, akulah yang mengambil keputusan itu dulu. Dan Papa yang tidak bisa menerima kalau kamu anak dari saingan bisnisnya."

" Tidak ada yang salah Mas, Kita hanya sedang emosi saat itu. Aku berdoa, semoga suatu hari aku bisa bertemu dengan Mama dan Papa tanpa ada dendam lagi di hati masing-masing."

"Aamiin.." Mereka saling tersenyum dan menguatkan.

Damar melihat jam ditangannya, sadar bahwa waktu yang sudah mereka tentukan untuk bertemu Wisnu dan Hafizah di rumahnya sudah terlewat setengah jam. " Kok mereka belum sampai ya sayang !?"

"Mungkin terjebak macet Mas, coba aku hubungi Fiza dulu ya." Mengambil Handphone nya di Meja.

Finny mulai menghubungi nomor Hafizah. " Hallo...."

" Selamat siang Nyonya, Kami dari kepolisian." sahutan dari seberang panggilan itu yang membuat Finny menegang.

Dia hanya diam tidak menyahuti, " Sayang kenapa ?" Finny yang tidak menjawab membuat Damar mengambil alih benda pipih itu dari tangan istrinya. " Hallo....!?"

"selamat siang Tuan, Kami dari Kepolisian. Apakah Anda mengenal pemilik nomor handphone ini Tuan?"

" Iya Pak, saya Damar, Temannya." Damar juga penasaran kenapa handphone Hafizah bisa ada ditangan polisi.

"Saya mau melaporkan, Bahwa pemilik Handphone ini telah mengalami kecelakaan di jalan XX di daerah B !"

"Innalillahi... " ucapan Damar membuat Finny membulatkan bola matanya, dia memegang lengan suaminya kuat sembari ingin tahu pasti apa yang terjadi pada sahabatnya.

" Kalau begitu bisakah Anda datang ke Rumah Sakit X untuk membantu kami dalam proses identifikasi !?"

"Baik Pak, saya akan segera ke sana. Dan kalau boleh tahu bagaimana keadaan mereka ?"

"Satu korban laki-laki meninggal dunia, satu wanita kritis dan seorang anak kecil dalam perawatan. Baiklah Tuan, saya tunggu kedatangan Anda secepatnya."

"Baik Pak, Saya akan segera ke sana. Selamat siang" Damar segera memeluk istrinya yang sedang menangis, Dia sudah bisa menebak apa yang terjadi pada sahabat nya. " Kita ke rumah sakit sekarang sayang, Hafizah dan Navya membutuhkan kita."

"Bagaimana keadaan mereka Mas ?"

"Kita akan tau setelah kita sampai di sana."

" Ayo Mas kita ke sana sekarang !"

***

Mereka sudah tiba di rumah sakit dan langsung menuju ke ruang IGD.

" Selamat siang Pak, Saya Damar yang tadi menghubungi nomor ponsel korban."

" Baik Pak, mari ikut kami." mereka bergegas mengikuti langkah Polisi menuju ruang perawatan Hafizah.

Finny mencari-cari keberadaan Hafizah dan Navya. Sementara itu Damar sedang berbicara dengan polisi.

" Fiza.... kenapa bisa begini ??" Tangis Finny tak bisa dibendung sambil mendatangi Hafizah yang sedang terbaring. Dia memeluk tubuh lemah itu sambil tersedu. "Kamu yang kuat ya, kamu harus kuat. Vya butuh kamu Za, anak-anak di Panti juga butuh kamu"

Tiba-tiba tangan lemah itu menggenggam tangan Finny, dan perlahan membuka matanya "Fin...Finny..." Finny kemudian mengurai pelukannya, dan menatap Hafizah sedih.

"Fiza... se..sebentar ya, a..aku panggil Dokter"

tapi tangan itu tidak mau melepaskan genggamannya dan menggeleng pelan.

"Tapi Za..."

"Fin... A..aku ti..tip Navya ya." sekuat tenaga dia ingin bicara dengan Finny sambil menahan sakit di tubuhnya. " To..long jaga Na..vya.. buat aku dan mas Wis..nu."

Finny tak kuasa menahan tangisnya, dia menyentuh genggaman tangan Hafizah, "kamu jangan bicara begitu Fiza, kita akan sama-sama jaga Navya. Kamu juga akan bikin dia bahagia. Kamu harus kuat, biar aku panggil dokter ya."

Hafiza menggeleng dan tersenyum lemah " Gak Fin, aku u..dah gak bisa ber..ta..han. Sam..paikan sa..yang ka..mi untuk put..tri kami Navya. Jan..jii ya Fin."

Finny hanya bisa mengangguk pasrah dengan permintaan Hafizah " Iya Za, aku janji akan jaga Navya. Aku dan mas Damar akan menyayangi Navya. Tapi kamu juga harus bertahan. Sebentar ya aku panggil Dokter."

Senyum itu semakin lemah, "Maka...sih Fin.."

Finny mengangguk cepat, lalu dia berlari memanggil Dokter dan Suaminya. Tapi terlambat...

"Mohon maaf, dengan menyesal kami menyampaikan pasien sudah berpulang. Kami turut berduka ya Pak, Bu.."

"Innalillahi wa innailaihi rojiun.." Damar memeluk Finny yang tak kuasa menahan tangisnya.

" Mas,, Hafizah mas.."

" Sabar sayang, kita harus kuat, kamu harus menguatkan Navya." Damar mengingatkan Finny tentang Navya.

"Astaghfirullah, Navya.. Navya dimana mas ? Aku ingin lihat Navya Mas."

"Iya.. iya sayang.. Ayo kita lihat Navya."

Mereka bergegas menuju ruangan tempat Navya dirawat. Dan saat tiba di sana Navya sedang duduk bersama seorang perawat yang tengah menghiburnya. Beruntung Dia hanya mengalami luka kecil di bagian pelipis dan lengannya. Namun tanpa ia ketahui, dia sudah kehilangan dua orang tempat dia bersandar dan mendapatkan kehangatan.

Finny kemudian berusaha menguasai dirinya, menghapus jejak tangisnya sebelum masuk dna menemui Navya. Menoleh ke arah suaminya, dan Damar pun tersenyum seraya menguatkan istrinya.

"Assalamualaikum.. Navya..." Finny masuk dan memeluk Navya.

" Tante... temannya Ibu kan.." ucapan polos itu berhasil membuat mata Finny berkaca. Namun dia berusaha menahannya.

" Iya sayang.." melepas pelukannya.

" Ayah sama Ibu kemana Tante ?" dia bertanya dengan bingung.

Finny bingung dan dia melihat suaminya, belum menjawab pertanyaan anak berumur 3 tahun itu.

"Vya sayang.. Ayah sama Ibu kamu ada urusan, jadi om sama Tante diminta untuk jemput Navya disini."

" Lama gak perginya ?"

" Belum tau sayang, tapi nanti Vya bobok nya di rumah Tante Finny ya. Nanti om beliin eskrim deh."

" Beneran om !?" Vya berseru senang.

Damar mengangguk sambil tersenyum. Sementara Finny tak mampu berbicara dengan Vya, dia hanya menatap sendu anak dari sahabatnya itu.

" Tante kenapa sedih ? Nanti kita beli eskrim sama-sama ya, biar Tante ga sedih lagi."

" Navya, kamu masih selugu ini saat orangtuamu meninggalkan mu. Ya Allah, kenapa kedua Sahabatku cepat sekali meninggalkanku." Finny berkata dalam hati sambil mengelus kepala Vya.

" Iya sayang. Kita beli eskrim ya sekarang yuk." Damar segera menggendong Vya, lalu mereka membawa Navya pulang ke rumah mereka. Setelahnya Damar meminta anak buahnya mengurus pemakaman Wisnu dan Hafizah.

Bersambung

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!