NovelToon NovelToon

Berbagi Cinta : Antara Kita

BAB.1 Ayunindia Clarissa

...Heppy Reading...

...❤...

Ayunindia Clarissa biasa di panggil Ayu. Perempuan hebat yang telah berjuang sendiri semenjak kepergian sang ibu untuk selama-lamanya, ketika usianya masih mengijak tujuh belas tahun, saat itu ia baru saja masuk kelas tiga SMA.

Ibunya mengalami kecelakaan saat pulang bekerja, dan tewas seketika di tempat kejadian.

Kabar duka itu membuat Ayu terpuruk, bahkan sakit untuk beberapa hari. Beruntung saat itu ada seorang ibu yang bekerja di rumahnya, ia dengan telaten menjaga dan mengurus Ayu yang sedang terpuruk dan terus memberikan kata-kata penyemangat agar Ayu segera keluar dari kesedihannya dan kembali bangkit.

Satu bulan Ayu berusaha untuk kembali pada kesehariannya, walau masih di liputi rasa duka di setiap langkahnya, hingga akhirnya Ayu menyuruh ART yang menemani nya untuk pulang, karena ia tak lagi sanggup untuk membayar gajinya, sedangkan Ayu tau kalau ART nya itu bekerja untuk membantu keuangan keluarganya di kampung.

Dengan sangat berat, setelah empat puluh hari kepergian Ibu Ayu, ART nya bersedia untuk punag ke kampung dan meninggalkan Ayu sendiri.

Semenjak itu Ayu berusaha bangkit dari keterpurukannya untuk terus hidup dan menjemput kebahagiaan nya di masa depan.

Ya... Ayu yakin bahwa suatu saat nanti akan ada kebahagiaan untuk nya...

Itulah keyakinan yang selalu ia ucapkan dalam hati sebagai penyemangat dirinya yang sekarang hidup dengan sebatang kara.

Sebenarnya Ayu masih mempunyai seorang Ayah dan Kakak laki-laki. Tapi mereka sudah meninggalkannya senjak usia Ayu baru memasuki tujuh tahun, hingga sampai sekarang Ayu tak pernah tau lagi keberadaan mereka.

Saat itu Kedua orang tuanya memilih bercerai, Kakak laki-lakinya di bawa oleh sang Ayah entah ke mana, sedangkan Ayu memilih untuk tinggal bersama ibunya.

Sejak saat itulah Ayu tidak pernah lagi bertemu atau mendengar kabar tentang Ayah dan Kakaknya. Ayu bahkan tidak tau mereka masih hidup atau telah tiada.

.

Dengan segala kerja kerasnya Ayu berusaha untuk membiayai sekolah dan kuliahnya. Dari menjadi pelayan restoran sampai membantu menjual kue milik tetangga di sekolah, sambil mengembangkan bakatnya di dalam bidang desain.

Ayu menjual gambar rancangan baju yang ia buat melallui Internet pada perusahaan, ataupun teman-teman yang membutuhkan jasanya.

Hingga saat usianya menginjak dua puluh tahun Ayu bisa membuka butiknya sendiri dengan modal uang tabungannya sendiri di tambah uang tabungan Almarhum ibunya, sisa dari mendaftar kuliah satu tahun yang lalu.

Ayu menunda kuliahnya satu tahun untuk fokus bekerja dan mengumpulkan uang, agar bisa segera membuka butik untuk membiayai kuliahnya. Hingga pada usia sembilan belas tahun, barulah Ayu yakin untuk mendaftar kuliah dan mengajukan beasiswa.

Walaupun kuliahnya di tunjang oleh beasiswa, tapi ada beberapa biaya yang harus ia keluarkan untuk menunjang pendidikannya.

Hari-hari Ayu kini di sibukan dengan bekerja, membangun butik yang baru saja ia rintis dan dunia perkuliahan yang cukup menyita waktu.

Syukurlah Ayu mempunyai teman seorang model yang bersedia membantunya mempromosikan gaun dan baju rancangan nya, sehingga Ayu tak kesulitan untuk mencari model untuk foto promosi butik nya.

Di tengah kesibukannya Ayu bertemu dengan Raditya, seorang lelaki yang menjadi seniornya di kampus.

Sosok Raditya yang dewasa dan lembut membuat Ayu semakin nyaman berada di dekatnya, hingga akhirnya pada saat Radit wisuda, Radit memutuskan untuk langsung melamar Ayu.

Ayu terkejut bukan main, ia tak pernah bermimpi untuk di lamar dan menjalani hubungan lebih jauh dengan Radit, walaupun ia memang sudah mengenal dekat keluarga Radit.

Pada saat itu Ayu belum siap berumah tangga, trauma yang di tinggalkan dari kegagalan kedua orang tuanya membuat Ayu ragu untuk menjalani suatu hubungan yang lebih serius.

Tapi keseriusan dan kesungguhan yang di tunjukan oleh Radit selama tiga tahun akhirnya meluluhkan benteng pertahanan hatinya, Ayu dan Radit akhirnya memutuskan untuk menikah setelah selesai masa pendidikan Ayu dan wisuda.

.

.

Kehidupan rumah tangga mereka pun berjalan dengan sangat bahagia, Ayu merasa saat itu hidupnya sangat sempurna.

Ayu mempunyai suami yang sangat mencintainya dan keluarga yang juga menyayanginya.

Radit yang bekerja menjadi manajer di salah satu bank swasta dan Ayu yang sibuk menjalankan butik tidak membuat keduanya semakin menjauh, di tengah kesibukannya masing-masing, Ayu dan Radit selalu meluangkan waktu untuk jalan-jalan berdua atau sekedar mengobrol di dalam kamar.

Walaupun pekerjaan Ayu sangat menyita waktunya, Ayu selalu menomor satukan kebutuhan suami dan juga mertuanya. Ayu sudah menganggap mertuanya menjadi orang tuanya sendiri.

Apalagi keadaan Ayah dari Radit yang masih bertugas sebagai tentara sehingga ia jarang berada di rumah. Membuat Ayu harus selalu siap kapan saja Ibu mertuanya meminta untuk di temani jalan-jalan atau hanya sekedar masak bersama.

Dan karena alasan itu juga Ayu dan Radit memutuskan untuk membeli rumah yang dekat dengan rumah kedua orang tua Radit agar Ibu mertuanya tidak merasa di tinggalkan dan kesepian.

Semenjak Ayu dan Radit membuat hubungan antara Ayu dan mertuanya semakin dekat dan akrab, mereka sering menghabiskan waktu bersama.

.

Tapi ternyata akan selalu ada rintangan di dalam suatu hubungan. Kebahagiaan rumah tangganya harus terusik karena suatu masalah.

Kebahagiaannya mulai memudar ketika usia pernikahannya melewati tahun pertama. Karena ia belum juga bisa mengandung benih dari Radit membuat Ibu mertuanya mulai menjauh dan tidak lagi menyukainya.

Ibu mertuanya selalu mendesak Ayu agar segera memiliki momongan, atau mengizinkan Radit untuk menikah lagi supaya Radit bisa cepat memiliki anak dari wanita lain.

Walaupun hatinya sakit saat Ibu mertuanya terus mendesak dirinya, Ayu masih tetap berusaha kuat dan bertahan demi keutuhan rumah tangganya. Karena ia tak ingin sejarah kedua orang tuanya di alami juga oleh dirinya, di samping itu ia juga sangat mencintai Radit dan Ayu juga yakin kalau Radit juga sangat mencintainya.

Semua perlakuan dari Ibu mertua dan keluarga suaminya ia anggap wajar, mungkin karena suaminya adalah anak tunggal, jadi memiliki keturunan adalah suatu kewajiban yang harus disegerakan.

Padahal Ayu dan Radit sudah melakukan pemeriksaan dan hasilnya selalu bagus, Ayu maupun Radit sama-sama sehat dan tidak ada kendala untuk mempunyai keturunan.

" Ini hanya soal waktu, bersabarlah..." itu kata-kata yang selalu di katakan oleh dokter setelah ia melakukan pemeriksaan.

Tapi ternyata semua itu tak membuat Ibu mertuanya merasa puas, dan berhenti memojokan Ayu.

Semakin lama ibu mertuanya malah semakin keterlaluan dengan mulai memperkenalkan anak gadis teman-temannya pada Radit untuk menjadi istri keduanya.

Sakit ?... tentu sangat sangat sakit.

Tapi Ayu hanya bisa bersabar dan berdo'a untuk selalu memberikan kekuatan untuknya dalam menghadapi segala cobaan yang kini sedang di terima nya, dan meminta agar dirinya segera di beri kepercayaan untuk segera bisa mengandung benih buah cintanya bersama dengan Radit.

Radit pun tidak tinggal diam, ia selalu memberi pengertian kepada Ibunya dan membantu Ayu agar dekat lagi dengan sang Ibu.

Radit juga selalu menolak untuk di kenalkan pada setiap gadis yang Ibunya bawa. Tapi ternyata semua itu tak juga dapat melunakkan hati Ibunya yang sudah di liputi oleh ke egoisan.

...🌿...

...🌿...

...Bersambung......

...🙏😊😘❤...

BAB.2 Kenyataan mengejutkan

...Heppy Reading ...

...❤...

Seorang wanita dengan hijab syari berwarna peach yang menjuntai menutup dada, terlihat sedang menikmati secangkir kopi dan cheese cake kesukaannya di salah satu kafe favorite nya.

Ayu baru saja bertemu dengan salah satu kliennya yang ternyata adalah pemilik dari kafe tersebut.

Dia ingin memesan sebuah gaun untuk acara pertunangannya yang akan di laksanakan sekitar satu bulan lagi.

Setelah menentukan model desain yang di inginkan dan ukuran yang di pakai oleh klien nya, Ayu memilih untuk bersantai sebentar, sekedar menikmati suasana kafe yang memang selalu terlihat ramai.

Sedangkan kliennya harus segera pergi karena ada acara lain lagi yang harus di hadiri oleh nya.

Ayunindia, wanita cantik dengan wajah belasteran Korea Indonesua yang ia dapatkan dari Almarhum Ibunya, membuatnya terlihat cantik dan imut, sama sekali tak terlihat kalau ia sudah menikah dan sudah berumur dua puluh lima tahun.

Wajah yang terlihat seperti masih anak SMA di tambah dengan tubuhnya yang ramping dan gaya pakaiannya yang selalu terlihat sederhana namun manis, membuat banyak orang tidak pernah mengira kalau Ayu sudah mempunyai seorang suami.

Pakaian yang selalu longgar dan tidak menunjukan lekuk tubuhnya, tak membuatnya menjadi terlihat dewasa, ia malah terlihat manis dan mengemaskan bagi orang-orang yang melihatnya.

Ayu sedang fokus pada kertas desainnya saat ujung matanya melihat dua orang yang sangat ia kenal, walaupun mereka sedang duduk dengan posisi membelakanginya.

Dua orang itu sedang duduk dengan posisi yang sangat intim yang biasanya hanya di lakukan oleh orang-orang yang sedang menjalin hubungan serius atau bahkan mungkin lebih pantasnya oleh sepasang suami istri.

Ayu semakin memicingkan matanya memastikan apakah benar kedua orang itu orang yang sangat ia kenal atau ia hanya salah mengenali seseorang saja.

Jantung Ayu sudah berdetak lebih cepat dari biasanya, tangannya terasa lembab oleh keringat karena menahan rasa gugup yang tiba-tiba saja ia rasakan.

Mereka berdua duduk di satu sofa yang sama dengan tangan laki-lakinya berada di pundak sang perempuan, sedangkan kepala perempuan itu bersandar manja di dada sang lelaki.

Bahkan Ayu sempat melihat beberapa kali lelaki itu mendaratkan ciuman mesra di kening dan pipi perempuan yang berada di sampingnya.

Deg....

Tubuh Ayu menegang ketika melihat wajah lelaki itu dengan jelas saat lelaki itu memalingkan wajahnya ke belakang sekilas, di ikuti oleh sang perempuan yang juga menolehkan wajahnya ke belakang sebentar.

Ayu melebarkan matanya, terkejut bukan main melihat kenyataan mengejutkan di hadapannya saat ini.

Mereka orang-orang yang sangat berarti untuknya, orang-orang yang sudah menjadi sandaran hatinya sekarang ia melihat mereka tengah tersenyum dengan bahagianya di tengah penghianantan yang mereka lakukan padanya.

Wajah Ayu sudah memerah menahan segala gejolak emosi yang tiba-tiba saja ia rasakan dan semakin menguasai hati dan pikirannya.

Rasa sakit, marah, sedih, kecewa dan entah apa lagi yang sekarang ada di dalam hatinya, ia tak menyangka sungguh saat ini Ayu berharap kalau semua ini hanyalah sebuah mimpi buruk lalu ia akan bangun sebentar lagi dan menemukan wajah sang suami yang masih tertidur pulas dengan tangan memeluknya erat.

" Tidak...ini tidak mungkin terjadi, semua ini pasti hanya mimpi buruk saja... mereka tidak mungkin menghianatiku " gumam Ayu menggelengkan kepalanya, menolak segala dugaan yang terlintas di dalam pikirannya, walaupun dengan jelas ia sudah melihat semuanya dengan mata kepalanya sendiri.

Ayu mencubit punggung lengannya untuk meyakinkan diri.

" Ah... sakit..." ucapnya pelan saat merasakan punggung tangannya yang lumayan terasa panas oleh cubitan nya sendiri.

Mata Ayu sudah memerah menahan desakan air mata yang sudah menggenang di pelupuk matanya, seakan sudah tak sabar lagi untuk ia tumpahkan.

Menengadah sambil mengerejapkan matanya agar tangisnya tak tumpah disini, akan sangat memalukan bila ia menangis di kafe yang sedang ramai seperti ini. Walaupun saat ini ia berada di tempat yang lumayan frivat karen ia ada di ruangan khusus di kafe ini yang sering di pakai oleh orang-orang khusus atau pemilik kafe yang sedang mengadakan pertemuan bersama teman-temannya.

Menghirup napas dalam lalu menahannya sesaat kemudian menghembuskannya perlahan, berharap meredam rasa sesak di dalam dadanya yang kian menyiksa.

Diam dan memperhatikan...

Itulah yang sekarang Ayu sedang lakukan, melihat setiap gerak-gerik mereka berdua dan sejauh mana kedua orang itu sudah bermain di belakangnya.

Walaupun saat ini hatinya sangat hancur hingga ingin rasanya ia mendatangi mereka kemudian menampar dan mempermalukan mereka sekarang juga.

Tapi Ayu masih bisa berpikir dengan jernih dengan sisa kewarasannya yang sudah hampir hilang, ia tidak mungkin mempermalukan suaminya sendiri dan membuka aib keluarganya di hadapan semua orang.

Bagaimana perasaan Ibu dan Ayah mertuanya nanti, saat mereka tau semua ini ?....

Ayu tak mungkin membuat kedua mertua yang sangat ia sayangi kecewa kepadanya, walaupun saat ini hubungannya dengan Ibu mertuanya sudah tak sedekat dulu lagi.

Ayu melihat kedua orang itu dengan tatapan nanar dan sorot mata penuh rasa sakit.

Kenapa harus dia, kenapa harus sahabatnya yang sekarang menjadi wanita yang berada di dalam pelukan suaminya sendiri..?

Sahabat yang sudah ia anggap menjadi sodara sendiri, dan menjadi tempatnya berbagi segala keluh kesahnya.

Kenapa mereka tega melakukan semua ini kepadanya..?

Apa salahnya pada mereka, sehingga mereka melakukan semua ini kepadanya..?

Berbagai macam pertanyaan hingga berputar-putar di kepalanya, membuat ia merasakan sedikit pening.

Sekitar tiga puluh menit Ayu melihat kemesraan antara suami dan sahabatnya sendiri, hingga akhirnya Ayu melihat mereka pergi meninggalkan kafe dengan bergandengan tangan mesra.

Akhirnya Ayupun memilih keluar dari kafe tersebut setelah memastikan kalau mereka tidak ada lagi di sana.

Ayu menelungkupkan kepalanya di setir mobil, air mata yang sejak tadi susah payah ia tahan akhirnya tumpah juga, ternyata ia tak sekuat itu untuk tidak meneteskan air matanya.

Sakit...?

Tentu, itu sangat menyakitkan...

Dadanya bergemuruh menahan semua gejolak emosi yang meluluh lantahkan seluruh kebahagiaan dan kepercayaan nya.

Ayu menangis dalam diam, tak ada suara isakan yang terdengar, tubuhnya bergetar menahan rasa sakit yang semakin menusuk relung hatinya.

Semua ingatan tentang kejadian di salam kafe beberapa waktu yang lalu kembali terlintas dalam ingatannya, berputar bagaikan kaset rusak yang terus berulang.

Tok...tok...tok...

Suara ketukan pada kaca mobil di sampingnya membawa Ayu pada kesadarannya kembali.

Meraih tisu di atas dashboard mobil dan segera menyeka wajahnya yang sudah basah oleh lelehan air mata.

Ayu mengerutkan keningnya ketika melihat ada seorang lelaki dewasa sedang berdiri di samping mobilnya dengan pakaian formal yang sepertinya semuanya bukanlah pakaian yang bisa di beli di sembarang tempat.

Ragu-ragu Ayu membuka setengah dari kaca mobil di sampingnya.

" Ada apa ya Pak ?" tanya Ayu

Lelaki itu sedikit mengerutkan dahi melihat wajah Ayu, mungkin karena saat ini penampilan Ayu tampak berantakan dengan mata sembab dan hidung merah nya, jangan lupa dengan bekas air mata di wajahnya.

Tapi itu terjadi hanya sekilas saja, lelaki itu langsung mengubah raut wajahnya menjadi datar kembali.

" Bisa anda memajukan mobil anda sebentar, mobil saya tidak bisa keluar ?" tanya lelaki itu dengan nada suara dingin, tangannya menunjuk salah satu mobil yang berada di belakang mobil Ayu.

Ayu mengikuti arah tangan lelaki itu.

" Oh... maaf...maaf... saya juga mau keluar kok " jawab Ayu menangkupkan kedua tangannya di depan dada sambil tersenyum kikuk.

" Baiklah " ucap Lelaki itu kemudian berlalu menuju mobil nya sendiri.

Ayu tak ambil pusing dengan sikap dingin lelaki tadi, ia memilih untuk seger menghidupkan mobilnya lalu mulai mengendarainya keluar dari area kafe yang sudah meninggalkan sejuta kenangan pahit untuknya.

...🌿...

...🌿...

...Bersambung......

...🙏😊😘...

BAB.3 sanggupkah

...❤...

...Heppy Reading...

Satu minggu berlalu setelah kejadian di Kafe tempo hari. Ayu masih saja bersikap biasa saja pada Radit -suaminya- dan Mala - sahabat yang telah menghianatinya-

Ayu bersikap seperti tak pernah ada yang terjadi dan ia ketahui tentang hubungan kedua orang terdekat nya itu.

Ayu memutuskan untuk tak bertanya ataupun memberitahukan tentang semua yang ia lihat didalam kafe waktu itu, ia terlalu takut untuk menghadapi jawaban dari suaminya nanti.

Ayu belum siap untuk menerima semua kenyataan yang akan ia dengar dari mulut suaminya langsung. Itu pasti akan sangat menyakitkan dan Ayu belum mampu untuk menerimanya saat ini.

Biarkanlah untuk saat ini Ayu ingin bertindak egois, Ayu hanya tidak ingin kehilangan suaminya, orang yang selama lima tahun ini menemani dan mewarnai setiap hari-harinya menjalani hidup yang terasa hampa.

Ayu memilih diam dan memendam segala perasaannya sendiri, berpura-pura tidak mengetahui apapun adalah jalan yang ia anggap aman untuk menyelamatkan hati dan rumah tangganya untuk saat ini.

Saat ini Ayu sedang berada di ruang kerjanya di butik. Ayu meregangkan tubuhnya, ia baru saja menyelesaikan desain sebuah gaun untuk anak perempuan berusia enam tahun.

Beberapa hari yang lalu ia baru saja menerima pesanan dari seorang klien barunya. Kliennya ini adalah seorang nenek yang ingin membuatkan gaun untuk sang cucu yang akan mengadakan pesta ulang tahun nya yang ke enam.

" Astagfirullah...!" Ayu benjingkat kaget ketika melihat jam di tangannya yang sudah melewati waktu makan siang.

Ayu segera membereskan meja kerjanya, menyambar kunci mobil dan tas nya di atas meja kecil di belakang kursi, lalu berjalan dengan tergesa-gesa keluar dari ruang kerjanya.

" Ris, Mba pergi dulu ya..." pamit Ayu pada Riska -asisten Ayu- sambil terus berjalan keluar dari butik.

" Siap Mba, hati-hati di jalan..!" teriak Riska agar terdengar oleh Ayu.

Hari ini Ayu memiliki janji dengan dokter untuk mengantarkan Mayasari/Sari -Ibu mertua Ayu- untuk cek-up rutin, di rumah sakit langganan mereka sekitar pukul satu siang.

Sedangkan sekarang waktu susah menunjukan pukul dua belas tiga puluh menit, dan perjalanan dari butik ke rumah Sari saja sudah memakan waktu tiga puluh menit.

Inilah kebiasaan buruk Ayu, ia akan melupakan segala hal ketika ia sedang berkutat dengan pensil dan kertas di hadapannya.

Sambil menyetir Ayu berusaha menghubungi dokter kembali untuk mengatur jadwal ulang, agar Sari masih bisa cek-up hari ini.

Ayu meminta maaf dan karena akan telat mengantarkan Sari, dan meminta tolong agar dokter yang biasa menangani Ibu mertuanya itu mau menunggu nya sebentar.

Untung saja dokter itu adalah langganan di butik nya dan ayu juga cukup akrab dengannya dokter tersebut sehingga Ayu tak perlu memohon untuk semua itu karena dengan senang hati dokter tersebut mau menunggu kedatangan Ayu dan Sari walaupun mereka datang terlambat.

Sampai di rumah mertuanya Ayu langsung turun dengan terburu-buru.

" Assalamualaikum.... !" Ayu memberi salam saat ia berada di ambang pintu, ia langsung masuk ke rumah setelah melihat ada seorang asisten rumah tangga yang bekerja di sana.

" Ibu ada mbok ?" tanya Ayu kepada Mbok Inem - orang yang bekerja di rumah Sari-

" Ada Mba Ayu, Ibu sedang di kamarnya " jawab Mbok Inem.

" Oh... kalau gitu aku langsung ke sana aja, makasih Mbok " Ayu langsung berjalan menuju ke kamar Ibu mertuanya yang berada di lantai dua.

.

" Sudah jam berapa ini, kalau kamu gak mau nganter Ibu ya tinggal bilang aja ke Radit, jangan malah ngaret begini " Sentak Sari saat batu saja keluar dari kamar.

Ayu menundukan kepalanya, menerima segala kata kasar yang Ibunya keluarkan untuknya.

Saat ini Ayu merasa memang sudah bersalah pada Ibu mertuanya, ia lupa waktu sampai melupakan janjinya bersama Sari, ia tau pasti Sari sudah menunggunya sedari tadi.

" Maaf Bu, tadi Ayu ada keperluan dulu di butik " Ayu mencoba menjelaskan dengan lembut dan sangat hati-hati, ia menunduk dalam di hadapan Sari yang melihatnya dengan tatapan jengkel.

" Sudahlah...Ayo cepat berangkat.... Jangan lelet...!" ketus Sari sambil berjalan melewati Ayu dengan gaya yang angkuh dan keras.

Ayu hanya bisa mengusap dada melihat sikap Ibu mertuanya yang semakin kemari semakin terasa jauh dan tak tersentuh olehnya.

Di dalam perjalanan Ayu lalui dengan kelebihan, dirinya maupun Sari sama-sama larut dalam pikiran mereka masing-masing.

Sampai di rumah sakit Ayu dan Sari di arahkan untuk langsung menuju ruang dokter oleh perawat yang ada disana. karena ini memang bukan lagi waktu praktik untuk dokter tersebut, jadi mereka tidak lagi harus mengantri.

Ayu langsung menyapa sekaligus meminta maaf kepada dokter perempuan setengah baya langganan butiknya itu.

Mereka langsung berpelukan hangat, di saksikan oleh ibu mertuanya, Ayu memang selalu ramah kepada setiap orang, maka dari itu ia banyak di sukai oleh para pelanggan butiknya.

" Bu, Ayu ke toilet dulu ya " pamit Ayu sebelum Sari menjalani pemeriksaan.

Sari hanya mengangguk....

" Dok titip Ibu saya yah.." pesan Ayu sebelum ia keluar dari ruangan pemeriksaan.

" Tenang saja Ibu kamu aman bersama dengan saya " ucap dokter itu dengan nada sedikit bercanda.

" Iya dok, saya tau " Ayu tersenyum lalu berbalik untuk segera keluar.

" Ibu beruntung sekali mendapatkan menantu seperti dia " ucap dokter itu dengan senyum mengembang, setelah Ayu menutup pintu.

Sari tersenyum lalu mengangguk dengan rasa kesal di hatinya.

Mengapa semua orang seakan menyukai Ayu yang bahkan untuk memberikan momongan saja tidak bisa ?...

Saat ini Sari kesal, sangat kesal...

Tapi ia juga tak tau kenapa dirinya selalu saja marah bila mendengar ada yang memuji Ayu di depannya.

Sedangkan Ayu ia berjalan menyusuri koridor rumah sakit dengan sesekali tersenyum atau menyapa orang-orang yang berpapasan dengannya.

Ayu memang di kenal ramah dan baik hati, sehingga ia selalu di sukai oleh orang-orang di sekitarnya.

" Bukankah itu Mas Radit ? Sedangkan apa dia di sini ?" gumam Ayu ketika melihat punggung seorang lelaki mirip suaminya yang baru saja keluar dari toilet pria.

Ayu melihat jam di tangannya...

Masih cukup lama waktu pemeriksaan Ibu mertuanya...

Ayu dengan hati-hati mulai mengikuti pria yang di curigai sebagai Radit, yang terus berjalan tanpa menyadari kalau Ayu sedang mengikutinya.

" Dokter kandungan..? Sedang apa mereka disini..?" ucap Ayu pelan saat melihat Radit menghampiri seorang wanita yang sedang duduk di kursi tunggu khusus pemeriksaan Obgin.

" Mala..." Mata Ayu memicing melihat Suami dan sahabatnya duduk berdua di depan poli kandungan.

Pikirannya sudah entah kemana, kepala Ayu tiba-tiba saja terasa pening, ketika mengira, mungkin saja Mala sudah mengandung anak dari suaminya...

Ayu berbalik setelah melihat Radit dan Mala masuk ke dalam ruang dokter, ia berjalan menuju ruang pemeriksaan Ibu mertuanya dengan perasaan yang sudah tak karuan.

Perasaan kecewa yang sudah ada di dalam hatinya kini tumbuh semakin besar.

Rasa sakit yang berusaha ia tutupi dengan sekuat tenaga kini telah terbuka kembali dan bertambah besar.

" Ya Tuhan... Apakah aku sanggup menerima semua cobaan-Mu ini..?" Ayu meletakkan tangannya di dada, menekannya kuat meredam rasa sesak yang tiba-tiba saja ia rasakan.

.

.

...*Bersambung......

...🌿...

...🌿*...

...🙏😊😘...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!