NovelToon NovelToon

Menikah Karena Janji

Ketulusan Arya

Sinar matahari menembus sebuah jendela kamar rumah sakit di Jakarta, pintu jendela kamar itu menghadap langsung ke arah timur dimana matahari menyapa dunia di pagi hari.

Seorang pria tua duduk di tepi ranjang tempat ia dirawat, kulit keriputnya jelas menggambarkan betapa telah lamanya ia melihat dunia ini. Di tangan kirinya terdapat infus yang telah beberapa hari ini ia pakai, serta di wajahnya masih terpasang alat bantu pernafasan yang terhubung dengan tabung oksigen di belakang ranjangnya.

Hembusan nafasnya berkali-kali terdengar sesak, perlahan air matanya menitik mengingat masih ada satu harapan yang masih terpendam di dalam lubuk hatinya. Harapan yang sangat ingin diwujudkannya sebelum ia menutup mata dan pergi meninggalkan dunia yang telah banyak memberikannya cerita.

Seorang perempuan paruh baya datang memasuki kamar itu, namun kedatangan perempuan itu tak membuat pria tua yang sedari tadi menatap keluar jendela itu menoleh kepadanya.

“yah, pagi-pagi koq sudah duduk seperti ini?” ucap perempuan itu sembari mendatangi pria tua itu.

“Mana Mila, bukankah ia sudah berjanji akan datang kesini hari ini” tanya pria tua itu dengan suara parau serta nafasnya yang jelas terdengar sesak.

“ini masih pagi yah, Mila kan masih ngajar di sekolah” jawab perempuan itu.

Pria tua itu membuang nafas panjang, “tak bisakah ia meluangkan lebih banyak waktu untukku?, atau dia marah karena aku meminta nya menikah dengan laki-laki pilihanku” ucap pria tua itu dengan wajah kecewa.

Pria tua itu segera menaikkan kakinya ke atas ranjang, raut wajahnya menunjukkan wajah kecewa dan menyesal.

“yah, jangan paksa Mila, dia juga punya pilihan untuk hidupnya” ucap perempuan itu sembari mengusap wajah pria tua yang telah mulai berbaring di atas ranjangnya.

“nak, aku memilih laki-laki yang paling baik yang pernah aku temui dalam hidupku, aku ingin sekali memiliki keturunan dari darah laki-laki itu” ucap pria  tua itu, Ingatannya melayang pada satu kejadian yang pernah ia alami.

*Fb

Pria tua itu baru saja selesai menunaikan sholat di sebuah masjid, ia bersandar pada tiang masjid yang ada di dekatnya. Tubuhnya terasa begitu berat, nafasnya terasa sesak, ia melihat sekelilingnya, hanya ada beberapa orang disana yang fokus pada kegiatan mereka masing-masing.

Nafas pria itu semakin sesak, ia mulai memegangi dadanya, pandangannya mulai kabur, dan akhirnya suasana yang dilihatnya menjadi gelap.

Pria itu baru saja membuka matanya, ia melihat situasi sekelilingnya, namun lehernya tidak bisa digerakkan, ia mencoba menggerakkan tangan dan kakinya, tapi semuanya terasa kaku. Di wajahnya terasa ada alat bantu pernafasan yang menempel dan tangannya juga ada terasa jarum infus menempel. ‘aku seperti ini lagi’ batin pria tua itu.

“Alhamdulillah anda sudah sadar pak, saya panggil dokter dulu”  ucap seorang pria yang telah menemaninya cukup lama di ruangan itu.

Tak berapa lama seorang dokter datang, ia segera memeriksa pria tua itu, detak jantungnya diperiksa melalui stetoskop, denyut nadi pria itu juga diperiksa melalui pergelangan tangan dan lehernya, serta dokter itu juga memeriksa mata pria tua itu dengan senter kecil yang ia bawa.

Ketika cahaya senter menerpa mata pria tua itu, cahayanya silau membuat ia ingin mengedipkan mata, namun matanya tidak bisa dikedipkan.

Dokter itu kemudian menggelengkan kepalanya.

“kenapa dok?,” ucap laki-laki yang masih muda yang telah beberapa hari menemani pria tua itu di sana, ia memakai kaos hijau dengan celana kain berwarna cream yang biasa digunakan oleh para pendaki gunung. wajahnya bulat, kulitnya kuning langsat yang terlihat kecoklatan karena sering terpapar matahari, matanya bulat dengan bola mata berwarna coklat.

“sepertinya ada aliran darah yang tak lancar ke otak, sehingga beberapa bagian tubuh tak berfungsi, ini juga karena karena kemampuan paru-paru yang tidak bagus dalam menghirup oksigen, mungkin bapak ini seorang perokok berat, tapi ini tak akan lama dan akan kembali normal, gejalanya hampir mirip dengan stroke, tapi ini bukan stroke ” ucap dokter itu perlahan menjelaskan, laki-laki itu mengangguk pelan seolah memahami penjelasan dokter tersebut.

“jika kamu tidak bisa menemaninya lagi, kamu bisa pergi, banyak suster yang bisa melihatnya disini” lanjut dokter itu.

“tak apa dok aku masih bisa menemaninya disini, lagi pula polisi belum bisa menemukan keluarganya,” ucap laki-laki itu dengan nada datar.

“tapi kamu sudah 3 hari disini, apa tak masalah jika kamu lebih lama lagi menemani bapak ini?” ucap dokter itu.

“nggak koq dok, saya hanya pengangguran, jadi tak ada yang perlu dikhawatirkan.” jawab laki-laki itu santai.

“kamu ini, kalau kamu tidak masalah, ya bagus, jadi bapak ini ada yang menemani, ajaklah ia bicara, agar otaknya terangsang untuk bekerja” ucap dokter itu tersenyum.

Dokter itu kemudian pamit meninggalkan laki-laki muda dengan pria tua yang tidak saling mengenal itu.

“syukurlah pak, anda sudah sadar, sudah 3 hari anda tak sadarkan diri, tapi tak apa, saya akan menemani anda sampai keluarga anda datang.” ucap laki-laki itu setelah dokter pergi dan menutup pintu ruang rawat tersebut.

“agar anda tidak bosan, mungkin anda mau mendengar cerita saya” ucap laki-laki itu, Ia kemudian menceritakan pengalamannya mendaki beberapa gunung, di Indonesia dan juga di luar negeri, ia juga menceritakan beberapa pengalamannya yang pernah berpetualang di pedalaman dan pelosok negeri ini.

2 hari berlalu, laki-laki muda itu telah banyak menceritakan pengalaman mendakinya pada pria tua yang tidak dikenalnya yang masih terbaring lemah di depannya. Siang itu laki-laki muda yang merawat pria tua itu baru selesai sholat jumat, dan ia memasuki ruang rawat pria tua tersebut. Pria tua yang menyadari kedatangan laki-laki itu lalu menoleh padanya.

“terima kasih telah menemani saya” ucapnya dengan suara yang masih tersengal. Laki-laki itu melihat pria tua itu dengan wajah kaget,

“anda sudah bisa bicara pak?” tanpa menunggu waktu lama, ia langsung memanggil dokter untuk segera memeriksa pria tua itu.

Dokter yang datang melakukan apa yang pernah ia lakukan sebelumnya, memeriksa detak jantung, nadi, dan mata pria tua itu,

“sepertinya sudah cukup membaik dan ini jauh lebih cepat dari prediksi saya” ucapnya sembari menatap laki-laki muda itu, dan laki-laki muda itu mengangguk paham.

“siapa nama anda pak,?” tanya dokter itu sembari duduk di tepi ranjang rumah sakit,

“saya Sarman, saya dari Jakarta” ucap pria itu yang akhirnya diketahui namanya pak Sarman, dokter dan laki-laki muda yang menjaganya sudah hilang akal untuk mencari identitasnya, bahkan polisi pun tidak mampu untuk menemukan identitias pria tua itu,

“anda dari Jakarta?, pantas saja polisi kebingungan untuk mencari keluarga anda disini, lalu kenapa anda bisa sampai di Cilacap ini” tanya dokter itu mencoba menggali informasi tentang Pak Sarman.

Permintaan Kakek (1)

“anda dari Jakarta?, pantas saja polisi kebingungan untuk mencari keluarga anda disini, lalu kenapa anda bisa sampai di Cilacap ini” tanya dokter itu mencoba menggali informasi tentang Pak Sarman.

“saya ada keperluan ke Lamongan, saat saya mau balik ke Jakarta, saya ketinggalan bis disini, hari itu saya mau sholat dulu di masjid sebelum meneruskan perjalanan saya, tapi saya malah pingsan setelah sholat”. ucap pak Sarman itu dengan nafas yang masih sesak, terdengar jelas dari suaranya yang sesekali hilang ketika bercerita.

“lalu bagaimana cara kami untuk menghubungi keluarga anda?” tanya dokter itu,

“ada hp saya dok, di saku celana saya”, jawab pak Sarman lagi,

“tapi kami tak menemukan apapun ketika memeriksa anda, dompet, hp atau yang lainnya” ujar dokter tersebut. Pak Sarman menatap dokter dengan wajah keheranan

“mungkin ada yang mengambilnya ketika bapak ini pingsan dok, saat itu banyak sekali orang yang mengerumuninya ketika pingsan di masjid” timpal laki-laki muda itu tiba-tiba.

“lalu gimana sekarang?” tanya dokter itu bingung.

“minta saja alamatnya dok, biar polisi yang urus nanti” jawab laki-laki muda itu datar.

“ok, kamu cerdas juga rya” ucap dokter itu yang kemudian meminta alamat pak Sarman yang masih terbaring lemah di depannya. Kemudian dokter itu meninggalkan mereka untuk mengurus alamat yang diberikan pak Sarman kepada polisi.

“terimakasih nak, kamu sudah menemaniku lima hari disini” ucap pak Sarman pada laki-laki muda yang telah menjaganya hampir lima hari di rumah sakit itu.

“sama-sama pak, saya senang bisa menemani anda disini, sebentar lagi keluarga anda akan menjemput anda dan anda bisa dirawat di rumah sakit yang lebih baik daripada disini”, laki-laki muda itu berbicara dengan nada lembut pada pria itu,

“siapa namamu nak?” tanya pria itu, sesekali ia tampak kesulitan bernafas walaupun telah dibantu oleh alat pernafasan.

“Arya pak” ucap Arya sembari mengambil carriernya. Rasa penasaran pak Sarman tentang nama laki-laki muda yang menjaganya 5 hari itu akhirnya terjawab sudah.

“apa kamu sudah mau pergi?” tanya pak Sarman melihat Arya yang sudah bersiap-siap.

“sebentar lagi keluarga anda akan datang pak, saya juga harus bersiap untuk esok, saya ini pengangguran, jadi sekarang saya harus berpikir gimana esok saya bisa makan” ucap Arya sembari tersenyum.

“Tunggulah sebentar, berapa yang kamu butuhkan, nanti akan kusuruh keluargaku memberimu uang” ucap pak sarman dengan suara yang seakan mau habis karena nafasnya yang masih sesak.

“hahaha, saya tidak suka kebaikan saya diukur dengan uang pak, jangan khawatir, saya pengangguran sejahtera koq,” ucap Arya santai pada pak Sarman.

“aku hanya ingin membalas kebaikanmu nak” ucap pak Sarman pada Arya,

“tapi aku tak suka dengan cara seperti itu pak, jangan khawatirkan aku kalau aku tidak makan besok” canda Arya, ia kemudian pamit pergi.

Fb end

Itulah pengalaman pertama pak Sarman bertemu dengan Laki-laki yang ingin dijadikan pendamping cucunya. Yang membuat pak Sarman semakin takjub dengan karakter Arya adalah, selain Arya yang menjaganya selama 5 hari di Cilacap, Arya juga yang membayar perawatannya selama di Cilacap tanpa mau menerima sepeser pun darinya.

Hatinya benar-benar tersentuh oleh ketulusan Arya, walaupun gayanya Arya tampak urakan tapi mau membantunya walaupun mereka tidak saling mengenal.

Pak Sarman lalu memutar posisi tidurnya dengan berbaring ke arah kanan, menghadap jendela untuk melihat langit yang biru. Pikirannya kembali melayang pada peristiwa beberapa bulan lalu.

Fb

Ia baru saja membeli beberapa bohlam di toko elektronik, ketika ia hendak menyeberang jalan menuju mobilnya, terdapat satu motor yang tiba-tiba datang dengan kencang menuju dirinya. Motor yang sebelum ia menyeberang tidak ia lihat, tiba-tiba menghantam tubuhnya dengan keras, ia terpental, pandangannya mulai kabur, dan darah segar mengucur dari kepalanya.

Tak berapa lama ia merasakan ada yang memeluknya. Dan ia melihat yang memeluknya adalah seorang laki-laki dan laki-laki itu juga menahan luka di kepalanya agar darah tidak banyak mengucur.

“bertahan lah pak, anda akan segera ditolong” ucap laki-laki itu. pak Sarman yang mulai kehilangan kesadarannya kemudian melihat laki-laki itu, Ia melihat wajah Arya kemudian pingsan tak sadarkan diri.

Pak Sarman membuka matanya, ia telah sadar dari pingsan yang ia dapati setelah kecelakaan. Ia menoleh pada seorang laki-laki yang setengah duduk di tepi ranjang membelakanginya. Pak Sarman kemudian menyentuh punggung laki-laki tersebut. Laki-laki yang sedang memejamkan matanya seperti memikirkan sesuatu itu pun kaget dengan sentuhan pak Sarman,

*

“anda sudah sadar pak, tunggu sebentar, saya akan panggilkan dokter dulu” ucap Arya dengan suara sedikit panik.

Pak Sarman menghirup nafas panjang melihat laki-laki yang menolongnya itu pergi menjauh dari sisinga. ‘Dia lagi yang menolongku’ batinnya.

Tak berapa lama seorang dokter datang diiringi oleh Arya yang berjalan di belakangnya. Dokter itu lalu menggunakan stetoskop untuk memeriksa detak jantung pak Sarman.

“sudah kembali normal, tapi ia masih butuh perawatan disini” ucap dokter  laki-laki itu sembari membetulkan posisi kacamatanya.

“biarkanlah ia istirahat, istirahat yang cukup akan membuat ia segera pulih” ucap dokter tersebut dengan menepuk ringan bahu Arya, kemudian ia pamit pergi.

“syukurlah bapak sudah baikan, keluarga bapak sudah saya hubungi, sebentar lagi mereka akan datang” ucap Arya, ia segera mengambil Hpnya yang ia taruh diatas lemari kecil disamping pak Sarman.

Melihat Arya yang tengah seperti hendak pergi, Pak Sarman pun mulai bertanya,

“apa kamu mau  pergi Arya?” tanya pak Sarman, ia masih ingat betul dengan Arya yang pernah menolongnya juga di Cilacap, ia takkan pernah melupakan Arya karena rasa hutang budi yang ia rasakan.

Sejenak Arya melihat pak Sarman dengan wajah keheranan. ‘Bapak ini tahu nama saya darimana?’ batinnya

“Iya pak, saya harus pergi, carrier saya tadi saya tinggal di tempat saya makan tadi, saya takut nanti malah hilang,,, bapak jangan khawatir, sebentar lagi keluarga bapak akan datang” ucap Arya.

’Apa saya pernah ketemu bapak ini sebelumnya’ batin Arya.

Ketika kecelakaan yang menimpa pak Sarman terjadi, Arya tengah makan di pinggir jalan, ia langsung saja pergi menolong pak Sarman dan meninggalkan makanannya yang belum habis beserta carriernya di tempat makan linggir jalan itu.

Pak Sarman menghembuskan nafas panjang “jangan bayarkan lagi uang rumah sakit saya, tinggalkan nomormu, saya ingin bertemu denganmu lagi nanti” ucap Pak Sarman.

Mendengar kalimat pak Sarman itu Arya semakin kebingungan ‘jangan bayarkan lagi uang rumah sakit, apa aku pernah membayar uang rumah sakit untuknya juga?’ batin Arya lagi.

“bapak tunggu disini sebentar” ucap Arya, ia kemudian pergi ke luar ruangan. Arya kemudian menghentikan langkah seorang suster, ia meminta secarik kertas dan meminjam pena suster tersebut. Arya kemudian menuliskan nomor ponselnya disana.

Tak berapa lama Arya masuk kembali ke ruangan pak Sarman, ia memberikan nomor ponselnya yang telah ia tuliskan. “ini pak, bapak boleh telfon saya kapan saja, 24 jam saya on kok” ucap Arya dengan senyum pada pak Sarman,

“hahaha, boleh saya minta sesuatu sama kamu” ucap pak Sarman dengan wajahnya yang berubah serius. Melihat wajah serius ppak Sarman, Arya lalu mencoba bersikap santai,

“bapak mau minta apa dari saya yang pengangguran ini,“ ucap Arya dengan nada lembutnya, ia tersenyum tidak mau terbawa suasana serius dari pak Sarman.

“saya akan telfon kamu nanti, dan kamu harus janji untuk memenuhi permintaan saya itu” ucap pak Sarman menatap Arya. Arya sejenak terdiam, ia paling tidak suka kalau harus berjanji pada orang lain, karena itu akan menambah beban untuk menepatinya. melihat wajah bimbang Arya pak Sarman kemudian kembali bicara.

“apa kamu takut untuk berjanji pada pria tua seperti ku Arya” lanjut pak Sarman, ‘bapak ini apa-apaan, baru juga ketemu sudah minta kayak gini’ batin Arya.

Permintaan kakek (2)

“apa kamu takut untuk berjanji pada pria tua seperti ku Arya” lanjut pak Sarman, ‘bapak ini apa-apaan, baru juga ketemu sudah minta kayak gini’ batin Arya.

“bapak bisa telfon saya, saya akan senang hati memenuhi permintaan bapak” ucap Arya tersenyum, ia tak mau mengecewakan orang tua yang tengah terbaring lemah dihadapannya.

‘orang ini tidak akan minta macam-macam kan?’ batinnya,

“makasih nak, aku tahu, janji orang sepertimu pasti bisa dipegang” ucap pak Sarman yang merubah wajah seriusnya menjadi tersenyum.

“saya bukan tipe orang yang suka ingkar janji pak, saya tunggu bapak menelfon saya, tapi sekarang saya harus pamit sebelum barang yang saya tinggal hilang” ia kemudian berjalan pergi meninggalkan pak Sarman, sebelum Arya menarik gagang pintunya, terdengar suara serak pak Sarman kembali berbicara kepadanya.

“Terima kasih banyak Arya, kamu telah ikhlas membantu orang tua ini lagi” ucap pak Sarman, Arya menoleh ke arah pak Sarman dengan menganggukkan kepalanya, ia kemudian sejenak tersenyum dan pergi dengan wajah keheranan.

‘Dimana aku bertemu bapak itu sebelumnya’ batin Arya lagi.

Arya mungkin sudah lupa dengan pak Sarman, karena peristiwa pertama dan kedua mereka bertemu berjarak sekitar hampir 3 tahun. Tapi pak Sarman tidak akan pernah lupa pada Arya karena kebaikan anak muda itu, selain itu pak Sarman juga merasa Arya mirip seseorang yang pernah ia kenal di masa lalu, hal yang baru ia sadari ketika mencoba mengingat wajah Arya di dalam ingatannya.

FB end

Pak Sarman mengusap air mata yang mulai keluar dari pelupuk matanya, ia kemudian menghirup nafas panjang.

‘Mila pasti akan menjadi perempuan beruntung jika bisa menikah dengan Arya, dan cucuku akan mewarisi sikap baik anak itu’ batin pak Sarman yang mengingat lagi pertemuannya dengan Arya.

Sejak pertemuan dengan Arya di Cilacap, pak Sarman selalu teringat kepada Arya setiap kali ia harus dibawa ke rumah sakit karena penyakit di paru-parunya. Pak Sarman adalah seorang perokok berat, dan sekarang ia harus sering keluar masuk rumah sakit. Ia merasa beruntung dapat kembali bertemu dengan Arya, dan berniat menjadikan Arya sebagai pendamping cucunya yang belum menikah yaitu Mila.

Sore telah menjelang, pak Sarman masih melamun menantikan kedatangan Mila untuk menemuinya.

“yah, kenapa melamun, kenapa ayah tidak istirahat” ucap bu Saniah yang merupakan anak pak Sarman yang juga ibunya Mila.

Ia  telah menemani pak Sarman dari pagi, bahkan ia juga telah setia menemani ayahnya yang sering bolak balik masuk rumah sakit.

“Mana Mila, koq belum datang juga?” tanya pak Sarman dengan suara datar yang masih terdengar sesak.

“lagi di jalan yah, tadi Vanessa bilang baru berangkat dari rumah bersama Mila, ayah istirahat saja dulu, nanti kalau mereka sampai aku bangunin” ucap bu Saniah yang duduk di kursi di samping ranjang pak Sarman.

“Saniah, bantu beri penjelasan pada Mila, kau tidak berfikir aku akan memilih pria yang tidak baikkan pada Mila” ucap pak Sarman pada anak perempuannya itu.

“yah, aku tahu ayah tidak mungkin memilih pria yang tidak baik, Cuma aku ingin agar ayah memberi kesempatan pada Mila untuk memilih yang sesuai dengan keinginannya.” ucap bu Saniah yang mulai mengusap wajah tua ayahnya.

“jangan paksa aku untuk menuruti keinginan Mila seperti aku menuruti keinginanmu dulu, memilih laki-laki seperti Tito, kalian hanya berfikir pilihan kalian yang baik, tapi lihat dirimu sekarang, kalau bukan karena permintaanmu, aku tak akan mau melihat wajah Tito lagi”

“aku tak ingin apa yang menimpamu juga terjadi pada Mila, aku yang menjaganya dari kecil dengan ibumu, aku tahu mana yang terbaik untuknya,” lanjut pak Sarman.

“ayah istirahatlah dulu, jangan terlalu banyak bicara, nanti nafas ayah bisa sesak lagi” ucap bu Saniah yang mulai berkaca-kaca mengingat masa lalunya dengan suaminya.

Setelah hampir 30 menit pak Sarman dan bu Saniah tak berbicara lagi, Hingga akhirnya terdengar ketukan dari arah pintu ruang rawat tersebut.

“assalamualaikum kakek,” ucap perempuan Mila pada pak Sarman.

“walaikumussalam” jawab ucap pak Sarman tersenyum pada Mila yang telah masuk ke dalam kamarnya.

“maaf ya kek, Mila datangnya sorean, tadi habis dari sekolah Mila bersih-bersih rumah dulu sama kak Vanessa” ucap Mila dengan manja pada kakeknya itu, ia kemudian langsung duduk di tepi ranjang kakeknya dan kemudian mencium tangan pak Sarman.

“nggak apa-apa sayang, kakek hanya ingin mendengar jawabanmu atas permintaan kakek kemarin, makanya kakek minta ibumu untuk menyuruhmu kesini hari ini” ucap pak Sarman tak ingin berlama-lama, ia sudah tidak sabar lagi ingin mendengar jawaban bersedia dari Mila.

“ihh kek, kan kakek baru minta kemarin malam, Mila masih mempertimbangkannya kek” ucap Mila dengan manja pada kakeknya.

Perempuan cantik yang berpipi tirus, berkulit putih, dengan tinggi semampai itu tampak gusar pada permintaan kakeknya. Jilbab lebarnya yang sudah biasa ia gunakan sejak kuliah menambah kecantikannya. Wajah cantiknya telah banyak menarik banyak laki-laki yang telah datang ke rumah untuk melamarnya, namun ia tolak demi menunggu seorang pria yang telah berjanji akan segera

datang menemui orang tuanya.

Hatinya benar-benar kalut ketika kakek yang ia sayangi memintanya untuk menikah dengan laki-laki pilihan kakeknya.

FB

“Mil, kakek punya satu permintaan untukmu, dan kakek sangat ingin sekali kamu mau memenuhinya” ucap pak Sarman dengan senyum manis pada cucunya yang telah ia rawat dengan kasih sayang dari kecil.

“koq kakek bicara kayak gini sih, kakek biasanya kalau minta langsung bilang, koq sekarang malah minta kayak ini dulu” ucap Mila yang dengan suara manjanya berbicara dengan kakeknya.

Semua orang yang ada di ruangan itu melihat ke arah pak Sarman dengan keheranan, tidak biasanya pak Sarman mengutarakan keinginan dengan cara demikian.

Bu Saniah dan Vanessa seperti merasa ada yang aneh dengan permintaan pak Sarman malam itu. Hanya Mila yang masih tampak polos dengan apa yang diutarakan kakeknya.

“Mil, usia kamu kan udah 26, udah usia yang matang untuk menikah sekarang untukmu, maukah kamu menikah dengan seseorang yang kakek pilih?” tanya pak Sarman sembari mengelus punggung tangan kanan Mila,

Deg, jantung Mila berdetak lebih cepat dari biasanya, nafasnya tidak beraturan tersentak kaget dengan apa yang ia dengar. Mila tak percaya sama sekali kakeknya akan meminta sesuatu yang tidak pernah sama sekali terlintas dalam pikirannya. Semua orang yang ada di ruangan itu tampak terkejut dengan kata-kata pak Sarman.

FB end

“Mil, jangan pikir ini ancaman kakek, kakek hanya ingin melihatmu menikah sebelum kakek pergi, kakek ingin kamu mendapatkan pendamping yang terbaik” ucap pak Sarman menyambung kalimatnya.

Mila masih diam duduk di tepi ranjang kakeknya, matanya nanar tak tahu harus menjawab apa. Ia telah lama menginginkan pria yang ia cintai akan menjadi pendampingnya di pelaminan, menjadi imam sholat di tengah malam dan sekarang semuanya tengah dipertaruhkan di depan kakeknya.

“yah, biarkanlah Mila berpikir dulu, ini adalah keputusan berat bagi hidupnya, biarkan dia menyiapkan dirinya dan mentalnya untuk memilih” bela bu Saniah yang melihat wajah ceria Mila mulai berubah.

Pak Sarman menghela nafas panjang, “kau ingin membunuhku nak, menyuruhku menunggu dan menunggu lagi” ucap Pak Sarman dengan nada lemasnya, sesekali suaranya terdengar hilang karena ia belum bisa bernafas secara normal.

“kek, Mila punya pilihan sendiri, orangnya baik, sholeh, ia laki-laki yang sempurna menjadi imam Mila kek, Mila akan perkenalkan dia pada kakek, dan akan segera menikah seperti keinginan kakek” ucap Mila berharap kakeknya mau memberinya kesempatan untuk memperkenalkan pilihannya sendiri.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!