Sheila terduduk diam di kursi kerjanya. Ruangan ini merupakan tempatnya menghabiskan waktu setiap hari untuk mencari nafkah. Dia merupakan manager marketing di sebuah perusahaan yang mengelola salah satu brand fashion anak muda yang sedang hit di negara ini sekarang. Tentu saja Sheila tidak sekejap mata mendapatkan posisi ini. Sudah lebih dari 4 tahun dia mengabdikan diri Perusahaan ini. Dia memulainya dari awal dengan menjadi SPG untuk brand fashion ini, walaupun dia seorang sarjana tapi Sheila tidak pernah merasa malu ataupun gengsi menjalani pekerjaan itu, baginya selama pekerjaan itu halal dan menghasilkan uang maka dia dengan ikhlas menjalaninya tanpa banyak mengeluh. Karena kinerjanya yang sangat bagus maka jenjang kariernya juga perlahan-lahan naik.
Huft... Sheila menghembuskan nafas panjangnya. Hari ini begitu berat baginya. Bertemu dengan seseorang yang selama ini berusaha untuk dilupakannya. 6 tahun sudah Sheila mencoba untuk menata kembali hatinya setelah luluh lantah karena orang yang baru saja ditemuinya.
Sheila yang hari ini ditugaskan oleh atasannya untuk menghadiri meeting dengan perusahaan desain grafis di buat shock ketika masuk ke ruangan yang telah dijanjikan untuk melakukan pertemuan. Ruang meeting perusahaan itu mendadak menjadi ruangan mencekam baginya. Menatap manik mata pria yang secara kebetulan juga menatap ke arah pintu ruangan yang di buka ketika Sheila dan tim nya datang. Ingin rasanya ia lari dari tempat itu saat ini juga. Kalau bukan karena berpikir tentang pekerjaan yang sedang ia jalani dan itu merupakan satu-satunya sumber penghasilannya yang ia gunakan juga untuk membantu orang tuanya yang berada jauh di luar pulau tempat Sheila saat ini berkarier. Yah, dia memang merantau ke kota ini. Meninggalkan kedua orang tuanya di kampung halaman demi mengejar cita-cita menjadi seorang manager.
Dengan langkah berat dan pikiran yang sudah tidak fokus lagi Sheila dan tim nya masuk ke ruangan itu. Ia lebih memilih untuk menunduk dan berusaha untuk meyakinkan dirinya bahwa pria itu tidak menatapnya. Renata yang merupakan teman satu tim sekaligus sahabat baik Sheila ternyata sudah menyadari perubahan muka sahabatnya itu semenjak masuk ke ruangan ini. Namun ia lebih memilih diam dan menyimpan seribu pertanyaan yang muncul dibenaknya karena perubahan sikap sahabatnya itu.
Ehm...ehm...suara itu menyadarkan semua yang ada di ruangan itu untuk kembali fokus kepada agenda yang memang telah terjadwal untuk mereka bahas pada pertemuan ini. Seorang pria muda mulai berbicara dan memperkenalkan dirinya dan 2 orang lain yang berada di sebelahnya. Saya Ramon, asisten sekaligus kepala desain produksi Perusahaan RZ company dan disamping saya adalah pimpinan kami Bapak Rizal dan itu Emilia, sekretaris Pak Rizal.
Deg
Mendengar nama pria itu di sebut, Sheila merasa tubuhnya bergetar, harapan bahwa pemikirannya salah semenjak td pupus sudah, yah, itu memang dia. Dari tadi Sheila sempat berpikir mungkin pria itu hanya memiliki kesamaan paras saja dengan pria dari masa lalunya itu. Ternyata itu semua salah. Memang pria itu lah orangnya. Orang yang selama ini dia hindari dan tidak ingin dia temui lagi. Sheila sengaja meninggalkan kampung halamannya demi melupakan keperihan dan kehancuran hatinya 8 tahun lalu. Tapi sekarang apa? Orang itu bahkan sedang ada di hadapannya.
Takdir apa ini Tuhan, lirih Sheila. Ia masih berusaha keras untuk menguatkan fisik dan hatinya selama berada di ruangan itu. Tidak lucu tiba-tiba dia lari dan kabur dari sana karena itu menyangkut pekerjaan yang sangat disukainya.
Baiklah, profesionallah Sheila gumamnya pada dirinya sendiri, ini tidak akan lama dan kamu pasti bisa. Sejenak dia menghirup oksigen demi merilekskan kan dirinya.
Baiklah bapak dan ibu meeting kita mulai. Silahkan perwakilan dari TR jeans memulai presentasinya, ucap Ramon.
Bismillah Sheila yang ditunjuk sebagai perwakilan perusahaan untuk presentasi hari ini bangkit dari duduknya. Ia menjelaskan dengan detail apa yang ditayangkan proyektor mengenai konsep desain terbaru yang mereka inginkan. Selama Sheila menjabarkan semua konsep terbaru yang sudah mereka rancang selama itu pula manik mata laki-laki itu tidak terlepas dari memandang dengan tajam ke arah Sheila. Sheila sekuat tenaga meneguhkan hatinya untuk tetap berkonsentrasi pada presentasinya. Manik mata elang itu seolah mengintimidasinya. Entah apa maksud pria itu. Sungguh pandangannya tidak bisa terbaca oleh Sheila. Ramon yang awalnya konsentrasi kepada presentasi yang dijelaskan Sheila sejenak menoleh ke samping.
Deg...
Wajah Ramon pias memperhatikan pandangan bos sekaligus sahabatnya itu. Selama ini sahabatnya itu tidak menatap kepada seorang wanita seperti tatapannya sekarang kepada Sheila. Ramon bertanya dalam hati apa sebenarnya yang sedang dipikirkan sahabatnya itu. lngin sekali mulutnya berucap. Tapi mengingat mereka sekarang sedang dalam situasi formal dalam pekerjaan maka niat itu di urungkannya.. Ia hanya menyimpan banyak pertanyaan dalam hatinya. 7 tahun sudah ia menjadi sekretaris sahabatnya itu. Sejauh ini dia belum pernah melihat sahabatnya begitu intens menatap seorang lawan jenis. Selama ini bahkan Ramon sering bertanya apa yang terjadi dengan kehidupan pribadi bosnya itu di masa lalu sehingga dia sangat dingin terhadap kaum yang berjenis wanita. Selama ini bukannya tidak ada wanita yang mencoba untuk dekat dengan sahabatnya itu, tetapi dia seolah memasang benteng pertahanan kokoh dalam dirinya agar tidak tersentuh oleh makhluk cantik dengan sejuta misteri yang berjenis wanita. Selama ini sudah banyak kolega bisnis dan relasi mereka yang mencoba untuk mendekat kepada bosnya itu tapi mereka semua mundur karena tidak mendapatkan respon sedikitpun dari pria itu, bahkan dia cendrung kasar terhadap wanita yang mencoba untuk menyentuh hatinya melalui perhatian-perhatian kecil yang mereka coba mulai. Bahkan ada yang terang-terangan di maki oleh sahabatnya itu di muka umum pada pertemuan pertama meraka. Tapi hari ini Ramon menyaksikan sendiri tatapan mata yang biasanya dingin dan penuh intimidasi itu berbeda.
Tepuk tangan semua yang ada di ruangan itu menandakan bahwa presentasi yang di lakukan oleh Sheila sukses. Huft... hela nafas gadis itu ketika menyelesaikan tugasnya hari ini. Bahkan sejuknya AC di ruangan itu tidak terasa baginya. Yang dia rasakan hanya hawa panas dan rasa tidak nyaman semenjak pertama bertemu mata dengan pria itu.. (Rizal) yah nama itu yang berhasil dia gumamkan ketika pertama bertemu dengan manik mata elang yang sudah 8 tahun tidak pernah ia ketahui kabar berita dan keberadaannya. Pria itu yang berhasil menorehkan luka yang teramat dalam di hati Sheila dan keluarganya. Pria yang ingin dia lenyapkan kalau saja tidak ada hukum yang akan bicara setelahnya.
Sheila kembali duduk di kursinya. Rasanya kakinya tak lagi menapak di bumi. Tapi ia tetap mencoba untuk melalui hari ini dengan baik. Demi karir dan masa depan yang sudah ia perjuangkan selama ini. Persetan dengan lelaki itu bisik hatinya. Kali ini ia akan berusaha profesional. Menghindar pun tidak ada gunanya lagi. Mau tidak mau ia harus maju dan melewati semua ini. Toh mereka hanya akan terikat pekerjaan seandainya kedua belah pihak menyetujui dan berlanjut untuk menandatangani kontrak kerjasama.
Baiklah selanjutnya pimpinan kami akan menyampaikan beberapa hal terkait presentasi tadi ucap Ramon. Silahkan Pak Rizal.. Dalam pekerjaan memang Ramon menggunakan sapaan pak kepada sahabatnya itu.. Lain lagi dalam suasana santai ketika mereka bermain futsal bersama, gym atau kegiatan lain seperti golf, mereka akan berbicara santai tanpa ada embel-embel sapaan Pak kepada sahabatnya itu. Yah, Ramon kadang berpikir hampir setiap hari selama 7 tahun belakangan ini mereka sudah menghabiskan waktu bersama sekalipun di hari libur. Jika di hari kerja mereka seperti bos dan sekretaris. Saat weekend mereka terlihat seperti sahabat sejati yang sering menghabiskan waktu berdua.
Rizal berdiri dan mengancingkan kembali jasnya. Ia sejenak menghirup udara untuk menetralkan hatinya..
Terima kasih kepada nona Sheila yang telah menyampaikan presentasinya di hadapan kita semua. Saya menyukai konsep yang di jabarkan nona Sheila dan saya menyetujui rancangan desain dan tahap-tahap pengerjaan iklan yang ditawarkan. Perusahaan kami akan segera merealisasikan desain itu menjadi sebuah iklan yang mudah-mudahan akan membuat produk baru yang akan di luncurkan perusahaan TR jeans akan sukses di pasar nasional dan internasional seperti yang sudah direncanakan. Untuk selanjutnya pertemuan hari ini akan kita akhiri dengan makan siang bersama sekaligus sebagai penanda di mulainya kerjasama perusahaan kita, dan untuk pertemuan berikutnya saya berharap akan bertemu langsung dengan pimpinan TR jeans. Beliau sudah menghubungi saya secara pribadi dan meminta maaf atas ketidakhadiran beliau hari ini karena masih dalam suasana berkabung. Silahkan di nikmati hidangan hari ini, ucap Rizal mengakhiri ucapannya dan kembali duduk.
Ramon memberi kode kepada pelayan agar menyiapkan hidangan makan siang untuk mereka, karena pertemuan hari ini memang di lakukan di private room sebuah restoran terkenal di kota ini.
Setelah pelayan selesai menghidangkan seluruh menu, mereka segera menyantap hidangan itu dengan hikmat. Hanya keheningan yang mengiringi acara makan siang sebagai akhir pertemuan kerjasama mereka hari ini. Setelah semua selesai dengan makanannya mereka pun membubarkan diri.
Sheila dan Emilia berjalan beriringan keluar dari restoran itu, sementara itu Rizal dan rombongan sudah lebih dulu beranjak dari tempat itu. Emilia yang sudah sejak tadi menahan dirinya untuk bertanya kepada Sheila akhirnya membuka mulutnya.. "Shel, ada apa dengan elo hari ini, sepertinya elo nggak nyaman selama pertemuan tadi?". Sheila tertegun mendengar perkataan teman sekaligus rekan kerjanya itu. Sheila mengira Emilia tidak menyadari perubahan dirinya selama meeting tadi. Tapi Sheila tidak ingin berkata apa-apa atau menjelaskan apapun pada Emilia pada saat ini. Ia terlalu shock dan pertemuan hari ini. "Emm, gak ada apa-apa kok Mil, biasa aja. Gue cuma merasa kurang fit hari ini, kepala gue mendadak pusing. Mungkin efek gue begadang semalam karena mempersiapkan presentasi hari ini, elaknya". "Ooh, gue kira ada sesuatu yang membuat lo gak nyaman". "It's oke gue sudah lebih baik kok sekarang" jawabnya, "gue ke toilet sebentar ya, lu tunggu di depan", ujarnya seraya berbelok ke arah toilet restoran itu.
Sebenarnya Sheila hanya beralasan kepada Emilia agar temannya yang cerewet dan suka kepo itu tidak bertanya yang macam-macam lagi padanya. Sheila hanya mencuci tangannya dan bercermin memperhatikan wajahnya di dekat wastafel yang ada di sana. Setelah berhasil menenangkan dirinya sejenak Sheila berjalan melangkah keluar dari toilet.
Ehm...ehm...suara itu berhasil menghentikan langkah Sheila. Ia mengedarkan pandangan menuju arah suara itu tapi tiba-tiba ia kehilangan kemampuan untuk melangkahkan kakinya kembali ketika melihat Rizal sudah berdiri dengan gagahnya bersandar pada dinding sebuah ruangan yang membatas antara toilet dan beberapa ruanganan lain di restoran tersebut. Rizal memajukan langkahnya sehingga sekarang ia sudah berdiri dengan tegap di hadapan Sheila. Pria itu menatap Sheila dengan tatapan yang sulit di artikan, sementara Sheila hanya menunduk tak berani menatap pria tersebut, lebih tepatnya tidak ingin melihatnya.
"Sebegitu bencinya kah dirimu sehingga kau tidak mau untuk sekedar melihatku", ucap pria itu. Sheila tidak bergeming, ia tak berniat menjawab perkataan pria itu, berharap laki-laki itu hanya bayangan yang tidak nyata dihadapannya sekarang. Ia memilih mengabaikan ucapan pria itu dan berusaha meneruskan langkahnya. Tetapi baru satu langkah ia berjalan pria itu sudah menahan pergelangan tangannya. Sentuhan membuat Sheila membulatkan matanya. "Lepaskan tanganmu dariku", jawabnya tegas. "Aku lepaskan asal kau mau berbicara denganku" jawabnya. "Tidak ada lagi yang perlu dibicarakan di antara kita", jawab Sheila dingin, "Aku tidak bicara dengan orang asing", Ia mencoba untuk melepaskan tangannya dari Rizal. Pria itu berujar lirih, "Maafkan aku, maaf, bahkan dengan berlutut di hadapanmu pun mungkin tidak akan membuatmu untuk memaafkan kesalahanku tapi sungguh aku memohon maaf dengan tulus padamu". Sejenak Sheila tertegun, pria angkuh ini meminta maaf padanya, tidak mungkin itu hanya triknya, kesadaran Sheila kembali. "Sungguh selama beberapa tahun belakangan ini aku tidak hidup dengan baik. Aku sangat merasa bersalah padamu dan keluargamu, tapi saat itu posisiku sangat sulit. Kau tau, aku dipaksa oleh papa...aku..., cukup Tuan Rizal yang terhormat, aku tidak punya urusan lagi denganmu..Sheila menghentakkan tangannya dengan keras sehingga tangan itu terlepas dan ia segera beranjak dari tempat itu..
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!