NovelToon NovelToon

Pembantuku Canduku

Part 1

Gadis cantik dengan seragam pakaian putih abu-abu, sedikit tergesa-gesa karena jam menunjukan hampir pukul 7pagi.

Dirinya telat bangun karena semalam begadang menonton film Drakor kesukaan nya hingga dirinya sampai lupa waktu. Berakhir dirinya yang bangun kesiangan karena tidak mendengar suara alarm ponsel nya berbunyi.

"Astaga kenapa gue sial banget sih!". Gerutunya sambil memasukkan buku pelajaran kedalam tas sekolah.

Setelah semua beres gadis itu segera keluar kamar dan berjalan menuju meja makan yang sudah ada mama nya yang menunggu.

"Makan dulu Aya, kebiasaan bangun kesiangan!" Gadis yang dipanggil Aya itu hanya cengengesan ketika Mamanya sudah mengomel.

"Hee Aya buru-buru Mah." Mencium pipi Mamanya lalu lekas keluar rumah dengan sedikit berlari karena harus menunggu Angkutan umum.

"Kan belum makan Aya?!" Suara sang mama yang seperti toa sudah tak dihiraukan lagi oleh gadis itu.

..........................

Namanya Indira Cahaya Putri. Gadis yang masih belia dan masih menjadi siswi kelas 3 SMA. Hanya kedua orang tuanya yang memanggil dirinya dengan nama Aya. Karena Aya di Sekolah terkenal di panggil dengan nama Dira.

Gadis cantik, manis dan ceria. Dira adalah gadis penyayang tapi juga bar-bar dan keras kepala. Papanya sudah meninggal sejak dirinya masih duduk di bangku SMP. Tapi mama nya tidak mau mencari pengganti sang papa, meskipun Dira sudah memberinya izin. Alasan nya adalah Karena Nilam tidak ingin menggantikan suaminya dihati.

Indira Cahaya Putri. Anak dari Hardi Kusuma dan Nilam Cahya. Putri satu-satunya yang Nilam miliki. Meskipun dirinya hanya membesarkan Dira seorang diri semenjak suaminya meninggal, bagi Nilam Dira adalah Segalanya. Nilam wanita yatim piatu yang dinikahi oleh Hardi diwaktu Nilam baru lulus SMA. Hardi yang waktu itu sudah bekerja karena usianya sudah 25tahun memilih Nilam untuk menjadi Istrinya.

Kedua orang tua Hardi tidak menerima Nilam sebagai menantunya, tapi karena Hardi sangat mencintai Nilam maka Hardi bersedia meninggalkan keluarganya demi Nilam.

Nilam yang melihat begitu besarnya cinta Hardi kepada dirinya tidak sanggup menahan tangisnya ketika Hardi lebih memilihnya ketimbang keluarganya.

"Kamu adalah wanita yang aku pilih, bukan wanita yang kedua orang tuaku pilihkan." Ucap Hardi dengan mengusap air mata yang mengalir dipipi Nilam.

"Tapi Mas mereka adalah keluargamu, aku tidak mau menjadi sebab renggangnya hubungan ikatan anak dan orang tuamu." Nilam berucap sambil terus terisak.

"Suatu saat pasti mereka akan menerima hubungan kita..sekarang biarkan lah Mas memperjuangkan cinta Mas buat kamu." Hardi mencium kening Nilam dengan dalam. Biarlah dirinya dianggap anak durhaka karena Ia tidak mau menjadi boneka kedua orangtuanya. Hardi sudah cukup mengikuti semua apa yang orang tuanya inginkan. tapi untuk pendamping hidup Hardi tidak bisa menerima itu.

Setelah Hardi dan Nilam berumah tangga kedua orang tua Hardi sama sekali tidak mengganggap mereka sebagai anak dan menantu karena bagi mereka setelah anak laki-lakinya itu memutuskan untuk memilih Nilam maka saat itu juga sudah tidak dianggap anak. sampai sekarang bahkan Hardi sudah meninggal pun ibu mertua nya yang masih hidup tidak mau mengakui nya.

Nilam yang mengingat masa lalu itu hanya bisa meneteskan air mata, entahlah perasaan nya jadi tidak tenang. Yang terpenting sekarang adalah putri satu-satunya, jika suatu saat dirinya juga pergi Nilam memikirkan nasib putrinya itu apakah akan hidup baik-baik saja.

"Semoga suatu saat Aya akan menemukan seseorang yang bisa menjaga dan melindunginya." Nilam berdoa untuk anak gadisnya, semoga Aya bisa hidup bahagia bila tanpa dirinya.

......................

Sekolah Nusa Bangsa adalah tempat Aya atau lebih terkenalnya sebagai Dira di sekolah itu. Gadis cantik yang cukup famous di sekolah Nusa Bangsa itu karena kepintarannya. Selain itu wajah Dira yang ayu dan sifatnya yang mudah bergaul. Dira bisa masuk di SMA Favorit karena kepintarannya yang mendapat Beasiswa.

"Ehh Dira sayang.. baru sampe?" Ucap Kiki.

"Heleh palingan juga lari ngos-ngosan karena Bagun telat!" Memang yang namanya Arum selalu punya mulut pedas.

"Ck. ngantuk gaess.." Bukanya menjawab teman nya Dira malah menenggelamkan kepalanya di meja.

"Ihh Dira mah, sekolah malah tidur." Ucap Kiki dengan menggoyangkan lengan Dira.

"Brisik ahh Ki!" Jawab Dira yang masih asik dengan posisinya.

Tak berselang lama wali kelas Dira masuk kelas untuk memulai pelajaran Matematika.

"Pagi anak-anak?!"

"Pagi Buu!!!!" Seru anak kelas serempak.

"Keluarkan tugas yang Minggu lalu ibu berikan dan kumpulkan kedepan." Ucap guru yang bernama Bu Susi itu. Bu Susi terkenal guru dan wali kelas yang paling galak kalau siswanya tidak patuh dan melanggar aturan nya.

"Mampuss..!" Dira menepuk keningnya sendiri karena lupa membawa tugas pelajaran nya.

"Loe kenapa beb?" Tanya Kiki.

"Gue lupa bawa buku tugas Bu Sus." Dira sudah pasrah jika hari ini dirinya akan dihukum.

"Mampus loe Dir." Bukan suara Kiki, melainkan suara Arum yang mengejek Dira.

"Bege Loe Rum, bukanya dimarahi malah diejek." kesal Kiki pada sahabat bermulut pedas itu.

"Yee loe mah teman lucnut Ki, pake nyuruh mulut boncabe marahin gue." Dira yang kesal bertambah emosi mendengar sahabatnya dua itu super nyelenehh.

"Dira, kenapa ribut-ribut dibelakang!" Tegur Bu Susi. "Mana tugas kamu?"

"Emm anu Bu..T-tugas saya ketinggalan." Jawab Dira dengan sedikit takut-takut, karena dirinya tidak pernah yang namanya tidak mengumpul tugas.

"Kamu itu murid berprestasi tapi kenapa tidak mengumpulkan tugas?!" Bu Susi mendelik menatap tajam Dira dari jarak yang Rumayan jauh.

Glek..

Tatapan Bu Susi sudah seperti ingin menelannya hidup-hidup.

"Maaf Bu." Hanya kalimat itu yang keluar dari mulut Dira.

"Sekarang kamu keluar, berdiri didepan tiang bendera sampai pelajaran saya selesai." Hukuman dari guru yang super galak untuk Indira.

Dira pun akhirnya berdiri dan berjalan keluar kelas demi melaksanakan hukuman dari guru yang biasa Dira dan kedua teman nya sebut Susisimilekete.

Julukan kesayangan Dira and the Genk.

"Dira sayang semangat." Ucap Kiki bersamaan dengan Arum. Dira hanya melengos tidak menanggapi kedua sahabat nya itu.

"Ini hari panas banget sih gila." Dira sedari tadi sudah kepanasan bahkan keringat sudah mengucur di wajah ayu nya.

Tiba-tiba seseorang menyodorkan sebotol minuman dingin dari arah samping. Dira yang masih fokus hormat kepada tiang bendera menoleh kesamping, ternyata Bimo.

"Iss tau banget sih Bemo sayang." Dira segera menyambar botol minum dingin itu dan segera menegaknya hampir tandas.

Bukanya marah karena nama nya disebut seperti mobil Bemo, Laki-laki tampan itu malah tersenyum.

"Haus banget loe, sampe botol nya juga mau Loe Telen." Ucap Bimo sambil terkekeh pelan.

"Hah, segarnya..Nih gue balikin kagak tega gue mau nelen botol yang loe kasih." Ucap Dira cuek karena begitulah sifat nya yang cuek dan masa bodo.

"Ck. Terimakasih." Ucap Bimo meledek.

"Ohh sama-sama Bemo sayang."

Perkataan Dira hanya membuat Bimo geleng kepala, selama jadi siswa yang terkenal dingin dan Populer di sekolahnya hanya gadis didepan nya sekarang yang sama sekali tidak takut dan bersikap biasa ketika berhadapan dengan dirinya.

Jika siswi lain sudah memekik dan girang seperti ayam yang terkena penyakit ayan. Karena memang Bimo adalah siswa populer dan goodloking di Sekolah Nusa Bangsa.

Salam sayang para reader yang author sayangi, terima kasih sudah mampir ke karya kedua author receh ini... tinggalkan jejak kalian.

Like

komen

.

.

.

BERSAMBUNG

Part 2

Bimo Bagaskara adalah ketua tim basket di sekolah Nusa Bangsa. Wajah yang tampan dan rupawan tidak membuat dirinya menjadi seorang playboy disekolahnya. Meskipun banyak para siswi yang tergila-gila padanya Bimo tidak menanggapi bahkan terkesan cuek dan dingin. Hanya pada Indira Cahaya Putri seorang siswi yang bar-bar dan berparas ayu Bimo Bagaskara mau berdekatan kepada cewek bahkan memberi perhatian.

Melihat sifat Indira yang apa adanya tidak seperti gadis lain yang sibuk menjadi orang lain dan memakai topeng untuk menutupi sifat aslinya, Bimo cukup terkesima dengan sifat Indira yang lebih memilih menjadi diri sendiri.

"Bentar lagi bel istirahat, ayo ke kantin." Bimo menarik tangan Dira tanpa mendengar jawaban gadis itu.

"Eh..eh.." Dira yang terkejut karena tangannya tiba-tiba ditarik hanya pasrah mengikuti langkah Bimo membawanya menuju kantin sekolah.

Sesampainya di kantin keadaan masih sepi karena memang jam istirahat masih kurang 5menit lagi.

Setelah memesan makanan dan minuman mereka duduk di kursi paling pojok, saling berhadapan.

"Loe ngapain diluar, telat loe." Ucap Dira yang menelisik wajah rupawan Bimo.

"Gak usah liatin gue kek gitu, tar loe terpesona." Ucapan Bimo membuat Dira melotot.

"Cih." Dira berdecih, "Mana ada gue terpesona sama cowo dingin plus kaku kek elo.. bukan tipe gue." Ucap Dira ketus.

Bimo hanya menyunggingkan senyumnya, membuat Dira kesal adalah hiburan tersendiri baginya.

"Pesanan nya neng Dira gelis den Bimo kasep." Mbak Sri penjaga kantin bakso yang sudah hafal kepada dua orang yang menjadi siswa/i paling populer di sekolah Nusa Bangsa.

"Terimah kasih mbak Sri...kapan Kowe balii.." Bukan Bimo yang menjawab melainkan Dira yang menggoda mbak Sri dengan sambil bernyanyi sebuah lagu yang sama dengan nama mbak Sri.

"Atuh neng mbak mah kagak mau bali.. karena bang Toyib udah pulang." Lah jawaban mbak Sri tambah ngawur juga.

Bimo yang hanya mendengarkan tersenyum seraya menatap Dira dengan lekat. Gadis didepan nya mampu membuat dirinya nyaman bicara dan betah duduk lama dengannya. Bimo merasakan desiran aneh dihatinya ketika menatap manik coklat cantik itu.

"Hahahhaha mbak Sri bisa ngelawak juga." Dira tertawa dengan keras karena mendengar mbak Sri yang menurutnya lucu.

"Udah atu neng buruan dimakan, itu den kasep teh nanti gak jadi makan karena kenyang hanya mandangi wajah neng."

Deg.

Dira baru sadar kalau sedari tadi memang Bimo diam hanya memandangi wajah nya.

"Ck. awas terpesona Bemo sayang." Ucapan Dira sukses membuat Bimo salah tingkah, tapi bukan Bimo namanya jika tidak bisa menutupinya dengan gaya cool nya.

"Kalau iya kenapa?" Ucap Bimo sambil menaikan satu alisnya.

Baru Dira akan menjawab suara brisikkk dan cempreng Kiki datang.

"Hay gaesss.... oh may babang handsome Kiki." Suara Kiki membuat atensi kantin melihat kearah mereka duduk, karena kantin sudah mulai penuh Siswa/i pada jam istirahat.

Kiki yang memang fans berat Bimo karena selain pintar Bimo juga tampan, bagi Kiki melihat wajah Bimo adalah mood booster baginya.

"Berisik tau gak suara loe Ki." Arum yang datang membawa nampan berisi bakso pesanan Kiki dan dirinya.

"Tau tu, suara kaleng emang selalu berisik." Jawaban Dira membuat Kiki cemberut.

"Gak usah kek gitu bibir monyong." Arum memasukan satu buah bakso kedalam mulut Kiki yang di monyongin sehingga membuat pipi Kiki seperti menahan ingin buang air.

"Hahaha tega loe Rum sama adek Loe." Bukanya prihatin Dira malah nampak bahagia.

"Jahat loe berdua." Kiki sebal dan langsung memakan bakso nya.

"Gue kesana dulu." Bimo berdiri dari duduk nya segera pergi menuju ke meja para sahabatnya.

"Yahh bang Bimo gue pergi." Ucap Kiki lemes padahal mulut nya sibuk ngunyah bakso.

"Udah buruan makan keburu bel masuk tar." Ucap Dira.

Ketiganya menikmati bakso yang mereka pesan setelah mendengar drama Kiki yang merasa tertindas.

"Ehh bro loe ngapain duduk sama ketiga cewek bar-bar dan mulut boncabe itu?" Raka yang Notabenya paling murah senyum dan tebar pesona kepada sumua Siswi dan terkenal paling banyak cewek.

Plak.

"Mulut loe kadang bener Man." Bukan Bimo melainkan Guntur yang menggeplak pundak Raka.

"Anjjirr.. loe Petir." Raka yang kaget reflek memegang pundak nya yang Rumayan panas digeplak oleh Guntur.

Bimo hanya duduk menatap teman-teman nya yang rese dan berisik. Mereka juga tidak jauh beda dari para sahabat Dira.

"Makan kagak usah ba*cot loe pada." Jingga yang baru datang membawa pesanan mereka berempat.

"Wahh maksih Jing." Memang bukan Raka jika tidak membuat para sahabatnya emosi.

"Loe kita gue Ann*jing apa." Jingga melotot sebal mendengar ucapan Raka.

"Lah gue bernerkan nama loe Jing, Jingga." Tanpa rasa bersalah Raka tetap makan dengan santai.

"Anyirr loe."

"Hahahha..." Guntur tertawa keras melihat muka Jingga yang kesal karena ulah Raka.

"Makan Man." Resa yang sedari diam dan hanya memainkan ponsel tanpa minat mencampuri ba*cot-an para sahabatnya.

"Hemm." Bimo menjawab dengan deheman.

Memang Bimo dan Resa ini sebelas dua belas, cowok dingin dan irit bicara tidak seperti ketiga teman mereka yang suka tebar pesona dan terkenal playboy.

"Begini makan bakso biar anget tapi malah jadi beku gara-gara Deket dua manusia es." Raka berseloroh dengan mulut yang masih mengunyah makanan.

"Untung kita bertiga tidak beku ditempeli mereka berdua." Ucap Jingga.

"Kalo loe orang pada beku biarin gue keluarin petir gue biar buat loe orang pada ambyarr." Jawaban Guntur nyeleneh.

"Loe kira kek hati ambyar, Gosong ia." Raka tertawa setelah berucap.

Mereka berlima memang sahabat sejak masuk SMA baik buruknya mereka sudah bukan menjadi rahasia bagi persahabatan mereka.

Hanya Bimo dan Resa yang masih waras diantara tiga sahabat konyol dan playboy itu. Tapi bagi mereka itulah yang menjadi kenyamanan persahabatan mereka, karena merasa terhibur dengan ke absur-an tingkah mereka.

...............

"Eh Dir, ngapin es balok sama loe." Bukan Kiki melainkan Arum yang suka menyebut Bimo Es balok.

"Ihh Arum mah ayang Bimo tampan gitu dikatain Es balok." Kiki tidak terima jika Bimo tampan nya di panggil Es balok.

"Alah lebay loe." Cibir Arum.

"Tadi waktu masih berdiri dilapangkan dia nyamperin gue, dan narik gue kesini." Jawaban Dira membuat Kiki melotot dan menutup mulutnya.

"Omj hellow... parah loe Dir jadian sama ayang Bimo kagak bilang-bilang."

"Ck. siapa juga yang jadian, gua mah ogah punya pacar kek beruang kutub kek gitu." Ucap Dira sambil menyedot minuman nya.

Arum hanya manggut-manggut mendengar jawaban Dira.

"Loe ngerasa gak sih kalo Bimo pas liatin loe tatapan nya beda, kek tertarik sama loe."

Kiki hanya mengangguk setuju dengan ucapan Arum.

"Iya gue juga ngerasa kek gitu."

Dira hanya tersenyum smirik. "Loe berdua ngaco, mana ada Bimo yang dari kalangan orang kaya mau melirik gua yang kek Upik abu."

"Lah kalo jodoh kan kagak ada yang tau, mau kaya apa miskin beb."

Ucapan Kiki ada benarnya bahkan Dira sendiri sering memergoki Bimo ketika memperhatikan nya tanpa sadar.

Meskipun begitu Dira tidak ingin mengambil kesimpulan kalau Bimo tertarik padanya atau mempunyai rasa suka kepada dirinya.

Karena Dira tidak ingin mempunyai pacar disaat dirinya masih sekolah.

Dira ingin membahagiakan ibunya, mewujudkan cita-citanya yang ingin menjadi seorang Disainer terkenal. Tapi semua itu butuh perjuangan dan biaya untuk menjadi orang sukses.

Maka dari itu Dira akan belajar bersungguh-sungguh dan kembali ingin mendapatkan biayasiswa sampai ke Perguruan Tinggi.

BERSAMBUNG

Part 3

Bel sudah berbunyi waktunya siswa/i membubarkan kelas untuk segera pulang.

Dira yang memang menggunakan transportasi angkutan umum. Dirinya sedang berada di halte menunggu Bus lewat.

Tin..tin..tin..

Suara klakson motor membuat Dira melihat kearah laki-laki yang memakai helm dan jaket berhenti didepan nya.

Cowok itu membuka kaca helm nya dan ternyata adalah Bimo. "Ayo naik gua anter loe pulang."

Dira berdiri dari duduk nya, " Bemo sayang baik hati banget deh." Begitulah Indira yang tidak sungkan dan risih kepada Bima meskipun dia tau kalau Bima cowok yang dingin dan irit bicara.

Dira segera naik keatas motor Bimo, "Sudah.. Ayo jalan kang Bemo." Ucapan konyol Dira membuat Bimo menarik sudut bibirnya.

"Pegangan?" Bimo segera melajukan motornya kearah jalan menuju rumah Dira. Karena ini bukan kali pertama Bimo mengantar Dira pulang.

.................

"Loe kagak usah mampir ya Bemo sayang, takut di lempar panci sama Mama gue." Indira hanya berseloroh karena tidak mungkin Mama Nilam akan tega melempar panci kepada anak orang.

"Hemm.. padahal gue ingin minta minum." Bima berbicara dengan mengguyar rambutnya kebelakang. Jika para cewek lain yang melihat adegan bak slomotion Bima bisa pada pingsan mereka semua.

Tapi tidak pengaruh terhadap Dira yang biasa saja. "Heleh duit loe banyak, tinggal beli di cafe Sono yang lebih enak." Dira menanggapinya dengan santai karena tidak ingin berlama-lama dekat dengan Bimo.

"Yaudah gue pulang terimakasih tumpangannya." Begitulah kebiasaan Bimo karena Dira tidak pernah mengucapkan terimakasih kepada dirinya.

"Hahaha... ah kang Bemo bisa ae ngomong nya." Dira menanggapi dengan cengengesan, "Buruan gih balik.. bay kang Bemo." Dira langsung pergi meninggalkan Bimo yang masih setia menatap kepergian Dira.

"Ck. kek nya gue beneran suka sama tu cewek." Bimo segera memakai helm nya kembali dan pergi dari rumah Dira.

.....................

"Mah.. Aya pulang!" Dira memasuki rumah dengan berjalan menuju dapur, karena biasanya Mama nya sedang memasak.

"Mah, Mamah Dimana?" Tidak menemukan Mama nya didapur Dira segera menuju kamar Mama Nilam.

"Mah." Dira melihat mamanya yang sedang tiduran dengan wajah yang pucat.

"Mama sakit? mama sudah minum obat? kita kedokter sekarang ya Mah." Dira sudah tidak bisa menahan air mata nya yang lolos begitu saja melihat Mama nya menahan rasa sakit.

"Tidak usah nak Mama baik-baik saja, hanya butuh istirahat." Ucap Nilam lemah.

Uhuk..Uhuk.. Nilam batuk dan mengeluarkan darah. Membuat Dira terkejut dan khawatir.

"Ayo Ma, Aya antar kerumah sakit..Aya gak mau Mama kenapa-napa."

Indira memapah Nilam menuju keluar dan mencari tumpangan untuk membawa Mama nya kerumah sakit.

"Mamah bertahan ya, jangan tinggalin Aya?" Dira menangis dengan sesenggukan melihat Nilam yang sudah tak sadarkan diri didalam mobil.

"Nak Dira yang sabar ya, berdoa semoga Bu Nilam baik-baik saja." Ucap pria yang umurnya sudah 45tahun, tetangga Dira yang membantu membawa Nilam kerumah sakit dengan mobilnya.

"Iya pak, terimakasih."

..................

Setelah sampai di rumah sakit Bu Nilam segera dilarikan keruangan ICU karena melihat kondisinya yang semakin parah.

Indira hanya bisa mondar mandir dan berdoa menunggu kabar Mama nya dengan cemas.

"Nak duduk, berdoa semoga Bu Nilam akan baik-baik saja." Sedari tadi tetangga Dira yang biasa dipanggil pak Juki itu mencoba menenangkan Dira yang terlihat sangat khawatir dan cemas.

Setelah menunggu lebih dari 30menit akhirnya seorang dokter keluar dari ruang ICU.

"Dok bagaimana keadaan Mama saya?" Dira langsung bertanya setelah melihat dokter itu keluar diikuti perawat dibelakang nya.

Dokter Arman yang menangani penyakit paru-paru Nilam pun hanya bisa menghela napas dengan panjang.

"Mama mu sudah melewati masa kritisnya, sekarang sudah lebih baik. Nanti akan saya pindahkan keruangan inap." Ucap dokter Arman.

"Tapi Mama saya gak kenapa-napa kan Dok?" Dira yang masih meneteskan air mata tak kuasa merasakan sesak didadanya jika terjadi sesuatu dengan Nilam.

"Untuk saat ini kondisinya masih stabil, tapi kamu harus tetap melakukan pemeriksaan rutin terhadap Mama mu, karena penyakit paru-paru nya sudah semakin parah." Jelas sang dokter.

"Baiklah apa saya boleh masuk melihat Mama."

"Silahkan." Dokter Arman pergi setelah berbicara dengan Dira.

Indira memasuki ruangan ICU dimana Mama nya yang masih belum sadarkan diri dengan tubuh yang tak berdaya.

"Mah cepet sembuh, Aya akan lakuin apapun agar Mama cepat sembuh. Cuma Mama yang Aya punya." Dira menangis sambil mencium tangan Mama nya. Dirinya tidak tahu harus minta tolong kepada siapa karena yang Indira tahu hanya Mamanya lah keluarga satu-satunya. Sedangkan perawatan sang Mama dirumah sakit tidaklah murah, Dira bingung harus bagaimana mencari uang untuk pengobatan mamanya.

"A-aya." Suara lemah Nilam memanggil Dira dengan lirih.

"Mah, Mama sudah sadar." Dira sudah tidak tahan lagi untuk membendung Isak tangis nya. "Aya takut Mah, jangan tinggalin Aya sendiri..hiks hiks." Tangisan Dira pecah dipelukan Nilam.

Perlahan Nilam mengangkat tangannya untuk mengelus kepala putri satu-satunya itu. "Jangan sedih Mama tidak apa-apa." Nilam mencoba menguatkan anak nya, meskipun dadanya serasa sesak dan sakit. Karena Nilam yakin umurnya sudah tidak akan lama lagi.

"Mama cepat sembuh, Aya sayang sama Mama."

Dira menatap Mamanya dengan sendu, dirinya harus memikirkan biaya rumah sakit, mereka sudah tidak punya apa-apa karena satu tahun belakangan ini Nilam sudah sering keluar masuk rumah sakit. Hanya rumah yang mereka miliki sekarang, dan itu adalah rumah peninggalan Papanya. Dira tahu harus kemana untuk mendapatkan uang itu, meskipun nanti kehidupan mereka kedepannya akan seperti apa, bagi Dira yang terpenting Mama nya sembuh terdahulu.

"Mama istirahat ya, Aya harus pulang dulu ambil baju ganti Mama." Ucap Dira dengan lembut menatap Mamanya dengan sayang.

"Lebih baik kita pulang saja Aya, kita akan membayar pakai apa biaya rumah sakit ini." Nilam juga memikirkan bagaimana caranya mendapat uang untuk perawatan nya, sedangkan mereka kini sudah tidak punya apa-apa lagi.

"Mama tidak usah pikirin itu, Aya bisa membayar pengobatan Mama yang penting bagi Aya Mama sehat."

"Tapi nak kamu akan dapat uang dari mana?"

"Mama hanya cukup istirahat dan segera sembuh, itu yang bisa bikin Aya bahagia." Dira mengecup kening Nilam dan pamit untuk pulang sebentar.

Nilam hanya bisa menangis setelah pintu rawat tertutup. Dirinya tidak sanggup jika melihat putrinya menanggung beban berat karena penyakit yang dideritanya. Dira harus mencari uang untuk menanggung biaya rumah sakit.

"Maaf kan Mama nak." Nilam berkata lirih seraya mengusap air matanya.

BERSAMBUNG

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!