NovelToon NovelToon

Beda Perasaan

GAGAL CIUMAN

"I love u Baby." Ujar Manu sambil berlutut dengan sebuket mawar merah ditangannya. Malam ini, suasana begitu syahdu. Rooftop sebuah cafe disulap menjadi tempat yang sungguh luar biasa romantis. Lampu kelap kelip yang didominasi warna kuning dan putih yang tergantung diatas menambah kesan hangat.

Belum lagi lilin berwarna merah yang disusun membentuk love melingkari mereka berdua. Uh.... membuat siapapun meleleh bak lilin tersebut saat ditembak seperti ini.

"I love u too Om Manu." Jawab Deluna dengan senyum lebar sambil meraih bunga dari tangan Manu.

Akhirnya......Setelah sekian purnama, Deluna bisa bernafas lega. Setelah penantian panjang bertahun tahun, Manu menerima juga cintanya. Bukan hanya menerima, tapi malah menembaknya. Sungguh diluar ekspektasi.

Manu berdiri dengan mata yang terus menatap Deluna. Membuat gadis itu menggigit bibir bawahnya karena gugup. Jantungnya udah berdetak berkali kali lebih cepat dari biasanya.

Deluna merasakan kedua lututnya lemas. Perasaan membuncah itu justru membuatnya ingin pingsan. Apalagi saat Manu mengikis jarak diantara mereka. Mendekatkan wajahnya pada wajah Deluna hingga gadis itu bisa merasakan hangatnya nafas Manu.

Jangan, Jangan pingsan dulu Deluna.

Deluna memejamkan matanya untuk mengurangi rasa gugup yang sekarang sedang menerpanya. Bagaimanapun, ini first KISS nya. Dia tak mau membuat kesalahan, tak mau memberi kesan memalukan yang bisa membuat Manu ilfeel.

Sedetik

Dua detik

Tiga detik

Lama sekali bibir itu sampai, rasanya Deluna benar benar sudah tak sabar. Ingin sekali mendahului meraup bibir Manu. Tapi jangan, gengsi, ntar Manu malah ilfeel.

DELUNAAAA...

Teriakan keras nan memekakkan telinga membuat Deluna seketika membuka matanya. Dia menatap sekeliling, rooftop bernuansa romantis itu seketika berubah menjadi dinding warna baby pink dengan langit putih salju.

"Bangun, sudah jam berapa ini? kamu mimpi apa sampai itu bibir kamu monyong monyongin?" Teriak Killa, mommy nya Deluna.

Sejak tadi dia berusaha membangunkan Deluna dengan menepuk nepuk pipi gadis itu pelan. Tapi bukannya bangun, Deluna malah memajukan bibirnya seperti hendak menyosor. Yakin jika putrinya itu sedang bermimpi berciuman entah dengan siapa? Killa langsung berteriak kencang didekat telinga Deluna.

"MOMMY......" Teriak Deluna sambil menendang nendang selimutnya. "Mommy itu ngerusak mimpi aku tau gak sih?" Deluna berdecak kesal. Kapan lagi dia dicium Manu, pria yang sangat dia cintai tapi tak mencintainya itu, kalau bukan dalam mimpi. Eh ralat, bukan dicium, tapi nyaris saja.

Dan sialnya, mommy nya justru membangunkan dia disaat yang sangat tidak tepat. Iya, sangat sangat tidak tepat sekali. Kalau tidak ingat itu mommy nya, ingin sekali Deluna mengumpati dengan berbagai jenis hewan di kebun binatang. Tapi berhubung itu mommynya, Deluna tak berani mengumpati, takut jadi anak durhaka, dikutuk jadi batu, ngeriii....

"Ini sudah jam 6 lebih. Kamu bisa telat kesekolah. Lupa kalau hari ini hari pertama masuk sekolah? Liburan udah habis, saatnya back to shool." Omel Mommy nya sambil menunjuk jam dinding dikamar Deluna.

Deluna terdiam, mencoba mengumpulkan seluruh nyawanya. Mengingat pelan pelan hari apa ini.

Sial, kenapa bisa telat bangun dihari pertama sekolah sih?

Deluna segera berlari menuju kamar mandi. Bukan untuk mandi, hanya gosok gigi dan cuci muka saja. Sudah hampir setengah tujuh, sudah bisa dipastikan dia bakal telat kalau mandi dulu. Tahu sendirikan, gimana lamanya cewek kalau mandi?

Apalagi ini senin, upacara. Berdiri didepan seluruh peserta upacara adalah hukuman yang menanti jika telat. Tak hanya itu, setelah upacara selesai, masih harus berjemur sambil hormat ke arah bendera. Nggak, nggak banget, mana mau Deluna kayak gitu. Bisa turun imejnya sebagai cewek TER disekolah. Ter apa? Ter semuanya. Tercantik, terpintar, terseksi, terpopuler dan ter yang lain lain.

Ya, hari ini hari pertama Deluna masuk sekolah setelah liburan kenaikan kelas. Hari ini, Deluna resmi menjadi siswi kelas XII.

Setelah memakai seragam dan sepatu, cewek itu buru buru menyaut ransel yang berada diatas meja belajarnya. Berlari tergesa gesa menuruni tangga dan berpamitan pada orang tuanya yang tengah sarapan pagi.

"Deluna berangkat." Ujar cewek itu sambil salim serta mencium kedua pipi mommy.

"Kamu gak sarapan dulu sayang?" Tanya Killa.

"Gak keburu Mom. Deluna sarapan dikantin aja ntar pas istirahat pertama." Jawab Deluna sambil berganti mencium tangan dan pipi daddynya.

"Ya udah, kamu bawa roti aja buat bekal."

"Deluna bukan anak TK Mom." Tolaknya.

"Sayang, sepertinya rok kamu sudah waktunya ganti. Itu terlalu pendek dan ketat." Ujar Delmar, daddy Deluna yang memang sangat over protectif pada putri semata wayangnya itu.

"No dad, this is fashion. Dan Deluna gak mau dikatain kampungan ok." Sahut Deluna sambil mengedipkan sebelah matanya.

"Itu terlalu seksi sayang."

"No dad." Deluna menggeleng cepat. "Semua teman Deluna memakai seperti ini." Sahutnya. Tentu saja itu bohong. Mana mungkin temannya memakai rok sependek itu. Yang ada hanya teman satu genk nya saja dan beberapa siswi yang suka melanggar peraturan.

"Deluna sudah telat, gak ada waktu buat debat lagi. Bye Mom, dad." Cewek itu berlari sambil melambaikan tangannya.

Dihalaman rumah, tampak Pak Sidik yang sudah menunggunya. Sopir sekaligus bodyguardnya itu langung membuka pintu melihat nona mudanya datang.

"Morning Non."

Tanpa menjawab, Deluna langsung masuk kedalam mobil. Cewek itu memang cantik, pintar, body goals dan memiliki banyak kelebihan lain. Tapi satu kekurangannya, kurang akhlak alias akhlakless.

Tapi dibalik semua itu, Deluna selalu sholat. Tapi hanya jika dirumah. Alasannya sudah jelas, takut dimarahi mommy dan daddy nya, bukan karena Allah. Sungguh miris bukan?

.

GIMANA PART PERTAMANYA? MAU LANJUT APA ENGGAK NIH?

FYI, CERITA INI SEKUEL DARI NOVEL SEBELUMNYA YANG BERJUDUL ****DELMAR****.

SO, KALAU PENGEN LEBIH JELAS, BISA BACA CERITA ITU DULU.

THANKS READERS UDAH MAU MAMPIR.

SALAM KENAL DARI OUTHOR GABUT, YANG MASIH BELAJAR NULIS

JANGAN LUPA SEMPETIN BUAT LIKE, KOMEN, VOTE DAN KASIH OTOR HADIAH

TELAT

Deluna melihat gerbang besar SMA Antariksa sudah tertutup rapat. Itu tandanya, dia sudah terlambat.

"Gara gara Pak sidik Deluna terlambat." Omel cewek itu pada supir yang sebenarnya tidak bersalah.

"Kok saya Non. Perasaan nona yang keluar rumah tadi udah kesiangan." Sangkal Pak Sidik sambil menoleh kebelakang, dimana Deluna sedang duduk sambil bersedekap. Bibir cewek itu monyong kedepan hingga membuat Pak Sidik ingin sekali menguncirnya pakai karet nasi goreng.

"Berani bantah ya."

"Gak bantah, cuma bicara fakta."

"Pokoknya semua ini gara gara Pak Sidik, valid no debat." Ujar Deluna tanpa mau dibantah.

"Sekarang anterin Deluna ke rumah Om Manu."

"Loh, kok kesana, gak jadi sekolah?"

"ENGGAK!" Tegasnya dengan kedua mata membulat sempurna.

"Saya gak berani, takut dimarahi tuan."

"Ya udah, sekarang aku telepon daddy dan bilang kalau aku terlambat gara gara Pak sidik. Aku bilang Bapak nyetirnya gak bener sampai nabrak kucing."

"Heh, kucing???? kapan saya nabrak kucing?" Pak sidik garuk garuk kepala.

"Pokoknya bapak nabrak kucing, dan gara gara itu, kita harus membawa kucing itu kedokteran hewan dulu. Dan akhirnya saya telat." Deluna mengambil ponsel ditasya dan segera mencari nomor telepon daddynya.

"Ok, ok, saya anterin ke rumah Pak Manu."

Yesss

Teriak Deluna dalam hati. Seketika dia menyimpan kembali ponselnya ke dalam tas.

Bukan hanya sekali dua kali seperti ini. Berkali kali Pak Sidik terpaksa menuruti kemauan Deluna. Kalau bukan karena gaji tinggi, malas sekali dia menjadi supir cewek itu. Bikin ngelus dada tiap hari, bikin darah tinggi.

"Tapi bagaimana kalau tuan marah?" Pak Sidik masih ragu.

"Tenang, yang penting kita berdua gak buka mulut, daddy gak akan tahu. Yang daddy tahu, hari ini Deluna sekolah. Udah yuk buruan."

Dengan terpaksa Pak Sidik menghidupkan kembali mesin mobilnya dan melaju menuju rumah Manu.

Tapi tiba tiba

Chiiit.....

Pak Sidik mengerem mendadak membuat Deluna yang tidak memakai sabuk pengaman langsung terjungkal kedepan.

"Bisa nyetir gak sih pak!" Teriak Deluna sambil mengusap keningnya yang terbentur sandaran jok depan.

"Kayaknya, nabrak kucing Non."

"Udah deh gak usah Ngada Ngada. Hanya gara gara saya ngomong nabrak kucing, terus bapak nabrak kucing beneran? ucapan saya gak seluar biasa itu efeknya. Buruan jalan." Titah Deluna yang tak sabar ingin segera bertemu Manu.

Iya kali, mungkin dia hanya kepikiran tentang kucing. Makanya berhalusinasi nabrak kucing. Tak ingin berdebat, Pak sidik segera menghidupkan kembali mesin mobilnya. Tapi baru sebentar berjalan.

Chiiittt...

Lagi lagi Pak Sidik mengerem mendadak.

"PAK SIDIK. Mau gue pecat." Pekik Deluna yang mulai kehabisan kesabaran.

"Maaf Non, ada mobil yang tua tiba nyalip terus berhenti didepan."

Tok tok tok tok

"Keluar." Seseorang yang baru keluar dari mobil depan menggedor kaca pintu mobil Deluna.

Pak Sidik melihat orang yang mengetuk kaca mobilnya. Pria itu memakai seragam SMA. Tapi kenapa dia yang tampak marah? bukankah dia yang salah karena berhenti mendadak didepan, kenapa dia yang ngamuk.

"Tanggung jawab anda." Bentak cowok itu saat Pak Sidik baru keluar.

"Tanggung jawab?" Pak Sidik mengernyit bingung.

"Anda sudah menabrak kucing, tapi main kabur Gitu aja. Seenggaknya lihat dulu keadaannya. Gak berperikehewanan."

"Beneran saya nabrak kucing?"

"Maksud anda saya bohong? Mundur balik kalau tidak percaya."

Pak Sidik menghela nafas. Sepertinya benar, tadi dia tidak berhalusinasi, dia beneran nabrak kucing.

"Ada apaan sih pak?" Tanya Deluna yang baru saja keluar dari dalam mobil.

"Deluna." Gumam cowok itu.

Deluna mengernyit bingung. Darimana cowok itu tahu namanya. Perasaan baru pertama kali bertemu.

"Lo, kenal gue?" Tanya Deluna yang tak ingin terus menebak nebak.

"Eng, enggak. Gue....gue baca badge nama lo." Jawab cowok itu terbata bata. Seperti orang yang sedang berbohong.

Deluna memperhatikan seragam cowok itu. Badge yang tertulis dilengan cowok itu adalah SMA Antariksa. Itu artinya mereka satu sekolah. Tapi kenapa Deluna tak pernah melihat cowok itu.

Rasanya aneh, mengingat cowok itu yang Good looking, harusnya dia populer dong. Tapi kenapa Deluna gak kenal?

"Saya nabrak kucing beneran Non. Dan Kayaknya kita mesti ngurusin kucing itu dulu. Kata orang, pamali ninggalin kucing yang habis ditabrak, takut kualat." Kata Pak Sidik.

"Ya udah, bapak urusin. Saya naik taksi aja." Deluna mengambil tasnya di mobil lalu menyegat taksi yang kebetulan lewat.

...******...

Deluna segera turun dengan semangat 45 sesampainya didepan rumah Manu. Sebenarnya bukan rumah, tapi ruko tiga tingkat yang digunakan Manu sebagai studio foto sekaligus tempat tinggal. Ya, Manu adalah seorang fotografer.

Tok tok tok

"Om Manu....Om.... bukain pintunya dong." Teriak Deluna didepan rumah Manu.

Tok tok tok

"Om Manu.... "

Ceklek

"Baby." Manu terkejut melihat Deluna pagi pagi datang kerumahnya. Gadis itu memakai seragam sekolah, tapi kenapa malah kerumahnya? Selokahannya gak lagi pindah ke rukonya kan?"

"Om Manu, Ish.....bangun tidur kenapa udah ganteng aja sih. Gimana Baby gak makin cinta cobak." Ujar Deluna sambil senyum senyum terpesona. Padahal Manu hanya memakai celana kolor dan kaos oblong. Rambutnya juga masih acak acakan gak karuan, masih aja dibilang ganteng. Fix, cinta emang buta.

"Ini jam sekolah Baby, kenapa kamu malah kesini?" Tanya Manu sambil menghembuskan nafas kasar sambil menggaruk garuk tengkuknya yang tidak gatal.

"Baby telat, jadi bolos." Jawabnya dengan ekspresi yang dibuat seimut mungkin. Siapa tahukan Manu bisa terpesona.

"Astaga baby, gimana kalau daddy kamu tahu?"

"Gak bakal tahu kalau Om gak ngasih tahu." Jawab Deluna sambil menerobos masuk kedalam rumah Manu.

Baby adalah panggilan sayang Manu untuk Deluna. Sayang yang dimaksud, bukan sayang antara laki laki ke perempuan. Lebih kepada sayang seorang om pada ponakannya.

Deluna adalah anak dari sahabat Manu. Usianya 17 tahun, bulan lalu dia baru merayakan sweet seventeen. Manu, dia sudah mengenal Deluna sejak orok, sejak cewek itu baru lahir.

Tapi beda dengan Manu, Deluna menyukai Manu sebagai seorang laki laki. Walaupun usia mereka terpaut 18 tahun, tapi sama sekali tak menyurutkan cinta Deluna.

Berkali kali Deluna menyatakan cintanya pada Manu, berkali kali juga Manu menolaknya. 20 kali Deluna menembak, 20 kali juga Manu menolak.

"Om baru bangun tidurkan? berarti belum sarapan dong. Gimana kalau baby masakin?" Tawar Deluna sambil menaikkan sebelah alisnya.

"Masak?" Manu speechless.

"Iya, masak."

"Kamu bisa masak?"

"Ngeremehin baby nih. Jangankan masak, jadi istri juga udah siap lahir batin." Goda Deluna sambil mengedipkan sebelah matanya.

"Ya sudah sana masak. Om mau mandi dulu." Kalau diterusin, Deluna akan makin menggodanya. Lebih baik cewek itu ditinggal mandi aja

"Mau ditemanin gak?"

"DELUNA." Manu menggeram sambil memelototi cewek itu.

"Hahaha.. ....Just kidding." Deluna membentuk huruf V dengan jari jarinya. "Ekspresinya Gitu banget, bikin Baby makin emesh aja, pengen peyuk." Deluna mendekat dan hendak memeluk tapi Manu buru buru mendorong bahu cewek itu.

"Om mandi dulu." Manu segera kabur berlari kelantai atas.

Deluna terkekeh melihat Manu yang salah tingkah. Cewek itu memang tak pernah lelah menggoda Manu.

Setelah Manu naik kelantai atas, Deluna segera menuju dapur. Cewek itu memang sudah sangat hafal dengan bagian rumah Manu. Terlalu sering datang meski selalu berakhir dengan dipaksa untuk pulang alias diusir.

Deluna mengambil ponselnya dan mencari resep masakan di internet. Deluna mana bisa masak. Dia tadi hanya sok sok an bisa, buat menarik simpati Manu.

"Bawang putih, kunyit, lada." Deluna membaca resep bumbu untuk menggoreng ayam. Tadi dia melihat ada ayam di dalam kulkas.

"Astaga, gue gak tahu apa itu lada, kunyit. Susah banget sih cuman mau goreng ayam. Apa gue harus belajar dulu ke Kak Ros ya biar bisa buat ayam goreng yang enak? Kata upin ipin kan ayam gorengnya kak Ros enak. Gak bisa apa ayam langsung dicemplugin ke dalam minyak panas doang?" Deluna bermonolog.

Tak ingin membuang waktu, Deluna segera mengambil ayam di kulkas. Masalah bumbu, dia tak mau ambil pusing. Kasih garam aja langsung goreng.

Huwek Huwek.

Deluna mau muntah mencium bau ayam mentah. Dia segera melemparkan ayam itu ketempat sampah dan memikirkan opsi masakan lain.

Telur mata sapi.

Cerdas kan Deluna. Dia langsung kepikiran masakan itu. Tapi, tunggu dulu.

Sial, Stok telur dikulkas habis.

Deluna mencak mencak, bingung harus memasak apa.

Otak mikir, mikir cepat. Jangan pinter matematika, fisika sama kimia doang. Ayo mikir masakan.

Gara gara sok sok an mau masak, jadi susah sendiri kan?

KARI SPESIAL

BRAKK

Arash memukul setir mobilnya. Setelah sepuluh tahun, akhirnya dia bertemu lagi dengan Deluna. Dengan cewek yang dia kejar kejar saat kecil tapi selalu berakhir dengan bullying. Dia selalu stalking IG nya Deluna. Makanya dia langsung mengenali saat bertemu cewek itu.

Ya, cowok yang bertemu Deluna tadi bernama Arash. Teman masa kecil Deluna yang masih menyimpan dendam pada cewek itu. Tapi sepertinya Deluna tak mengenalnya karena secara fisik, sudah sangat berbeda jauh.

Arash yang dulu gendut, sekarang memiliki tubuh yang sangat perfect. Wajahnya juga sangat tampan, mampu memikat hati para kaum hawa.

Flashback

"Deluna, ini aku bawain spageti. Enak banget loh, mama aku yang masak." Ujar Arash yang baru duduk dibangku kelas 1 SD.

Deluna memutar bola matanya malas. Bosan dengan Arash yang selalu memberinya ini dan itu. Dan ujung ujungnya, dia akan diejek tema temannya. Dikatain kalau Deluna pacaranya Arash.

Deluna mengambil kotak makan dari tangan Arash lalu membuangnya kelantai hingga isinya jatuh berceceran.

"Kok dibuang?"

"Hei gendut, aku gak suka ya kamu ngasih aku sesuatu. Aku gak suka kamu deket deket sama aku. Aku malu, kamu itu jelek, gendut, cengeng. Tuh sana, main sama Adel. Kaliankan sama sa gendut."

Dengan tanpa perasaan, Deluna menginjak spageti buatan mama Arash lalu pergi begitu saja.

...******...

Beberapa saat kemudian, tampak Manu yang sudah berjalan menuruni tangga.

"Masak apa Beb?" Tanyanya. Pria itu terlihat sudah rapi, memakai celana jeans, kaos dan dilapisi kemeja yang tidak dikancingkan.

"Masak kari." Jawab Deluna tanpa menoleh kearah Manu. Cewek itu tampak masih sibuk menyelesaikan masakannya.

"Oh ya?" Manu mengerutkan keningnya. Apakah benar Deluna bisa masak, apalagi kari? Tiba tiba perasaan Manu tidak enak.

"Pinter juga kamu bisa masak kari." Puji Manu sambil menarik kursi dan duduk manis menunggu Deluna menghidangkan masakannya.

"Deluna gitu." Ujarnya sambil berbalik dan membawa masakan hasil karyanya.

Dari bau baunya, Manu seperti sudah familiar dengan aroma itu.

"Kari spesial, untuk Om Manu yang paling spesial dihatinya Baby." Ujar Deluna sambil meletakkan masakannya diatas meja, tepat dihadapan Manu.

Manu menatap cengo masakan Deluna. Speechless, tak bisa berkata apa apa.

"Kari spesial?" Gumam Manu pelan.

"Iya, mie instan rasa kari spesial."

Manu menelan ludahnya susah payah. Kari spesial yang Deluna maksud adalah mie instan rasa kari spesial, bukan kari yang ada dalam bayangan Manu.

"Aromanya enak banget kan Om. Ini baby masak pakai cinta, dijamin rasanya satu juta kali lebih nikmat daripada mie instan yang biasa Om makan."

Manu hanya manggut manggut, bingung harus berkomentar apa. Dia bukan seperti netijen yang pandai berkomentar.

Sepertinya, mau tidak mau Manu harus sarapan mie instan pagi ini. Demi apa? demi menjaga perasaan Deluna yang sudah susah payah memasak untuknya.

Manu sangat tahu Deluna. Bukan mudah untuk cewek itu memasak walau hanya sekadar mie instan. Terbukti dapurnya sudah mirip kapal pecah sekarang.

Deluna mengambil mie miliknya lalu duduk dihadapan Manu.

"Met makan Om Manu. Karena ini spesial, harus habis, gak boleh nyisa."

"Gitu ya." Sahut Manu sambil menghela nafas pasrah. Tapi kalau dipikir pikir, ini jauh lebih baik daripada harus makan masakan Deluna yang Manu tahu pasti rasanya....kalian bisa tebak sendirilah.

"Om kok udah ganteng, mau Kemana?"

"Om ada pemotretan preweding didanau dekat sini."

"Baby ikut ya Om." Ujar Deluna bersemangat.

"Boleh, asal jangan bikin ulah."

"Ih apaan sih. Emangnya baby bocah apa mau bikin ulah." Sewot Deluna.

"Tapi anterin baby beli baju dulu ya. Masak baby pakai seragam. Gak lucu kan? Bisa bisa om dikira pedofil yang nyulik anak sekolahan."

"Om gak ada waktu sayang. Ini udah mepet. Jef sama Nini udah di lokasi sekarang. Mereka udah nyiapin semuanya, tinggal nunggu Om aja."

"Janji gak lama. 15 menit doang, eh 10 menit deh, janji." Pinta Deluna dengan jurus puppy eyes yang membuat Manu susah menolak.

"Ok 10 menit."

Setelah selesai sarapan mereka segera menuju lokasi pemotretan. Tapi sebelumnya, mereka mampir dulu disebuah toko baju. Manu menunggu di mobil, membiarkan Deluna membeli pakaiannya sendiri. Kalau ditemanin pasti makin lama.

Manu membelalakkan matanya melihat penampilan Deluna yang baru keluar dari toko baju. Gadis itu memakai dress off shoulder yang sangat pendek.

"Yuk om berangkat." Ujar Deluna setelah masuk kedalam mobil.

"Baby, kamu yakin pakai baju ini? tak ada pilihan yang lain lagi?"

"Banyak pilihannya, tapi karena om hanya ngasih waktu 10 menit, baby jadi langsung comot aja."

"Tapi gak harus yang seseksi ini kan sayang."

"Kenapa emangnya?" Deluna mendekatkan wajahnya kewajah Manu. Membuat jantung Manu berdetak tak karuan. Bagaimanapun, dia laki laki dewasa yang normal.

"Jangan bilang kalau Om tergoda dengan penampilan baby?" Goda Deluna sambil mengusap kemeja Manu.

"Hentikan baby.....cepat duduk dikursimu dan kenakan safety belt." Desis Manu sambil mendorong bahu Deluna pelan lalu membuang muka ke arah lain. Bisa bisa dia benar benar tergoda kalau menatap Deluna terus.

"Hahaha... muka Om merah." Deluna cekikikan karena berhasil membuat Manu blushing.

"Sudahlah ayo berangkat." Manu buru buru mengalihkan pandangannya ke depan dan menghidupkan mesin mobilnya.

Beberapa menit kemudian, mereka sampai disebuah danau. Disana tampak Jef yang sedang sibuk mempersiapkan dekorasi dan keperluan lainnya. Sedangkan Nini, laki laki bertulang lunak itu tengah merias perempuan yang akan melakukan preweding.

"Pagi." Sapa Manu pada kedua anak buahnya itu.

"Pagi bos." Sahut Jef sambil melihat Deluna dari atas ke bawah.

"Tuh mata bisa gak dikondisikan?" Tegur Manu.

"Ada yang bening dan seksi, rugi gak dilihat, mubazir."

"Lo gak ngelihat, tapi melotot." Ujar Manu sambil menoyor kepala Jef lalu pergi untuk menemui kliennya yang sedang dimake up Nini.

"Hai Deluna cantik, tumben ikut? gak sekolah?"

Jef basa basi.

"Telat tadi. Btw, bagus banget tempatnya." Deluna memperhatikan danau yang sudah ditambahi beberapa hiasan untuk mempercantik. Tampak juga sebuah sampan yang dihiasi bunga bunga yang nantinya untuk foto.

"Iyalah, Om Jef Gitu."

"Em... jadi pengen prewed juga." Ujar Deluna sambil mesam mesem menatap Manu yang sedang berbincang dengan kliennya.

"Prewed sama Om Jef mau?"

"Iyuh.....ogah banget." Jawab Deluna sambil menatap Jef dari atas ke bawah dengan ekspresi jijik.

"Terus maunya sama siapa? bos Manu?"

"Iyalah."

Jef terkekeh mendengarnya. Dia tahu sekali kalau Manu selalu menolak Deluna. Pria itu tak punya perasaan apa apa pada Deluna.

"Ngapain ketawa?" Sinis Deluna sambil melotot.

"Deluna tahu gak?"

"Ya gak tahu lah, Om aja belum bilang." Jawab Deluna ngegas, membuat Jef seketika mengelus dada. Cantik sih cantik, tapi jutek dan sombongnya gak ketulungan.

"Bos Manu lagi deket sama cewek."

"WHAT! " pekik Deluna sambil melotot.

"Tahu Gemma? model yang tengah naik daun itu. Beberapa kali kita ada pemotretan sama dia. Dan sejak itu mereka dekat."

"Gak, gak boleh dibiarin. Om Manu cuma milik Deluna. Valid no debat." Rahang Deluna mulai mengeras, nafas cewek itu naik turun memahan emosi. Siapa yang tidak emosi, dia sudah 10 tahun mengejar Manu belum juga diterima, eh yang baru datang main serobot antrean aja.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!