NovelToon NovelToon

Di Antara Dua Hati

Bab 01

Hai hai hai, ketemu lagi nih sama othor ababil, semoga aja kalian gak bosen ya🤭 kali ini aku bawa kisah cinta segitiga, yang sudah baca story "Bukan Salah Cinta"? Angkat tangan☝️pasti tau dong siapa🤭. Hayooo ada yang kangen gak nih sama mereka😯 kalau othor mah kangen banget🙈

Happy reading n enjoy it ya guys😘😘😘

💕💕💕💕💕💕

Seorang gadis terlihat mengendap-endap memasuki ruangan yang bernuansa remang-remang. Sorot matanya terlihat panik, menoleh ke kanan dan ke kiri.

"Aman," gumam gadis itu pelan sembari mengelus dada.

"Diana!"

Sebuah teriakan melengking mampir ke telinga gadis yang ternyata bernama Diana. Diana terperanjat kaget. Salah satu kakinya yang sempat terangkat kini menggantung di udara. Dengan takut-takut Diana menengok ke arah sumber suara.

Hah, kenapa dia bisa ada di situ, sih?

"Baru datang kamu?" Suara itu kembali menginterupsi.

Mam*pus! Ketahuan, 'kan? Mesti jawab apa, coba?

Diana nyengir kuda, mengembalikan posisi kakinya ke tempat semula sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Gadis dua puluh tahun itu melangkah menuju wanita paruh baya yang memanggilnya tadi dan tak lain adalah Sandra, tante Diana sendiri.

Sial banget sih hari ini, kenapa pake ketahuan segala? batin Diana menggerutu.

Diana sadar, dia sudah datang terlambat untuk bekerja di tempat Sandra, tetapi mau gimana lagi. Di kampus tiba-tiba dosen untuk mata kuliah besok memajukan jadwal kelasnya ke hari ini. Diana tahu Sandra pasti akan memarahinya jika tahu dia datang terlambat. Oleh karena itu, Diana berniat menyelinap masuk dan sialnya Sandra sudah lebih dulu menunggu di dekat pintu masuk.

"Iya, Tante, maaf." Meremas jari-jari tangannya. Tiba-tiba saja Diana menjadi sangat gugup.

"Jam berapa sekarang?" Sandra menunjuk jam dinding lalu menyilangkan kedua tangannya di dada. "Kau sadar terlambat berapa jam?"

Diana menunduk dengan menggigit bibir bawahnya. "Saya tau Tante maaf, tadi di kampus ...."

"Arrghhh, sudah-sudah." Sandra mengibaskan tangan kirinya, "aku sudah bosan mendengar alasanmu. Sekarang cepat ganti pakaianmu!" Menunjuk Diana yang masih mengenakan kemeja dan celana jins panjang.

"Baik, Tante."

"Tugasmu bawa itu ke room VIP satu." Menunjuk nampan berisi beberapa botol minuman beralkohol di atas meja reservasi tamu. "Mereka sudah menunggumu lama." Menunjuk kening Diana dengan kesal.

Ya, Sandra sangat kesal pada Diana. Bukan hanya karena Diana datang terlambat, tetapi juga karena tamu yang sudah satu jam lebih menunggu Diana.

"Maaf, kenapa Tante tidak menyuruh yang lain dulu membawakan?" tanya Diana ragu. Sandra punya banyak karyawan, tetapi membiarkan tamu itu menunggu demi dirinya.

"Aku sudah menawarkan gadis lain, tapi tuan itu ngotot ingin kamu yang membawakan ke roomnya," jawab Sandra ketus.

"Harus aku, Tante?" Diana bertambah bingung.

"Iya, tapi sepengetahuanku ini pertama kalinya tuan itu datang ke sini. Aku heran kenapa dia bisa kenal namamu? Apa kamu mengenalnya?" Sandra menatap Diana dengan sorot menyelidik.

"Memangnya siapa tamu yang di room itu, Tante?" Diana semakin gugup karena tatapan curiga Sandra. Perasaan Diana juga tidak tahu siapa tamu yang menunggunya.

"Kalo aku tau, tidak mungkin aku bertanya padamu." Jawaban Sandra yang sinis, membuat Diana semakin tertunduk dalam.

"Sudahlah, yang jelas mereka orang-orang berkuasa. Lakukan pekerjaanmu dengan baik. Jangan membuat masalah yang bisa merugikan usahaku atau ...." Sudut bibir Sandra terangkat sebelah, "papamu yang akan menanggungnya."

Diana mendongak, sepasang manik miliknya menatap Sandra jengah. "Jangan ganggu papaku! Aku akan melakukan tugasku sesuai keinginanmu."

"Bagus. Itu yang kumau darimu." Menepuk pipi kanan Diana sebelum berjalan kembali ke ruangannya, meninggalkan Diana yang masih mematung dengan pandangan berkabut.

Butiran bening terlihat menetes perlahan di kedua pipi Diana. Akan tetapi, dengan cepat Diana menghapus jejak air mata itu. Diana tidak ingin orang lain melihat air matanya dan terpenting, dia tidak ingin terlihat lemah di depan orang lain.

Dengan langkah gontai Diana berjalan menuju loker. Kemudian, mengganti pakaian kuliahnya dengan seragam kerja, mengambil peralatan make-up, dan bersiap merias wajahnya.

"Aku gak boleh lemah. Aku harus kuat. Secepatnya aku harus selesaikan kuliahku lalu mencari pekerjaan yang lebih baik dan membawa papa pergi dari tempat terkutuk ini. Ya, aku harus secepatnya membawa papa pergi, sebelum Tante Sandra menyakiti papa lebih jauh lagi."

❤️❤️❤️❤️❤️

Mau intip visual mereka???

Sabaarrrr,,,,, next bab aku share🤭🤭🤭

Kalau nemu typo balas di kolom komentar ya guys, aku tunggu😊😊😊

Bab 02

Namun, sejauh apa pun usaha-usaha wanita itu, Reyhan tidak pernah menggubris mereka. Tujuan hidup Reyhan hanya satu, Rangga dan ibunya.

Happy reading

💕💕💕💕💕💕

Di dalam room VIP 1 tiga pria muda tengah duduk bersantai, mendengarkan musik yang diputar melalui DVD. Dua di antaranya sudah ditemani oleh masing-masing gadis, sedangkan pria lagi satunya hanya duduk sendiri.

Pria tampan dengan tubuh tegap nan dingin. Dia duduk dengan kaki kiri yang menopang kaki kanan. Memperhatikan kedua temannya yang terlihat lucu saat berduet dengan gadis yang menemani mereka. Sesekali pria itu tersenyum, memamerkan deretan giginya yang rapih dengan dimples di kedua pipi. Menambah kesan manis di wajah tampan yang sudah mencapai level maksimal.

"Apa kau masih ingin menunggu gadismu itu, Rey?" tanya salah satu pria seusai bernyanyi.

"Kita sudah satu jam di sini, tapi dia belum juga muncul. Apa tidak sebaiknya kau memanggil gadis lain saja?" imbuh teman satunya.

Pria yang ditanya hanya menyunggingkan senyum tipis.

Reyhan Aditya Wijaya, sosok tampan bak patung berjalan. Mungkin banyak yang mengenal ketampanan dan kinerjanya. Menjadi Cheif Executive Officer di usia yang cukup matang, 30 tahun.

Di usianya itu, Reyhan telah memiliki segalanya. Kekayaan yang berlimpah karena hasil kerja kerasnya sendiri mengelola perusahan sang ibu.

Memiliki banyak kolega baik nasional maupun internasional, membuat namanya sering disebutkan dalam berita. Sosok tegap dengan rambut pendek belah samping dan bulu-bulu halus di sekitar rahang dan dagu. Terkesan maskulin dan daddy banget, iya gak, sih?

Sifatnya yang dingin, kerap menjadi sorotan publik. Tak heran bila banyak wanita yang justru semakin tertarik padanya. Reyhan sendiri tak paham dan dia tidak ambil pusing mengenai hal itu. Reyhan tetap bersikap dingin dan memasang wajah datar.

Namun, alih-alih menjauh, para wanita justru berebut demi mendapat perhatian Reyhan. Ditambah fakta tentang dirinya yang seorang single parent dari satu putra yang Reyhan beri nama Adipati Rangga Wijaya, seringkali membuat para wanita-wanita mengklaim dirinya sebagai ibu dari Rangga.

Sayangnya, sejauh apa pun usaha-usaha wanita itu, Reyhan tidak pernah menggubris mereka. Tujuan hidup Reyhan hanya satu, Rangga dan ibunya.

"Mungkin Tante Sandra berbohong Rey, gadis itu sebenarnya tidak ada di sini." Teman Reyhan yang bernama Doni kembali bersuara sembari menunjuk botol minuman di atas meja.

Gadis di sebelah Doni mengerti, lalu menuang minuman ke gelas dan menyerahkannya pada Doni. "Silahkan Tuan," ucapnya manis.

"Terima kasih, Manis." Tangan satunya menerima gelas, sedangkan tangan lainnya melingkar di pinggang gadis pemberi minuman tadi.

"Maaf Tuan kalau saya lancang, bolehkah saya bicara?" Gadis yang menuang minuman tadi memberanikan diri bersuara.

"Tentu saja. Kau ingin bicara apa, Manis?" jawab pria yang menerima minuman tadi sambil mengelus rambut gadis itu.

"Tante Sandra tidak berbohong. Setahu saya Diana itu masih kuliah, mungkin dia masih di kampusnya walaupun jam segini harusnya Diana sudah ada di sini."

"Benarkah?" Tangan Doni sibuk membelai-belai rambut gadis tadi. "Mungkin gadis yang ... siapa sih tadi namanya?" Seolah berpikir.

"Diana." Gadis di sebelah Doni menjawab cepat

"Iya, Diana, mungkin dia tidak mau menemuimu." Memonyongkan bibir ke arah Reyhan. Doni mencibir Reyhan yang hanya diam sedari tadi.

"Kenapa?" Setelah sekian lama akhirnya Reyhan terpancing untuk bersuara.

"Rey ... Rey ... apa kau lupa kejadian tempo hari?" jawab pria satunya yang bernama Riski, dengan nada mencibir juga. "Apa yang kau katakan pada Diana?"

" 'Jangan muncul di hadapanku lagi Nona atau sekretarisku akan membuatmu menyesal'," ucap Riski yang menirukan ucapan Reyhan ketika mereka bertemu Diana tempo hari.

Doni terkekeh geli melihat kelakuan Riski yang menggoda Reyhan. "Haha, makanya Rey jangan galak sama perempuan tar bisa jatuh cinta lho," ledeknya lagi.

"Iya, Rey, kata orang bijak, antara benci dan cinta itu beda tipis. Hhaaaaaa." Mereka berdua tertawa, sedangkan Reyhan tetap memasang raut datar dan dingin.

"Sepertinya aku harus pulang, lebih baik aku di rumah bersama Rangga." Reyhan sudah beranjak dari tempat duduknya.

"Hei, Rey, kenapa pulang? Kami hanya bercanda. Ayolah, kita bersenang-senang jarang, 'kan, kita punya waktu ngumpul begini."

"Iya, Rey, masak segitu aja kamu ngambek kayak ABG aja." Kembali tertawa.

"Kalian saja yang lanjutkan, aku lelah, ingin istirahat." Reyhan sudah melangkah menuju pintu sebelum terdengar suara ketukan di pintu itu.

Pintu terbuka, dan gadis yang ditunggu Reyhan sejak tadi akhirnya muncul dari balik pintu.

"Diana."

❤️❤️❤️❤️❤️

Cieee Cieee... Siapa yang sudah jatuh hati sama Papa Reyhan? Hayoo ngaku🙊

Nah, udah tau kan gimana sosok Papa Reyhan🤭 kira-kira penasaran gak nih sama sosok Diana?

Penasaran!

Lanjut next bab ya🤗

Bab 03

Happy reading

💕💕💕💕💕

Diana membuka pintu room VIP 1. Dia yang membawa nampan berisi botol minuman tersentak kaget mendapati pria tegap yang berdiri dengan gagah di depan pintu.

Diana seketika menunduk. "Maafkan saya," ucapnya pelan.

Reyhan masih bergeming memandangi gadis di depannya. Entah apa yang ada di pikiran Reyhan saat ini. Diana memakai kemeja putih dengan lengan sesikut dipadu rok hitam selutut. Sekilas penampilan Diana tampak sama dengan gadis pelayan lainnya, terlebih yang dipakai memang seragam kerja. Namun, entah kenapa di mata Reyhan, Diana terlihat berbeda.

"Ehem ... ehem, biasa aja kali ngeliatinnya." Kedua teman Reyhan terkekeh geli.

Reyhan yang sudah kembali pada kesadarannya dengan cepat memalingkan pandangan dari Diana. Dia bergerak mundur, duduk ke tempatnya semula. Sementara Doni dan Riski saling bertatapan, mengernyit, lalu sama-sama mengedikkan kedua bahu.

Untuk pertama kali setelah kejadian pahit itu mereka melihat Reyhan dengan tatapan yang sama lagi saat berhadapan dengan wanita. Ya, setelah sekian lama.

Dengan gugup Diana membungkukkan badan, meletakkan nampan berisi botol minuman di atas meja. "Maafkan saya, Tuan, sudah membuat Anda menunggu lama." Diana tersenyum tipis sebelum berdiri tegap kembali. Dia memutar badan, bersiap meninggalkan ruangan itu.

"Tunggu!" Suara bariton Reyhan menginterupsi.

Diana sontak berhenti dengan posisi masih memunggungi Reyhan. Dadanya berdebar, seakan berpacu dengan detik waktu. Semakin lama detaknya semakin menggila di saat derap langkah Reyhan semakin mendekat ke arahnya.

Sementara Doni dan Riski melirik ke arah Reyhan dan Diana secara bergantian. Kemudian, mereka saling tatap dan saling mengedikkan bahu lagi. Mereka juga tidak tahu apa rencana Reyhan. Namun, mereka lebih memilih diam dan menunggu adegan selanjutnya.

"Anda mau ke mana, Nona?" Reyhan menatap punggung kaku Diana.

Perlahan Diana berbalik, tetapi masih menunduk. " Ma—af Tuan, apa masih ada sesuatu yang Anda perlukan?" Diana balik bertanya. Dia gugup, padahal sudah biasa melakukan pekerjaan ini sebelumnya.

Sebenarnya Diana ingin mengangkat wajahnya, mencari tahu sosok pria yang tadi diceritakan Sandra. Namun, niatnya itu dia urungkan mengingat dirinya melakukan kesalahan karena sudah membuat tamu ini menunggu lama.

"Apa pemilik tempat ini belum memberitahumu?" Dengan gaya cool Reyhan melepas jas yang dia kenakan, menyisakan kemeja putih dibalut toxedo warna hitam.

Gila! Otot-otot yang bersembunyi di balik lengan kemeja Reyhan tercetak sempurna. Dia mendekat ke arah Diana sembari melonggarkan dasi yang tiba-tiba terasa mencekik leher.

"Apa kau tidak ingat siapa aku?" Reyhan mengangkat dagu Diana.

Sepasang manik mereka bertemu. Saling menerobos masuk, menyelam hingga ke sudut yang terdalam.

Seulas senyum tersungging manis di bibir Reyhan. Dia jelas melihat sorot mata hangat dan lembut milik Diana. Sorot mata yang nantinya mencairkan hati sedingin es batu milik Reyhan.

Jarak yang terpisah hanya beberapa inci membuat Diana bisa merasakan dengan pasti hembusan napas hangat milik Reyhan yang menyapu kulit wajahnya. Garis wajah tegas dengan sorot mata setajam elang yang mematikan milik Reyhan, membuat Diana seakan jatuh, lalu terseret, dan akhirnya tenggelam ke dalam lubang tak berdasar.

Aroma maskulin, rambut pendek belah samping yang tertata rapi, alis tebal, hidung mancung, bibir seksi, dan ....

Ya, senyumnya. Senyum Reyhan sangat manis. Ketika kedua sudut bibir pria itu terangkat, menciptakan cekungan indah di kedua pipi. Lesung pipi yang sangat pas, sesuai porsi idaman para gadis.

Oh, God! Dia tampan sekali, batin Diana bergejolak. Dalam sepersekian detik Diana terpesona, tetapi tidak. Diana tidak boleh hanyut. Sebisanya dia harus menepis rasa itu demi, Bayu.

"Apa sekarang kau sudah bisa mengingat siapa diriku?"

Suara bariton itu menginterupsi Diana kembali. Menyambungkan impuls-impuls di otak hingga, mengembalikan Diana pada kesadaran penuh.

"Jangan muncul di hadapanku lagi Nona atau sekretarisku akan membuatmu menyesal."

Kata-kata itu terngiang begitu saja di telinga Diana. Dia terperangah dan sontak menutup mulutnya dengan satu tangan. Pupil mata melebar, ketakutan terpancar jelas dari manik Diana yang bergerak cepat. Diana ingat. Tentu saja dia ingat sosok yang berdiri di hadapannya kini.

Dengan tubuh gemetar dia berusaha menjauh dari Reyhan.

"Bagaimana, kau sudah ingat? Kau sudah ingat siapa diriku?"

❤️❤️❤️❤️❤️

Jika menemukan typo bantu kasih tau aku di kolom komentar ya guys🤗

Thank u guys n see u next chapter😘😘😘

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!