NovelToon NovelToon

Jadilah Tulang Rusuk Ku

Pengenalan Tokoh Utama

Assalamualaikum reader semua🤗🤗

Aku mohon dukungannya pada reader semua yang baik hati.

Karena dengan dukungan dari kalian, Aku akan bersemangat untuk terus berkarya, dan memberikan cerita untuk kalian semua.

Selamat membaca.

Terimakasih🙏🙏❤

📖📖📖

"Aisyah Az Zahra".

Dari namanya saja orang orang sudah tau bahwa dia seorang wanita muslimah.

"Zahra" begitulah anak anak di Kampus memanggil nya.

Tahun ini Zahra baru menyelesaikan Kuliah nya di luar Negeri tepatnya di National University of Singapore ( NUS ).

Meskipun seorang wanita muslimah namun tidak menyulutkan semangat nya untuk bisa belajar di luar negeri. Selalu bersemangat meskipun harus bergaul dengan orang orang yang tidak se ideologi dengan nya. Karena dalam pikirannya dia tidak melihat tempat ataupun orang di sekitarnya, Zahra hanya ingin menimba ilmu, berniat seja untuk beribadah karena Alloh.

Karena dalam ajaran islam menuntut ilmu adalah perkara yang di wajibkan oleh Allah kepada setiap muslim dan muslimah. Dari mulai kita lahir sampai sebelum kita masuk ke liang lahat.

Ada pula sebuah pepatah yang mengatakan

" Tuntunlah ilmu walaupun harus sampai ke Negeri China"

dan mungkin itulah yang di terapkan oleh Zahra, saat dia memutuskan untuk berkuliah di luar negeri, di tambah lagi dia sangat bersyukur bisa berkuliah karena mendapatkan biyasiswa dan tidak merepotkan Orang Tua nya untuk membiayai Kuliah nya.

Penampilan Zahra yang tertutup dengan hijab yang selalu terpasang di kepalanya, membuat nya di pandang sebelah mata oleh teman teman nya.

Namun Zahra tidak menghiraukan nya,

justru Zahra bangga menjadi seorang wanita muslimah, karena dalam ajaran islam

wanita muslimah itu sangat di junjung tinggi martabat dan kehormatannya.

Zahra merupakan gadis yang aktif, meskipun harus menutupi semua aurat nya, dan selalu terpasang hijab di kepalanya, itu tidak menghalangi nya, untuk melakukan aktivitas sehari harinya,

malah dia selalu terlihat cantik dan nyaman dengan apa yang ia pakai nya.

☘☘☘

"Ansell Arian Rendra"

Itulah nama yang di berikan Ayahnya, warisan seumur hidup yang tidak pernah akan hilang, dan tidak pernah bisa di per jual belikan. Sebuah identitas bagi pemiliknya yang akan di panggil oleh setiap orang.

Ayahnya meninggal di saat usia Ansell masih muda, sedangkan ibunya sudah menikah lagi dan pergi entah kemana.

Ansell tumbuh besar tanpa sosok Orang Tua di sampingnya, hidup pahit merintis karir di mulai dari nol, hingga sukses sampai sekarang, tanpa dukungan dan kasih sayang kedua orang tua nya.

Berjuang sendiri tanpa dukungan dari orang lain hingga membuatnya menjadi seorang CEO yang terkenal dingin dan arogan, dia tidak pernah mengenal kata kalah, dalam urusan bisnis atau apapun itu, jika menurutnya hijau maka semuanya harus mengikutinya menjadi hijau.

Dengan segala kekayaan nya dia bisa mendapatkan sesuatu yang dia inginkan dengan begitu mudah.

Jika dia menginginkan sesuatu maka itu harus terwujud walaupun dengan menghalalkan berbagi cara untuk bisa mendapatkan nya.

Dengan paras nya yang tampan, dengan kekayaan yang berlimpah membuat nya di kagumi wanita wanita cantik yang selalu ada di sekitarnya.

Namun ada satu hal yang membuat dia makin di kagumi oleh setiap wanita di luar sana. Dia

tidak pernah menyakiti dan mempermainkan wanita yang ingin dekat dengan nya,

jika dia menyukainya maka dia akan memperlakukan wanita itu dengan baik,

dan jika dia tidak menyukainya maka dia akan menolak secara halus, agar perlakuannya tidak menyakiti setiap wanita yang ingin dekat dengan nya.

Kenapa demikian??

Karena dia memiliki seorang adik wanita yang harus ia jaga. Dia hanya mendekati para wanita hanya untuk hiburan saja dan

dia tidak pernah melewati batas.

Dalam pikirannya jika dia menyakiti perasaan wanita, apalagi sampai membuat wanita itu ternodai olehnya,

dia takut jika sampai perlakuan kasarnya akan berbalik pada adik wanita nya, apalagi takut kalau sampai adiknya akan di sakiti laki laki lain, karena balasan karma atas perlakuan kotor nya.

Karena ternyata seorang Ansell Arian Rendra masih memiliki hati yang lembut saat dia mengingat bahwa dia memiliki satu adik wanita yang harus ia jaga.

BAB 1

ان الله على كل شيىءقدير.

Sesungguhnya Alloh Maha berkuasa atas segala sesuatu (ali imrom : 165 )

______________________________________________

"Alhamdulillah, akhirnya sampai juga" ucap sukur Zahra saat dia sudah sampai di bandara setelah menjalani perjalanan jauh dari Singapore.

Hari ini kepulangan Zahra ke kota nya karena kuliah nya sudah selesai, rasanya tidak ada yang berubah sedikit pun dari saat dia meninggalkan kota nya.

Setelah satu tahun terakhir dia pulang ke sini saat waktu liburan tengah semester nya.

Zahra kini mulai berjalan melangkah keluar dengan menarik satu koper besar barang barang nya.

Matanya mulai melihat ke seluruh sudut bandara. mencari sosok Ayah yang selalu Zahra rindukan, namun entah sama atau tidak perasaan sang Ayah pada anaknya.

"Ayah benar benar tidak menjemput ku" keluh Zahra merasa kecewa.

"Sabar Zahra,, jangan su'uzon, Ayah mungkin sedang sibuk, sampai tidak bisa menjemput ku" ucap Zahra berusaha menenangkan hati nya.

Bukan tanpa alasan Zahra merasa kecewa karena Ayahnya tidak menjemput nya sekarang. Pasalnya Ayah Zahra tidak pernah sekalipun mengantarkan dan menjemput Zahra ke bandara selama dia pulang pergi untuk berkuliah ke luar negeri.

Zahra awalnya bisa saja, tidak pernah mengeluh dan berburk sangka karena ketidak bisaannya Ayahnya mengantar atau pun menjemput nya, karena Zahra tau kalau Ayahnya sibuk dengan urusan kantor nya.

Namun hati kecil Zahra selalu menanti saat saat Ayahnya bisa menemani, dan menanti nya di bandara, mungkin Zahra akan merasa senang karena merasa di perhatikan dan di rindukan oleh sosok Ayah, namun itu tidak pernah terjadi sampai Zahra lulus kuliah pun, Ayah Zahra tidak pernah bisa meluangkan waktunya untuk Zahra.

"Semangat, walaupun Ayah tidak menjemput ku, aku kan bisa naik taxi onlain" ucap Zahra dengan penuh ketegaran dan mulai mengambil hp nya untuk memesan taxi.

Zahra pun mulai melangkah berjalan menuju ke depan pintu keluar, berbaur dengan orang orang yang turun dari pesawat yang satu route dengan nya.

Mata Zahra kini melihat seseorang yang bejalan di samping nya yang ia rasa kenal.

"Alika,,," batin Zahra ternyata wanita yang ada di sampingnya adalah teman Kampus yang satu angkatan dan jurusan yang sama dengan nya.

"Assalamualaikum Alika...!" sapa Zahra dengan tersenyum lebar.

Alika yang mendengar sapaan Zahra langsung menoleh ke arahnya.

"Haaah...bukankah dia si peringkat satu,...?" batin Alika kaget, karena di sapa oleh saingan nya saat di kampus.

"Wa'alaikumsalam" jawab Alika dengan tersenyum yang di buat buat,

merasa canggung dengan keadaan sekarang.

Alika memang teman Zahra di kampus, namun saat di Kampus mereka tidak cukup dekat, jangankan dekat jika mereka berpapasan pun Alika tidak pernah menyapa Zahra, di tambah lagi kepandaian Zahra yang selalu menjadi saingan beratnya untuk mendapatkan peringkat satu, membuat Alika tidak ingin dekat dan akrab dengan Zahra.

Zahra terkenal dengan wanita alim dengan penampilan yang tertutup tidak pernah memperlihatkan aurat nya dan wanita muslimah di kampus, membuat nya jarang memiliki banyak teman, yang dekat dengan nya.

Sedangkan Alika dia adalah wanita berparas cantik dan selalu berpenampilan seksi hingga membuatnya menjadi primadona di Kampus.

Hingga Alika tidak pernah sreg untuk dekat dengan Zahra karena mereka jelas berbeda.

Namun kini hati Alika tersentuh saat Zahra dengan ramah menyapanya.

"Kenapa dia bisa bersikap baik pada ku,, jelas jelas aku menganggap nya musuh dan aku tidak pernah menyukai nya" batin Alika terkejut kagum.

"Kau juga tinggal di kota ini?" tanya Alika mencoba mengalihkan kecanggungan nya.

" Iya,," tersenyum " tidak nyangka ya kita bisa bertemu di sini, apa kamu juga tinggal di kota ini?? sepertinya aku baru pertama kali bertemu dengan mu di sini,?" tanya Zahra membuat suasana terasa makin dekat.

"Iya aku juga tinggal di kota ini, aku juga tidak menyangka bakal bertemu lagi dengan mu setelah kita lulus kuliah," sahut Alika antara senang atau kaget, karena tidak pernah terbayangkan akan bertemu lagi dengan orang yang telah mengalahkan kepandaian nya.

Kini mata Alika mulai melihat ke arah tangan Zahra yang sedang menggenggam Hp nya, hingga membuatnya terpikir untuk meminta nomer telepon nya.

"Apa aku bisa meminta nomer telepon mu..?" berucap dengan penuh harap

"Mungkin suatu saat kita bisa bertemu lagi..!" imbun Alika sambil mengeluarkan hp dari tas kecilnya.

Dengan senang hati Zahra pun mengiyakan permintaan Alika, dan mereka pun langsung bertukar nomer telepon.

"Aku duluan ya Al,,,sepertinya taxi ku sudah ada di depan" pamit Zahra

"Oh,, iya...!"

"Assalamualaikum...Alika! maassalaamaa" ( مع السلامه : sampai jumpa)

ucap Zahra sambil tersenyum lebar dan melambaikan tangannya.

Membuat Alika tersenyum canggung karena tidak bisa membalas perkataan Zahra.

"Wa'alaikumsalam..."

"Wah malu sekali, harus menjawab apa aku...? dia memang selalu saja membuat ku merasa menjadi orang yang paling bodoh, karena tidak pernah bisa menjawab perkataan nya, untung aku bisa menjawab salam nya, jadi harga diriku tidak terlalu jatuh dan terinjak"

batin Alika lagi lagi kalah pintar tidak bisa menjawab perkataan Zahra, karena berbicara dengan bahasa Arab itu memang kelemahannya.

**

Di sisi lain sebuah mobil mewah berhenti di depan bandara, sang pengemudi mobil langsung turun dari mobil nya.

Setelah jas yang rapi, dengan kacamata hitam yang terpasang di matanya. membuat nya terlihat sangat sempurna.

Dia mulai berjalan perlahan masuk sambil meraih Hp di saku celananya.

"Seharusnya kan sudah sampai...kenapa dia belum kelihatan..!" ucap laki laki itu sambil melihat ke seluruh sudut bandara,

dia pun langsung melakukan panggilan untuk menanyakan keberadaan orang yang sedang ia jemput.

~

Zahra terus memperhatikan ponsel nya memastikan bahwa taxi yang ia pesan sudah ada di bandara.

Melangkah sambil terus tertunduk sampai dia tidak menyadari ada orang di depannya yang sama sama tidak menyadari keberadaan kedua nya karena sama sama sedang fokus pada ponsel mereka,

"Bruug..."

Tabrakan di antara kedua nya pun terjadi membuat ponsel mereka sama sama terjatuh tergeletak di lantai.

"Astaghfirullah... maaf" ucap Zahra terkejut sambil tertunduk mulai mengambil hp nya, tanpa melihat wajah orang yang ia tabrak.

"Kakak,, " teriak Alika saat melihat Kakak nya yang sudah ada di bandara untuk menjemput nya.

Ya ternyata si laki laki itu adalah Ansell yang sedang menjemput adik semata wayangnya di bandara karena adiknya telah beres menyelesaikan Kuliahnya.

Ansell yang mendengar teriakan adiknya langsung melihat ke sumber suara, tidak menghiraukan orang yang bertabrakan dengan nya.

Sedangkan Zahra yang sedang mengambil hp langsung terburu buru karena melihat taxi yang berhenti di depan nya, dan sepertinya itu taxi pesanan nya.

Sampai ia tidak sadar mengambil hp yang salah, malah mengambil hp milik orang yang ia tabrak. namun Zahra tidak menyadarinya.

bukan Zahra yang terlalu teledor, tapi memang hp mereka dengan tipe dan warna yang sama membuat Zahra tidak menyadari dan tidak tau kalau yang ia bawa bukan miliknya.

Zahra terus saja berjalan cepat langsung menghampiri taxi nya dan langsung masuk ke dalam.

Ansell yang sudah melihat keberadaan adiknya, langsung mengambil hp yang tergeletak di bawah, bahkan Ansell pun sama-sama tidak menyadari kalau itu bukan ponselnya.

Ansell dengan santai mengambil hp dan langsung ia masukkan ke sakunya serasa tidak ada kejadian yang terjadi pada nya.

langsung berjalan menghampiri Alika dan langsung memeluknya, melepaskan kerinduan pada adiknya.

"Sepertinya kau makin gemuk sekarang," ledek Ansell itulah kata pertama yang keluar dari mulutnya saat menyambut kepulangan Alika.

"Mulai mengejek..." ketus Alika kesal.

Ansell pun hanya tersenyum kecil dan langsung menarik koper adiknya Dan mengajak nya langsung masuk mobil.

"Bagaimana kuliah mu...? jangan bilang kau kalah lagi oleh saingan mu itu...?" tanya Ansell mulai bertanya hasil belajar adiknya selama dia berkuliah.

"Dia terlalu pintar Kak, makanya aku tidak pernah bisa mengalahkan nya...!" ucap Alika menjelaskan.

"Bukan dia yang terlalu pintar, tapi kau yang bodoh." ucap Ansell sedikit kecewa mendengar perkataan adiknya, bahwa dia lagi lagi tidak bisa menjadi peringkat satu di Kampusnya.

"Aku tidak bodoh Kak, nilai aku tidak terlalu jauh kok dengan si peringkat satu itu,

dia hanya lebih unggul dalam masalah agama dan bahasa saja, sisanya nilai kita sama" kilah Alika mencari aman.

"Bukankah kalau kau tidak bisa mengungguli nya, itu berarti kau bodoh," tegas Ansell masih kekeh dengan perkataan nya,

"Bagaimana bisa mengungguli nya coba, dalam masalah agama walaupun dia tidak belajar pun, dia sudah mengetahui nya di luar kepalanya, dia orang yang soleh Kak, jadi tau betul soal agama, gak kayak kita islam nya cuman di KTP doang"

ucap kagum Alika pada saingan nya, yang dia maksud itu adalah Zahra, namun Ansell tidak pernah tau siapa nama asli dari orang yang berhasil mengalahkan adiknya, karena saat Alika selalu mengadu tentang Zahra pada Kakaknya dia tidak pernah mengucapkan nama nya, Alika selalu menyebutnya si peringkat satu.

Ansell yang selalu mendengarkan curhatan adiknya kadang kesal sendiri, kenapa bisa ada orang yang bisa mengalahkan Alika, padahal dalam perhitungan nya adiknya itu sudah sangat pintar dari pada teman teman sebayanya saat Alika dulu belajar di sekolah sebelum dia berkuliah.

"Jangan banyak alasan, kalau bodoh ya memang bodoh," ucap Ansell dengan ketusnya.

"Terserah Kakak aja..." mulai menerima ejekan Kakaknya.

"Tapi Kak aku benar benar salut sama dia,

coba bayangin Kak, anak anak di kampus paling bisa nguasai dua bahkan ada yang hanya nguasain satu bahasa,

yang mayoritas bahasa yang mereka kuasai itu bahasa inggris,

ekh dia hampir menguasai tiga bahasa dan gokilnya dia pasih banget dalam berbicara berbahasa Arab," ucap Alika mulai duduk tidak tenang karena heboh membicarakan tentang Zahra, sambil duduk menghadap Kakaknya yang sedang menyetir.

"Awalnya aku mengira di itu pasti orang Turkey atau mungkin orang Arab karena melihat penampilan nya yang tertutup dan pintar bahasa Arab, tapi ternyata dia juga orang Indonesia Kak, bahkan dia tinggal di kota yang sama dengan kita." ucap Alika mulai makin keras berbicara karena terlalu bersemangat mengingat keterkejutannya saat tadi dia berjalan bersama Zahra yang sama sama keluar dari bandara dengan nya.

"Diam...jangan terus membual tentang orang lain, bicarakan tentang diri mu!! apa bakat yang harus aku banggakan dari dirimu hah" ucap Ansell kesal karena Alika terus saja nyeroscos membicarakan orang lain, bicara dengan sangat heboh membuat gendang telinganya jadi sakit.

"emmh...Kakak bisa membanggakan ku, karena aku cantik... hahaha," tukas Alika dengan girangnya nya. Tidak mempedulikan kekesalan Kakaknya.

"Kalau itu bukan bakat bodoh, itu turunan Kakaknya aja tampan, ya jelas adiknya pasti cantik " sahut Ansell tidak kalah girang meladeni perkataan adiknya.

Membuat Alika mengendus kesal karena kalau bicara dengan Kakak nya tidak akan pernah menang meski terus berdebat pun pasti ujung ujung nya Ansell lah yang akan menang.

"Terserah Kakak aja...!" ucap Alika dengan ketusnya dan langsung menyandarkan kepalanya pada kursi mobil, agar bisa duduk lebih santai.

Membuat Ansell tersenyum kecil melihat kekonyolan adiknya.

Ansell pun terus melajukan mobil nya, untuk mengantarkan adiknya ke Rumah sedangkan Ansell harus kembali lagi ke Kantor karena ada meeting yang harus ia laksanakan.

.

.

.

.

.

.

bersambung,,,,

jangan lupa like dan komentar nya.

dan langsung tambahan ke favorite agar bisa mendapatkan notifikasi selanjutnya.

Terimakasih🙏🙏

BAB 2

Taxi yang di tumpangi Zahra kini terus melaju membelah suasana siang hari yang ramai di kotanya.

Mata Zahra terus melihat ke luar, menelusuri setiap jalan yang dia lalui, rasanya tidak ada yang berubah dengan keadaan di Kotanya dari mulai bangunan dan pepohonan semua terlihat sama, bahkan kepulangannya sekarang pun biasa saja tidak ada yang istimewa walaupun ini terakhir kalinya dia pulang dari luar negeri. Mungkin hanya hatinya yang senang karena Zahra telah selesai melaksanakan Kuliahnya.

Matanya kini mulai melihat sebuah restoran, Zahra jadi mengingat anak anak santri di pesantren tempat nya mondok dan mengaji dulu, dalam hatinya berpikir mungkin akan menyenangkan bila mampir dulu ke pesantren dan membawa makanan untuk anak anak di sana, mereka pasti akan senang dan itu pun akan menjadi kesenangan untuk nya.

Zahra pun langsung menyuruh pak sopir untuk berhenti di sana,

Zahra berniat untuk berkunjung dulu ke pesantren sebelum pulang ke rumah, karena memang pondok pesantren jalan nya satu arah sama dengan jalan menuju ke rumah nya.

Saat sang sopir sudah menepikan mobil nya, Zahra pun langsung turun dan masuk ke dalam restoran untuk membeli makanan untuk ia bawa ke pesantren.

~~

Di sisi lain Alika terus merajuk kapada Ansell karena perutnya yang terus bersuara ingin di isi makanan.

Alika terus meminta Kakak nya berhenti di sebuah restoran untuk membeli makanan untuk nya, namun Ansell menolak, dan menyuruh Alika makan di rumah saja karena kalau harus berhenti dulu Ansell tidak punya banyak waktu, karena harus cepat cepat kembali ke kantor nya.

"Kak...ayolah Kak... sebentar saja, cuma beli makanan doang...langsung di bungkus kok, aku bisa memakan nya di dalam mobil" rengek Alika berusaha membujuk Kakak nya.

"Dasar keras kepala... baiklah Kakak berhenti di sana saja" akhirnya Ansell pun menuruti kemauan Alika, dan mulai menepikan mobil di masuk ke pekarangan restoran di jalan yang di lewati mereka.

Berhenti di sebuah restoran dan memarkirkan mobil nya di samping mobil taxi yang di tumpangi Zahra.

"Kau tunggu di sini... biar Kakak yang membeli makanan nya, kalau kau yang turun pasti akan sangat lama," seru Ansell dan mulai membuka pintu mobilnya, dan segera masuk ke dalam restoran.

~

Di dalam restoran Zahra sudah memesan beberapa dus makanan yang sedang di kemas oleh sang penjaga kasir,

berdiri dengan santai menunggu makanan nya siapa.

Namun Zahra di kagetkan oleh seorang lelaki yang tiba-tiba berdiri di samping nya.

"Saya sedang terburu buru... berikan satu dus makanan itu untuk ku...!" pinta Ansell pada sang penjaga kasir yang sedang membungkus pesanan Zahra bicara dengan santai serasa ia sedang bicara dengan bawahannya yang selalu mematuhi segala kemauan nya.

Membuat Zahra dan si penjaga kasir langsung kaget dengan kedatangan Ansell yang tiba-tiba dan malah langsung meminta makanan pesenan nya.

"Maaf tuan...tapi makanan ini pesanan embak ini..." ucap sopan sang kasir sambil menunjuk kepada Zahra yang ada di samping Ansell.

Namun Ansell tidak menghiraukan perkataan sang kasir.

"Aku tidak menanyakan itu... aku hanya minta satu dus makanan itu untuk ku," tegas Ansell lagi sambil mengeluarkan beberapa lembar uang dan langsung ia sodorkan pada sang kasir.

"Tapi tuan ini..."

"Tidak apa apa, berikan saja satu untuk nya" ucap Zahra memotong perkataan sang kasir, supaya sang kasir memenuhi keinginan Ansell.

Sang kasir itu pun langsung memisahkan satu dus makanan dan langsung ia bungkus di plastik yang lebih kecil dan segera ia berikan kepada Ansell.

"Ini Tuan... " ucap sang kasir sambil menyodorkan makanan nya.

Ansell pun langsung menerima nya, dan memberikan uang yang ada di tangan nya pada sang kasir.

"Maaf tuan... makanan nya sudah di bayar oleh mbak nya!" tolak sang kasir tidak menerima uang dari Ansell.

"Aku bukan pengemis, itu untuk membayar makanannya..." seru Ansell yang sudah menyimpan uangnya di depan sang kasir, dia langsung berbalik dan langsung segera pergi ke luar dari restoran.

Membuat Zahra dan sang kasir di buat heran melihat tingkah Ansell yang datang tiba-tiba dan pergi dengan begitu cepatnya.

"Mungkin dia benar benar terburu buru" batin Zahra heran sambil menggelengkan kepalanya melihat kelakuan orang yang berdiri di samping nya, saking cepat nya laki laki itu Zahra pun sampai tidak melihat wajah nya.

"Maaf mbak...apa akan membungkus satu dus makanan lagi...?" tanya sang kasir dengan penuh hormat melayani Zahra yang merupakan pelanggan nya di sana.

"Tidak usah mbak, segini sudah cukup" tolak Zahra,

"Kalau begitu ini uang dari Tuan yang tadi, mungkin ini maksud nya untuk memberikan nya pada mbak" ucap sang kasir menyodorkan makanan pesenan Zahra sambil memberikan uang yang di tinggalkan Ansell

"Tidak usah mbak... karena makanannya sudah saya bayar, jadi uang itu angga saja itu sodakoh dari tuan yang tadi untuk embak" uajr Zahra dengan tersenyum pada sang kasir.

"Terimakasih mbak"

ucap sang kasir langsung tersenyum senang membalas senyum Zahra.

"sama sama"

Zahra pun langsung keluar restoran sambil membawa dua keresek besar di tangan kanak kiri nya, yang merupakan makanan yang akan ia bawah sebagai hadiah untuk anak anak santri di pesantren.

~

Di luar Ansell langsung masuk ke dalam mobil nya, langsung memberikan makanan itu pada Alika.

"Kenapa cepat sekali Kak...?" tanya Alika kaget, perasaan Kakaknya baru masuk dan sekarang sudah kembali lagi.

"Kakak kan sudah bilang lagi terburu buru..."

ujar Ansell mulai menyalakan mesin mobilnya.

"Walaupun terburu buru, paling tidak harus memakan waktu beberapa lama, kan harus mesen makanan nya dulu, itukan membutuhkan waktu!" tukas Alika masih merasa heran.

"Jangan banyak bicara, cepat makan saja makanannya..." seru Ansell tidak ingin memberi tahu Alika bahwa dia mengambil makanan pesenan orang karena tidak ingin memakan waktu lama jika harus memesan makanan dulu, dan kebetulan nya, pass sekali karena ada Zahra yang sedang memesan banyak makanan.

Namun tiba-tiba mata Alika tersita saat melihat kaca spion mobil di depan nya, karena melihat pantulan Zahra yang sedang berjalan mendekat dan langsung masuk ke taxi yang terparkir di sebelah mobil yang di tumpangi nya.

"Bukan kah yang barusan Zahra ya...kenapa dia membawa makanan banyak sekali...?

sepertinya dia juga baru keluar dari restoran...." batin Alika lagi lagi kaget karena melihat Zahra dengan tidak di sangka sangka.

Ingin rasanya terus melihat Zahra namun Ansell sudah melajukan mobil nya dengan cepat sampai tidak bisa melihat Zahra lagi, terus memutar badannya sampai taxi yang di tumpangi Zahra benar benar sudah tidak terlihat lagi.

"Lihat apa kamu...?" tanya Ansell heran melihat tingkah adiknya.

"Kak barusan aku melihat si peringkat satu keluar dari restoran, setelah Kakak masuk mobil tidak lama dia keluar dan langsung masuk ke taxi yang ada di sebelah mobil kita Kak," ucap Alika dengan begitu heboh.

"Terus kenapa...?" tukas Ansell tidak mempedulikan kehebohan Alika.

"Apa Kakak tidak berpapasan dengan nya...?

ciri ciri nya tuh dia memaki kerudung biru, dan bajunya senada dengan kerudung nya.terus dia membawa makanan banyak sekali Kak" ucap heboh Alika.

Membuat Ansell mengingat kejadian nya tadi di dalam , saat dia dengan santai nya, meminta satu dus makanan yang merupakan pesanan wanita yang berdiri di samping nya,

namun Ansell tidak memperhatikan wanita di sebelah nya, karena Ansell fokus ingin mendapatkan makanannya.

"Apakah si peringkat satu yang di maksud Alika orang yang tadi...? tapi sayang sekali aku tidak melihat wajah nya," batin Ansell sambil memasang seringai kecil di bibirnya.

***

Zahra kini sudah sampai di pekarangan pesantren, hatinya langsung berdenyut senang, rsas rindunya kini terbalaskan, sudah setahun Zahra tidak berkunjung ke sini,

matanya kini makin berbinar melihat ke sekeliling nya, melihat sebuah mesjid besar yang selalu di pakai orang orang untuk shalat berjamaah di sana, dan melihat beberapa bangunan kobong yang berjajar rapi yang merupakan tempat mondok para santri dan santriwati yang mengaji di sana. Bahkan Zahra pun dulu pernah mondok tinggal di sana.

Suasana haru pesantren kini makin terasa saat Zahra mendengar suara gemuruh anak anak santri, yang sedang istirahat menjelang shalat Duhur berjamaah.

Hatinya Zahra serasa menjadi damai, melihat semua nya, serasa ada ketenangan tersendiri saat Zahra sudah menginjakkan kaki nya di sini.

Dan itulah yang membuat Zahra dulu memutuskan untuk mondok dan mengaji di sini.

Di tempat inilah Zahra tumbuh besar, dengan bimbingan dari sang pemilik Pondok pesantren, Zahra bisa mengaji dan mengetahui lebih dalam masalah agam, hingga membuat nya menjadi wanita sholihah seperti sekarang.

Nama Aisyah Ia dapatkan dari sini, pemberian dari sang kiyai pemilik Pondok Pesantren yang Zahra sudah anggap seperti ke dua orang tuanya.

Zahra kini mulai melangkah, menuju ke sebuah rumah yang merupakan rumah sang pemilik Pondok Pesantren yang selalu Zahra panggil Abi dan Ummie.

"Assalamualaikum...!" sapa Zahra sambil mengetuk pintunya pelan.

"Wa'alaikumsalam...." jawab orang di dalam

tidak lama terdengar ada yang membukakan pintu dari dalam dan langsung melihat Zahra yang sedang berdiri di luar.

"Masyaallah... Aisyah!! masuk nak..!" ucap kaget ummie saat melihat Zahra.

Ya Aisyah... saat di pesantren semua orang memanggil nya dengan sebutan Aisyah.

Dengan tersenyum lebar Zahra menatap ummie dan langsung berbungkuk menyalami mencium punggung tangan ummie.

"Ummie... bagaimana keadaan Ummie, Ummie sehat...?" ucap Zahra melepas kerinduan nya.

"Alhmdulillah, Ummie sehat...!" jawab Ummie sambil memeluk Zahra rasanya sangat rindu sudah satu tahu tidak bertemu dengan anak gadis yang sudah mereka anggap seperti anak mereka sendiri.

"Kamu kapan pulang dari luar negeri...? kamu sehat kan?" ucap Ummie dengan begitu senang nya melihat Zahra ada di sana, dan langsung mengajaknya duduk di dalam.

"Alhamdulillah aku sehat ummie, aku baru pulang dari luar negeri dan langsung ke sini,"

ucap senang Zahra tersenyum manis merasa senang bisa di perhatikan oleh ummie, serasa merasakan sosok ibu yang lama telah meninggalkan nya.

"Bagaimana hasil kuliah mu nak...?" tanya ummie.

"Alhmdulillah ummie, berkat do'a dari ummie dan semuanya, aku mendapatkan nilai terbaik di kampus..." ucap syukur Zahra.

"Alhmdulillah... ummie ikut senang,"

"Mie...aku membawa sedikit makanan, ini untuk Ummie, maaf aku tidak bisa lama di sini, karena belum pulang ke rumah,

besok insyaallah aku ke sini lagi, salam untuk Abi ya mie,!" pamit Zahra

"Ya nanti Ummie sampaikan salam mu pada Abi,, sebentar lagi masuk waktu zuhur,! apa tidak mau sembahyang duhur dulu di sini?"

"Iya Ummie, aku akan menemui anak anak santri dulu,, dan setelah shalat zuhur aku akan langsung pulang..."

"Aku menemui anak anak dulu mie. Assalamualaikum..." pamit Zahra sambil menyalami tangan ummie.

"Wa'alaikumsalam" jawab ummie tersenyum senang melihat Zahra yang sangat antusias ingin bertemu dengan anak anak santri.

Zahra pun langsung pergi ke luar untuk menemui anak anak santri.

.

.

.

..

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!