NovelToon NovelToon

My Nerd Girlfriend

MNG {1}

Suasana lengang di sekolah SMAN 1 Tunas Bangsa menunjukkan bahwa waktu belajar masih berlangsung di dalam kelas masing-masing.

Seperti namanya, SMA ini dikenal sebagai sekolah nomor satu di tanah air. Berbagai anak pejabat dan pengusaha  serta selebriti bersekolah di sini. Tak heran, wajah cantik dan tampan seperti bule begitu banyak ditemui di sekolah yang begitu elit ini.

Banyak anak-anak Indonesia yang berprestasi bersekolah di tempat ini dan menjadi Tunas Bangsa. Jadi bukan hanya nama sekolahnya saja. Tapi para siswa-siswi yang pernah bersekolah di sini bisa di pastikan selalu memiliki kualitas anak Bangsa yang mumpuni. 

Sementara di kelas 11A terlihat beberapa siswa dan siswi menahan rasa kantuk yang luar biasa. Sedangkan Bu Vivin masih menceritakan tentang sejarah Indonesia tanpa peduli para siswanya. Beliau masih di depan kelas dengan bibir yang terus bercerita.

"Gue ngantuk banget njiir!" ucap gadis cantik yang merupakan juara bertahan di kelas ini. Namanya Faranisa Aznii Adelia. Sekolah ini memang sangat bergengsi dan tentu siswa-siswinya lebih cerdas dari murid sekolah lainnya. Tapi sebagai remaja. Mereka sama. Labil dan sangat suka pada hal yang baru tentu saja.

"Lo yang biasanya suka belajar aja gitu! Apalagi gue," sahut teman sebangkunya. Salah satu anggota geng-nya juga. Namanya Talita Aina Zahran.

"Aw sakit ****!" pekik Lita dengan suara tertahan saat sebuah pulpen bermerek snowman tepat mendarat di dahinya yang licin. Ia melotot pada sang pelaku yang melakukan penganiayaan.

"Jangan berisik makanya!" ucap makhluk yang tengah duduk di belakang Lita dan Adelia. Anggota genk terakhir mereka dan satu-satunya gadis yang memiliki wajah khas Indonesia. Namanya Aqila Syua Reandra.

"Galak amat sii lo! Lagi dapet yaa," seru Adel sembari mengerucutkan bibirnya sebal. Meski yang dilempar pulpen adalah Lita ia tetap tak suka saat ada orang lain yang mengganggu atau menyela pembicaraannya.

"Sorry, sebagai teman gue cuma mau ngingetin aja kok," sahut Aqila acuh. Ia memang tak terlalu berisik seperti Lita tapi saat ia berbicara. Setiap kalimat yang ia ucapkan telak dan sangat berbobot.

"Heh! Dasar kutu kupret! Malah dianya yang tidur. Lihat Del!" adu Lita sembari menarik lengan temannya Adel agar menoleh ke belakang. Tempat Aqila duduk dan tengah membenamkan wajahnya di antara kedua lengan yang terlipat di atas meja.

Adel hanya menatap tajam Lita yang membuat gadis itu takut. Ia mengibaskan tangannya pelan tanda tak peduli sembari memutar bola mata.

"Coba Indonesia gak dijajah, pasti buku sejarah gak setebal ini," gerutu seorang lelaki yang duduk tak jauh dari ketiga siswi cantik tadi.  Namanya Jovial Baim Erlangga. Baim menatap nanar buku tebal yang ada di atas mejanya.

"Ya elah, Im, gak usah dibaca aja kok repot. Ngapain juga baca sejarah? Gak guna tau!" sahut lelaki yang dikenal tampan dan selalu membuat para gadis meleleh. Namanya Gilbert Ray Ibrahim.

"Tapi 'kan penting Ray, buat jadi pelajaran untuk masa depan," sahut Baim dengan nada benar-benar tak terima.

"Bener sih kata Ray, lo pada pernah berpikir gak sih kalau sejarah yang selama ini kita tau sebenarnya gak seperti itu cerita yang sesungguhnya?" lelaki yang bernama  Alvin Dennis Damara itu mulai berargumen. Dikenal sangat cerdas sampai menjadi juara pertama dari belakang.

"Maksud lu apaan Vin?" tanya Baim yang memiliki wajah imut khas artis korea. Jovial Baim Erlangga  memang berdarah campuran korea Indonesia. Ibunya berasal dari Korea Selatan sedangkan ayahnya dari Indonesia. Ia terlihat antusias dan menunggu jawaban dari Alvin.

"Lah maksud gue itu, sejarah 'kan ditulis sama yang menang? Bisa aja 'kan di ganti atau yaa dimanipulasi gitulah," sahut Alvin sembari mengerjapkan mata. Buling bening jatuh di sudut matanya.

"Ya elah Vin, gak usah nangis juga!" ucap Ray dengan nada dramatis dan mengusap pelan air mata Alvin dengan ibu jarinya.

"Romantis banget sih," celetuk Baim lalu tertawa. Adelia, Lita dan Aqila yang mendengar mereka juga ikut tertawa. Sedangkan Alvin mendengus kesal dan melototkan matanya.

***

Dering bel tanda istirahat begitu memekakkan telinga. Tapi justru membuat seluruh siswa-siswi berteriak girang tanda sangat bahagia. Hal yang ditunggu untuk beristirahat sebentar dari pelajaran yang membosankan.

Hampir seluruh siswa-siswi yang ada di SMAN Tunas Bangsa menuju ke kantin sekolah yang menghidangkan begitu banyak makanan dan minuman serta cemilan.

Begitu pula dengan ketiga siswa yang paling popular di kelas 11A. Siapa lagi Kalau bukan Alvin, Ray, dan Baim. Mereka duduk meja pojok. Kemudian tak lama ketiga  siswi yang popular dengan kecantikan dan kecerdasan, ikut duduk di meja yang sama.

"Hai Baim Sayang," sapa Lita dengan senyumannya yang manis. Baim tersenyum menggoda.

"Duduk sini, Beb," sahutnya sembari menepuk kursi di sebelahnya. Lita menurut. Lalu duduk dan bergelayut manja pada Baim.

"Lo bisa gak sih gak usah pamer kemesraan gitu," protes Ray yang masih jomblo padahal ada begitu banyak gadis yang rela mengantri untuknya.

"Iri bilang boss!" ejek Baim sembari mengecup sekilas ujung hidung Lita. Yang berhasil membuat Ray dan teman lainnya melotot kesal.

"Bukannya Iri, yang ada jijik!" teriak Ray spontan dengan mata membulat sempurna. Ia mendengus kesal lalu meneguk jus jeruk yang baru saja ia pesan.

Sementara Adel menelan saliva. Ia melirik pacarnya Alvin yang tengah memainkan game online dan lelaki tampan itu tak pernah bersikap manis seperti Baim. Adel tau, Alvin laki-laki yang sangat cuek dan tak pernah memberikan perhatian kepadanya. Tapi tetap saja, Adel selalu berperang batin tentangnya.

Menenangkan hati dan sukma bahwa suatu hari, Alvin akan mulai mencintainya dan memberikan perhatian yang luar biasa. Meski sekrang sudah memasuki usia setahun hubungan mereka. Alvin masih sama saja.

"Eh ada culun!" pekik Lita sembari menatap pintu masuk kantin. Seorang gadis berjalan sembari membawa buku tebal. Entah buku apa.

Semua yang di sana menoleh pada arah tatapan Lita. Kecuali Alvin yang masih asik dengan game onlinenya. Baim maupun Ray melirik sekilas lalu kembali asik sendiri. Berbeda dengan Lita, Adel dan Aqila. Seringai yang mengerikan muncul dari wajah Aqila.

Bruk!

Suara itu berhasil membuat Alvin terganggu. Ia menatap gadis culun yang merupakan teman sekelas mereka sekilas lalu kembali memainkan ponselnya. Sementara Lita, Adel dan Aqila justru tertawa keras. Aqila mendekat pada gadis culun yang masih terduduk karena jatuh tersandung akibat kaki Aqila.

"Makanya! Jalan tuh pakai mata," ejek Aqila sembari menarik rambut yang di kepang dua itu.

"Hahaha! Udah punya empat mata. Masih aja buta!" ucap Lita sembari menarik kepang satunya.

"Udah-udah!" lerai Ray sembari menarik Aqila. Sedangkan Baim menarik pacarnya. Lita.

"Kamu ngebelain Dia Yang?!" tuduh Lita sembari melipat tangan di dada. Ia menatap tajam gadis culun yang tengah berdiri dan merapikan penampilannya.

"Bukannya gitu, Kamu 'kan tau Beb kalau ketahuan guru. Habis kita semua!" sahut Baim sembari menarik Lita untuk duduk kembali.

"Iya, biar gue ingetin nih. Kita bisa dihukum berat kalau ketahuan ngelakuin pembully-an." Ray menimpali. Aqila melirik gadis culun yang memiliki nama lengkap Putri Aira Syahraini dengan sorot mata mengancam.

Aira membalas tatapannya datar lalu pergi begitu saja. Selalu begitu, saat ia dibully. Gadis itu hanya diam dan tak pernah melawan. Lucunya lagi bagaimana pun mereka melakukan kekerasan. Aira tak pernah sekalipun menangis. Aneh bagi mereka dan justru semakin tertantang. Kalau bukan karena aturan sekolah yang baru mengenai pembully-an.

MNG {2}

Putri Aira Syahraini ( Aira)

Faranisa Aznii Adelia ( Adel )

Talita Aina Zahran ( Lita )

Aqila Syua Reandra ( Aqila )

Alvin Dennis Damara ( Alvin )

Gilbert Ray Ibrahim ( Ray )

Jovial Baim Erlangga (Baim)

Pemeran lainnya menyusul ^_^

Note: semua gambar di atas bukan milikku dan hak cipta kembali ke pemiliknya, gambar akan diturunkan /di hapus jika diminta sang pemilik atau ada yang keberatan.

MNG {3}

Bruk!

Di salah satu toilet lantai dua khusus wanita, Aira terhempas ke sudut ruangan yang biasa digunakan untuk membuang hajat. Raut wajahnya datar. Kadang tanpa ekpresi sama sekali. Membuat ketiga orang di hadapannya semakin geram.

Byuur!

Satu ember disiramkan ke tubuhnya. Ia hanya diam. Tak menangis ataupun melawan. Aqila menatapnya tajam.

"Lo itu manusia apa bukan sih!" geramnya sembari mencengkram dagu lancip Aira. Gadis itu mendongak. Matanya yang bulat membalas tatapan Aqila dengan sorot mata tak terbaca. Sedangkan kacamatanya ia sudah tak tau ada di mana.

"Lo nyari ini?" tanya Adel sembari menenteng kacamata miliknya. Aira diam seribu bahasa. Membuat Lita mendengus kesal lalu menarik rambutnya yang masih dikepang dua.

"Lo itu punya mulut tapi gak dipake! Punya mata juga tapi gak ada air mata!" Lita tersenyum puas saat mendengar desisan rasa sakit dari bibir tipis Aira. Tapi setelahnya, Aira memasang wajah biasa.

"Sialan!" umpat Lita kesal.

Sementara Adel menatap dalam wajah Aira. Ia tersenyum miring dan Aira menelan saliva. Adel berjalan ke closet lalu mengangkat tangannya yang ada kacamata Aira tepat di atasnya. Dan ia melepaskan benda itu begitu saja. Setelah menendang perut Aira, gadis cantik berdarah Jerman itu keluar dari sana. Di susul Lita dan Aqila yang keduanya juga menghadiahkan tamparan di masing-masing pipi Aira.

Setelah beberapa saat, Aira keluar dari sana dengan mata merah serta seragam putih abu-abu yang sangat kusut. Ia berjalan ke arah parkiran sekolah. Beberapa kali gadis itu menyeka air mata yang terus keluar dari sudut matanya.

"Kenapa keluar terus sih!" umpatnya kesal pada bulir bening yang membasahi pipinya sendiri. Ia benci saat dirinya begitu lemah hingga mengeluarkan air mata yang baginya adalah tanda kelemahan.

Gadis itu berjalan cepat saat melihat ketiga gadis yang membuatnya seperti ini. Tak ingin terlihat oleh tiga pasang mata jahat yang baru saja mengerjainya habis-habisan. Aira segera melajukan motor beatnya dengan kecepatan yang tinggi. Sama sekali tak menyadari. Bahwa sejak tadi ada sepasang mata yang memperhatikannya dengan sorot mata penuh arti.

Setelah menempuh perjalanan yang lumayan, akhirnya ia sampai pada tempat satu-satunya yang menurutnya nyaman. Ia menekan code password apartemennya lalu berlari ke kamarnya.

Kaki-kaki mungilnya yang putih bersih melangkah ke kamar mandi dan membersihkan diri. Di bawah air shower yang turun membasahi kulitnya ia menangis lagi.

Ia kesal pada dirinya sendiri. Kesal pada takdir yang seolah selalu membuatnya menderita. Mempunyai ibu yang acuh padanya ketika menikahi seorang lelaki duda. Di tambah tiga wanita gila yang selalu membully-nya. Salahnya apa?

Peraturan sekolah memang sangat tegas mengenai pembully-an. Tapi Adelia dan kedua temannya selalu mempunyai cara untuk mengerjainya. Aira mematikan shower lalu menghela napas panjang. Dengan masih memakai bathrobe ia menghempaskan tubuhnya ke ranjang. Merebahkan dirinya dengan terlentang.

"Hiks ...."

Baiklah, Aira mengakui. Ia memang lemah. Sangat. Ia tak pernah nangis di hadapan mereka karena tak ingin membuatnya dipandang lemah.

Menjadi seorang nerd girl bukanlah pilihannya. Dia memang harus memakai kacamata. Bukan berarti dia buta jika tak memakai benda itu. Tapi matanya rabun dekat. Aira menyeka air mata. Hingga rasa kantuk mulai menyerangnya. Aira lelah. Wanita itu meraih selimut dan masuk ke dalam kehangatan kain itu. Pergi ke alam mimpi dan sejenak lupa tentang siapa dirinya sendiri.

Putri Aira Syahraini yang begitu kesepian sendiri.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!