NovelToon NovelToon

Kabisat Dream (Love From Another World)

DIMANA ?

28 Februari, aku merasa harapanku hancur seketika. Orang yang selama beberapa bulan ini yang telah membuka hatiku malah mengabaikan ku dan memilih untuk menghindar dariku. Sebenarnya apa salah ku? Sebenarnya ini sudah dimulai sejak bulan januari dia mulai berubah menjadi orang asing yang tidak ku kenal. Aku kira mungkin karena pekerjaannya yang sangat sibuk, yaah karena dia baru saja naik jabatan. Awalnya aku maklumi tapi makin kedepannya dia mulai menunjukkan sikapnya yang tidak inginkan aku di hidupnya lagi. Bahkan dia tidak tahu kalau beberapa hari ini dia aku blokir, karena aku mau tahu dia mencariku atau tidak. Hasilnya jelas saja tidak ada satupun pesan masuk darinya.

Aku kecewa, sangat kecewa, cerita indah bulan-bulan sebelumnya berputar dalam memoriku. Dia yang lembut, yang selalu mengatakan kata sayang kata cinta, yang membicarakan hubungan kedepannya, membicarakan masa depan dalam sekejap hilang begitu saja. Aku sakit, hatiku patah. Aku mulai percakapan dengannya karena aku mulai mempertanyakan komitmen yang pernah kami bicarakan, tentang kesetiaan tentang kedepannya. Dan yang aku dapati tidak ada penyelesaian apapun. Dia hanya meminta maaf, maaf, dan maaf, tanpa berusaha untuk memperbaiki. Semuanya dia serahkan kepadaku, seolah-olah hanya aku saja yang menjalani hubungan ini, hanya aku saja yang menginginkan hubungan ini.

Yaah aku seperti manusia bodoh. Otakku berkata 'itu artinya mau kaya gimana pun perasaan kamu ke dia, dia tidak menginginkan kamu lagi.' Dan hatiku membalas 'aku masih sayang, aku percaya jika dia bisa berubah'. Pikiran dan perasaanku mulai kacau. Dan aku hanya membalas "Terserah kamu saja."

Berat memang melepaskan orang yang kita sayangi bahkan sangat sulit, namun hati manusia siapa yang tahu, kita tidak bisa memaksa dia untuk tetap tinggal. Semalaman aku menangis dengan memori tentangnya yang selalu berputar di kepalaku. Kata-kata indahnya, komitmennya, ceritanya, keluh kesahnya, tingkah lakunya, semuanya, aku merindukan dia yang dulu. Sampai akhirnya aku tertidur dalam tangis.

29 Februari, aku memaksa membuka mataku yang sembab akibat menangis semalaman. Tahun ini, tahun kabisat. Hatiku mulai sakit lagi mengingat pertikaian hati dan fikiran semalam. Aku merasa waktu ku telah berhenti. Tidak ada kegiatan apapun yang ingin aku lakukan, kekecewaan terhadap diri sendiri karena dengan bodohnya mengulang kesalahan dalam membuka hati.

Aku ingat mitos di tempatku, dengan hati yang begitu hancur aku melangkah sampai diujung tebing. Bukan berarti aku mempercayai mitos itu, disini aku hanya ingin berteriak sekencang-kencangnya. Pesan yang dari semalam sengaja tidak dibaca olehnya, mungkin dia muak denganku. Angin di atas tebing memang sejuk dan menenangkan. Aku menaruh handphone ku di sampingku dengan layar yang masih menyala memperlihatkan pesan yang terabaikan.

Sudah cukup rasanya aku menyendiri seperti ini, tenagaku sudah habis untuk menangis, memaki, dan berteriak. Setelah ini aku harus bangkit kembali, kembali menjadi aku sebelum bertemu dengannya. Langit meneteskan airnya, seolah tau perasaanku sekarang. Aku tersenyum memandangi langit yang seperti sengaja menyembunyikan air mataku. 'seadainya aku bisa pergi ke dimensi lain, ke dimensi yang dapat membuatku melupakan patah hati ini, melupakan semuanya.' Pikiran bodoh, mana ada dimensi lain.

Aku mulai beranjak dari tempatku, namun karena dari semalam perutku belum diisi dan tenaga ku sudah sampai limit, semuanya menjadi gelap. Yang ku rasakan ada angin yang begitu kencang di balik punggungku sampai akhirnya aku menyentuh air dengan kerasnya. Nafasku sesak, apa aku akan meninggalkan dunia ini, atau dunia yang akan meninggalkanku. Siapa saja tolong aku, aku tidak ingin merasakan sakitnya.

Aku tidak dapat mengeluarkan suaraku, bagaimana mungkin orang lain bisa menolongku. Aku mencoba mendorong badanku naik diatas permukaan. "haa haaa" nafasku terengap-engap, aku mulai mecoba mengatur nafas dan melihat kesekelilingku.

"Aku Dimana?"

*****

Ini berbeda dari tempatku tadi, apa ini di bawah tebing. Aku mendongak ke atas dan hanya mendapati pepohonan rimbun tanpa adanya tebing. Sebenarnya aku dimana? Hatiku mulai takut. Aku memutuskan untuk keluar dari air yang ku kira dalam ternyata hanya sebatas pinggang orang dewasa.

"Ada apa dengan rambutku, dengan pakaianku?" terkejut mengetahui keadaanku sekarang. Rambutku yang awalnya tergerai panjang, menjadi ikal dengan bunga dan terdapat kepangan di sela rambut. Pakaian ku yang awalnya hanya piyama sekarang menjadi dress berwarna biru keputihan tanpa lengan dengan bunga dan daun yang membuatnya terlihat cantik. Aku mulai melihat ke bawah tanpa alas kaki, pergelangan kakiku dililit akar hijau dengan daun dan bunga, sama halnya pergelangan tanganku. Sebenarnya apa yang terjadi, apa aku hanya bermimpi.

Aku mulai dengan mendekati permukaan air, wajah yang terlihat masih dengan wajahku namun tidak dengan fashion yang ku kenakan sekarang. Sebenarnya aku siapa, apa jiwaku tertukar? Tidak mungkin, ini masih wajah asliku tidak ada perubahan sama sekali.

"kruuyuuukkk~" perutku mengambil alih pikiranku. Kalau jiwaku tertukar setidaknya tubuh yang kupakai sekarang harusnya sudah makan.

Aku menyusuri hutan asing ini berharap menemukan sesuatu yang bisa ku makan untuk mengganjal rasa laparku. "Ketemu!" sahutku girang, menemukan pohon apel di depanku. Sekarang bagaimana caraku mengambilnya.

"Meow..." aku terdiam, mencari asal suara. Seekor kucing dengan bulu hitam yang dominan dan bagian perut berwarna putih menghampiriku. "Apa kamu tersesat juga?" seolah mengerti dia menghampiriku dan mengeluskan badannya di pergelangan kakiku. 'Lucunya warna bulu putih di kedua kaki bagian belakangnya seolah dia sedang memakai kaos kaki... gak ada salahnya juga bersama dengan seekor kucing di hutan asing ini'

Oh benar apelku, aku menemukan sebuah kayu panjang dan mengambil 3 buah apel dengan menggunakannya. Dan sekarang aku memikirkan apa yang akan disukai kucing ini selain ikan sambil memakan apel.

"Meow..."

"Apa kamu menyukai apel juga?" tanyaku seperti orang gila. Dia menggigit apel yang ku tawarkan. Dasar kucing aneh.

*****

Aku berjalan menyelusuri hutan mencari tau jawaban sebenarnya aku ada dimana, kenapa tidak aku temukan seorang manusia disini.

"Meow.." dia bersuara sambil menarik dress bawahku.

"Kamu mau aku mengikutimu?"

"meow" Aku penasaran dan mengikutinya sampai ke sebuah rumah kayu, seperti pondok.

"Permisi.. apa ada orang?" tidak ada jawaban. "Hallo, permisi apa ada orang?" Masih tidak ada jawaban, aku pun mulai memasuki rumah. "Hallo apa enggak ada orang?" rumahnya kosong sepi, hanya ada debu dan sarang laba-laba. 'Yah setidaknya aku bisa tinggal sebentar disini' fikirku, lalu membersihkan debu dan sarang laba-laba.

Hari mulai gelap dan aku mulai kedinginan. "Meow.." kucing itu menghampiriku dengan sebuah kain tebal di mulutnya. "Apa ini untukku? Kamu dapat dari mana?" "Meow..." seperti biasa hanya itu saja yang bisa dia ucapkan. Aku mengelus kepalanya sebagai ucapan terima kasih.

"Hmm, aku belum memberi kamu nama, kalo begitu aku panggil kamu Poko"

"Meow?!." Seolah tidak terima dengan panggilanku. Haha iyaa dia menggemaskan.

"Baiklah Poko, ya walaupun aku tau kamu tidak menyukai dipanggil seperti itu, tapi aku menyukainya karena tidak terlalu ribet."

"Meow.."

"Selamat tidur Poko" aku berharap saat bangun aku kembali ke tempat ku. Walaupun mungkinaku akan merasakan sakitnya patah hati, tapi itu lebih baik daripada di tempat asing ini.

 

 

SEEKOR TEMAN

Matahari pagi menusuk ke mataku yang masih terpejam, dan aku masih berada di tempat asing ini. Haruskah aku ke danau itu lagi agar bisa kembali, ada baiknya aku coba. Aku mulai melangkah keluar dari rumah kayu itu untuk pergi ke danau lagi.

"Meow.." aah iyaa aku lupa, aku kemarin bersama seekor kucing.

"Ayo ikut ke danau.." Ajakku, seolah dia mengerti dan mengikuti langkahku.

Ini danau tempat ku tenggelam kemarin ternyata terlihat sangat indah, airnya sangat jernih, banyak tumbuh-tumbuhan dan bunga, ditengah danau terdapat beberapa batu yang tinggi.

'mungkin aku bisa menyegarkan diri sebentar' batinku dan menanggalkan pakaian yang ku kenakan.

"AAhhhh segarnya...." Aku menenggelamkan kepalaku ke dalam air dan mengeluarkannya dari dalam air.

Seperti mempunyai kolam pribadi di dalam hutan ternyata tidak terlalu buruk juga.

"meow!! meoow!" terdengar suara poko yang lebih seperti orang yang sedang berteriak memperingatkan adanya bahaya. Sesaat kemudian terdengar langkah kaki mendekati danau, aku langsung menyembunyikan diriku di balik batu yang tinggi ditengah danau.

'Sial! Pakaianku aku letakkan di pinggir danau, bagaimana cara aku mengambilnya.'

Aku memberanikan diri melihat dari balik batu siapa sebenarnya yang datang. Aku terpaku melihat seorang pria yang mengenakan pakaian aneh seperti kimono dengan wajah yang tampan dan rambut hitam panjang. Menatap termenung ke arah danau, matanya berwarna cokelat kehitaman dengan pancaran sinar matahari membuat mata itu terlihat indah.

'aah gawat!!' sepertinya dia sadar sedang diawasi. Aku berdiam diri seperti patung tanpa sehelai benang di tubuh mulai memikirkan bagaimana cara agar dia pergi. Aku mengambil batu kerikil dan melemparkan ke pohon "treaakk" terdengar batu yang aku lempar tepat mengenai ranting pohon. Dia mulai bersikap siaga dan memperhatikan pohon-pohon.

"Yang Mulia!! Yang Mulia!!" terdengar samar-samar teriakan dari beberapa orang.

'Gawat!! Jika terlalu banyak orang yang datang bagaimana jika aku ketahuan dan melihat tubuhku?!! Arrgh pacarku saja tidak ku perbolehkan melihat tubuh ku apalagi orang asing!!' batinku mulai kesal. Aku menoleh lagi ke arah si tampan yang masih memperhatikan sekitarnya dan mulai meninggalkan tempatnya berpijak menuju asal teriakan.

'Aaahh, akhirnya dia pergi juga' aku keluar dari air dan mengenakan kembali pakaian ku. 'apa mereka berteriak memanggil dia? apa dia seorang pangeran? Kalo aku tau dia seorang pangeran sebaiknya aku keluar menunjukkan diri dan memperlihatkan tubuhku, siapa tau aku bisa dijadikan putri dan di bawah ke istana jadi kehidupanku tidak luntang lantung seperti ini' pikiran kotor mulai merasuki ku.

"Meow?" Poko mengeluarkan suara dengan memiringkan sedikit kepalanya seperti berkata kenapa kamu memukul pipimu dengan kedua tangan bersamaan apa kamu baik-baik saja manusia. Jika kalian bertanya kemana Poko saat si Tampan tadi berdiri di sekitar danau, ku kira Poko kucing yang pintar. Dia sama sekali tidak menunjukkan dirinya dan bersembunyi.

"AAhh, Apa kamu lapar Poko?" Ayo kita cari makanan.

Aku dan seekor teman berjalan menelusuri hutan berharap menemukan sesuatu yang dapat mengganjal rasa lapar kami. Siaal! Sinar matahari ini sangat menyilaukan susah sekali melihat ke atas untuk melihat apakah ada buah yang dapat ku petik.

"Bruukk!"

Aku menghentikan langkahku ketika mendengar suara benda yang jatuh. Aku memandangi Poko dan seolah berkata 'Ayo kita lihat!'. Aku berharap yang jatuh sesuatu yang bisa kami makan.

Tapi memang kenyataan tidak selamanya sesuai dengan ekspetasi. Aku melihat seekor beruang berukuran tidak terlalu besar terjebak dalam perangkap yang dibuat pemburu. Aku memberanikan diri mendekatinya yaa aku berani karena kenyataannya dia sang beruang terjebak dan tidak dapat keluar apalagi menerkamku.

"Hey.. Aaahh Lucunya!!!" Teriakku senang saat melihat beruang itu menatapku dengan tatapan memelas seolah berkata, "hey putri tolong lepaskan aku, aku mohon.."

"Poko apa kita harus melepaskannya?" tanyaku menatap kebawah. "Meow" ya Tuhan apa aku mulai gila.

Ku tatap lagi sang beruang, aah dia makin terlihat imut. Oke aku kalah, keimutan mengalahkan segalanya dan aku memang termasuk orang yang lemah saat melihat sesuatu yang menurutku lucu dan menggemaskan. Aku memutuskan untuk menolong beruang yang menggemaskan ini.

Terdengar suara langkah kaki beberapa orang menuju ke lokasi jebakan. "Poko bantu aku menyingkirkan jebakan sialan ini" perintahku kepada Poko yang seolah mengerti dengan apa yang ku katakan.

"Groowl.." beruang itupun lepas dari jebakan mencoba nerkam kami, reflek saja kami langsung berlari dengan seekor beruang di belakang kami. 'Sial! Apa beruang ini tidak tau terima kasih! Apa dia berniat memakan orang yang telah menolongnya!' batinku mengerutu kesal.

"Meow!!" suara Poko yang berarti peringatan. Ya aku mulai mengerti bahasa seekor kucing ku pikir memang aku sudah gila. Di depan kami terlihat tebing yang tinggi. 'Aish ini jalan buntu!'

"Growl.." beruang itu menghadang di belakang kami. 'Sial! Seandainya aku tidak lemah dengan keimutan aku tidak akan membantumu lepas dari jebakan sialan itu!'

"Meooowww!!!" Poko berdiri di depanku seolah sedang melindungi ku dari amukan beruang.

"Growl.." beruang itu mulai mendekat ke arahku. Sedangkan Poko berusaha memperingatkannya, kyaa!! Lucunya dia benar-benar menggemaskan. Poko mencoba mencakar kaki beruang yang semakin mendekatiku, semakin dekat, sangat dekat, dekat sekali, aku terpojok di bawah tebing dengan beruang yang terus mendekat, aku langsung memejamkan mata berharap terbangun disaat aku melihat si tampan.

'egh? Tunggu dulu kenapa aku memikirkan pria asing dan kenapa seperti ada mantel bulu di tubuhku." Aku membuka mataku perlahan dan bingung dengan apa yang terjadi, ku arahkan pandanganku kearah Poko yang sama bingungnya "Meow?" ucapnya dengan sedikit memiringkan kepala.

Kegilaan apalagi ini? Sang beruang yang mengejar kami seakan mau menerkam tadi kemana perginya? Kenapa ada makhluk berbulu tebal mengelus-eluskan kepalanya ke tubuhku. "Meow..."

"Growl.." suara beruang terdengar sangat dekat, aku mengawasi sekitarku. "Hey Poko apa kamu dengar suara erangan beruang? Suara terdengar sangat dekat namun bersahabat" aku mencoba berdiri menyingkirkan makhluk berbulu yang terus menempel ke tubuhku.

"Ahhhhh!!!!!" Teriakku di sambut teriakan Poko yang kaget "MEEOOWW!!!!"

Aku melihat sang beruang berusaha mengelus-eluskan kepalanya ke tubuhku, ku alihkan padanganku ke Poko, dia dengan santainya menjilati tubuhnya seolah berkata "Hey manusia, dari tadi beruang itu ada di dekatmu kenapa kau masih bertanya dia dan berteriak mengaketkanku."

Aku mendorong sang beruang jauh dari tubuhku sampai dia duduk di hadapanku. Apa benar beruang ini yang mengejar kami tadi dan ingin menerkam, kyaa... kenapa matanya begitu lucu mukanya pun menggemaskan, tanpa sadar aku peluk sang beruang bulunya begitu nyaman untuk jadi tempat tidurku.

"Growl.." sang beruang bersuara. "Maafkan aku" jawabku seolah mengerti yang dia katakan. "Aku kira kamu bakalan menerkam kami karena kamu tiba-tiba bersuara dan berlari ke arahku, tapi ternyata kamu beruang yang baik" sambungku sambil mengelus kepalanya dengan tanganku dia memejamkan matanya seolah mengerti perkataanku.

"Meow..." Poko berusaha mendekatinya. "Kemarilah" ucapku menggendong Poko. "Perkenalkan ini teman ku, namanya Poko.." "Dan kamu? Sepertinya kamu belum mempunyai nama" "Growl..." jawabnya.

"Baiklah aku akan memberimu nama Bear!" jawabku di sambut ekspresi terkejut dari sang beruang dan mendekati kepalanya ke tubuhku lagi. Sudah berapa kali ku katakan bukan, baru berapa hari aku sudah mulai benar-benar gila.

*****

"Hey Bear.. aku lapar, apa kamu tau dimana aku bisa mengisi perutku?" tanyaku mengelus dengan mengelus wajah Bear.

"Growl.." jawabnya yang aku sendiripun tidak tau apa artinya. Aku baru bertemu dengannya hari ini jadi belum segila itu untuk mengerti yang dia katakan.

Seolah mengerti Bear menyuruh kami mengikutinya. Baru sebentar berjalan kakiku sudah lemas, aku belum mengisi perutku dari bangun tidur dan sudah mengerahkan hampir seluruh tenagaku untuk berlari tadi. 'haahh' aku duduk di bawah pohon rindang untuk beristirahat sebentar.

"Growl.." ucapnya

"Aku ingin beristirahat sebentar, tenagaku hampir habis untuk berjalan. Kamu pikir gara-gara siapa membuatku lari pontang-panting tadi?" ucapku menebak perkataanya.

'Aaahh' tubuhku berasa melayang tidak lagi menginjak tanah digantikan dengan landasan berbulu yang mungkin akan menjadi tempat favorit ku untuk tidur. Bear mengangkatku ke atas tubuhnya dan melanjutkan perjalanan.

Terdengar samar-samar suara air yang mengalir 'sungai..' batinku.

Bear menurunkanku di pinggiran sungai jernih.. 'Haus' itu yang ku rasakan. Biasanya aku meminum air yang di rebus dahulu, ibu tidak memperbolehkan anaknya minum air tanpa dimasak meskipun itu dari sumber mata air langsung, tapi sekarang siapa yang peduli. Aku meminum air sungai yang jernih itu 'segarnya', ku pandangi pantulan diriku di air.

'Lihat lah dirimu, bukannya ini yang kamu inginkan? Melupakan semua rasa sakit hati dan berpindah ke tempat asing yang kamu tidak tau tanpa seorang teman, teman? Ku rasa aku tidak sendirian aku memiliki dua ekor teman setidaknya' batinku menatap dua ekor binatang yang sedang asik berburu ikan. Ternyata hari mulai sore dan aku sudah berpuasa lebih dari setengah hari.

"Growl.. Meow.." ucap mereka membawakanku beberapa ikan. Bear menyantap ikan langsung, sedangkan aku dan Poko hanya melihatnya.

Yah walaupun tadinya aku menyebutkan siapa yang peduli jika aku meminum air tanpa dimasak tapi kalau ikan, aku peduli dengan diriku sendiri. Membayangkan aku menyantap ikan seperti yang dilakukan Bear membuatku mual. 'aku harus mencari kayu bakar' batinku beranjak untuk mencari beberapa ranting pohon dan daun kering.

"Meow.." Poko membawakan beberapa ranting pohon seolah tau apa yang sedang ku butuhkan.

Oke, sekarang mari kita berfikir bagaimana menghasilkan api. Jika di rumahku, kami hanya perlu memutar kompor atau menyiram kayu menggunakan minyak tanah dan menggesekkan korek ke pembungkusnya.

'Sial! Aku menyesal tidak mengikuti kegiatan pramuka selama sekolah!' gerutuku kesal.

Coba fikirkan, aku pernah melihat orang menggesakkan kedua batu dan jadilah api, tapi aku tidak tau batu mana yang cepat menghasilkan api. Atau mereka menggosokkan kayu dengan kayu dan menghasilakan asap sumber api.

Baiklah mari kita coba lakukan cara kedua. Ku coba menggesekan kedua kayu dengan sangat cepat dan hasilnya hanya ada bau asap diantaranya tanpa menghasilkan api. 'Aaah, mereka membohongiku' gerutuku sangat kesal dengan perut yang tidak henti-hentinya meminta tumbal. Ku gosokkan lagi kayu tersebut dengan kesal, dan tidak ada api sama sekali.

Kesal! dengan semua amarah langsung ku letakkan kayu yang sudah berulang kali ku gosok dan hanya menghasilkan bau asap ke daun-daun dan ranting yang sudah dikumpulkan. Aku beranjak dari tempatku duduk, dan bau asap tercium dari ranti dan daun yang kering, cahaya merah terlihat.

'yeaay tidak kah kamu lihat itu? Itu api amarahku yang sudah meledak!' batinku kegirangan.

Aku mulai membakar ikan-ikan hasil tangkapan teman-teman ku tadi. 'akhirnya aku bisa memberikan tumbal ke dalam perutku'.

Terlalu jauh untuk kami kembali ke pondok akhirnya memutuskan untuk menetap di tepian sungai. Tidak buruk juga jika di bandingkan tidur di pondok dengan beralaskan tikar tipis disini aku bisa tidur dengan bantal berbulu yang hangat.

PERI HUTAN

"Suara desiran sungai, harum pepohonan, bantal berbulu, sangat nyaman" ucapku yang masih setengah sadar.

"meow.." Sesuatu yang sedikit kenyal dan agak dingin menyentuh pipiku. Ku buka mataku, tangan Poko terus mencoba membangunkan ku dengan menyentuh pipiku.

"eghh... ada apa Poko?" tanyaku. Dan terdengar banyak langkah mendekati sungai.

"Ayo sembunyi!" ajakku, beranjak dari tepi sungai masuk kembali ke dalam hutan.

'Ahh,, kemarin aku hanya mandi sekali, sudah waktunya aku membersihkan diriku lagi'

"Poko, apa kamu ingat jalan ke danau kemarin? Aku ingin kesana untuk membersihkan tubuhku." Ucapku. Poko membawa kami menuju danau yang ku maksud. Ya sepertinya aku sudah mulai terikat dengan Poko.

Bear mengikuti kami dengan pelan, karena badannya paling besar dan tidak ingin ada yang melihat lalu curiga.

"Apakah masih jauh Poko?"

"meow.."

"aah aku tidak mengerti ayo lanjutkan."

"Tunggu!" ucapku, "Bear bisakah menggendongku untuk mengambil buah apel yang disana?"

"Growl.." ucapnya sambil sedikit menunduk seolah mengatakan "baiklah putri".

Bear mengangkatku untuk mengambil beberapa buah apel lumayan untuk bekal perjalanan kami.

"hmm, ini enak! Manis!" seruku dan memberikan apel kepada mereka.

"Meow!! Meow!!" Poko berteriak memberikan peringatan. Aku mulai memperhatikan sekitar dan mempertajam telingaku. Tidak ada langkah kaki yang terdengar.

"Syuutt tap!" sebuah anak panah melesat tepat di sampingku dan Bear. Bear langsung berlari berlawanan dari anak panah itu muncul.

"Menjauhlah nona dari beruang itu!!" teriak seorang pria dengan busur panah.

'Gawat Bear dalam bahaya!' tanpa sepatah kata aku langsung mengejar Bear yang telah jauh berlari. 'Sial!!' Pria itu masih mengejar. Aku berusaha bersembunyi di balik pohon.

"Zee! Kau sedang apa?" terlihat seorang pria lagi menghampiri si pemanah.

"Tidak ada. Aku hanya mengejar seorang wanita yang mengenakan gaun putih." Ucapnya.

"Kau bercanda Zee? Tidak ada seorang wanita yang mengenakan gaun putih di hutan ini, kalaupun ada dia sudah diterkam binatang buas di hutan!"

"Ada! Dia memang akan diterkam seekor beruang jika aku tidak menembakkan anak panahku ke arahnya" Ujar si pemanah menjelaskan.

"Dan kau meleset! Aku melihat anak panahmu menancap di pohon"

"Yah aku sengaja memisahkan wanita itu dengan beruang."

"Lalu kemana sang wanita dan beruang itu pergi?" tanyanya penasaran.

"Beruang itu masuk ke dalam hutan dan wanita itu mengikutinya" jawabnya.

"Bodoh! Itu mungkin seorang peri hutan! Hahaha tidak ada wanita yang mengejar seekor beruang kecuali dia ingin mati!" Seru si Pria.

"Ayo kembali! Kakak menunggu kita!" ajaknya dan diikuti oleh si pemanah.

Haaah aku lega, tapi bagaimana bisa dia mengatakan aku menggunakan warna putih sedangkan yang ku kenakan gaun berwarna biru. Aku melihat ke arah gaun yang ku kenakan dan tersenyum, yah memang berwarna biru namun sebagian gaunku yang terkena sinar matahari berwarna putih. "Pantas saja!" Seru ku tersenyum.

Aku keluar dari tempat persembunyianku diikuti Poko mencari keberadaan Bear. "Bear!" seruku melihat buntalan bulu. Bear menutupi kepalanya seraya menghadap kepohon seperti orang yang sedang berdoa dengan tubuh yang gemetar.

'Kyaa!! Lucunya...' aku langsung memeluk bear. Yang ketakutan karena anak panah tadi. "tidak apa-apa kamu aman sekarang Bear!" seruku.

"Growl.." Bear menatap kesekitar dan mengangguk. Kami melanjutkan perjalanan menuju danau.

*****

'Akhirnya aku bisa mandi' aku memasukkan tubuh ku ke dalam danau. Ini tempat pertama kali aku datang, apa aku masih bisa kembali. Tapi aku takut, jika aku kembali dan bertemu lagi dengan rasa sakitku yang masih hidup.

"Growl.."

"AHH!!" Bear memburuku, membuat tubuhku jatuh ke dalam air.

"Bear!!.. Kamu ingin menemaniku mandi?" Ucapku, dan hanya erangan lembut dari dirinya.

Setelah merasa segar aku kembali naik ke pinggiran danau.

"Ahh segarnya! Hahaha Bear hentikan pakaianku jadi basah.." Ucapku saat Bear mengibaskan bulunya yang basah.

Oh iya Poko, dimana Poko. "Growl?" Bear menatapku kebingungan dengan kepala agak dimiringkan. Sama seperti Poko 'aahh mereka memang sangat imut!'

"Bear apa kamu lihat Poko?" tanyaku, "Growl.." dijawabnya dengan bahu yang diangkat ke atas. Oke sekarang aku mulai mengerti bahasa beruang!.

Aku menelusuri hutan bersama Bear untuk mencari kucing kecil yang menghilang tanpa jejak.

"Meow!! Meow!! MMEEEOOWW!!!" terdengar suara Poko mendekat diiringan dengan langkah kaki besar dan kuat. Terlihat dari kejauhan Poko berlari sambil sambil mengatakan "Awass!! Bahaya ada di belakangku cepat menyingkir!!"

Aku pun berlari setelah mengerti peringatan yang dikatakan Poko, "Bear ayo!!" Namun Bear malah berlari ke arah yang berlawanan dariku. Apa ini yang dinamakan teman sejati? Disaat temannya kesusahan dia kan membantu bukan malah melarikan diri. Aku terharu melihat Bear yang berlari dan mengikutinya.

"GROOOWWWLLLL!!!!" Terdengar erangan beruang yang sama sekali tidak bersahabat.

"BEAARR!!!" Teriakku. Terlihat beruang yang lebih besar daripada Bear menghadang didepan kami dengan Poko yang langsung bersembunyi di belakang Bear.

"GRROOOOWWLLLLL!!!!" Ucap sang beruang marah di hadapan Bear, dan berusaha menyerangku. Poko melompat ke arahku seakan meminta perlindungan.

"GRoowlll!" Bear membalas ucapannya. Dan yang kudengar hanya erangan diantara mereka. Aah ternyata aku belum sepenuhnya mengerti bahasa beruang.

Bear berdiam diri dan sang beruang berjalan ke arah ku, Poko melompat keluar dari pelukkanku. 'Ah! Kucing sialan. Kamu mau aku mati diterkam beruang ini sendirian!' umpatku.

Ku lihat Poko berlari ke arah Bear melewati sang beruang dan menaikki tubuhnya. "Meow.. Meow... Meow!" Ucap Poko dari arah pandanganku seolah berkata "Manusia berjuanglah! Aku mendukungmu dan akan menonton dari sini!"

'Kucing Sialan!!' umpatku dalam hati. Sang beruang makin dekat, sial ini seperti dejavu!

"Huwaa!!! Maafkan aku! Aku tidak akan mengganggu wilayahmu! Aku akan pergi! Ambil saja kucing sialan yang hanya menonton di belakang itu!" Ucapku ketakutan dan hampir menangis di hadapan beruang.

"Meow?!!" Ucap Poko tidak terima dari kejauhan. Aku memelototi Poko.

Sang beruang mengangkatku 'jika dia menghempaskanku matilah aku!' batinku kacau ku pejamkan mataku tidak dapat berfikir.

'eh, pijakan berbulu, Bear!' ku lihat Bear berada di bawah dengan Poko diatasnya. Ku arahkan pandangan ku ke depan, sang beruang memutarkan kepalanya melihat ke arahku yang duduk di bahunya.

Aku duduk diatas sang beruang! Dan tidak tau akan dibawanya kemana. Bear dan Poko mengikuti dari belakang. Diturunkannya aku di depan sebuah gua. Bear dan Poko masuk ke dalam gua, aku masih termenung. "Growll.." ucap sang beruang dengan nada bersahabat sambil mendorong tubuh ku dengan kepalanya untuk masuk ke dalam gua.

Di dalam gua terdapat banyak buah-buahan, seakan mengerti situasi perutku kembali meminta tumbal. Sang beruang mengambil beberapa buah dan diletakkannya di depanku. "Terima kasih" ucapku spontan.

"Bear apa dia keluargamu?" tanyaku, dan dibalas anggukan kepala olehnya.

Syukurlah jika tidak mungkin aku akan jadi santapannya. Aku melirik ke arah Poko yang berada di sampingku. "Hey! Bukannya kamu kabur demi keselamatan dirimu sendiri dan membiarkan ku menghadapi sang beruang sendirian?!" ucapku kepada Poko.

"Meow..!" Ucapnya seolah tau bahwa ancaman berada di dekatnya dan berlari menjauh.

"Hey! Tunggu kucing sialan!" umpatku.

"Growl.." respon Bear dengan memegang keningnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!