NovelToon NovelToon

Kamu, Aku Dan Pocong

BAB 1

hidup adalah anugerah yang terindah, tapi terkadang manusia lupa untuk mensyukurinya. Ini kisah hidup gue yang gak pernah bisa gue lupain sampai saat ini.

Gue sempet mikir, kalau gue di kasih kesempatan untuk memilih, gue lebih baik memilih hidup berdampingan dengan hewan dari pada gue harus hidup berdampingan dengan POCONG atau sejenisnya.

Pocong????

Kalian pasti tahu tentang yang satu ini, Pocong adalah sosok setan asli dari Indonesia dan kalian juga harus tahu Pocong bukan setan NATURALISASI dari negara lain, POCONG ASLI INDONESIA.

pocong juga pernah di klaim sama negeri tetangga, tapi karena kesigapan pemerintah Indonesia, Pocong di nyatakan resmi asli dari Indonesia dan di akui oleh berbagai negara sampai saat ini (Pocong Made In Indonesia).

Sebenernya gue kurang tahu sejarah Pocong yang pasti. setahu gue, Pocong asal muasalnya dari manusia yang mati penasaran. Karena saat di makamkan Tali Pocong yang mengikat jasad tersebut tidak di lepas dan akhirnya mayat tersebut pun menjadi sosok Pocong.

Gue juga ga tahu siapa yang pertama kali cerita seperti itu. Semenjak gue lahir, istilah Pocong udah gak asing di telinga gue dan gue juga gak tahu siapa yang pertama kali menemukan kata Pocong, menurut gue itu masih misteri.

Pertama kali gue di takdirkan jadi Pocong, sumpah gue bener-bener panik, gue masih bingung dan gak percaya dengan apa yang gue alami.

Tapi sayang. Gue bukan Pocong yang sempurna, gue masih jadi arwah penasaran atau bisa di bilang setan. penyebabnya Karena gue belum dapat satu jawaban cinta yang pasti dari pujaan hati gue di dunia sana.

Oh ya kita masuk cerita flashback dulu ya....

Gue Raka seorang remaja yang tampan dan sedikit pandai. kelemahan gue kalau di dekat cewek, gue selalu salah tingkah, maklum gue udah puluhan kali di tolak cewek.

Padahal gue ngerasa bukan cowok yang serba kekurangan. Walau pun gue nyadar gue emang cowok yang teledor.

Dulu sebelum gue mati, gue emang sering dekat sama cewek, sampai-sampai gue selalu jatuh hati. Cara apapun pasti gue lakuin untuk mendapatkan cinta mereka. Tapi sayang, setiap kali gue nyatakan cinta, gue selalu aja ada masalah dan yang pasti cinta gue di tolak.

Gue jadi inget saat pertama kali gue di tolak cewek.

Waktu itu cewek yang gue taksir lagi ngerayain ulang tahunnya yang ke-18, namanya Ayu Rahma, gue kenal baru tiga bulan. kebetulan ultahnya taggal 1 April. bulan April udah pasti ada kata April Mop, dengan modal 15 ribu untuk beli kotak kado, gue berniat memberikan kejutan untuknya.

malam yang gue tunggu tiba, dengan pertimbangan yang matang dan momen yang tepat, gue mengungkapkan perasaan cinta yang selama ini gue simpan.

“Gue seneng banget yu. Bisa hadir di acara loe"

“Gue juga seneng Ka. loe udah bisa nyempet-nyempetin waktu untuk datang ke acara jadi gue..,”

“Tapi loe tahu gak kenapa gue seneng banget malam ini..?”

“Kagak, emang kenapa?” jujur dalam hati gue mau banget bilang” loe mau gak jadi pacar gue..?”

“Karena malam ini ada bidadari yang begitu cantik di samping gue..”

“Ah loe bisa aja..,”

“Yu, gue mau jujur. Saat pertama kali gue ketemu loe, gue langsung jatuh cinta, loe mau gak jadi pacar gue..?” saat itu gue bener-bener dag-dig-dug, bisa di bilang H2C(harap-harap cemas).

“Pacar??”

“Iya Pacar loe. Tapi jawabnya nanti aja, gue punya sesuatu buat loe yu” saat itu juga gue langsung ngasih dia kado yang udah gue siapin di balik tangan gue. Setelah di ambil dan di buka, gue langsung teriak sekencang-kencangnya.

“April Mop..!!”

Tapi sayang pas dia lihat isi kadonya, dia panik banget dan saat itu juga dia langsung pingsan. Gue gak tahu, kalau hasilnya seperti ini. Sumpah gue malu banget, soalnya banyak banget tamu yang hadir.

Gak lama menunggu dengan rasa khawatir, dia pun siuman dari pingsannya. Tapi sial.

“Kenapa loe masih disini..??”

“Maafin gue yu.”

“Loe gak tahu apa kalau gue takut banget sama kodok..!”

“Tapi maksud gue baik kok. Gue cuma ngerayain hari jadi loe, April mop”

sumpah gue langsung panas dingin dan gue juga baru tahu kalau dia emang benar-benar takut sama kodok.

“Loe mau gue jantungan, hari jadi gue 1 Mei, bukan 1 April, gue gak mau jadi pacar loe, keluar aja loe dari pesta gue”

“Tapi, yu??????” Setahu gue dia ultahnya 1 April, tapi kenapa 1 Mei, jangan-jangan gue di kerjain. Soalnya gue sempet nanya sama temen gue kapan ultahnya si ayu, kata temen gue ultahnya 1 April, ya gue percaya-caya aja dan yang lebih bodohnya lagi gue kira waktu itu 1 April, gimana gak di tolak, gue emang bener-bener teledor.

gue pun langsung di usir, padahal niat gue baik cuma buat ngerayain April mop di hari spesialnya biar hari itu jadi momen-momen yang terindah untuk dia kenang, tapi sudahlah, mungkin itu hanya khayalan gue aja.

BAB 1 ASLI Pocong Dika..

Gue Podi, pocong Dika...

Awalnya gue itu setan penasaran sebelum memutuskan untuk menjadi pocong. Menurut gue, pocong itu setan yang sangat tersiksa, jalannya aja harus lompat-lompat. Tapi, karena sesuatu hal, gue pun terpaksa menjadi pocong.

Dulu, sewaktu gue masih hidup, gue sempat menyatakan cinta ke wanita yang gue sayang Tapi, sebelum gue tahu jawabannya, gue terlanjur mati. Mungkin itu penyebab gue jadi setan penasaran.

Namanya Rahel. Dia wanita yang benar-benar spesial buat gue. Gue jadi ingat saat pertama kali jumpa dengannya.

Waktu itu gue lagi di ruangan kepala sekolah, namanya Pak Warno, gue lagi di sidang sama guru-guru, cuma gara-gara masalah sepele.

“Kamu lagi-kamu lagi, gak ada bosannya jadi anak jahil," Tegas Pak Warno.

“Cuma gara-gara toilet aja saya sampai di interogasi gini," Jelas gue.

"Kamu tahu gak, kalau toilet yang di belakang itu mau di renovasi?" Jelas Pak guru yang berada di ruangan pak Warno.

"Enggak Pak!"

“Kamu tunggu di luar, Bapak mau membicarakan hukuman yang pantas buat kamu," Jelas Pak Warno. Kalian mau tahu kenapa gue di sidang. Itu Karena, gue ngunciin teman gue si Burhan di toilet itu dan setelah dua hari gue baru ingat dan hasilnya gue di sidang.

Di saat gue mau meninggalkan ruangan Pak Warno, gue berpapasan dengan seorang wanita, wanita itu benar-benar cantik.

Menit demi menit berlalu, Pak Warno pun manggil gue.

“Dika masuk!” panggil Pak Warno.

Gue pun langsung masuk ke ruangan Pak Warno dan gue benar deg-degan banget. Gue deg-degan bukan karena hukuman yang akan di berikan Pak Warno. Melainkan ada wanita cantik sedang duduk di samping gue.

Jujur, gue penasaran banget sama wanita yang satu ini.

“Setelah pertimbangan yang matang, kamu di hukum membantu pak Jajang membersihkan sekolah selama satu minggu," Jelas Pak Warno.

Ternyata wanita cantik itu murid pindahan dari sekolah lain dan kebetulan sekelas dengan gue.

Setiap waktu, hari-hari gue di penuhi dengan perasaan tanda tanya.

"Bisa gak, ya. Gue jadi pacarnya, jangan pacar deh, jadi teman aja dulu,"

Semua itu, pasti akan gue buktikan suatu hari nanti dengan keyakinan dan sugesti yang gue pegang.

Nenek gue pernah berkata.

“Kalau cinta di tolak, jangan pernah patah semangat, jangan putus asa, jodoh gak akan kemana-mana,"

Nenek gue memang pahlawan. Berkat nasihat Nenek gue, gue masih bisa bertahan sampai saat ini. 

Seminggu kemudian.

"Sekarang kan jam istirahat, pasti dia lagi di kantin," celetuk gue. Sesampainya di kantin. Ternyata benar,  dia lagi duduk santai seorang diri, dengan percaya diri gue langsung mendekatinya. Tapi, sayang, dia cuek banget dan langsung pergi gitu aja ninggalin gue.

Gue gak patah semangat dan keesokan harinya.

Seperti biasa, dia lagi duduk santai di kantin seorang diri, gue pun langsung mesan dua minuman dan menaruhnya tepat di sampingnya.

“Apa kabar, Hel,” sapa gue. Lagi-lagi dia cuek dan sikapnya pun sangat dingin. Dia pergi ninggalin gue gitu aja dan yang lebih sialnya, si gendut Mumun datang nyamperin gue dan langsung nyambar minuman yang sudah gue pesan.

Dan keesokan harinya lagi, seperti yang lalu-lalu, dia sedang berada di kantin. Tapi, kali ini dia gak sendiri.

“Ngapain si Mumun sama dia," Gue pun punya ide.

“Han, loe mau duit 50 ribu gak?"

“Mau, kalau di kasih, mah,"

“Tapi, ada syarat nya, loe harus ngajak si Mumun pergi, terserah loe bawa kemana aja,"

“Yang benar loe, Ka. 50 ribu mana cukup buat si Mumun,"

“Ya sudah, gue tambahin 50 ribu lagi, setuju gak?"

“Kalau harganya segitu, gue baru setuju,"

Setelah sepakat, teman gue si Burhan langsung ngajak paksa si Mumun pergi. Semua pun sesuai dengan rencana.

Setelah si Mumun pergi, gue langsung duduk di sebelah si Rahel. Tapi, sial. Karena terburu-buru, gue nyenggol segelas minumannya yang berada tepat di atas meja sampai tumpah mengenai bajunya.

Dia marah banget sama gue dan lagi-lagi gue apes. Karena, Pak Warno sudah berada di belakang gue dan gue berdua langsung di suruh menghadap ke ruangannya.

Setibanya di ruangannya Pak Warno. Gue sudah pasrah. Karena, gue yakin, kata-kata kasar pasti akan keluar dari mulutnya. Soalnya, gue sudah berkali-kali kena marah, karena ulah jahil gue di sekolah. Tapi, saat itu gue merasa nyaman banget, secara ada wanita cantik di samping gue.

“Boleh kenalan gak? Gue, Dika?"

“Gue Rahel," Jawab si Rahel jutek, Saat pertama kali gue berjabatan tangan dengannya, gue langsung panas dingin, yang pasti seneng banget.

“Loe, baru kali ini ya, di panggil ke ruangannya Pak Warno?”

“Memang kenapa. Gue kan' baru seminggu sekolah di sini,"

“Jutek banget, sih," Ucap hati gue.

“Pak Warno itu galak. Apalagi kalau marah, mukanya seram, kayak kambing,"

“Oh gitu, terus?"

"Dia itu, orang yang paling di takuti di sekolah ini. Tapi, selagi loe di samping gue, loe tetap aman, gak ada yang berani marahin loe,"

Pak Warno pun datang dan langsung duduk di bangku kebesarannya. Namun, gak seperti biasa nya, Pak Warno datang dengan wajah yang tenang.

“Kamu lagi-kamu lagi, Bapak sudah bosan menyikapi tingkah laku kamu,"

“Maaf, Pak. Kalau mau hukum saya. Hukum aja. Tapi, jangan hukum wanita cantik yang ada di samping saya ini,"

"Siapa yang mau menghukum kamu. Saya mau, kamu minta maaf ke dia. Lihat, karena ulah kamu, bajunya sampai basah," Ujar Pak Warno.

“Tapi, Yah. Dia gak sengaja kok!"

“Walaupun gak sengaja. Ayah yakin, dia itu ada maunya,"

GUBRAK...!!! GUBRAK...!! GUBRAK..!

Mendengar percakapan mereka berdua, gue langsung mati kutu. Jantung gue serasa berhenti. Ternyata, selama ini wanita yang lagi gue incar itu anaknya Pak Warno.

"Ayah, anak," ucap hati gue.

Si Rahel pun langsung menoleh ke gue.

"Embeeeek," Ucap si Rahel menirukan suara kambing.

Gue pun langsung pergi ninggalin ruangan Pak Warno dengan tergesa-gesa.

"Kenapa tuh anak, gak seperti biasanya," ucap Pak Warno.

Saat pertama kali gue tahu, kalau si Rahel itu anaknya Pak Warno. Sumpah, gue malu banget.

Keesokan harinya.

Seperti biasa, dia lagi duduk santai di kantin.

“Maafin gue ya, Hel. Soal yang kemarin,"

“Gak apa-apa, kok. Gue sudah biasa nemuin orang seperti loe. Embeeeek," Ucap si Rahel yang langsung menirukan suara kambing 

"Sorry, ya!"

"Nama loe siapa? gue lupa,"

“Dika, Hel!”

“Terus, loe mau ngapain kesini?”

Sumpah, dia cuek banget sama gue, rasanya seperti ada tembok besar yang menghalangi gue untuk dekat dengannya.

“Yang tadi gue bilang, gue mau minta maaf,"

“Maaf?”

“Iya, Maaf. Loe mau kan maafin gue?”

“Loe gue maafin. Tapi, ada syaratnya,"

“Syaratnya apa, Hel?”

“Loe harus traktir makan,"

“Traktir makan, itu mah gampang," Tiba-tiba, si Mumun datang dan ternyata, gue harus traktir si Mumun. Demi sebuah kata maaf, gue harus rela berkorban.

“Makasih ya, Ka. Loe baik banget," Ucap si Mumun, setelah habis makan bakso 3 mangkok.

Jam pulang sekolah.

“Sendiri saja, Hel?”

“Iya, nih. Gue lagi nunggu jemputan,"

“Mau bareng gak, sama gue?"

“Gak deh, makasih,"

“Oh ya, Hel. Loe benar kan, mau maafin gue?"

“Memang kenapa, penting buat loe?”

“Ya penting. Gue butuh kepastian. Oh ya, gue punya coklat. Loe mau kan' maafin gue?”

“Iya, gue maafin. Tapi, gue alergi sama coklat,"

“Alergi, kalau gue kasih bunga ini gimana?"

“Gue juga alergi sama bunga," Sumpah deh, baru kali ini gue melihat ada wanita alergi sama coklat dan bunga.

“Kalau, kue tar ini, pasti mau dong!"

“Kok, loe tahu sih kesukaan gue. Mau banget,”

Tapi sayang, pemilik kue tar itu langsung ngambil kuenya dari genggaman tangan gue dan ternyata pemilik kue tar itu Pak Warno.

Waktu terus berlalu.

Sudah setahun lebih gue berteman sama si Rahel. Dan dia juga sudah gak jutek lagi. Andai dia tahu kalau selama ini gue itu sayang sama dia. Tapi.....

Sekarang, waktu benar-benar cepat berlalu, kemarin hari Senin, besoknya sudah hari Senin lagi.

Menurut gue, hari yang berat itu adalah hari Senin. Karena, hari Senin, adalah hari dimana segala aktifitas di mulai.

Pagi itu gue baru bangun tidur, gue kaget banget, karena jam sudah menunjukkan pukul 08.00 wib.

Dengan terburu-buru gue langsung berangkat ke sekolah tanpa sarapan.

Sesampainya di sekolah, gerbang sudah di tutup sama Pak Kumis.

“Kamu lagi, kamu lagi, sudah berapa kali kamu telat?"

“Baru kali ini, Pak!"

“Kemarin telat, kemarinnya lagi telat, dan kemarinnya juga telat," Tegas Pak Kumis.

“Itu kan kemarin, Pak. Sekarang beda, jangan di samain dong, Pak."

Setelah perdebatan yang panjang, Pak Kumis tetap gak mau membukakan pintu gerbang sekolah.

“20 ribu nih, Pak. Mau gak?"

“Saya tahu maksud kamu. 20 ribu, cukup buat beli nasi, rokoknya belum kebeli,"

“50 ribu deh, Mau gak Pak?"

“Mau, mau!"

Setelah ada perjanjian, Pak Kumis pun mau membukakan pintu gerbang sekolah. Tapi, sial, Pak Warno melihat aksi gue. Alhasil, gue disuruh masuk sekolah sambil merangkak.

Bukan itu aja, gue juga sempat di jemur sampai siang hari sama Pak Kumis di bawah tiang bendera sambil hormat.

"Maaf ya, Pak Kumis!"

Di Blokir

Setiap detik, menit dan jam, yang selalu ada di pikirkan gue hanya si Rahel. Meski gue sudah berteman cukup lama. Gue belum bisa mengungkapkan isi hati gue yang sebenarnya.

Saat itu di kantin.

"Jangan kebanyakan melamun, Ka. Nanti kesurupan." Ujar si Rahel.

"Gak apa-apa kesurupan, kalau setannya itu loe, Hel, hehehe."

Setiap saat bersamanya, entah di kelas maupun di kantin. Yang bisa gue lakuin hanya bisa memandangi wajahnya yang cantik.

"Ada yang salah dengan wajah gue, Ka?"

"Wajah loe terlalu manis untuk di pandang,"

"Dasar, cowok!"

Keesokan harinya .

Siang itu gue lagi mampir ke salah satu toko buku Ahaymedia. Dan gue pun gak sengaja ketemu sama si Rahel.

“Lagi nyari novel juga, Ka?" Setelah gue menoleh.

"Gue kira siapa. Iya nih, gue lagi nyari novel Agak Laen,"

“Sama dong. Gue juga lagi nyari novel Agak Laen,"

“Kok, bisa sama sih. Sudah jodoh kali Hel, hehe,"

“Loe bisa aja, Ka,"

Setelah mendapatkan novel yang di cari, dengan percaya diri gue langsung ngajakin dia makan siang. Awalnya gue ragu, takut dia nolak. Tapi, dugaan gue salah.

“Cari makan yuk, Hel?"

“Makan, gimana ya,"

“Tenang aja, gue yang bayarin."

“Boleh deh. Tapi, jangan lama-lama ya, soalnya gue keluar belum minta ijin sama bokap,"

Setibanya di restoran siap saji. Nasib sial menimpa gue. Si gendut Mumun datang nyamperin gue berdua.

“Kenapa si gendut terus yang muncul," Keluh gue.

“Boleh gabung gak, Hel?” Tanya Mumun.

“Boleh kok, Mun. Mau gue pesanin makan juga gak?"

"Mau, Hel. kebetulan gue belum makan 2 hari," Jawab Mumun. 

"Pesan aja yang loe suka, ada AA Dika yang mau traktir, hehe,"

Sumpah, gue seneng banget waktu di bilang AA, rasanya ingin terbang. Tapi, gue gak mau traktir si Mumun gendut, dompet gue pasti kebobolan. Dan bener aja, makanan yang dia pesan lebih dari 10 piring.

Hari demi hari pun berlalu.

Setelah melewati jangka waktu sekolah yang lumayan panjang, waktu yang gue nanti pun tiba ”Perpisahan Sekolah”.

Gue senang banget bisa lulus dengan nilai sempurna. Tapi sayang, di saat perpisahan sekolah, gue sama sekali gak melihat si Rahel.

“Mun, si Rahel kemana ya?”

“Enggak tahu, Ka,"

Periode Kuliah.

Sekarang gue kuliah di UNIVERSITAS INDONESIA. Meskipun sudah lama gue gak ketemu si Rahel, dipikiran gue selalu aja ada dia, dia dan dia. Dan dalam masa kekosongan itu, gue sudah puluhan kali di tolak sama wanita yang gue suka dan sempat membuat gue down. Namun, akhirnya tuhan mengirimkan sesuatu yang hilang untuk kembali.

Siang itu gue lagi di perpustakaan kampus.

Di saat gue lagi milih-milih buku, gue di tabrak seseorang yang membuat konsentrasi gue buyar. Dan stelah gue bertatap muka dengan siapa yang nabrak gue. Jantung gue bergetar hebat. Ternyata si Rahel.

"Rahel?''

"Dika?"

“Loe kuliah disini juga, Hel?"

“Iya, Ka. Gue baru pindah kemarin,"

"Gimana kabar Loe, Hel?"

“Baik, Ka. Oh ya, loe kok' gak pernah ngasih kabar," Ucap si Rahel.

“Habis, nomor loe gak aktif, Hel. Gue bingung ngasih kabarnya juga, rumah loe juga kan pindah?”

“Sorry ya, Ka. Gue lupa banget buat ngasih kabar kalau gue mau pindahan, gue pindahan pas banget acara perpisahan sekolah. Oh ya, Kira-kira, kita sudah berapa lama ya gak ketemu?"

“Kurang tahu deh, berapa lamanya sudah gak penting. Jujur, gue kangen banget sama loe,"

“Sama, Ka. Gue juga kangen, gue jadi rindu masa-masa SMA kita dulu,”

Kenapa ya, waktu itu gue bisa bicara seperti itu. Apa mungkin terlalu kangen, suasananya pun berubah mulai dari hati ke hati. Gue pun langsung ngajak dia ke kantin untuk mengenang masa-masa SMA.

“Gimana, Hel. Kabar Bokap loe?”

“Alhamdulilah, baik, Ka."

“Oh ya, si Mumun kan sudah married?”

“Serius loe, si Mumun yang gendut itu?"

“Iya, dia. Siapa lagi,"

“Gue kira, dia gak laku,"

“Sembarangan kalau ngomong. Jodoh mana ada yang tahu,"

“Oh ya. Kalau loe, kapan married nya, Hel?"

“Gue masih Jomblo, Ka,"

"Sama dong, gue juga jomblo. Gimana kalau kita married aja?"

"Stres loe ya, baru ketemu langsung ngajakin married,"

"Bercanda, Hel. hehe. Habis, gue benar-benar gak nyangka bisa ketemu loe lagi," Ucap gue senang.

Dan gak kerasa, sudah setahun lebih gue dan si Rahel kembali menjalin pertemanan yang dahulu sempat terputus.

Gue jadi ingat saat pertama kali ngajak si Rahel jalan.

Awalnya gue gak berani untuk mampir kerumahnya, apa lagi ngajak dia jalan. Gue takut kena marah sama Pak Warno. Dan benar aja, sesampainya di rumah si Rahel, gue langsung di interogasi.

“Mau apa kamu kesini?"

“Mau ngajak Rahel jalan sore, Pak,"

“Mau ajak jalan anak saya, duduk!!”

Gue langsung panas dingin dan gemetaran. Sedangkan Pak Warno masuk kedalam rumah. Gue kira dia mau manggil anaknya. Ternyata, dia mengambil sebilah papan catur.

“Kita tanding catur,"

“Catur, pak?”

“Iya, main catur. Kalau kamu menang, kamu boleh ajak jalan anak saya, kapan pun kamu mau,"

“Serius, Pak Warno?”

Ternyata, gue di tantang main catur, bagi gue main catur itu sangat mudah.

Di kamar gue banyak piala-piala lomba main catur, ada lomba sedaerah, sekabupaten dan lain-lain.

Setelah berjam-jam gue main catur melawan Pak Warno. Di babak kelima, sepertinya Pak Warno mulai kelelahan.

“Skak. Gimana pak, mau main lagi?”

“Gimana, ya. Kepala saya pusing,"

Saat itu juga, si Rahel pun keluar dari dalam rumah. Sumpah, dia cantik banget, rasanya ingin gue peluk dan gue cium, hehe.

“Yah, Rahel berangkat dulu ya?"

“Ya sudah hati-hati, pulangnya jangan malam-malam,"

“Benar di izinkan, Pak?"

“Iya!"

"Makasih, Pak," Gue langsung nyium kedua tangannya. Dan gue juga jadi orang yang pertama kali bisa ngajak jalan anaknya Pak Warno. Kalian tahu sendiri, Pak Warno saat di sekolah dulu adatnya keras. Setelah gue tahu sifatnya. Ternyata, gak seburuk pandangan murid-murid yang pernah di hukumnya.

Belum sempat keluar gerbang, Pak Warno teriak manggil gue.

“Dika?"

“Iya, Pak,"

“Kapan-kapan, kita main catur lagi,"

"Ok, Pak. Siap."

"Oh ya, jangan lupa baliknya belikan Bapak Martabak ketan,"

Waktu pun semakin berlalu dan berlalu dan terus berlalu.

Sekarang gue sudah tenang. Apa yang gue harapkan sudah nyata.

Suatu hari, si Rahel gue ajak ke tempat yang di mana tempatnya itu masih jarang di jamah orang. Taman yang di penuhi dengan ilalang yang lumayan tinggi. Cocok untuk jadi tempat pacaran, hehe.

“Ini tempat yang paling indah yang sering gue kunjungi, Hel,"

“Iya, Ka. indah banget,"

“Dan sekarang semakin sempurna, karena ada loe di samping gue,"

“Loe bisa aja, Ka,"

“Ini tempat pelampiasan gue, Hel. Kalau gue lagi sedih, marah, gue pasti kesini, tempatnya bikin gue tenang,"

“Memang, loe sudah berapa kali kesini, Ka?”

“Sudah gak kehitung lagi, Hel. Kalau gue lagi ada masalah, ya disini tempat gue. Semenjak ketemu loe lagi, perasaan gue benar-benar gelisah,"

"Gelisah kenapa?"

"Kayaknya hidup gue gak lama lagi,"

“Loe ngomong apa sih, Ka. Kayak mau pergi jauh aja," Tapi, saat itu juga gue mencium bau yang kurang sedap.

“Tumben, udaranya jadi bau," celetuk gue.

“Gue kentut, Ka. Hehehe"

Di kemudian hari, tepat di hari jadinya, si Rahel pun gue ajak ketempat itu lagi. Taman yang indah di penuhi dengan ilalang.

“Loe tahu gak, Kenapa loe sering gue ajak kesini terus?”

“Enggak. Memang kenapa, Ka?”

“Gue mau, tempat ini menjadi saksi kisah antara kita berdua, hehe,"

“Maksudnya, Ka. Gue gak ngerti,"

"Selamat ulang tahun ya, Hel,"

"Loe ingat hari jadi gue, Ka?"

"Tentu ingat dong, bahkan ukuran sepatu loe aja gue masih ingat. Oh ya, gue punya sesuatu buat loe, Hel,"

“Bagus banget kalungnya, Ka. B&B artinya apa, Ka?"

"Artinya Bulan dan Bintang. Buat gue, loe itu Bulan yang harus bersinar bersama Bintang"

"Makasih, ya. Ka,"

“Gue mau bicara sesuatu, Hel."

"Bicara aja, Ka,"

"Tapi, gue takut,"

"Takut kenapa?"

"49 wanita sudah nolak cinta gue, Hel,"

"Loe serius sudah sebanyak itu? Gue yakin, yang sekarang yang nolak cinta loe pasti nyesel,"

"Gak mungkin, Hel?"

"Mungkin aja. Loe kan orangnya baik hati, hehe,"

"Loe bisa aja, Hel"

"Oh ya, Ka. Ceritain ke gue dong kisah cinta loe yang di tolak,"

"Serius loe mau denger?"

"Gue serius"

"Begini ceritanya, Hel,"

Saat pertama kali gue di tolak.

Wanita yang gue taksir saat itu sedang merayakan hari jadinya tepat di tanggal 1 bulan April. Namanya Mila, gue kenal dia baru tiga bulan.

Malam yang gue tunggu pun tiba.

“Loe tahu gak, kenapa gue seneng banget malam ini, Mil?”

“Enggak, memang kenapa?”

“Karena, malam ini ada bidadari yang begitu cantik di hadapan gue,"

“Loe bisa aja, Ka,"

“Mil, Saat pertama kali gue ketemu loe, gue langsung jatuh cinta, loe mau gak jadi pacar gue?”

“Pacar?”

“Iya Pacar loe,"

"Gimana, ya,"

"Oh ya, gue punya hadiah buat loe, Mil. Gue yakin Loe pasti suka," Setelah hadiah pemberian gue dia buka, gue langsung teriak sekencang-kencangnya.

“April Mop," Teriak gue. Tapi sayang, dia langsung pingsan saat mengetahui isi hadiah pemberian gue itu. Setelah lama menunggu dengan rasa khawatir, dia pun siuman.

“Kenapa loe masih disini?”

“Loe kenapa, Mil?"

“Loe gak tahu apa, kalau gue itu takut banget sama kecoa,"

"Ini kecoa karet, bukan kecoa asli. April mop, hari jadi loe kan 1 April, Mil"

“Loe mau gue jantungan, hari jadi gue 1 Maret bukan 1 April, keluar loe dari pesta gue.”

“Tapi, Mil. Loe mau jadi pacar gue?"

"Najis, loe,"

Dan untuk yang ke-2 kalinya gue di tolak.

Waktu itu, gue memakai pakaian yang lumayan bagus. Sepatu, kemeja dan celana gue beli di shopee. Kira-kira, outfit yang gue pakai habis 1 jutaan, itu juga gue belinya pakai paylatter.

Namanya Nurul. Dia anak orang kaya, wajar gue pakai pakaian bagus, biar terlihat gaya di mata dia.

Seandainya gue jadi cowoknya, dompet gue pasti tebal terus. Secara, ayahnya kan, anggota DPR. Pasti ada duit rakyat yang masuk ke kantongnya.

Sebenarnya, gue belum lama kenal sama dia, mungkin baru tiga bulan. Tapi, rasanya gue sudah kenal dia bertahun-tahun.

Sore itu, gue di ajak makan di salah satu restoran. Pertamanya sih, gue nolak. Karena dia maksa, ya gue nurut-nurut aja.

Sesampainya di restoran itu. Gue seneng banget, soalnya gue belum sempat makan siang.

Dalam momen-momen yang menurut gue romantis.

“Rul, gue mau bicara sesuatu,"

“Makan aja dulu," Tegas si Nurul. Buset dah, gitu banget, orang gue mau nyatain cinta.

Dan setelah selesai makan, gue melanjutkan pembicaraan yang tertunda tadi.

“Gue mau bicara sesuatu, Rul,"

“Ya sudah, bicara aja,"

“Loe mau gak, jadi pacar gue?”

“Pacar, Gimana ya. Boleh aja. Tapi, loe harus bayar semua makanan yang sudah kita makan,"

“Semua?”

“Iya, semuanya," Dengan hati ragu gue langsung buka dompet.

“Kenapa, gak punya duit ya?”

“Duit gue tinggal lima ribu,"

“Ya sudah, cinta loe gue tolak," Tegas Nurul, tanpa ada rasa berdosa dia langsung pergi ninggalin gue gitu aja. Dan gue hanya bisa melamun selama 10 menit.

"Mba kasir, total semua pesanan meja nomor 5 berapa ya?"

"Total semuanya 350 ribu, Mas,"

"Gini Mbak, uang saya kan ketinggalan, bisa gak saya bayarnya besok,"

"Maaf mas gak bisa, yang di makan sekarang, harus di bayar sekarang,"

Sumpah gue benar-benar bingung.

"Ini Pak, orangnya yang gak mau bayar,"

"Bukan gak mau bayar, Mbak. Tapi, belum bisa, uang saya ketinggalan,"

"Jangan banyak alasan, bilang aja kalau loe hanya mau makan gratis di sini," Ucap salah satu bodyguard. Gue pun langsung dapat bogeman mentah dari Bodyguard-Bodyguard restoran itu. Bukan itu aja,  kemeja, celana dan sepatu gue yang keren pun di sita.

"Kemeja, celana dan sepatu kami sita untuk jaminannya, sekarang loe balik dan ambil uang loe,"

Dan untuk yang ke-3 kalinya gue di tolak.

Saat itu, wanita yang gue taksir, gue ajak jalan ke sesuatu tempat. Yang siapa aja kesana, pasti akan mendapatkan keberuntungan.

Namanya Melan. Kira-kira, gue baru kenal dia tiga bulan.

“Romantis banget tempatnya, Ka,"

"Iya, Lan. Oh ya, loe tahu gak kenapa loe gue ajak kesini?"

"Enggak. Memang kenapa?"

"Gue mau bicara sesuatu, Lan. Loe mau gak, jadi pacar gue?”

"Pacar?"

"Iya, Pacar,"

“Maaf ya, Ka. Gue gak bisa,"

“Kenapa gak bisa, Lan?"

“Gue sudah punya pacar, Ka,"

“Loe sudah punya pacar, sejak kapan?” gue benar-benar gak nyangka, kalau dia sudah punya pacar.

“Sudah lama, sih. Sekarang pacar gue ada di belakang loe," Ternyata, cowoknya sudah ada di belakang gue.

"Ngapain loe ke sini sama pacar gue?"

lagi-lagi gue dapet bogeman mentah, katanya kalau datang kesini akan mendapatkan keberuntungan. Tapi, gue malah sebaliknya,

kesialan.

Dan untuk yang ke-4 kalinya gue di tolak.

Mungkin bukan di tolak, cuma gue nya aja yang terlalu percaya diri.

Siang itu, gue lagi mampir ke salah satu toko buku bersama wanita yang gue taksir.

Namanya Amel, setiap gue dekat dengannya, gue merasa nyaman banget, padahal gue baru kenal dia tiga bulan.

Keadaan toko buku saat itu sangat sepi, setelah menentukan waktu yang tepat, gue pun mulai beraksi.

“Mel, sebenarnya gue sayang sama loe, Loe mau gak jadi pacar gue?"

“Mel, gue sayang sama loe," Tapi, gue heran banget, dia serius banget baca bukunya.

“Mel, gue cinta sama loe!" Setelah lidah gue komat-kamit gak jelas. Ternyata, dia lagi dengerin musik lewat earphone nya.

Pantes aja dia cuekin gue, telinganya ketutup sama lagu.

“Sorry, Ka. Tadi loe bilang apa?"

“Gue mau bilang. Loe mau gak?” Baru gue ngomong jadi pacar. Eh, dia motong pembicaraan gue.

“Tunggu dulu ya, Ka. Ada telepon masuk,” Gak lama setelah menunggu, kenyataan pahit benar-benar gue terima.

“Gue tinggal ya, Ka. Pacar gue sudah nunggu di luar, gue mau jalan,"

“Loe sudah punya pacar, Mel?”

“Sudah, Ka. Semalam gue baru jadian, ya sudah, gue berangkat dulu ya, Ka. Gak apa-apakan gue tinggal?”

“Gak apa-apa, kok. Mel,” Lagi-lagi seperti ini, hari yang benar-benar menyebalkan, kayak lagunya tipe-x ”Saat-saat menyebalkan”.

Dan untuk yang ke-5 kalinya gue di tolak.

Malam itu gue mampir kerumah cewek yang gue taksir. Namanya Sinta. Seperti biasa, gue kenal dia baru tiga bulan.

Malam itu terasa canggung, hati gue pun mulai gak tenang. Karena, niat gue sebenernya main kerumahnya untuk mengungkapkan isi hati gue yang sebenarnya.

“Sin, malam ini loe cantik banget,"

“Makasih ya, Ka,"

“Sin, Loe mau gak jadi pacar gue?”

“Pacar?”

“Gue mau merubah status kita, berteman jadi berpacaran. Loe mau kan, Sin?”

“Gimana ya, Ka. Gue masih bingung,"

“Kenapa harus bingung, Sin. Tinggal di jawab aja,"

“Jawabannya besok ya, Ka. Lewat WA, jujur, gue masih bingung,"

“Benar ya, gue tunggu jawabannya,"

Dan keesokan harinya.

Hari dimana gue bisa merubah status berteman menjadi berpacaran, yang pasti gue senang banget, karena respon dia selama ini begitu baik.

Siang itu gue hanya bisa H2C. Dan gue yakin, cinta gue pasti di terima dan gak mungkin di tolak. Tapi, sudah lama menunggu, gak ada satu chat WA pun yang gue terima. Sekalinya ada, itu cuma chat dari Pak Kumis. Karena penasaran, gue langsung nelepon dia lewat WA. Tapi, hanya memanggil. Dan gue coba telpon  biasa.

“NOMOR YANG ANDA TUJU SEDANG TIDAK AKTIF, SILAHKAN COBA BEBERAPA SAAT LAGI,”

Sumpah, gue gelisah banget. Berkali-kali gue telepon hasilnya pun sama aja, ”Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif, silahkan coba beberapa saat lagi,"

Gue pun mutusin untuk mampir ke rumahnya.

Sesampai dirumahnya. Gue benar-benar heran, rumahnya sepi banget. Di saat gue lagi kebingungan, kebetulan ada tukang sayur yang sering berjualan di komplek itu lewat.

“Mas, mau nanya. Ini rumah, kok sepi banget ya?”

“Yang punya rumah sudah pindah mas, denger-denger sih, pindah ke Bogor,"

"Serius, Mas?"

"Lihat aja tulisan di gerbang pojok sana,"

Mendengar penjelasan tukang sayur, gue langsung pergi menuju gerbang pojok rumah.

Setelah gue lihat “RUMAH INI DI JUAL”.

Pantas aja nomornya gak aktif. Dengan penuh rasa sedih, gue langsung pergi ninggalin rumahnya.

Namun, baru aja gue mau pergi, datang satu chat WA dari dia ”DI TOLAK”.

Sumpah, gue benar-benar gak nyangka, jawabannya simpel banget.

Pas gue telepon ulang, lagi-lagi hanya memanggil, Gue cek foto profilnya, ternyata hilang. Gue di BLOKIR.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!