Memanggil Pocong
Rencana
Hari Kamis siang selepas waktu Ashar, Jumadi ngobrol serius di ruang tamu rumah Mbah Kewod. Jumadi duduk lesehan diatas tikar karena memang tidak ada kursi dan mejanya. Didepannya Mbah Kewod duduk bersila dengan rokok terselip diantara jari telunjuk dan tengah.
MBAH KEWOD
Jangan main-main nak!
JUMADI
Beneran Mbah, saya serius keadaan yang sangat darurat Mbah saya sangat membutuhkan uang secepatnya...
MBAH KEWOD
Kamu darimana dan tau dari siapa soal harta gaib?!
JUMADI
Saya dari Desa Karang Watu Mbah. Saya banyak mendengar cerita dari orang-orang kalau Mbah Kewod pernah melakukan penarikkan harta gaib.
MBAH KEWOD
Hmmmm... Apa kamu juga tau syarat-syaratnya?
Mbah Kewod terdiam sesaat, dia mengangkat wajahnya menatap Jumadi melihat keseriusannya.
MBAH KEWOD
Ini berat nak, bukan hanya butuh keberanian dan tekad yang kuat namun juga butuh biaya yang tak sedikit untuk memenuhi syarat sesajennya...
JUMADI
Saya sudah siap segala sesuatunya mbah
MBAH KEWOD
Apa kamu juga tau resikonya?
Mbah Kewod masih nampak ragu dengan maksud dan tujuan jumadi. Mbah Kewod terdiam sedikit lama, batinnya menimbang-nimbang, jika tidak diluluskan permintaannya, dirinya juga sedang butuh uang untuk bayar cicilan kredit sepeda motor. Tetapi jika diluluskan dan menuntunnya melakukan ritual kwahatir dengan resikonya yang akan berdampak pada dirinya.
JUMADI
Mmm, ini saya segini dulu Mbah.
Jumadi seperti memahami keraguan Mbah Kewod. Ia merogoh saku celananya, digenggamannya ada lima lembar uang ratusan langsung diserahkan kepada Mbah Kewod
MBAH KEWOD
Baiklah, nanti malam Jumat depan kamu datang lagi. Mbah akan tuntun ritualnya...
Jumadi
Malam sudah merambah pukul 00 wib, Jumadi duduk termenung didepan rumahnya yang sederhana. Segelas kopi hitam tinggal setengahnya berdiri tegak didekat kaki kanannya yang diangkat diatas bangku kayu panjang.
Angannya melambung tinggi, dia berhayal memiliki uang satu koper setelah melakukan ritual memanggil pocong.
JUMADI
Saya akan membangun atau membeli rumah, beli sepeda motor, mobil juga. Semua hutang-hutang pun akan saya lunasi plus saya tambahin dua kali lipat, hehehe..
Jumadi senyum-senyum sendiri terhanyut dengan angan-angannya
JUMADI
Saya akan gadaikan rumah dan pekarangan ini untuk modal ritual nanti.
LASMI
Kaaang... Kang Jumadi!
Lasmi, isttinya berteriak dari dalam rumah
LASMI
Obat nyamuknya habis, banyak nyamuk nih!
Teriakkan Lasmi membuyarkan lamunannya menjadi orang kaya.
Dengan perasaan kesal Jumadi beranjak dari duduknya bermaksud pergi ke warung
JUMADI
Waduh! warung masih buka nggak ya
Jumadi melangkah ke jalan, melihat jalan gang sudah senyap. Tetangga depan dan samping pintunya sudah tertutup rapat. Warung Bi Suti juga sudah tutup.
JUMADI
Hadeuuhh, mesti ke persimpang..
Jumadi terpaksa harus berjalan menuju persimpangan di jalan besar berjarak 50 meteran dari rumahnya. Sepanjang jalan gang yang dilewati tidak ada aktifitas warga, suasana yang sepi membuat pikirannya kembali melayang. Tetapi kali ini sesuai hatinya yang kesal karena harus mendapatkan obat nyamuk. Lasmi memang keterlaluan, apa yang dia mau harus segera dituruti jika tidak mulutnya akan terus-menerus mengaum.
Latar Belakang
Berkali-kali pintu rumah Jumadi diketuk namun tidak juga dibuka. Seruannya juga tidak ada yang menjawab.
LASMI
Ssssttt...! Kang ada Bang Jebod nagih,
JUMADI
Waduh, gimana nih Las
LASMI
Udah biarin aja, diem aja di kamar nanti juga pergi sendiri
JUMADI
Tinggal berapa lagi hutang kita sama rentenir itu Las
LASMI
Ya kalau sama bunganya ada 7 jutaan mah
LASMI
Ya nggak kerasa kang, pinjem sejuta, pinjem lagi lima ratus, yang dua ratus aja berapa kali lupa, males nyatatnya...
Didepan pintu Jebod masih menunggu pintu dibuka Jumadi atau Lasmi dengan wajah kesal.
Beberapa saat lamanya pintu tak kunjung dibuka, Jebod melongokkan wajahnya melihat kedalam rumah melalui kaca jendela
JEBOD
Nggak ada orang atau ngumpet si Jumadi sama Lasmi nih!" gumamnya.
Sementara itu didalam kamar, Jumadi mengintip dari balik pintu melihat gerak-gerik Jebod dari kaca jendela.
LASMI
Sssttt Kang, udah pergi belum?
JUMADI
Belum, masih berdiri tuh. Ssssttt, ngumpet-ngumpet dia longok-longok dari jendela!
Beberapa lama kemudian dari dalam kamar Jumadi menerka-nerka kalau si penagih hutang sudah pergi.
JUMADI
Udah pergi kayaknya Las,
JUMADI
Iya, nggak ada bayangan-bayangannya tuh
Kedua suami istri itu melangkah berjinjit pelan-pelan nyaris tak bersuara. Saat sudah berada di ruang tamu, kepala Jebot tiba-tiba melongok dari jendela.
JEBOD
Nahhhh, kena luh!!! Ayo buka, buka! Bayar, bayar!!!
Pintu di gedor dengan keras dari luar
JEBOD
Udah nggak usah ngumpet lagi, ayo bayar!!!
Jumadi dan Lasmi pun dengan takut-takut membuka pintu dan langsung disambut wajah sangar Jebod yang hitam berkumis tebal langsung bertolak pinggang.
JEBOD
Mana? bayar, bayar! cepat! Minta hutang aja nangis-nangis giliran bayar susah!
JUMADI
A..a..anu Kang, kalau sekarang nggak ada. Saya janji minggu depan saya lunasi kang..
JEBOD
Enak aja! Kamu bikin peraturan sendiri. Pokoknya sekarang harus bayar!
LASMI
Saya mohon kang, minggu depan pasti dibayar... Janji kang, janji...
JEBOD
Bener nih ya?! Awas kalau bohong dan ngumpet lagi, saya obrak-abrik isi rumahnya!
JUMADI
I..iya kang saya janji...
Kedua suami istri itu memohon-mohon agar Jebod mengabulkan permintaannya.
Jebod balik badan meninggalkan Jumadi dan Lasmi yang menggelayut di daun pintu dengan wajah ketakutan.
JUMADI
Udah tenang aja minggu depan Kakang bayar...
LASMI
Rencana ritual harta gaibnya jadi kang?
JUMADI
Iya Las, kemarin saya ke rumah Mbah Kewod saya utarakan niat saya. Tadinya Mbah Kewod ragu tapi setelah diberi uang akhirnya bersedia.
LASMI
Kok kakang punya uang?!
JUMADI
Hehehe... pinjem dari Masna, teman kakang di pangkalan ojek.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!