NovelToon NovelToon

Istri Rahasia Tuan CEO(Secret Wife Mr.CEO)

Episode 1:Prolog

Tanggal 04 April tepatnya pada hari jadi BARAMARKET,sebuah perusahan besar milik Tuan Thosio Widharma Bara.Pria berusia kurang lebih 57 tahun itu adalah seorang pengusaha kaya raya keturunan Indonesia-Jepang yang sangat terkenal.Almarhumah ibunya sendiri asli dari Indonesia sedangkan ayahnya berkewarganegaraan Jepang.Dia tinggal dan menetap di Indonesia,meski begitu dia juga memiliki cabang dijepang yang dipimpin oleh putera keduanya.Istri dari Tuan Thosio bernama Sora Arianti dan mereka memiliki dua orang anak laki-laki yang sangat tampan dan sukses bernama Adrian Akio Bara dan anak keduanya Abian Kaindra Bara.

Pada malam itu seorang wanita berusia 26 tahun terlihat rapi mengenakan rok span berwarna putih pendek selutut,dipadu dengan blouse biru lengan panjang.Rambutnya yang dikuncir kuda menampakkan leher jenjangnya dan membuatnya nampak terlihat cantik dan sedikit seksi.Dia mengenakan seragam kerja itu pada acara anniversary perusahaan yang dihadiri oleh orang-orang yang berstatus elit.Acara itu dilangsungkan di Bogor.

Wanita itu bernama Auristela Ayana.Dia sudah bekerja di BARAMARKET cabang pusat Jakarta selama 9 tahun lamanya.Posisinya dalam pekerjaan hanya sebagai karyawati senior dilantai empat dalam bidang penjualan pakaian,namun dia sangat mensyukuri itu karena dia masih bisa bekerja dan menjadi bagian dari BARAMARKET yang mana dia hanya lulusan SMA saja.Apalagi dalam tiga bulan terakhir ini posisinya sebagai karyawati sudah naik jabatan menjadi sekertaris Manajer Thomi Dharmawan dikantor pusat.

Auris masih ingat pada masa dia baru lulus SMA,karena sifat baiknya yang tidak sengaja menolong Tuan Thosio yang hampir dilukai oleh seseorang yang tidak dikenal diparkiran sebuah restoran.

"Besok langsung kerja saja disini!saya akan langsung mengurus semuanya!"ucap Tuan Thosio dengan mengusung senyumnya.

Begitu mudahnya Tuan Thosio memberikan pekerjaan itu pada Auristela yang padahal mereka sama sekali tidak saling mengenal.Dan sekarang dia diberi posisinya yang sangat baik pula.

"Sering-sering kesini!awas aja kalau jadi manusia sombong lu!"pungkas teman satu servernya.

Auris berdiri dipojok jendela sambil memegang segelas jus dan menatap memperhatikan semua orang disana.Outfit yang dia kenakan membuatnya sedikit insecure,bagaimana tidak? orang-orang disana mengenakan setelan yang rata-rata senilai puluhan juta.Tas,anting,pakaian,jam tangan,semuanya bernilai fantastis.

"Hah gak papa yang penting jarumnya masih muter kekanan!"dengusnya menghela nafas kasar sambil melirik jam tangan miliknya yang seharga ratusan ribu saja.

Lalu tiba-tiba seseorang memanggilnya dengan suara agak serak dan berat.

"Auristela!"

Ternyata itu adalah Tuan Thosio.

"Saya fikir kamu tidak bisa datang."

"Selamat malam pak!"ucap Auris memberi hormat.

"Saya mau minta tolong, kira-kira saya boleh gak kalau pesan lukisan lagi?"

"Wah tentu pak!kalau boleh tau kan kemarin ibu Sora udah,terus sekarang buat siapa pak?"tanyanya memastikan.

"Buat saya!"jawab seseorang tiba-tiba dan menyeruak masuk kedalam obrolan Tuan Thosio dan Auris.

Pria bersetelan rapi dan jangkung,tingginya kurang lebih 1,85 m dan usianya 30 tahun-an.Berdiri tegap dihadapan Auris dan melonggarkan dasi yang terasa tercekik dilehernya saat setelah baru saja melihat Auris.

Auris mengernyitkan dahinya dan sedikit menaikkan ujung bibir atasnya disaat melihat kedatangan pria itu.

Dia adalah Abian Kaindra Bara,putera kedua dari Tuan Thosio.Hubungan keduanya nampak tidak begitu baik sejak dari tiga bulan yang lalu saat Abian baru saja dipindah tugaskan dari Jepang ke Indonesia.

Auristela sendiri memiliki kemampuan yang sangat baik dalam seni melukis.Karena membutuhkan uang yang cukup banyak untuk mengobati penyakit adik perempuannya yang berusia delapan tahun,dia mengambil kesempatan menjadikan bakat terpendamnya untuk bisa mendapatkan pemasukan yang lebih.

Pendapatan dari bekerja di BARAMARKET masih belum cukup untuk memenuhi segala kebutuhan dia dan adik-adiknya,apa lagi adik laki-lakinya masih bersekolah dan masih duduk dibangku XI SMA.

Tuan Thosio sendiri mengakui keindahan karya lukisan Auris,itu lah sebabnya beliau cukup sering memesan lukisan dari Auris.Terakhir, Tuan Thosio meminta agar Auris melukis wajah istrinya dan hasilnya sangat memuaskan,meski dia harus minta waktu lebih dari tanggal yang sudah dijanjikan.

"Kenapa?kamu gak bisa?"tanya Abian dengan nada ketus.

"Kalau sudah ada waktu senggang,pak Thosio bisa kirim fotonya.Saya akan mengerjakannya semaksimal mungkin!"jawab Auris tanpa melihat Abian.

"Baik!kalau begitu nanti kita lanjutkan kembali!"

"Ayo Abian!"ajak ayahnya dan pergi meninggalkan Auris.

Abian yang terlihat kesal hanya bisa diam saja dan pergi mengikuti ayahnya lalu bertemu dengan teman-temannya.

"Dia?gak salah nih?lumayan sih jadi vitamin pas ngelukis muka dia.Ganteng,tapi diih amit-amit!apa bisa senyum tuh manusia!"gerutu Auris dan pergi dari posisi awalnya.

"Makin lama gua makin kesel liat muka tuh cewek! bisa-bisanya ya papa sebaik itu sama dia.Gua yakin pasti dia udah godain papa!"gerutu Abian yang sedang berkumpul bersama ketiga temannya.

Anthoni,galih,dan Alan adalah teman Abian sejak kecil.Mereka jarang bertemu semenjak Abian dipindahkan sekolah sejak mulai masuk SMA oleh orangtuanya kejepang.Hanya Anthoni yang ikut dengannya dijepang agar ada yang menemaninya disana.Meski jarang bertemu,tapi mereka tidak pernah putus komunikasi.

Begitulah cara mempertahankan sebuah hubungan,berkomunikasi dengan baik.

Abian terus saja mengumpat karena kekeselannya terhadap Auristela.Bagaimana tidak,wanita itu sudah mempermalukannya dihadapannya banyak orang.Abian sangat suka bermain basket dan dia cukup hebat dalam bidang itu,ketika dia baru satu Minggu berada dikota itu,dia sudah dipermalukan oleh Auristela.

Auris yang bekerja sebagai tukang bersih-bersih setiap hari Minggu di lapangan basket tempat Abian sering latihan,kebetulan saja menerima tantangan putera dari keluarga tajir melintir.Pada hari itu Auris menang dengan skors 12:8.Auris menang dan itu cukup memalukan bagi seorang Abian Kaindra Bara.

"Ya wajar aja lah bokap lo baik sama dia,elu ga liat body nya?seksi bro!mungkin dia juga udah berpengalaman kan?"pungkas Alan yang mereka semua sudah salah tanggap mengenai Auris.

"Gua mau dia menyesal seumur hidup atas apa yang udah dia lakuin!"ketus Abian berencana.

"Ada sih cara supaya dia sadar sama kesalahan dia!"jawab Alan.

"Apa?"

"Ti**r bareng dia!"

"Gilak Lo al!"sentaknya terkejut tidak yakin.

"Kenapa?Lo gak berani?lagian ya,,dia kan udah biasa open BO.Palingan juga nagih!"

"Udah lah bi..Gak perlu munafik begitu.Kita tau kok elo itu dari keluarga terpandang,sekalipun Lo main perempuan diluaran sana itu gak masalah.Mereka kan dibayar,kasih uang yang banyak sama si Auris.Beres!"timpal galih meprofokasi.

Abian terdiam sejenak namun dia merasa apa yang dikatakan teman-temannya itu ada benarnya juga.

"Acara udah mau selesai kan?gimana kalau kita minum-minum dikit lah di bar tempat kita biasa dulu!"ajak Anthoni dan tanpa basa-basi mereka langsung pergi kesana.

Keempat pria yang gantengnya tidak manusiawi itu begitu menikmati pesta mereka dibar tempat mereka dulu saat jaman SMA.

Dilain tempat,Thomi sahabat Abian dan sekaligus manajernya sudah kewalahan mencari keberadaan pria terlalu sempurna itu.

"Auristela!kamu liat pak Abian?"tanyanya menghampiri Auris yang berada dibahu jalan sedang menunggu Taxi.

"Enggak pak!maaf,ada apa ya pak?"

"Ada yang perlu saya bicarakan sama dia.Emm,kamu mau gak bantu saya cari dia?sekalian kita pulang bareng!"

"Bentar pak,bapak cari pak Abian dalam rangka apa ya?urusan pribadi atau pekerjaan?"tanyanya memastikan.

"Kenapa?"

"Memastikan aja pak!"

"Pekerjaan Auris.."jawab atasannya itu sambil menghela nafas kasar.

"Ya udah pak yuk let's go!"jawabnya dan langsung masuk kedalam mobil atasannya.

Keduanya masih belum menemukan keberadaan Abian sampai menghabiskan waktu selama hampir satu jam.Hingga pada akhirnya Thomi berfikir bahwa Abian berada dibar.

Dengan cepat dia menancap gas mobil dan pergi menuju bar.Benar saja saat baru memarkirkan mobilnya,Abian dan teman-teman juga berada diparkiran dan dalam keadaan sudah mabuk.

"Manajer Thomi!mati gua!"dengus Galih tersentak kaget.

Dia khawatir akan mendapat masalah dan setelah itu akan dipecat dari kantor.Sebab Galih adalah kolega dari perusahaan dibawah pimpinan Manajer Thomi di kantor pusat BARAMARKET.

"Mabuk?"dengus Auris membulatkan sepasang netranya karena tidak percaya.

"Auris.."bisik Alan ketelinga Abian yang berada disebelahnya.

"Galih!"panggil Thomi dan tentu saja Galih tersentak hebat.

"Sa-saya pak!"

"Bawa mobil pak Abian pulang,biar dia pulang bareng saya!"perintahnya dan Galih langsung gercep menjalankan titah sang atasan demi kelangsungan hidupnya.

"Udah selesai pestanya!"ucap Thomi dengan ketus kepada Alan dan Anthoni.Sedangkan keduanya langsung pergi begitu saja tanpa merasa bersalah sedikitpun.

"Menurut Lo Abian bisa balas dendam sama tuh cewek?"tanya Alan yang sudah sedikit sempoyongan.

"Kalau dia ingat tentang penghianatan Clara,semua cewek bisa dia hancurin dalam satu malam!"jawab Anthoni dan langsung tancap gas.

"Pak Abian mau pulang dalam keadaan seperti ini pak?"tanya Auris sedikit khawatir.

"Iya juga sih,pak Thosio pasti marah besar.Nah saya ada ide!"imbuhnya lalu pergi menuju tempat yang sudah dia fikirkan.

Setelah melewati rumah-rumah sederhana disebuah perkampungan yang tidak jauh dari keramaian kota,ada sebuah villa yang cukup besar disana.Itu adalah rumah yang sering Abian dan keluarganya datangi saat sedang ada liburan panjang.Bahkan sampai sekarang,ada sepasang suami istri yang sudah berumur masih tinggal disana,bekerja untuk memastikan bahwa keadaan rumah itu akan tetap baik.

"Dulu saya sama Pak Abian sering kesini kalau pas ada libur panjang!"beritahu Thomi sambil sedikit kepayahan memapah Abian turun dari dalam mobil.

"Dari SD kita sering bareng,bahkan kita berdua sering ditinggal sendiri disini.Karena udah terbiasa!"sambungnya lagi sedangkan Auris ternyata cukup menikmati cerita singkat itu sambil matanya yang melirik hampir seluruh ruangan.

"Kamu duduk aja dulu!"perintah Thomi lalu membawa Abian kekamarnya.

Tanpa izin apa pun,Thomi menghempaskan tubuh pangeran tak berkuda itu begitu saja kelantai kamar mandi,kemudian menghidupkan shower lalu mengguyur kepala Abian dengan air.

Abian tersentak kaget dan melihat Thomi didepannya.

"Bagus..Besok mau ada rapat penting tapi kelakuan Lo begini sekarang?"pungkas Thomi sedangkan Abian diam tanpa pembelaan.

"Kalau pak Thosio tau,gua juga yang kena semprot! bisa-bisanya ya Lo pergi gitu aja.Gak ngasih tau,gak nawarin sama sekali lagi!hah kesel gua sama lu!"

"Sorry!"jawabnya singkat dan menyenderkan punggungnya didinding kamar mandi.

"Beresin!gua tunggu diruang tamu!"

Thomi pergi keruang tamu dan menemui Auris yang menunggu disana.Sambil menunggu Abian bebenah diri,keduanya berbincang-bincang sambil meminum teh hangat yang sudah disiapkan oleh ART rumah itu.

Next Part👉

**Hay readers semua bagaimana kabarnya?

Ini karya kedua saya setelah BIV.Mohon maaf kalau semisal ada penulisan kata yang kurang baik.Mohon jangan gampang bosen ya.wkwkwk

Apalah artinya Author tanpa readers,jadi saya berharap atas dukungannya.Dengan senang hati tinggalkan komentar agar saya makin semangat bua up.Jangan lupa juga Like dan vote nya.

Salam hangat🤝**

Episode 2:18+(Mohon Bijak Dalam Membaca)

Abian keluar dari kamarnya hanya dengan mengenakan handuk.bentuk tubuhnya yang berpetak-petak itu semakin memperlihatkan betapa sempurna seorang Abian Kaindra Bara.

Tidak ada manusia yang sempurna,tapi ketika melihatnya,semua wanita akan mengatakan"paket lengkap dari Tuhan".

Dada bidangnya yang mulus dengan warna kulit putih dan lembut seperti kulit bayi,semakin menimbun dosa bagi setiap wanita yang melihatnya.Tidak ada yang bisa berhenti berimajinasi ketika melihat pemandangan luar biasa itu.

Abian pergi keruang tamu dan menghampiri Thomi yang sedang duduk di sofa bersama Auristela.Sambil mengeringkan rambutnya yang masih basah dengan handuk,dia langsung duduk disebelah Thomi.

Auris menjengit kaget saat melihat keadaan pria yang kini berada tepat didepannya.

"Sa-saya akan menunggu diluar!"ucap Auris dan langsung pergi dari ruangan berbahaya itu.

"Liat kan,munafik banget!"ketus Abian dan menyandarkan punggungnya disofa.

"Udah lah bi..,kenapa sih pikiran Lo seburuk itu sama Auris?dia cewek baik-baik."

"Baik?pergi sama suami orang,godain bokap gua,itu yang lu bilang baik?"

Thomi mengehela nafas kasar dan berhenti berdebat dengan sahabatnya itu.Jika masih diladeni, bisa-bisa sampai pagi pun tidak akan selesai.

"Sebenernya gua masih ada urusan dibogor,kebetulan kan Auris Dateng kesini bareng gua.."

"Hemm"

"Biarin dia nginap disini ya!besok gua kesini lagi!"mohon Thomi.

"Gua sih oke aja!"jawabnya singkat.

Thomi sedikit ragu karena Abian bersikap baik pada Auris.Fikirannya pun sudah traveling kemana-mana.

"Elo gak lagi ada rencana buruk kan buat dia?"tuduh Thomi.

"Gua?Gilak lo!"

"Dia bukan tipe seorang Abian!"jawabnya menegaskan.

Thomi merasa lega dan bergegas pergi dari sana.

Dia menyempatkan untuk berpamitan dengan Auris yang terlihat cukup galau.

"Kalau semisal sikap pak Abian membuat kamu gak nyaman,kamu bisa hubungi saya!"

"Baik pak!"

"Besok pagi jam 10 kita pulang sama-sama kejakarta!"

"Baik pak! hati-hati dijalan..!"ucap Auris dan melihat bayangan pria manis seusia Abian itu berlalu jauh dengan mobilnya.

Auris kembali masuk kedalam rumah dan mendapati Abian masih bersantai disofa dengan masih mengenakan handuk.

"Parah banget nih cowok sumpah dah!"omel Auris dalam hati.

"Liat apa kamu?"sentak Abian.

"Bukan apa-apa!"

"Ambilin handpon saya dikamar!"

"Bapak nyuruh saya?bapak lupa ya ini hari apa?hari libur saya,jadi tolong biarkan saya hidup dengan damai untuk hari ini!"tegaskannya.

"Kamu udah bosen kerja ya?kamu mau saya pecat?"pungkasnya dengan membulatkan netranya.

"Kenapa sih ancamannya selalu itu.Potong gaji lah,pecat lah,heran banget!"omel Auris dan karena tidak ingin Bos nya semakin nyerocos tidak jelas,dengan berat hati dia masuk kekamar Abian dan mencari handpon Abian didalam.

"Bik Imah!kalau papa tanya saya sama siapa disini,bilang sama Thomi.pekerjaan bibik udah selesai?"tanya Abian pada ART villa nya yang sudah dianngap seperti kerabat sendiri.

"Sudah selesai den bian.."

"Kalau gitu langsung istirahat aja.Pastikan semua pintu dan jendela dikunci!"imbuhnya.

Sedangkan si bibi tidak protes sedikitpun mengenai Auris yang ada didalam kamar Tuan mudanya.Wanita yang sudah cukup renta itu tidak ingin berkomentar sedikit pun.Dia tahu betul bagaimana Abian,perempuan itu pasti bukan perempuan baik-baik,itu lah kenapa Tuan mudanya tidak ragu untuk membawanya masuk kedalam kamarnya.Seorang Abian akan memberi dua sikap yang berbeda pada dua orang yang berbeda pula.

Begitulah yang saat ini ada dalam pikiran bik Imah hingga dia tidak ingin bertanya apa pun.

Abian mematikan lampu ruang tamu,masuk kedalam kamar lalu dengan santai menutup kembali pintu kamarnya.Mengunci pintu itu dan menaruh kuncinya diatas lemari baju yang cukup tinggi.

"Saya gak nemu handpon bapak!"beritahu Auris dan berdiri membelakangi pintu yang tidak dia sadari sudah dikunci oleh Abian.

"Kan hanponnya sama saya,percuma kamu cari dikamar!"

"Bapak ngerjain saya ya?saya heran deh,sebenernya saya salah apa sih pak?gak cukup bapak udah menghujat saya dikantor?"gertak Auris yang sudah kesal.

"Iya belum cukup!kamu harus dapat yang lebih dari sekedar hujatan!"jawabnya dan mendekati Auris.

Auris sudah merasa bahwa ada yang tidak beres dengan gelagat Abian,apa lagi bosnya itu hanya mengenakan handuk saja dan tidak ada sehelai benang pun yang menutupi dada bidangnya yang cukup menggoda itu.

"Ba-bapak mau ngapain?!"tanya Auris sambil berjalan mundur.

Tubuhnya sudah sampai menempel pintu,dengan cepat dia memegang gagang pintu dan ingin membukanya,tapi nyatanya pintu itu sudah terkunci.

"Pak Abian..Jangan macem-macem sama saya!saya teriak sekarang!"ancamnya.

"Teriak?buka mata kamu!ruangan ini kedap suara!"

"Kedap suara?mati gue!"pekik Auris dalam hati sedangkan Abian sudah semakin dekat dihadapannya.

Tiba-tiba saja hanpond Auris berdering didalam tas yang dia bawa.

"Dokter Daniel"

Abian merampas hanponnya dan melihat nama panggilan masuk itu.Sambil mengusung senyum tengilnya,dia melempar hanpond Auris kesudut ruangan dan semakin mendekat pada Auris hingga hidung mereka hampir bersentuhan.

"Hah munafik! laki-laki yang udah beristri aja kamu sanggup,kenapa sok jual mahal ke saya?"ucapnya dan kalimat itu cukup menampar perasaan Auris sampai-sampai karena tidak tahan lagi,Auris dengan spontan menampar pipi Abian.

"Sebegitu piciknya pikiran bapak terhadap saya?kalau bapak melihat saya dari orang-orang dan hanya sekedar melihat sekilas sikap saya,mendingan bapak berhenti ngurusin hidup saya!"

Abian yang sudah terlanjur kalap dengan tingkah Auris,merasa bahwa dia sudah dipermalukan lagi.

Abian menarik tangan Auris lalu menghempaskannya diatas ranjang dengan keras.

Auris tersentak tidak percaya,dengan cepat dia mengatur posisinya.Berdiri dengan cepat dan berlari kearah pintu.Abian yang sudah terlalu kesal dan ditambah lagi dengan ilmu sesat Alan yang sedari tadi sudah menghantui pikirannya.

"Saya tidak seperti yang bapak pikirkan!saya mohon biarkan saya keluar dari sini!"mohon Auris dengan penuh harap.

Tapi apa boleh buat?dia sudah terjebak dikandang singa jantan.Mungkin jika wanita yang sekarang ada dihadapan Abian bukan lah Auris,itu akan menjadi keberuntungan untuknya karena bisa disentuh oleh seorang CEO BARAMARKET putera dari Tuan Thosio yang masih melajang hingga sampai sekarang.

Tapi nyatanya wanita sekarang ini adalah Auris.Tidak perduli siapa pria itu,tidak seorang pun baginya pantas untuk merenggut kehormatannya sebagai seorang wanita.Tapi apa lah daya yang sedang dia hadapi saat ini adalah Abian Kaindra Bara.

Dia mematikan lampu ruangan dan hanya menyisakan lampu tidur yang ada diatas meja di samping tempat tidurnya.

Abian langsung menghempaskan tubuh Auris ketembok,meraup pipinya lalu mengecup bi**r itu tanpa permisi.Auris terbelalak,serangan mendadak itu sangat mengejutkannya.Kedua tangannya berusaha mendorong tubuh itu,namun Abian dengan sigap menahan tangannya.

Beberapa detik berlalu masih dengan adegan pemula yang sama.Apa lagi yang bisa dilakukan wanita malang itu,tanpa dia sadari dia juga sudah mulai menikmati permainan yang diciptakan Abian.

Abian menikmati permainannya,sambil mengusung senyum,lalu diwaktu yang bersamaan mendorong tubuh Auris keranjang dan menghempaskannya dengan keras.

Abian sudah terbawa kedalam suasana yang dia ciptakan sendiri.Abian kembali melakukan adegan sebelumnya.Meraup kembali pipi Auris dan mengecup bibirnya.Tidak berhenti disitu saja,bibir yang sudah berpagutan saling bermain didalam sana.

Diam-diam tangan nakal itu mulai meraba leher jenjang Auris,semakin kebawah,membuka satu persatu kancing baju Auris dengan jemari nakalnya dan tanpa permisi memegangnya.

Auris membulatkan sepasang netranya karena tidak percaya.Ia menatap takut wajah sesosok pria yang kini ada tepat diatas tubuhnya.

Auris melepas paksa pagutan bibir mereka dan mencoba untuk bicara.

"Saya mohon pak Abian..Saya bukan perempuan jahat seperti yang bapak fikirkan.Harga diri saya jauh lebih berharga dari apa pun itu!"rintih Auris dengan sepasang bola mata yang sudah berkaca-kaca.

Abian sempat terdiam dan menatap lekat mata itu,namun kemudian dia terbayang dengan wajah seorang wanita.Itu adalah mantan pacarnya,tanpa penjelasan apa pun,Abian semakin terlihat kesal hingga mengacuhkan ucapan Auris.

Dia menutup mulut Auris dengan jari telunjuknya.Membika handuk yang menutupi separuh tubuhnya lalu menarik selimut diatas ranjang itu dan menyelimuti tubuhnya lalu kembali ******* bibir itu dengan paksa.

"Apa yang bisa gua dapetin dari lo?keper**nan?hah Bullshits!"ucap Abian dalam hatinya.

Abian kembali mer**a leher itu.Bahu mulus itu dan kembali melanjutkan membuka kancing baju yang masih tersisa.

Tangan nakal itu kembali meraba sampai pada paha mulus wanita yang selama ini belum pernah disentuh oleh pria mana pun.

Auris akhirnya pasrah,ia mulai menerima sensasi ini.Abian meraih tangan Auris dan merangkulkan kedua tangannya dilehernya.

Masih dengan meraba paha Auris yang sedari tadi dia inginkan dan miliknya sudah tidak sabar untuk mencetak gol.

Dan ya.Abian memulainya.

Auris meneteskan air matanya saat sesuatu yang begitu be*ar dan menyakitkan menghantam kuat miliknya.

Tiba-tiba saja Abian tersadar dengan sesuatu yang saat ini dia rasakan.

"Oh my Gosh!dia masih..?"dengus Abian tidak percaya.

"Gak mungkin!"

Abian hampir hilang akal dengan apa yang sudah dia lakukan.Sebercak darah menodai kain sprei kasurnya,dan dia baru menyadari bahwa wanita yang dia anggap murahan itu ternyata benar-benar masih memiliki harga dirinya sebagai seorang wanita.Tapi sayang dia sendiri yang sudah menghancurkannya.

Karena sudah terhasut nafsu birahinya,Abian masih melanjutkan semua itu untuk waktu 30 menit kedepan.Tidak lama namun begitu cepat menghancurkan masa depan seorang Auristela.

Karena kelelahan dengan paksaan dari Abian,Auris terbujur lemas dan tertidur dengan sendirinya.Abian kembali menghidupkan lampu utama kamarnya dan menatap lekat wajah Auris.

"Ke-kenapa gua gak percaya sama penjelasan dia?Fuckk!!gimana sekarang?!"pekiknya sambil memegangi kepalnya.

Sangat sulit untuk berfikir pada masa ini,Abian sungguh tidak tahu harus berbuat apa.Tidak mungkin meninggalkan Auris dirumahnya dalam keadaan seperti ini sekarang.Dia kembali keranjang dan melanjutkan tidurnya disebelah Auris.

Apa pun yang akan terjadi besok akan tetap dia hadapi.Entah Auris akan melayangkan pukulan lagi kewajahnya atau mungkin saja akan membunuhnya.

Episode 3: Flashback

Abian sudah terbangun sejak pagi-pagi buta,dia sudah membersihkan dirinya dikamar mandi dan bahkan sudah mengenakan pakaian kerjanya sampai menunggu jemputan dari Thomi.

Sinar matahari yang menerawang masuk dari tirai jendela membangunkan tidur Auris.Kedua tangannya mengucek matanya yang masih terlihat kabur dan memegang lehernya yang terasa berat dan pegal.

Ia melirik kesebelahnya dan menemukan Abian sedang merapikan lengan kemejanya sambil berdiri didekat jendela.

Auris tersentak,sedikit mengangkat selimut yang masih menyelimuti tubuhnya.****!tidak ada sehelai benang pun yang menutupi tubuhnya dibalik selimut itu.Dia spontak terduduk dan menyandarkan punggungnya,menarik selimut dan meremasnya sangat kencang.

Air mata itu tidak dapat lagi untuk disembunyikan,menguyur deras hingga membanjiri pipinya.Abian melihat kearah Auris dan berusaha untuk menjelaskan sesuatu.

"Puas kamu?dasar laki-laki brengsek kamu Abian!"erang Auris yang tidak tahu harus berbuat apa lagi.

"Saya gak tau kalau kamu ternyata masih.."ucapnya terhenti.

"Begitu cara kamu untuk membuktikan apakah seorang perempuan itu baik atau buruk?"pungkas Auris masih menangis hebat.

"Saya tau itu kesalahan yang besar,saya melakukan itu karena saya kira kamu bukan perempuan baik-baik!"

"Udah.."ucap Auris dengan nada yang terdengar sangat memilukan.

"Udah cukup pak Abian..Udah cukup semua ini!saya terima tuduhan buruk semua orang dikantor,saya terima kamu memperlakukan buruk saya,tapi tidak untuk yang satu ini!saya gak bisa..,Pak Thosio harus tahu bagaimana sikap putera keduanya yang sebenarnya!"

"Sa-saya mohon sama kamu!papa gak boleh tau mengenai semua ini,jangan sampai ada satu orang pun yang tau tentang kejadian ini.Itu akan berdampak buruk bagi perusahaan,saya gak mau terjadi sesuatu yang buruk sama papa!"mohonnya.

Auris sempat terdiam ketika memikirkan kembali Tuan Thosio.Betapa baiknya beliau kepada Auris.Auris sangat tidak ingin jika Tuan Thosio akan merasa malu dan masalahnya ini akan beresiko buruk bagi perusahaan.

"Kamu boleh minta apa pun!uang,mobil,apa pun itu asal kamu bisa merahasiakan ini!"

Auris menjadi kesal ketika mendengar ucapan itu.

"Bapak fikir harga diri saya bisa dibeli dengan uang?bapak fikir setelah saya mendapatkan uang dari bapak,itu bisa mengembalikan kehormatan saya?"

"Keluar dari sini!KELUAR..!!"pekik Auris sangat kencang.

Abian pergi dari kamarnya dan kembali keruang tamu untuk memikirkan semua kekacauan yang sudah dia buat.

Auris masih menangis sesenggukan,dia turun dari ranjang,memungut pakaiannya yang sudah berhamburan dilantai.Ia masuk kedalam kamar mandi dan meluapkan rasa emosianalnya didalam sana.Menangis dibawah guyuran air shower dan kembali teringat pada saat pertama kali dia bertemu dengan Abian.Kenapa harus bertemu dengan dia?

Auris benar-benar menyesali pertemuannya dengan Abian,pertemuan yang tidak pernah dia harapkan.

Flashback pada 3 bulan yang lalu.

Angin berhembus tidak begitu kencang,menerbangkan rambut Auristela yang sedang sibuk menggoreskan kuas diatas sebuah kanvas.Matanya cukup fokus dan hampir tidak berkedip dalam waktu yang lama.

Cafe dengan konsep outdoor memang sangat cocok untuk seorang pelukis seperti Auris.

Beberapa tempat yang kosong tidak terisi meja dan kursi sudah biasa ia gunakan disana untuk menjadi tempat melukisnya.

Celana kulot dan kaos putih yang dia kenakan juga semakin mendominasi keadaan.Cuaca yang tidak begitu panas cukup bagus untuk menyelesaikan lukisannya sesegera mungkin.

Apa lagi itu adalah lukisan wajah seorang wanita yang cukup berpengaruh dikota itu dan sangat berpengaruh untuk kelangsungan pekerjaannya.

Ibu Sora Arianti,kali ini cukup menjadi tantangan bagi kemampuannya.

Tuan Thosio sudah memberikan kepercayaan yang cukup besar agar dia melukis wajah sang istri diatas kanvasnya.

Dua hari lagi lukisan itu sudah harus diberikan dan sudah harus selesai 100%.

"Cappucino latte..!"seorang pria manis dengan seragam pelayan cafe membawakan segelas minuman dingin untuk Auris.

Auris hanya bergumam dan tidak melihat siapa yang sedang menawarkan minuman favoritnya itu karena dia juga sudah yakin bahwa itu adalah Andi ,seorang pelayan cafe yang sudah resmi menjadi temannya sejak lama.Dia bahkan sudah tidak perlu memesan sesuatu,jika Auris sudah berada disana maka satu-satunya minuman yang akan dia antar adalah Capuccino latte.

Minuman yang rumit.Capccino latte biasanya dihidangkan dalam keadaan panas,tapi wanita itu meminta ya g dingin.Padahal jika dalam kondisi dingin, cappucino latte itu akan menjadi seperti cappucino biasa.

Andi pergi dan kembali melanjutkan pekerjaannya.

Auris adalah salah satu pelanggan tetap cafe itu,ia sering datang kesana untuk melukis.

"Aku lupa taruh gulanya ris!aku ambil dulu ya!"beritahu Andi yang tiba-tiba datang lagi.

Auris masih tidak melihat Andi disebelahnya,dia masih terlalu fokus dengan lukisannya sedangkan Andi tanpa basa-basi langsung mengambil kembali gelasnya yang berada diatas meja kecil disebelah Auris yang sedang duduk disebuah kursi sambil melukis.

"Gak perlu ndi..Udah gakpapa!"sahut Auris,masih tidak mengalihkan pandangannya dari kanvas.

"Elo yakin?"

Auris memutar bola mata jengah,mulai terasa terusik ketenangannya oleh Andi.

"Aku lagi fokus Andi..Udah biarin aja disitu!"tegaskan Auris.

"Okee.."katanya dan pergi dari dunia Auris.

Setelah beberapa menit merasa tenggorokannya sudah harus diguyuri oleh sesuatu yang dingin,Auris meraih minumannya yang berada diatas meja,menghisap sedotannya lalu merasa ada rasa yang kurang pada minumannya itu.

"Beneran gak ada manis-manisnya nih?"

ketusnya dan berhenti minum.

Masih dengan memegang gelas dengan tangan kirinya,dia memanggil Andi dengan suara yang cukup keras.

"Andi..!"panggilnya tapi Andi masih belum datang.

Ia menghela nafas kasar dan kembali terfokus pada kanvas lukisnya dengan sebelah tangan yang masih memegang gelas.

Tiba-tiba terdengar suara hentakan kaki seseorang berjalan menuju arahnya.Dia kira itu adalah Andi,namun sayang kefokusannya malah menjadi awal permasalahan bagi masa depannya.

Saat langkah itu sudah begitu dekat,Auris menyodorkan gelasnya tanpa melihat orang disebelahnya.

Langkah itu terhenti disaat tangan Auris yang menggenggam gelas minumannya berhenti tepat menghalangi jalan seseorang pria.

"Tolong tambahin gulanya!itu gak ada manisnya sama sekali!"ucap Auris dan masih tidak melihat siapa orang yang saat ini dia suruh.

Pria itu mengambil gelas yang dipegang Auris dan sekarang sudah berpindah tuan.

Pria itu menoleh dan melihat wajah Auris yang nampak tidak bersalah.

Seorang pria berpenampilan rapi dengan kemeja putih serta jas hitam membalut tubuh gagahnya.Mata tajamnya mengawasi tubuh Auris dari ujung kaki hingga kepala.

"Mau berapa kilo gulanya?"tanyanya dan seketika Auris menyadari suara itu.Suara Andi tidak seseksi itu.

Auris tersentak kaget,berdiri lalu mengernyitkan dahinya karena malu.

Auris tidak mengetahui siapa pria yang saat ini ada dihadapannya.Ia adalah Abian Kaindra Bara.

Memang tidak banyak orang yang mengetahui tentang Abian sebab dia sudah sejak lama tinggal di Jepang.

Tuan Thosio sendiri memang sengaja untuk tidak mempublish kehidupan putera keduanya itu.

Hari ini adalah hari pertama Abian datang ke Indonesia untuk sekian tahun lamanya.Sudah waktunya bagi semua orang mengetahui seperti apa putera kedua seorang Thosio Widharma Bara.

Abian baru saja dari bandara dan akan pulang kerumah Ayahnya,tapi karena cuaca cukup panas,dia meminta Thomi sahabatnya untuk mampir kecafe itu.

"Ma-maaf..!"ucap Auris malu.

Abian sudah terlanjur kesal,tanpa melihat sekelilingnya,ia melempar minuman itu tepat pada lukisan Auris.

Lukisan dan karya itu adalah sebagian dari jiwa Auris.Baginya itu bukan sekedar kertas yang dicoreti dengan warna-warna,tapi itu adalah maha karya.

Auris tidak perduli siapa orang itu,yang dia tahu sikap pria yang memang dia akui tampan itu sudah keterlaluan.

"Keterlaluan banget sih!kamu udah ngancurin lukisan saya!"bentak Auris tidak terima.

"Dua hari lagi itu udah harus selesai dan kamu segampang itu ngancurinnya..!"lanjut Auris dan berbicara dengan nada tinggi pada Abian.

"Bukan urusan saya!lagi pula..Kamu kira saya pelayan disini?seenaknya nyuruh orang!kamu gak tau siapa saya?"

"Saya kan udah minta maaf,lagian saya gak perduli kamu itu siapa.Pokoknya saya gak mau tau,kamu harus ganti rugi!"ucap Auris menegaskan.

"Oh My Gosh!ganti rugi?gilak ya ini perempuan!"

"Kenapa?gak mampu buat ganti rugi?gaya boleh kayak orang tajir melintir,cover doang nih?"sindir Auris dan Abian benar-benar emosi tingkat dewa menghadapi wanita yang saat ini ada dihadapannya.

Abian mendekati Auris,mencondongkan tubuhnya dan berbisik disebalik telinganya.

"Kamu belum tau siapa saya..Jadi jangan sembarangan bicara..!"bisik Abian dengan nada suara yang menghantui fikiran Auris.

"Thomi!"panggil Abian tiba-tiba dengan nada tinggi.

"Thomi?"gumam Auris dan mulai khawatir.

Apa mungkin pak Thomi?fikir Auris sudah gelagapan.

Thomi masih berada beberapa meter dari TKP karena mengambil handphodnya yang ketinggalan dimobil.

Auris terkejut saat melihat Thomi juga ada disana dan begitu juga sebaliknya.

"Urus perempuan gak jelas ini sekarang!saya tunggu di mobil!"perintah Abian dan pergi dari sana.

"Auristela?ini kenapa?"tanya Thomi bingung.

Dengan ragu Auris tetap menceritakan yang sebenarnya.

"Jadi dia..Dia anaknya pak Thosio?"dengus Auris dengan wajah lesu.

"Lagian kenapa sih kamu harus berantem sama dia?bisa panjang nih urusannya!"

"Saya kan gak tau pak.Tapi beneran ini lukisan penting pak!saya lagi melukis ibu sora, bisa-bisa saya kena semprot sama Bu sora!"

"Besok aja deh kita bahas.Ya semoga kamu gak ketemu pak Abian besok!"sahutnya dan akan pergi.

"Pak Thomi!"

"Apa lagi?"

"Saya minta ganti rugi loh!500 ribu aja gakpapa.Saya kan harus beli alat-alat lagi!"rayu Auris sambil mengusung senyum semanis mungkin.

"Ya ampun kamu.."dengus Thomi dan memberikan uang yang Auris pinta.

**Catatan:

Hay reader dimana pun kalian berada bagaimana kabarnya?

Guys ini karya baru saya setelah BIV,mungkin masih banyak kesalahan dalam penulisan,untuk itu mohon memakluminya.Dan semoga kalian suka sama cerita yang satu ini.

Apalah artinya seorang Author tanpa readers so..Please dukung saya dengan like,vote,dan komennya ya.Komentar kalian mungkin akan membuat saya semakin semangat buat up.

Oke..Semangat berjuang buat kita semua💪

Salam hangat🤝**

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!