Dunia persilatan, adalah sebuah dunia yang dipenuhi oleh sebagian besar para pendekar. Para pendekar akan saling berlomba lomba untuk menjadi yang terkuat. Berbagai macam cara pun ditempuh untuk membuat mereka semakin kuat, hebat, dan juga memiliki kesaktian luar biasa.
Untuk mencapai itu semua, seseorang harus berlatih dengan keras dan sungguh sungguh. Berbagai macam cara mereka lakukan itu. Tak jarang pula mereka yang memiliki kekuatan dari hal hal mistis yang berada di dunia ini. Dunia ini penuh persaingan. Apalagi ada dua kubu yang saling berbeda arah dan berbeda tujuan.
Kubu yang pertama, yaitu dari golongan perguruan perguruan yang mengatasnamakan sebagai perguruan golongan putih. Mereka dari golongan putih, adalah yang sangat berpengaruh demi keselamatan dan kedamaian dunia persilatan.
Kubu yang kedua, yaitu mereka yang menyebut mereka sebagai para pendekar dari perguruan golongan hitam. Mereka adalah sekelompok pendekar yang menganggap diri mereka sebagai orang yang berkuasa, bagi mereka, kekuatan sama dengan kekuasaan. Semakin kuat pendekar tersebut, maka mereka semakin berkuasa, dan akan semena mena terhadap yang lemah.
Pendekar dari golongan hitam yang mengacaukan dunia persilatan, membuat para penduduk yang tidak berlatih ilmu bela diri, banyak yang menjadi korban kebiadaban mereka. Namun berkat adanya pendekar dari golongan putih, maka mereka masih memiliki harapan. Yah sebuah harapan akan terjadinya kedamaian dalam dunia yang tengah timbul prahara yang silih berganti.
***
Saat ini, telah terjadi sebuah pertarungan. Dimana mereka adalah pendekar pendekar dari dua kubu. Dengan kesaktian dan ilmu bela diri mereka yang terbilang cukup tinggi. Karena pertarungan ini, terjadi antara dua pendekar terkenal dari kedua kubu.
Daniswara, seorang pendekar yang memiliki kesaktian luar biasa. Ia memiliki pengalaman bertarung yang tidak dapat terhitung lagi jumlahnya. Saat ini, ia sedang berhadapan dengan rivalnya.
Ubhaya, seorang yang tentu bukan lawan yang mudah dihadapi oleh Daniswara. Karena ia memiliki ilmu hitam paling ditakuti oleh setiap lawan lawannya. Ia memiliki kekuatan yang tiada taranya. Ia berhasil menguasai berbagai ajian sesat yang tidak semua orang bisa melakukannya.
Pertarungan kedua pendekar yang sebenarnya sama sama murid dari guru sepuh bernama Mahadri. Guru Mahadri adalah seorang guru yang sangat hebat. Seumur hidupnya, ia baru mengangkat dua orang murid. Yaitu Daniswara dan Ubhaya.
Kedua sifat muridnya itu sangat berbeda. Daniswara , seorang murid yang baik dan lebih terampil dari Ubhaya. Maka dari itu, guru Mahadri lebih sayang pada Daniswara. Kala itu karena kecemburuan itu, membuat Ubhaya jadi salah jalan.
Hingga pada suatu hari, Ubhaya mendapatkan sebuah kitab dari sebuah goa. Dari kitab tersebut, ia menemukan ilmu untuk membuat ilmu kanuragannya meningkat dengan pesat. Ia mempelajari kitab tersebut. Dan ia sudah tahu, dari kitab itu, ilmu yang di dalamnya adalah ilmu hitam.
Pengguna ilmu hitam, mereka menjalin kontrak dengan jin, setan atau bahkan iblis. Kitab terlarang itu dipelajari Ubhaya hanya dalam waktu lima tahun. Setelah itu, ia telah menjadi seseorang yang tertutup hatinya.
Saat ini, Ubhaya yang menantang Daniswara. Daniswara tahu Ubhaya menggunakan ilmu hitam. Daniswara berusaha mengingatkannya menuju jalan kebajikan. Tetapi ia tidak mau. Ia bahkan lebih memilih bergabung dengan para pendekar golongan hitam.
"Kali ini kau tidak bisa kabur lagi!" Daniswara menghunus pedang langit.
"Siapa yang mau kabur? Saya hanya ingin memancingmu agar kita dapat bertarung dengan tenang. Disini kita akan buktikan. Siapa diantara kita yang terhebat." Ubhaya menarik golok besar. Dengan goloknya, ia bertarung dengan Daniswara.
Trang! Trang! Trang!
Keduanya berlari dan saling bertukar beberapa jurus dengan senjata yang mereka gunakan. Daniswara mencoba menyerang dengan pedangnya. Namun Ubhaya dapat menangkis serangan serangan tersebut. Bahkan Ubhaya dapat mengembalikan keadaanya saat Daniswara lengah.
Pertarungan mereka tidak ada yang dapat menghentikan. Udara disekitar menjadi berdebu, pepohonan tumbang dan batu batu besar, kini menjadi beberapa pecahan. Karena terkena efek senjata yang mereka gunakan.
Keringat mereka bercucuran. Daniswara mundur dan mengatur nafasnya. Sementara Ubhaya tersenyum lebar. Ia kini yakin akan kemenangannya. Dua hari satu malam waktu yang telah mereka habiskan untuk bertarung. Stamina yang mereka miliki semakin berkurang.
"Sepertinya ini akhir dari riwayatmu!" Teriak Ubhaya. Mendekat kearah Daniswara.
"Jangan senang dulu. (Tersenyum) aku belum mengeluarkan seluruh kemampuanku." Ia menancapkan pedangnya.
"Baiklah, mari..." Ubhaya membuang goloknya asal.
"Baiklah. Apa kau bisa menghadapi pukulanku!!" Dengan kekuatannya yang maha dahsyat, Daniswara memukul Ubhaya.
"Akhh!" Teriak Ubhaya.
Ubhaya tidak menyadari kecepatan Daniswara. Pukulan tersebut mengenai dadanya. Ia memuntahkan darah dari mulutnya. Lalu terlempar jauh dan menembus bebatuan. Tubuhnya kini tak berdaya untuk menahan serangan selanjutnya. Namun ia tetap masih tersenyum.
Daniswara mengambil pedangnya lalu memenggal kepala Ubhaya. Namun sayangnya, Ubhaya masih tersenyum dan belum mati, walau kepalanya terpisah dari badannya.
"Sial!" Ia tidak menyangka, Ubhaya masih hidup walau kepalanya terpisah
"Hahahaha...!" Kepala Ubhaya menyatu dengan badannya kembali. Ubhaya tersenyum licik, kemudian mendekati Daniswara dan memegang dadanya.
"Habislah kau" Ubhaya menghisap tenaga dalam Daniswara
"Apa...?" Terasa kekuatannya menurun dengan pesat.
"Kau pikir, saya sudah kalah?!" Nafas menderu Ubhaya dan sebuah senyuman kemenangan yang di depan mata.
Daniswara tidak dapat menggerakkan tubuhnya. Kini posisinya terbalik. Ubhaya diatas angin setelah mengeluarkan kehebatan sesungguhnya. Kini ia merasakan kemenangan yang didepan matanya. Dan seketika itu, ada seorang pendekar sepuh. Ia membunyikan daun dari mulutnya dibalik pohon besar.
"Ngiiiing... Ngiiiing..." Suara melengking terdengar sangat nyaring.
Seketika itu, kedua orang yang bertarung kini hanya bisa menutupi kedua telinga mereka yang mengeluarkan darah.
"Kurasa ini tidak kugunakan sepenuhnya. Hanya saja." Gumam pendekar sepuh tersebut.
Pendekar sepuh tersebut melayang dengan cepat menggunakan ajian sepi angin. Dengan sekejap ada di belakang mereka.
"Sampai kapan kau menjadi seperti ini, Ubhaya. Kau sudah tersesat Ubhaya." Ucap pendekar sepuh tersebut.
"Heh... Bahkan saya berniat membunuh kalian berdua saat ini." Balas Ubhaya dengan sisa sisa kekuatan yang dimilikinya.
Sebuah tapak dilepaskannya dan mengenai punggung Ubhaya. Ini membuatnya tidak berdaya. Daniswara bagai ditelan bumi bersamaan hilangnya pendekar sepuh itu.
"Sial*n!" Umpat Ubhaya menahan rasa sakit dipunggung terkena tapak ajian pendekar sepuh tersebut.
Ubhaya segera meninggalkan tempat tersebut dan menyembuhkan luka tersebut. Walau harus menggunakan tenaga dalamnya.
"Saya Ubhaya, bersumpah akan membalas semua ini. Guru.. terima kasih telah memberikan ilmu yang sangat berguna ini. Kelak, aku pasti membunuh kalian." Sumpahnya.
**"
Dunia persilatan kini tengah kacau. Aliran hitam dan putih saling bertarung untuk membuktikan siapa yang terhebat. Kadang sesama aliran putih pun akan saling bertarung. Sehingga jumlah pendekar terus berkurang. Ada yang cacat seumur hidup, ada juga yang meregang nyawa.
Kini hanya tinggal beberapa pendekar yang hampir tidak terkalahkan. Salah satu tokoh pendekar hitam adalah Ubhaya. Walaupun sebenarnya ia kakak seperguruan dari Daniswara. Hanya saja jalan mereka yang berbeda.
Setelah era kekacauan itu, kini tidak terlihat kabar tentang sepak terjang para pendekar pendekar tingkat tinggi tersebut. Kabar yang tersebar, mereka semua mati karena pertarungan. Tapi ada yang berpendapat, akan terjadi peperangan antara pendekar. Untuk itu, bibit bibit pendekar muda dilatih untuk mempersiapkan semuanya.
***
.
Sebagai seorang pendekar, mereka memiliki senjata untuk mempertahankan dan sebagai ciri khusus mereka. Ada yang memiliki pedang, kapak, tongkat, gada, golok, dan berbagai senjata lainnya. Tidak terkecuali Daniswara. Ia adalah pendekar yang ahli menggunakan pedang.
Berbagai jenis senjata, tidak jarang memiliki penghuni, ada yang menyebutnya sebagai roh pedang. Tetapi sesungguhnya itu adalah makhluk yang kasat mata, yang disebut dengan jin, setan atau iblis.
Pedang langit dan pedang bumi, adalah dua pusaka yang diyakini memiliki kekuatan yang luar biasa. Keduanya hanya bisa dikendalikan oleh orang orang tertentu. Karena, kedua pedang tersebut, walaupun memiliki kekuatan luar biasa, tetapi kedua pedang tersebut membutuhkan kekuatan besar untuk mengendalikannya.
Seperti pedang langit. Pedang tersebut, membutuhkan kekuatan besar untuk menggunakannya. Pemilik pedang tersebut adalah Daniswara. Pedang tersebut membutuhkan kekuatan besar, dan daya serangnya pun besar juga. Dengan pedang tersebut, Daniswara mampu mengalahkan seratus pendekar dengan sekali tebas. Ini karena efek serangannya yang menimbulkan angin besar setelah pedang itu diayunkan.
Selain pedang langit, ada pula pedang bumi. Pedang tersebut dimiliki oleh Wardana. Pedang bumi ini, hanya bisa digunakan oleh seseorang dengan tubuh yang khusus. Karena saat ini, hanya Wardana yang bisa mengendalikan pedang tersebut. Selain dirinya, mereka yang mencoba menggunakan pedang tersebut, akan kehilangan seluruh kekuatan mereka.
Pedang bumi, akan menyerap semua energi yang dimiliki penggunanya. Bukan tidak mungkin, mereka yang hanya menghunuskan pedangnya akan kehilangan nyawa mereka. Karena pedang bumi, benar-benar menyerap kekuatan sampai tidak tersisa.
Tidak tahu siapa yang menciptakan kedua pedang legenda tersebut. Akan tetapi para pendekar akan terus mencari keberadaannya. Karena siapa yang memiliki salah satu atau kedua pedang itu, akan memiliki kekuatan yang luar biasa.
"Guru, apakah pedang ini, sungguh ada?" seorang murid yang bertanya setelah diceritakan oleh guru mereka.
"Aku akan mendapatkan pedang itu." sahut yang lainnya.
"Yah, kedua pedang tersebut, tidak semua orang bisa menggunakannya. Tetapi mungkin salah satu dari kalian, akan menguasai pedang itu. Hehehehe ...," tawa sang guru, melihat tingkah mereka.
Baru saja sang guru menceritakan tentang pedang yang sangat hebat. Alam terbuka menjadi ruang alam yang cocok untuk mendapatkan ilmu dan mudah menyerapnya.
Anak anak berusia muda itu antusias mendengar penjelasan guru paruh baya tersebut. Sebagai seorang guru di perguruan pedang dewa, Wiyakta mengajar murid muridnya dengan baik.
"Baiklah. Untuk saat ini, sudah dulu." Ungkap sang guru.
"Terima kasih guru." Mereka semua menghormat pada sang guru yang telah memberi ilmunya.
Wiyakta tersenyum hangat. Dipandanginya murid satu per satu. Ia fokus kepada satu murid cerdas, yang menurutnya adalah seorang calon pendekar hebat di masa mendatang. Murid tersebut bernama Raditya. Ia adalah murid yang hebat di usianya yang masih sangat muda.
Karena ilmu ilmu yang diajarkan Wiyakta, terserap dengan baik. Bukan hanya ilmu pengetahuan, sang guru juga mengajarkan beberapa jurus bela diri. Untuk usia mereka, mereka belum di didik menggunakan pedang. Mereka hanya diberikan teori teori dasar ilmu pedang. Jenis jenis pedang, cara penggunaannya, sejarah pedang tersebut, dan yang lainnya.
"Kuharap kalian akan menjadi pendekar pendekar hebat dan senantiasa berada di jalan yang benar." Gumam Wiyakta masih memandangi para murid tercintanya.
Sebagai anak anak, mereka akan senang jika bermain main. Setelah pelajaran usai, mereka akan bermain main di dalam perguruan pedang dewa. Diantara mereka, ada dua teman Raditya yang selalu berada di sisi Raditya. Mereka adalah Bayu dan Indera.
Entah mengapa, kedua anak tersebut, selalu dekat dengan Raditya, walaupun mereka tahu, Raditya tidak suka bermain-main seperti anak-anak lainnya. Tetapi Bayu dan Indera tidak mempermasalahkannya.
"Ayo, Raditya. Kita main!" ajak Bayu, tetapi Raditya hanya terdiam dan memejamkan mata.
"Nggak asik nih anak!" Indera yang berada di sampingnya pun memberikan cibiran terhadap Raditya.
"Kalian berdua mainlah. Aku akan duduk dan melihat kalian dari sini."
Masih tetap sama, Raditya sebenarnya ingin mengetahui lebih banyak tentang pedang langit. Keingintahuannya, membuatnya berpikir, ia ingin memiliki pedang hebat itu. Tetapi ia masih terlalu dini, untuk berlatih pedang. Ia pun belum bisa keluar untuk mendapatkan pedang tersebut, karena ia masih belum memiliki kekuatan yang cukup.
"Apapun yang terjadi, aku akan memiliki pedang hebat itu. Suatu hari nanti!" tekad Raditya menggebu.
Sementara Bayu dan Indera sedang saling kejar kejaran dengan riangnya. Saat seperti itu, tiba tiba jiwa anak-anak Raditya pun muncul. Ia tersenyum lalu berlari kearah dua sahabatnya itu, ia pun ikut main kejar kejaran dengan mereka.
"Ayo kejar aku. Hahahaha!" tawa riang mereka membuat suasana di perguruan tersebut menjadi ramai.
Wiyakta tersenyum, ia berpikir Raditya akan menjadi pendekar hebat suatu hari nanti. Tetapi ia berpikir, jiwa anak-anak tidak akan hilang dari Raditya. Ini hanya masalah waktu saja. Sejak menjadi seorang guru, Wiyakta selalu membimbing murid muridnya dengan baik.
"Kudengar, pedang langit saat ini sedang diperebutkan. Tetapi sampai saat ini, pedang bumi, belum ditemukan. Entah dimana pedang itu berada." Sementara, seorang wanita tengah berdiri di samping Wiyakta.
"Prameswari? Apa yang kau lakukan disini?" pendekar tersebut merasa canggung dihadapan wanita yang ia cintai ya itu. Selain cantik, Prameswari adalah sosok guru yang berwibawa, serta memiliki akhlak yang baik.
Bukankah setiap pria, menginginkan seorang wanita yang baik, sebagai pasangan hidupnya? Begitupun sebaliknya. Prameswari pun memiliki perasaan yang sama. Hanya saja, kedua orang tua mereka tidak saling setuju.
Diusia mereka, seharusnya mereka sudah memiliki seorang anak seperti Raditya. Tetapi lagi-lagi karena restu orang tua adalah hal yang sangat penting.
Orang tua Prameswari akan merestui hubungan mereka, ketika Wiyakta menjadi pendekar terhebat. Tetapi karena statusnya yang hanya menjadi guru pembimbing, itu akan sulit dilakukan. Kecuali jika ia berhasil mendapatkan salah satu pusaka terhebat, seperti pedang langit ataupun pedang bumi.
"Mungkin, jika kita sudah menikah, kita sudah memiliki anak sebesar mereka. Huh ...," ia menghembuskan nafas gusar.
"Kau tidak perlu khawatir. Aku akan mendapatkan salah satu pedang tersebut. Aku janji!" Wiyakta meyakinkan dirinya sendiri. Ia tidak ingin membuat wanitanya kecewa. Yang ia lakukan hanya bisa berjanji.
"Kau tenang saja, Wiyakta. Pedang itu ditakdirkan hanya untukmu." setidaknya, dengan kata-kata pendorong semangat itu, sukses membuat jiwa mudanya berapi-api.
"Terima kasih, kau mau menungguku. Maaf, aku ada sesuatu yang harus kurus."
"Baiklah. Aku tidak masalah. Sepertinya pembicaraan kita sampai disini. Aku akan tetap menggumu. Menunggu kau berhasil mengambil hati kedua orang tuamu!" wanita tersebut, lantas menggunakan ilmu meringankan tubuhnya. Ia tidak ingin dilihat orang orang. Sehingga ia menggunakan kerudung untuk menutupi kepalanya.
Wiyakta tersenyum lebar. Ia tidak menyangka, di waktu waktu sibuk mereka, mereka bisa saling bertemu walau pertemuan tersebut sangat singkat.
***
Setelah pertarungan dengan Ubhaya, Daniswara dibawa ke desanya oleh Mahadri, guru sekaligus sosok ayah baginya. Sebenarnya Daniswara dan Ubhaya sama-sama diadopsi oleh Mahadri, dan dianggap sebagai anaknya. Selain karena Mahadri kehilangan isteri dan anaknya, karena suatu insiden, Daniswara dan Ubhaya pun sama. Mereka adalah sisa-sisa dari bencana alam tanah longsor di desa Guntur.
Konon, desa Guntur adalah sebuah dataran tinggi, dan merupakan sebuah bukit yang dipenuhi dengan hasil bumi melimpah. Tetapi sejak terjadinya pembalakan liar, kayu kayu ditebangi untuk di jual di pasar besar. Beberapa penguasa yang haus dengan harta pun memanfaatkan desa tersebut sebagai ladang harta mereka.
Tentu hasil bumi, tidak main main jumlahnya. Alih-alih untuk mendirikan istana, penguasa di kerajaan Lokapraja saat itu, yang telah membuat hutan hutan menjadi gundul. Hasil bumi pun habis tidak tersisa. Beberapa penduduk memilih meninggalkan tempat tersebut. Adapula yang bertahan. Saat hujan mengguyur dengan derasnya, terjadilah tanah longsor. Hanya tersisa beberapa orang yang hidup disana.
Saat itu, Mahadri kehilangan isteri dan anaknya. Namun dari longsoran tanah tersebut, ia menemukan sebuah pedang dengan tampilan yang mengagumkan. Sebuah pedang berwarna biru langit yang memancarkan aura yang dahsyat.
Sebagai seorang pendekar hebat di desanya, ia berhasil membawa pedang itu bersamanya. Saat itu pula, ia menemukan dua anak kecil yang bernama Ubhaya dan Daniswara. Karena keadaan desa tersebut tidak bisa ditinggali lagi, maka Mahadri membawa Ubhaya dan Daniswara ke sebuah desa yang asri. Di sebuah desa yang bernama desa Banyuasih. Disana pula, Daniswara menemukan seorang gadis yang bernama Arini.
Inilah awal dari permusuhan antara Ubhaya dan Daniswara, karena mereka mengincar gadis yang sama. Tetapi itu sudah menjadi masa lalu. Karena Daniswara yang berhasil membawa Arini ke jenjang pernikahan.
Akibat dendam itu, Ubhaya mempelajari ilmu hitam. Ia bersekutu dengan iblis, dan memiliki golok darah. Golok tersebut adalah golok yang memberinya kekuatan. Karena di dalamnya terdapat makhluk yang mendiaminya.
***
Setelah pertarungan dengan Ubhaya, Daniswara kehilangan banyak kekuatannya. Ia pun memulihkan kekuatannya dengan bertapa di sebuah goa, tempat ia berlatih tenaga dalam.
Selang beberapa hari, Ubhaya mengumpulkan kekuatan golongan hitam untuk membentuk sebuah perguruan golok darah. Pemimpin perguruan tersebut adalah Ubhaya sendiri. Ia pun menguasai beberapa perguruan golongan hitam dengan menang pertarungan.
Ubhaya membawa anak buahnya untuk menyerang desa Banyuasih. Kebetulan saat itu, Daniswara baru saja menyelesaikan pemulihannya. Ia mendengar suara teriakan dan kobaran api dan asap mengepul dari arah desa.
"Ada apa ini?" dengan kecepatan geraknya, ia mengeluarkan ajian sepi angin. Ia melesat dengan kecepatan tinggi.
Di desa tersebut, pendekar pendekar aliran hitam, telah memasuki desanya. Pembantaian terjadi dimana-mana. Tetapi Daniswara tidak bisa menyelamatkan semuanya sekaligus.
"Tolong!"
"Akkkhhhh ...!"
Suara suara meminta tolong, terdengar dari berbagai menjuru. Ia tahu, mereka tidak hanya membunuh, tetapi juga melakukan hal Ben*t terhadap warga desa. Terutama untuk wanita dan gadis gadis yang mereka temui. Mereka para pendekar golongan hitam, menikmati setiap wanita muda dan cantik yang mereka suka.
"Tidak. Arini?" Daniswara teringat dengan isterinya yang berada di rumah. Ia pun melesat menuju ke rumahnya, sambil menebas para pendekar golongan hitam tersebut.
"Ibuu!!!" terdengar suara anak kecil yang berteriak memanggil ibunya.
"Tidak!" Daniswara sampai di rumahnya.
Pertama yang dilihatnya, adalah isterinya yang telah tergeletak dengan darah di lehernya. Ia pun melihat Puteri kecilnya yang ketakutan. Dengan pedang langitnya, Daniswara pun menyerang para pendekar tersebut.
"Kalian semua lelaki biadab!" dengan emosi yang sudah berada di ujung kepala, Daniswara menggenggam pedang langit tersebut.
"Daniswara!" teriak salah satu dari mereka.
"Ayah ..." Nindiya tahu itu ayahnya.
Mendengar nama Daniswara, membuat para penjahat tersebut mulai bergidig. Mereka tidak menyangka akan berhadapan dengannya. Apalagi mereka berurusan dengan keluarganya. Membuat nyali mereka menciut. Tentu saja mereka tahu nama itu. Dan nyali mereka menciut saat berhadapan dengannya. Yah mereka tidak ingin mati konyol karena berurusan dengan Daniswara. Namun apalah daya mereka. Mereka harus menerima kematian.
"Ti..."
Sebelum berkata, kepala mereka telah terpisah dari tubuhnya dalam hitungan detik. Daniswara memeluk Nindiya agar tidak melihat semuanya. Ia menutup mata Nindiya. Dan melihat sosok wanita yang tidak bernyawa bercucuran darah.
"Tidak ... Arini. Kenapa kau meninggalkanku... Maafkan aku yang terlambat. Arini ...," tak kuasa ia membendung air matanya.
Nindiya sudah tidak sadarkan diri. Anak yang terlalu lemah, tidak sanggup menghadapi tekanan seperti ini. Daniswara menyentuh pipi wanita tersebut.
"Maafkan aku sayang ... aku terlambat. Ini salahku ... andaikan aku tidak terlambat, " Daniswara mengepalkan tangannya.
"Aku harus membunuh mereka semua!" ia bangkit lalu melangkah keluar, membawa Nindiya pergi dari rumah itu.
...
**"
Saat ini, pedang langit berada di perguruan Pedang Dewa. Sebuah perguruan yang tersohor karena perguruan tersebut adalah perguruan nomor satu di pulau Jawa.
Bukan rahasia umum lagi, pasalnya perguruan terbesar di pulau jawa ini tengah menjadi topik pembicaraan para pendekar. Baik dari pendekar muda, tua, pria atau wanita.
Perguruan 'Pedang Dewa' adalah perguruan tersohor dan hanya mengangkat seratus murid. Dan sudah lebih dari jutaan pendekar mendaftarkan diri menjadi murid disana.
Alasan utamanya, karena perguruan tersebut memiliki pedang yang dianggap paling sakti. Karena memiliki kekuatan dewa.
"Kabarnya pedang langit itu sangat hebat. Orang yang tidak memiliki tenaga dalam pun bisa mengalahkan seribu pasukan kalau bertarung." Ungkap seorang pendekar pria.
"Pedang itu sangat hebat. Tetapi tidak ada yang tahu rupa pedang itu. Dan ketua perguruan 'Pedang Dewa' pun tidak berani memegang pedang itu." Tambah pendekar kedua
"Wah sungguh luar biasa pedang itu. Andai saya berkesempatan melihatnya." Balas pendekar ketiga.
Ketiga pendekar itu membicarakan pedang yang maha dahsyat itu. Sambil makan di warung mereka juga dikelilingi banyak pendekar pendekar hebat dan tentu dari berbagai kalangan.
Sementara di meja lain, terdapat dua pendekar. Keduanya memakai pakaian serba hitam dan senjata golok mereka pakai. Satu membawa golok lebih besar. Itu menunjukan kedudukan di dalam perguruan 'Golok Darah'.
Perguruan 'Golok Darah' merupakan perguruan yang menggunakan golok sebagai senjatanya. Semakin hebat tinggi kedudukannya, maka semakin besar golok yang digunakannya.
"Tuan.. sepertinya benar. Keberadaan pedang langit memang tidak jauh dari daerah ini." Ucap seorang pria berpakaian serba hitam.
"Sepertinya kita berada di tempat yang tepat. Sudah setengah tahun kita mencari pedang itu... Baiklah, kita cari tahu tempat perguruan tersebut."
"Baik tuan."
Mereka meninggalkan tempat tersebut. Dan meninggalkan beberapa koin perak di meja.
"Terima kasih tuan." Ucap pemilik kedai makanan tersebut. Ia mengambil koin perak tersebut dan membereskan meja itu.
***
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!